PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra Fasifik dan samudra Hindia
dan mempunyai tatanan geografi laut yang sangat sulit dilihat dari topografi dasar lautnya.
Hampir semua dasar laut dapat di temukan seperti paparan, lereng dan cekungan yang
berupa basin dan palung. Bentuk dasar yang majemuk tersebut beserta lingkungan air di
sebaran yang luas, baik secara vertikal maupun secara horisontal (Romimohartanto dan
Juwana., 2001).
Di dunia ini terdapat lebih dari satu juta spesies hewan yang sudah teridentifikasi. Dalam
kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menjumpai hewan vertebrata daripada avertebrata,
Peranan avertebrata air secara langsung terkait dengan ikan adalah sebagai bahan makan,
sebagai parasit ikan, sebagai pemangsa ikan, dan sebagai kompeterior ikan. Adapun
manfaat avertebrata air bagi manusia yaitu sebagai bahan konsumsi, usaha budidaya,
sebagai indikator biologis yaitu dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat pencemaran
perairan misalnya cacing dari tubificiade dan larva chironomus. Selain bermanfaat bagi
manusia avertebrata air juga dapat merugikan yaitu sebagai inang perantara beberapa
penyakit seperti penyakit demam keong (schitosomiasis) dimana siput sebagai inang
perantara dan penyakit kakai gajah (elphantiasis atau filariasis) dengan nyamuk sebagai
inang perantara. Berbagai jenis avertebrata air juga merupakan sebagai inang perantara bagi
parasit ikan.
1
1.2 Rumusan Masalah
kurangnya pengetahuan tentang organism dan habitat hidup hewan avertebrata laut yang
terdiri dari tiga ekosistem yaitu ekosistemlamun, ekosistem karang, dan ekosistem
mangrove.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai sehingga penting untuk melakukan peraktikum ini yaitu untuk
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ditinjau dari segi bentuk, ukuran, dan adaptasi lingkungan, hewan avertebrata air
mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sementara dari segi ukuran dijumpai mulai dari
yang berukuran mikron sampai meter, dari bentuk tubuh yang sederhana sampai yang
kompleks. Dilihat dari lingkungan hidupnya, ada yang di darat, air tawar, air payau, air laut,
Avertebrata air dapat didefinisikan sebagai hewan tidak bertulang belakang, yang sebagian
atau seluruh daur hidupnya, hidup di dalam air. Berdasarkan keterangan tersebut, tentunya
ada kaitan antara avertebrata air dengan perikanan yang keduanya berhubungan dengan
lingkungan perairan. Bidang perikanan tidak hanya mencakup studi tentang perikanan saja,
melainkan juga menyangkut seluruh kehidupan yang terdapat di dalam perairan, termasuk
avertebrata. Semua kehidupan dalam perairan membentuk hubungan keterkaitan antara satu
adalah sejenis kerang yang biasa dimakan oleh warga Asia Timur dan Asia Tenggara.
Anggota suku Arcidae ini disebut kerang darah karena ia menghasilkan hemoglobin dalam
cairan merah yang dihasilkannya.
Kerang ini menghuni kawasan Indo-Pasifik dan tersebar dari pantai Afrika timur sampai
ke Polinesia. Hewan ini gemar memendam dirinya ke dalam pasir atau lumpur dan tinggal
di mintakat pasang surut. Dewasanya berukuran 5 sampai 6 cm panjang dan 4 sampai 5 cm
lebar.
Budidaya kerang darah sudah dilakukan dan ia memiliki nilai ekonomi yang baik.
Meskipun biasanya direbus atau dikukus, kerang ini dapat pula digoreng atau dijadikan satai
dan makanan kering ringan. Ada pula yang memakannya mentah.
3
Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis bivalvia yang hidup pada
dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping cangkang (valve)
yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang
merupakan penghubung kedua valve tersebut.
Kerang darah mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup dengan
menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian
ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu (1) periostrakum adalah lapisan
terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung (2) lapisan prismatic tersusun dari
kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, (3) lapisan nakreas atau sering disebut lapisan
induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua. Garis-
garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel pada pelecypoda
berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah
cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya. Banyak
diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memilikikelamin yang terpisah, tetapi
diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat berubah kelamin.
Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang
berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernapas dengan dua
buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang
banyak mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel yang
merupakan jalan keluar masuknya air.
