Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN PARIWISATA

PENGEMBANGAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI


KABUPATEN SIGI
(STUDI KASUS OBYEK WISATA AIR PANAS DI DESA MANTIKOLE, KECAMATAN DOLO BARAT,
KABUPATEN SIGI)

AHMAD MUJAHID AL
F 231 15 050

PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Secara umum Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dalam jangka
waktu tertentu dari suatu tempat ke tempat lain dengan melakukan perencanaan sebelumnya,
tujuannya untuk rekreasi atau untuk suatu kepentingan sehingga keinginannya dapat
terpenuhi. Menurut A.J. Burkart dan S. Medik (1987), Pariwisata adalah perpindahan orang
untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana
mereka biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-
tempat tujuan itu.
Indonesia menyimpan berjuta pesona wisata alam nya begitu indah, Indonesia juga kaya
akan wisata budayanya yang terbukti dengan begitu banyaknya peninggalan-peninggalan
sejarah serta keanekaragaman seni dan adat budaya masyarakat lokal yang menarik
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, sehingga dengan banyaknya potensi yang
dimiliki menjadikan Indonesia sebagai salah satu daerah tujuan wisata.
Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang merupakan penggerak
utama sektor kepariwisataan membutuhkan kerjasama seluruh pemangku kepentingan yang
terdiri dari masyarakat dan pemerintah, kerjasama langsung dari kalangan usaha maupun dari
pihak swasta. Sesuai dengan tugas dan kewenangannya, pemerintah merupakan pihak
fasilitator yang memiliki peran dan fungsinya dalam pembuatan dan penentu seluruh
kebijakan terkait pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata. Daya tarik dalam obyek
wisata merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki dalam upaya peningkatan dan
pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata. Keberadaan Obyek dan Daya Tarik Wisata
merupakan mata rantai terpenting dalam suatu kegiatan wisata, hal ini disebabkan karena
faktor utama yang membuat pengunjung atau wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan
wisata adalah potensi dan daya tarik yang dimiliki obyek wisata tersebut.
Kabupaten Sigi merupakan salah satu wilayah yang didalamnya terdapat berbagai jenis
kekayaan alam yang potensial untuk dikembangkan. Salah satunya adalah kekayaan alam
yang berwujud wisata alam air panas yang terdapat di Desa Mantikole. Desa Mantikole mulai
dibangun pada tahun 1901, pada tahun 1950an-2000 pengunjungnya sangat ramai sehingga
terkenal dengan wisata desanya karena didalam desa tersebut terdapat obyek wisata alam
yang salah satunya menjadi unggulan adalah keberadaan Obyek Wisata Air Panas yang terus
menerus telah mengalami perkembangan sebagai dampak dari adanya kegiatan
pengembangan obyek wisata yang dilakukan pada obyek wisata tersebut.
2. Rumusan Masalah
Obyek Wisata Air Panas Desa Mantikole mengalami penurunan pengunjung ditiap
tahunnya yang disebabkan pengelolaan fasilitas prasarana yang ditunjang tidak diperhatikan
baik itu pemerintah maupun masyarakat sekitar sehingga kualitas pelayanannya semakin
menurun.

3. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari studi perencanaan pariwisata untuk mengetahui karakteristik Obyek Wisata
Air Panas Desa Mantikole dengan menganalisa potensi dan masalah yang ada wilayah studi
kemudian diharapkan dapat dirumuskan dalam menghadapi masalah dan memaksimalkan
potensi yang terjadi di wilayah studi. Sasaran untuk mencapai tujuan diatas adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi Karakteristik Obyek Wisata Air Panas Desa Mantikole
2. Mengembangkan pengelolaan fasilitas prasarana untuk pelayanan di wilayah Obyek
Wisata Air Panas
3. Meningkatkan promosi Obyek dan Wisata Daya Tarik Air Panas di Desa Mantikole
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pariwisata
Menurut undang-undang no 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung fasilitas serta layanan yang disediakan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh semntara waktu dari tempat
tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan  untuk menetap atau mencari
nafkah melainkan hanya untuk memenuhi  rasa ingin tahu, menghabiskan waktu
senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya (Kodhyat, 1998).
2. Konsep Pengembangan Pariwisata
Berbagai kisi-kisi pemahaman mengenai destinasi pariwisata seperti halnya
diadaptasikan dari banyak batasan pengertian yang telah diberikan oleh para pakarnya,
pada intinya mengandung tujuan yang sama bahwa kerangka pengembangan destinasi
pariwisata paling tidak harus mencakup komponen-komponen utama sebagai berikut
(Sunaryo, 2013).
a. Objek dan daya tarik (atraksi) yang mencakup: daya tarik yang berbasis utama pada
kekayaan alam, budaya, maupun buatan.
b. Aksesibilitas, yang mencakup dukungan sistem transportasi yang meliputi: rute atau
jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan dan moda transportasi
lainnya.
c. Amenitas, yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata yang meliputi:
akomodasi, rumah makan, took cinderamata, fasilitas penukaran uang, agen
perjalanan, pusat informasi wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya.
d. Fasilitas pendukung, yaitu ketersediaan fasilitas pendukung yang digunakan oleh
wisatawan seperti bank, telekomunikasi, pos, layanan kesehatan, dan sebagainya.
e. Kelembagaan, yaitu terkait dengan keberadaan dan peran masing-masing unsur
dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata termasuk masyarakat setempat
sebagai tuan rumah.
3. Obyek Wisata
Menurut Oka A. Yoeti (1996:172), pengertian obyek wisata biasanya lebih digunakan
istilah “tourist attactions” yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk
mengunjungi daerah tersebut. Dari arti tersebut berarti objek wisata tidak lepas dari apa
yang ditawarkan suatu tujuan wisata. Pariwisata akan sangat tergantung dengan daya
tarik yang ada.