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Subkelas : Pteriomorphia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
4
Genus : Anadara
Spesies : A. Granosa
a) Periostrakum
Lapisan tipis paling luar yang terbuat dari bahan organik konkiolin, sering tidak ada pada
bagian umbo.
b) Prismatik
Lapisan bagian tengah yang terbuat dari kristal-kristal kapur (kalsium karbonat).
c) Nakreas
Lapisan bagian dalam yang terbuat dari kristal-kristal kalsium karbonat dan mengeluarkan
bermacam-macam warna jika terkena cahaya. Sering juga disebut lapisan mutiara. Lapisan
nakreas dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel, sedangkan lapisan periostrakum dari
lapisan prismatik dihasilkan oleh bagian tepi mantel.
5
Gambar: Anatomi Dari Anadara granosa (Kerang Darah)
Alat pernapasan kerang berupa insang dan bagian mantel. Insang kerang berbentuk W
dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang. Pertukaran O2 dan CO2
terjadi pada insang dan sebagian mantel. Mantel terdapat di bagian dorsal meliputi seluruh
permukaan dari cangkang dan bagian tepi. Antara mantel dan cangkang terdapat rongga
yang di dalamnya terdapat dua pasang keping insang, alat dalam dan kaki. Alat peredaran
darah sudah agak lengkap dengan pembuluh darah terbuka. System pencernaan dari mulut
sampai anus.
System saraf kerang terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan:
6
2.1.3. DAUR HIDUP KERANG DARAH (Anadara granosa)
Hewan ini bersifat hermaprodit dan kebanyakan hewan ini mempunyai alat kelamin yang
terpisah. Pada saat terjadi perkawinan, alat kelamin jantan akan mengeluarkan sperma ke air
dan akan masuk dalam tubuh hewan betina. Melalui sifon air masuk, sehingga terjadilah
pembuahan. Ovum akan tumbuh dan berkembang yang melekat pada insang dalam ruang
mantel, kemudian akan menetas dan keluarlah larva yang disebut glokidium. Larva ini akan
keluar dari dalam tubuh hewan betina melalui sifon air keluar, kemudian larva tersebut
menempel pada insang atau sirip ikan dan larva tersebut akan dibungkus oleh lendir dari
kulit ikan. Larva ini bersifat sebagai parasit kurang lebih selama 3 minggu. Setelah tumbuh
dewasa, larava akan melepaskan diri dari insang atau sirip ikan dan akan hidup bebas.
Kerang darah (Anadara granosa (L.)) merupakan salah satu hasil laut yang memiliki
nilai ekonomis tinggi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan gizi. Akan tetapi
pengelolaannya belum terorganisir dengan baik. Potensi sumberdaya kerang darah (A.
granosa) di Kota Semarang cukup banyak, jika eksploitasi suatu sumberdaya tidak diiringi
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik penangkapan
kerang darah (A. granosa) di perairan Semarang, mengetahui produksi kerang darah, untuk
pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang, khususnya Dinas Kelautan
dan Perikanan Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu
meneliti masalah secara mendalam yang ditujukan pada nelayan dan lembaga terkait dengan
permasalahan yang diangkat pada penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan kerang
darah belum mendapat perhatian yang serius dari instansi pemerintah maupun masyarakat
yang terkait padahal hasil produksi dari kerang darah ini bisa mencapai 1 ton setiap harinya
(dalam musim penangkapan). Daerah penangkapan kerang darah berada di perairan Kota
7
Semarang yang terdapat di Jalur I (4 mil dari pantai). Kerang darah ini umumnya ditangkap
oleh nelayan dari Demak untuk kemudian dilelang di TPI Demak. Pemanfaatan oleh
nelayan dari daerah lain ini timbul karena alasan skill dari tiap-tiap nelayan, umumnya
nelayan Kota Semarang ahli dalam menangkap rajungan, kepiting dan ikan-ikan lainnya.
Waktu penangkapan kerang darah (A. granosa) ini dilakukan setelah angin musim barat
tepatnya antara bulan Maret sampai dengan bulan September. Penjualan kerang darah di
Kota Semarang ini tidak melalui pelelangan di TPI, tetapi dijual langsung kepada pedagang
pengumpul (bakul) dan kemudian oleh bakul dijual dengan ”sistem penitipan” kepada
pedagang besar yang ada di pasar ikan Kobong di Kota Semarang dengan kompensasi 5%
2.1 CUMI-CUMI
Cumi-cumi adalah kelompok hewan cephalopoda besar atau jenis moluska yang hidup di
laut. Nama itu ''Cephalopoda'' dalam bahasa Yunani berarti "kaki kepala", hal ini karena
kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari kepala. Seperti semua
cephalopoda, cumi-cumi dipisahkan dengan memiliki kepala yang berbeda. Akson besar
cumi-cumi ini memiliki diameter 1 mm. Cumi-cumi banyak digunakan sebagai makanan.
cumi-cumi adalah salah satu hewan dalam golongan invertebrata (tidak bertulang
belakang). Salah satu jenis cumi-cumi laut dalam, ''Heteroteuthis'', adalah yang memiliki
kemampuan memancarkan cahaya. Organ yang mengeluarkan cahaya itu terletak pada
ujung suatu juluran panjang yang menonjol di depan. Hal ini dikarenakan
peristiwa luminasi yang terjadi pada cumi-cumi jenis ini. Heteroteuthis menyemprotkan
sejumlah besar cairan bercahaya apabila dirinya merasa terganggu, proses ini sama seperti
8
2.1.1 KLASIFIKASI CUMI-CUMI
perikanan bernilai ekonomis penting, dan merupakan komoditas ekspor. Cumi-cumi salah
satu sumber makanan bergizi yang banyak diminati oleh masyarakat. Cumi-cumi
(Cephalopda) didalam dunia perdagangan telah dapat mengisi pasaran internasional sebagai
salah satu hasil perikanan, disamping ikan dan udang (Sudjoko, 1988).
Filum : mollusca
Kelas : Cephalopoda
Sub-kelas : Coleoida
Ordo : Teuthida
Sub-ordo : Myopsida
Famili : Loliginidae
Sub-famili : Sepioteuthinae
Genus : Sepioteuthis
Spesis : Sepioteuthis lessoniana
lengan/kaki di kepala), kelas yang paling berkembang dalam filum moluska (Buchsbaum et
al., 1994). Cumi-cumi ini dapat mencapai ukuran yang besar sekali, dimana contohnya
adalah cumi-cumi raksasa, Architeuthis di laut Atlantik Utara. Cumi-cumi ini dapat
terdiri atas sisa pro-ostracum yang ringan dan transparan terdiri dari zat tanduk, disebut
pen.
Cumi-cumi merupakan hewan pelagis yang berenang dengan gaya dorong jet (jet
propulsion) untuk memburu mangsa yang juga perenang. Kecepatan berenang mundur lebih
9
cepat dari pada berenang maju. Cumi-cumi menurut perenang tercepat diantara hewan
mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: tubuh gemuk dan agak mampat (kompres) secara dorsoventral,
meruncing ke ujung ayang tumpul. Sirip individu yang dewasa dan yang mendekati dewasa
biasanya besar, tersusun oleh daging atau otot, meluas hampir ke seluruh panjang mantel
hingga ke ujung ekor. Hektokotilus pada lengan kiri dari spesies ini tidak memiliki fotofor
(Nateewathana, 1997).
a) Mantel
Mantel panjang, kokoh, menyatu dan agak meruncing pada ujung posterior, pertengahan
cuping antero-dorsal bulat dan agak menonjol; bagian ujung cuping ventro-lateral sangat
b) Sirip
Sirip besar, tebal dengan panjang 83 – 94% panjang mantel; cuping bagian anterior sempit
dan bagian paling lebar sekitar 1/3 dari ujung posterior, oval dan lebar, lebarnya sekitar 54 –
c) Kepala
Kepala besar namun sedikit lebih kecil dari lebar mantel anterior, leher dan mantel pada
bagian dorsal dihubungkan oleh otot penghubung kepala (nuchal locking apparatus).
Memiliki mata yang besar dan ditutupi seluruhnya oleh kornea kedua yang transparan, pori-
10
pori yang unik (lacrimal) terdapat pada bagian depan mata, puncak olfaktori terlihat
d) ‘Funnel’/corong
‘Funnel’/corong kokoh dan berbentuk keruut yang membesar kedalam permukaan ventral
kepala; katup corong berada pada posisi subterminal dan telah berkembang dengan baik;
organ corong dorsal berbentuk ‘V’ terbalik dengan dua bujur bantalan. Tulang rawan
nuchalberbentuk ‘biola’ dan lebih sederhana, lurus dan agak melengkung pada bagian luar
di dekat pasterior, sebuah lekuk yang dalam terdapat pada bagian pertengahan; tulang
rawan.
e) Lengan
Lengan gemuk dengan ujung yang agak tajam, ukurannya tidak sama dan berada pada
tingkatan ukuran III,IV,II,I. Lengan I pendek berbentuk segitiga dengan selaput otot/’keel’
aboral sepanjang lengannya. Lengan II datar dengan dasar keel berenang aboral, yang mana
bagian terluas terdapat pada pertengahan lengan. Lengan III besar dengan dasar keel aboral
yang tebal. Lengan IV tidak memiliki keel aboral, besar dan memiliki selaput sepanjang tepi
dorsal. Selaput pelinung yang kuat melapisi lengan II-III dan lebih lemah pada lengan IV.
Penghisap seri ganda terdapat pada seluruh lengan; berdiameter kurang dari 2 mm,
ukurannya mengecil kearah ujung. Penghisap terbesar terdapa pada jarak 1,25 dari ujung
proxial lengan; penghisap terbesar terdapat pada lengan III dan terkecil pada lengan Ipada
individu jantan dan betina. Cincin penghisap terdiri atas 17 – 28 gigi yang tajam dan
runcing.
f) Lengan kiri IV
Lengan kiri IV pejantan berungsi sebagai hektokotilus, yang mana bagian yang
termodifikasi sampai pada bagian 20 -30 %. Ukuran dan bentuk lengan kiri umumnya sama
11
dengan lengan kanan. Bagian proximal lengan yang tidak termodifikasi terdiri atas 25 – 30
g) Tentakel
Tentakel berbentuk batang yang panjang, kokoh , dan compres secara lateral. Bagian
pentung (club) agak lebih besar dengan bagian tepi dilapisi oleh selaput yang telah
berkembang dengan baik, kokoh dengan dilengkapi penyokong yang menonjol, bagian
h) Gladius/pen
Gladius/pen dengan rachis/tulang yang kokoh, melebarpada anterior dan mengecil pada
posterior, pada bagian tengah berbentuk lingkaran, tebal secara lateral. Bagian vane lebar
dengan bagian terlebar pada 1/3 dari ujung posterior, tebal pada bagian posterior namun
i) Paruh bawah
Paruh bawah pendek dan kuat dengan ujung taring yang melengkung, memiliki kepala
yang pendek dan sayap yang yang besar. Bagian ujung taring dan tepi pemotong bagian
anterior sayap berwarna hitam, bagian puncak melengkung tanpa adanya pigmen warna.
j) Radula
Radula terdiri atas tujuh gigi melintang dansama pada individu betina maupun jantan; gigi
rasidian pendek dan kuat dengan taring samping yang rendah, gigi samping pertama dan
kedua sama dengan gigi rasidian namun sedikit lebih besar, gigi samping ke tiga berbentuk
k) Spermatofor
Spermatofor dengan ukuran panjang 4,5 mm dan lebar 0,15 mm, terdiri batas kumpulan
sperma sepanjang kurang lebih total panjang spermatofor. Tubuh semen dengan
penyempitan terdapat bagian pertengahan tubuh spermatofor, hampir terpisah menjadi dua
12
bagian, bagian aboral lebih besar dari pada bagian oral. Alat ejakulasi terdiri atas beberapa
l) Kantong tinta
Kantong tinta bentuk pirifrom tanpa fotofor, dengan lapisan luar berwarna hijau-biru
keperakan dengan gari-garis pada sisi ventral massa isi rongga perut.
Reproduksi cumi dalam banyak hal sangat berbeda daripada di moluska lainnya. Pertama,
jenis kelamin terpisah dan kawin biasanya mencakup masa pacaran yang sering melibatkan
perubahan warna yang rumit. Hal ini diikuti dengan transfer sebuah spermatophora (paket
sperma) oleh jantan ke betina melalui lubang mantelnya. Spermatophora ditransfer oleh
jantan baik menggunakan pen is atau lengan yang dapat diubah disebut sebuah
hectocotylus. Kebanyakan betina kemudian bertelur yolky besar dalam cluster di dasar laut
atau pada setiap substrat keras lainnya. Telur berkembang dengan membagi merata bukan
dalam pola spiral moluska lainnya. Setelah masa perkembangan dalam telur, remaja
menetas langsung tanpa stadium larva yang renang seperti umumnya pada moluska lainnya.
alat tradisional maupun modern. Alat tangkap yang digunakan terdiri dari squid jigging dan
bagan tancap. Perikanan cumi-cumi di perairan ini belum dikelola dengan baik seperti
terlihat dari kecenderungan produksi cumi-cumi di PPN Sungailiat yang menurun 17,59%
per tahun pada periode 2010 – 2013, banyaknya nelayan luar yang menangkap cumi dan
maraknya penambangan timah illegal di perairan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk
Kabupaten Bangka berdasarkan aspek biologi dan aspek ekonomi. Analisis yang digunakan
13
yaitu model bio-ekonomi Schnute karena lebih sesuai untuk menduga stok cumi-cumi di
ini sudah mengalami tangkap lebih baik secara biologi maupun ekonomi sejak tahun 2010.
Dimana tingkat produksi pada tahun tersebut sudah mencapai 116,12% dari MEY dan
115,94 dari MSY. Tingkat produksi optimal pada kondisi MEY yaitu 767,13 ton/tahun
2.3 UDANG
Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut atau danau.
Udang menjadi dewasa dan bertelur hanya di habitat air laut. Betina mampu menelurkan
50.000 hingga 1 juta telur, yang akan menetas setelah 24 jam menjadi larva (nauplius).
Nauplius kemudian bermetamorfosis memasuki fase ke dua yaitu zoea (jamak zoeae). Zoea
memakan ganggang liar. Setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi mysis (jamak
myses). Mysis memakan ganggang dan zooplankton. Setelah tiga sampai empat hari
kemudian mereka bermetamorfosis terakhir kali memasuki tahap postlarvae: udang muda
Udang air tawar mempunyai peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem. Udang air tawar berfungsi sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih
besar, seperti ikan. Udang air tawar juga berfungsi sebagai pemakan bangkai dan detritus di
sungai, kolam dan danau. Apabila udang air tawar tidak terdapat di perairan, perairan akan
mengalami pembusukan yang dapat meningkatkan zat amoniak dan bersifat racun.
Udang air tawar dikelompokkan dalam subfilum Crustacea, kelas Malacostraca, ordo
Decapoda, yang terdiri dari famili Palaemonidae, Atyidae dan Alpheidae (Holthuis 1980).
Ciri-ciri morfologis udang menurut Fast & Lester (1992), mempunyai tubuh yang bilateral
simetris terdiri atas sejumlah ruas yang dibungkus oleh kitin sebagai eksoskeleton. Tiga
14
pasang maksilliped yang terdapat di bagian dada digunakan untuk makan dan mempunyai
lima pasang kaki jalan sehingga disebut hewan berkaki sepuluh (Decapoda).
Tubuh biasanya beruas dan sistem syarafnya berupa tangga tali. Dilihat dari luar, tubuh
udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan
disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala dan dada yang menyatu.
Bagian kepala tertutup kerapak, bagian perut terdiri dari lima ruas yang masing-masing ruas
mempunyai sepasang pleopod dan ruas terakhir terdiri dari bagian ruas perut, dan ruas
telson serta uropod (ekor kipas). Tubuh udang mempunyai rostrum, sepasang mata,
sepasang antena, sepasang antenula bagian dalam dan luar, tiga buah maksilipied, lima
pasang chelae (periopod), lima pasang pleopod, sepasang telson dan uropod.
Udang yang mempunyai nama latin Penaeus monodon ini diklasifikasikan tergolong
kedalam ordo Decapoda yang merupakan ordo krustasea dalam kelas Malacostraca,
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Pelecypoda/Bivalvia
Sub
Kelas : Lamelladibranchia
Ordo : Taxodonta
Family : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granos
15
2.3.2 MORFOLOGI UDANG
Umumnya tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala
dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang
terdiri dari 13 ruas yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas dibagian dada. Bagian badan dan
abdomen terdiri dari 6 ruas tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan
(kaki renang) yang beruas-ruas. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan
satu telson yang berbentuk runcing. Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau
carapace bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk
kepala atau rostrum (Kordi, G. 2007). Menurut Haliman dan Adijaya (2004) udang putih
memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara
periodik (moulting) Pada bagian kepala udang putih terdiri dari antena antenula dan 3
pasang maxilliped. Kepala udang putih juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5
pasang kaki berjalan (periopoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi
sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit
(dactylus) ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas pada bagian
abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang uropods (ekor) yang
membentuk kipas bersama-sama telson. Udang juga mengalami moulting pada saat bulan
purnama atau bulan mati (moulting secara normal) dan moulting pada saat mengalami stres
yang diakibatkan oleh lingkungan dan penyakit (Suyanto dan Mujiman, 2003).
Udang menjadi dewasa dan bertelur hanya di habitat air laut. Betina mampu
menelurkan 50.000 hingga 1 juta telur, yang akan menetas setelah 24 jam
16
yaitu zoea (jamak zoeae). Zoea memakan ganggang liar. Setelah beberapa hari
dan zooplankton. Setelah tiga sampai empat hari kemudian mereka bermetamorfosis
terakhir kali memasuki tahap pascalarva: udang muda yang sudah memiliki ciri-ciri hewan
dewasa. Seluruh proses memakan waktu sekitar 12 hari dari pertama kali menetas. Pada
tahap ini, udang budidaya siap untuk diperdagangkan, dan disebut sebagai benur. Di alam
liar, postlarvae kemudian bermigrasi ke estuari, yang sangat kaya akan nutrisi dan
bersalinitas rendah. Di sana mereka tumbuh dan kadang-kadang bermigrasi lagi ke perairan
terbuka di mana mereka menjadi dewasa. Udang dewasa merupakan hewan bentik yang
utamanya tinggal di dasar laut, udang masih kerabat jauh dari serangga seperti ulat bulu,
Golongan hewan ini bersifat diesis (ada jantan dan betina) dan pembunuhan
berlangsung di dalam tubuh betina (fertilisasi internal). Telur menetas menjadi larva yang
sangat kecil, berkaki tiga pasang dan bersilia. Untuk dapat menjadi dewasa, larva hewan
Udang mantis merupakan salah satu komoditas hewan laut yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Udang mantis termasuk salah satu jenis krustase laut yang bernilai gizi tinggi,
dengan kadar protein dapat mencapai 87,09%. Beberapa spesies udang mantis dikenal
sebagai bahan makanan eksotis dan sebagai komoditas ekspor. Jenis-jenis udang mantis
yang bernilai ekonomi tinggi adalah dari famili Harpiosquillidae dan Squillidae. Dalam
keadaan hidup, udang mantis dijual per ekor berdasarkan ukuran panjang, dengan kisaran
Rp 10.000,- hingga Rp 80.000,-. Dalam keadaan mati, udang mantis dijual dengan harga Rp
45.000,-/kg. Udang mantis dapat hidup dalam air laut maupun air payau, dan sering
dijumpai di daerah pesisir maupun pertambakan. Habitat sebagian besar udang mantis
17
adalah pantai, senang hidup di dasar air terutama pasir berlumpur. Udang mantis
terkontaminasi. Sampai saat ini udang mantis diperoleh dengan mengandalkan hasil
salah satu hasil tangkapan sampingan nelayan dengan target tangkapan utama ikan maupun
udang. Dalam rangka mencegah terjadinya penurunan hasil tangkapan sekaligus menjaga
kelestarian populasi udang mantis, perlu dilakukan upaya budidaya. Domestikasi sebagai
langkah awal dalam usaha budidaya perlu dilakukan, untuk itu, diperlukan penelitian/kajian
tentang berbagai aspek seperti aspek biologi, ekologi, reproduksi, genetika, dan lain-lain.
2.4 KEPITING
(infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa
Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali
tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting dilindungi oleh cangkang yang sangat
keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasangcapit. Ketam adalah nama lain
bagi kepiting.
Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat,
dan jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan tawar (sungai
dan danau).
Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari ketam kacang, yang lebarnya hanya
beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m.
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi
menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis
18
bawahcephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian
terbentuk dari pelat-pelat yang pipih ("phyllobranchiate"), mirip dengan insang udang,
Kepiting merupakan salah satu komoditas perikanan laut yang sangat digemari masyarakat
dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Disamping cita rasanya yang digemari, kepiting
mengandung nilai nutrisi yang baik. Kepiting yang banyak dikonsumsi dan berpotensi untuk
perenang (swimming crabs) karena memiliki pasangan kaki terakhir yang memipih dan
digunakan untuk berenang. Famili ini meliputi rajungan (Portunus, Charybdis dan
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub Filum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scyllaserrata
Kepiting rajungan (Portunus pelagicus) adalah sebelah kiri dan kanan karapaksnya
terdapat duri yang besar. Duri-duri sisi belakang matanya berjumlah Sembilan buah
(termasuk duri besar). ukuran lebar karapas lebih besar dari pada ukuran panjang tubuhnya.
Rajungan jantan karapaksnya berwarna dasar biru ditaburi bintik-bintik putih yang beraneka
ragam bentuknya. Sedangkan yang betina berwarna dasar hijau kotor dengan bintik-bintik
seperti jantan (Soim, 1994). Menurut Afrianto dan Liviaty (1992) pada bagian perut (dada)
19
kepiting jantan umumnya organ kelamin berbentuk segitiga yang sempit dan agak
meruncing dibagian depan, sedangkan organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif
Reproduksi menjadi suatu aktivitas penting untuk menjaga keberlangsungan generasi dari
P. pelagicus. Dalam proses reproduksi tingkah laku menjadi bagian yang lazim dilakukan
oleh makhluk hidup lainnya untuk menarik pasangannya dengan memberi sinyal-sinyal
yang dipahami oleh lawan jenis. Demikian pula yang terjadi pada spesies yang pintar
menari ini. Ketika spesies jantan mengalami matang maka akan mencoba menarik perhatian
spesies betina yang mengarah pada kematangan gonad. Ritual yang biasa dan unik adalah
ketika spesies jantan berdiri tinggi dengan menggunakan kaki jalan sebagai
tumpuan,sesekali menggali substrat pasir, meregangkan capit mengarah keluar tubuh atau
melipatnya kea rah dalam dan pada saat ini feromon dilepaskan ke air yang berperan
Dalam daur hdupnya, rajungan melalui fase telur, zoea dan pasca burayak yang telah
menyerupai induknya. Telur rajungan menetas sebagai Zoea I yang berkembang menjadi
Zoea II, Zoea III dan Zoea IV. Setelah itu, metamorfosa menjadi megalopa yang merupakan
diawali dengan crab I (rajungan muda) yang memerlukan moulting (berganti kulit) untuk
Kepiting Rajungan merupakan komoditas bernilai tinggi. Dengan harga jual mencapai Rp
70.000/kilogram, saat ini permintaannya cenderung terus naik terutama dalam memenuhi
20
Permintaan dan harga yang menggiurkan ini, disatu sisi telah memicu over eksploitasi
diberbagai wilayah dan saat ini mulai terlihat kecenderungan penurunan stok yang cukup
drastis. Upaya yang penting apalagi saat ini peran perikanan budidaya juga dinilai sebagai
21
III. METODE PERAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa 09 oktober s/d 15 november 2018,
pukul 02.00 - 16.00 WIB, yang bertempat di BBI (Balai Benih Ikan) FALKULTAS
Alat yang digunakan dalam pratikum ini dengan cara manual dan bahannya yaitu
Metode yang digunakan yaitu dengan cara pengamatan langsung, dengan cara membedah
hewan-hewan avebrata yang tidak mempunyai tulang belakang, seperti kerang, cumi-cumi,
udang, dan kepiting, agar bisa mengetahui ilmu pengetahuan dan perbedaan hewan yang
Nama-nama latin
Nama-nama hewan air avebrata
Tegillarca granosa
Kerang Darah
Teuthida
Cumi-cumi
Caridea
Udang Galah
Brachyura
Kepiting Rajungan
22
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Panjang : 3,6 cm
Tinggi : 2 cm
Lebar : 2,6 cm
4.1.2 Cumi-cumi
Lebar badan : 3 cm
Panjang sirip : 3 cm
23
4,1,4 Kepiting rajungan
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Kerang
Pada pratikum avertebrata hewan air ini, kerang termasuk dari avebrata dimana
kerang tidak mempunyai tulang belakang, dimana dalam penelitian ini kita bisa mengetahui
isi tubuh dari kerang dan juga mengetahui organ dari kerang dan dapat mengetahui bahwa
kerang mempunyai cangkang yang keras dan sebuah mantel yang berupa dua daun telinga
4.2.2 Cumi-cumi
pada pratikum cumi-cumi ini juga termasuk dari avertebrata juga, dimana dalam
penelitian ini kita bisa mengetahui isi dari tubuh cumi-cumi dan juga dapatkan ilmu yang
24
mengetahui bagian-bagian organ dari cumi-cumi dan dapat kita ketahui bahwa cumi-cumi
mempunyai bagian-bagian yang sangat penting yaitu, kepala, sirip, mantel, corong,
Pada pratikum udang ini juga termasuk hewan aveterbrata dimana udang tidak juga
mempunyai tulang belakang, dalam penelitian ini kita bisa mengetahui bagian dalam tubuh
udang dan disini kita tidak tau makan udang saja, kita juga mendapatkan ilmu yang belum
kita ketahui tentang organ organ dari udang tersebut dan dapat di ketahui juga udang
mempunyai bagian-bagian organ yang sangat penting bagi udang yaitu, udang dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan
bagian badan. Di bagian badan dan abdomen mempunyai sepasang anggota badan (kaki
renang) yang beruas-ruas. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas dan satu telson yang
berbentuk runcing.
25
4.2.4 Kepiting Rajungan
Pada praktikum ini kepiting merupakan hewan avertebrata dimana dalam penelitian
ini kita juga bisa mengetahui isi dari tubuh kepiting dan juga dapatkan ilmu yang
mengetahui bagian-bagian organ dari kepiting dan dapat di ketahui bahwa kepiting
mempunyai bagian-bagian yaitu, Pada dahi ada sepasang matanya terdapat duri dan
disamping kanan kiri nya juga ada duri. Kepitng bakau jantan mempunyai sepasang lengan
sepit besar dan kokoh yang dapat mencapai panjang hampir dua kali dari pada panjang
karapasnya, sedangkan kepiting bakau betina itu relatif capi tnya lebih pendek. Selain itu,
kepiting baku juga memiliki 3 pasang kaki jalan serupa bentuknya dan sepasang kaki
26
V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang Praktikum Avertebrata Air ini dapat
1. Dari beberapa organisme tersebut, tidak ada beberapa yang memiliki persamaan bentuk
tubuh sehingga dapat membedakan hewan air yang lunak dan keras
3. Dari beberapa Filum yang telah diamati, didapatkan 3 spesies dari Filum Mollusca (kerang,
Cumi-cumi, dan udang), dan 2 dari Filum Arthropoda (kepiting dan udang)
4. Umumnya organisme yang termasuk kedalam Filum arthropoda memiliki tubuh yang beruas-
ruas.
5.2 SARAN
Dengan melihat kondisi didalam Laboratorium Budidaya Perairan Universitas Islam Riau
alat-alat yangmenunjang praktikum sudah cukup lengkap walaupun ada sedikit yang rusak,
patah dan sebagainya, saran dari saya sebagai pihak kampus atau yang bertanggung jawab
untuk meningkatkan dan nambahkan lagi alat-alat dan bahan praktek tersebut, agar pada
waktu melaksanakan praktikum kedepannya dapat berjalan dengan lancar. Selain itu,
sehingga mahasiswa juga dapat mengenal lingkungan tempat hewan tersebut hidup.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Penuntun Praktikum Invertebrata. Jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Aslan, L.M., Yusnaini, Wa Iba. 2010. Bahan Ajar Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan
Hanlon, R.T. and J.B. Messenger. 1996. Cephalopod Behavior. Cambridge University Press;
Cambridge.
Wijaya Surabaya.
Kimbal, John. W. 1983. Biologi, edisi ke lima. Institut pertanian bogor : PT gelora Aksara
Pratama.
Kreuzer, Delianis.1986. Morfologi dan Anatomi cumi cumi Loligo duvauceli yang dapat
28
Nontji, A. 2000. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor;
Bogor.
Rocha, F., Guerra A. and Gonzalez A.F. 2001. A review of Reproductive strategies in
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut edisi I Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Roper, C.F.E. and G.L. Voss. 1983. Guidelines for taxonomic description of cephalods
Sugiarti, O., 1989. Aspek Ekologi Penganekaan Pangan. Penerbit Yayasan Pembina Fakultas
Suwignyo, B.W., Wardianto, Y., Krisanti, M. 2005. Avertebrata Air Jilid I. Penebar
Swadaya. Bogor.
November 2018.
29
LAMPIRAN
ALAT
Kerang
Cumi-cumi
30
Udang
Kepiting
31