4. Potensi Wisata
Potensi wisata juga dapat berupa sumberdaya alam yang beraneka ragam dari aspek fisik
dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang dapat dikembangakan untuk
pariwisata.
Sedangkan sumberdaya pariwisata diartikan sebagai unsur-unsur lingkungan alam atau
yang telah diubah oleh manusia yang dapat memenuhi keinginan wisatawan (Chafid
Fandeli, 2001: 48-57).
5. Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memicu seseorang dan/atau sekelompok
orang mengunjungi suatu tempat karena sesuatu yang memiliki makna tertentu,
misalnya: lingkungan alam, peninggalan atau tempat sejarah, peristiwa tertentu.
(Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani, 2007: 45)
Menurut Muljadi A. J. (2009: 69) daya tarik wisata yang akan dijual harus memenuhi
tiga syarat agar memberikan kepuasan kepada wisatawan antara lain:
1. Apa yang dapat dilihat (something to see).
2. Apa yang dapat dilakukan (something to do).
3. Apa yang dapat dibeli (something to buy).
Berdasarkan daya tarik wisata menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa suatu objek
wisata harus memiliki atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain.
Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya
yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi
pemandangan alam, kegiatan kesenian dan atraksi wisata. Tempat tujuan wisata harus
tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai
oleh-oleh untuk dibawa
pulang ke tempat asal.
6. Promosi dan Informasi
Menurut Oka A. Yoeti (1996:52) promosi secara sederhana bertujuan untuk
memberitahukan kepada orang banyak atau kelompok tertentu bahwa ada produk yang
ditawarkan untuk dijual, maka tugas kegiatan promosi adalah menarik semua penduduk
untuk dapat membeli paket wisata yang telah dipersiapkan. Pada dasarnya tujuan
promosi tidak lain adalah:
a. Memperkenalkan jasa-jasa dan produk yang dihasilkan industri pariwisata
seluas mungkin.
b. Memberi kesan daya tarik sekuat mungkin dengan harapan agar orang akan
banyak datang berkunjung.
c. Menyampaikan pesan yang menarik dengan cara jujur untuk menciptakan
harapan-harapan yang tinggi.
d. penyelenggara promosi Obyek Wisata Air Panas Mantikole memberikan kesan
daya tarik kuatdengan rencana dan rancangan promosi . Objek Wisata Air
Panas Mantikole penyelanggara promosi akan meningkatkan teknik
promosinya yakni melakukan kerja sama dengan travel agency, melakukan
promosi di media massa, membuat promosi dengan bentuk poster, umbul-
umbul, brosur dan baliho.

7. Faktor Pendukung dan Penghambat Obyek Wisata


a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung adalah hal atau kondisi yang dapat mendukung atau menumbuhkan
suatu kegiatan, usaha atau produksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, online). Faktor
penarik dan pendorong suatu produk wisata (tourism supply side) yang biasanya
berwujud sistem destinasi pariwisata akan terdiri atau menawarkan paling tidak
beberapa komponen pokok sebagai berikut (Sunaryo, 2013).
 Daya tarik wisata yang bisa berbasis utama pada alam, budaya atau minat khusus.
 Akomodasi atau amenitas, aksesibilitas dan transportasi (udara, darat, dan laut)
 Fasilitas umum
 Fasilitas pendukung pariwisata
 Masyarakat sebagai tuan rumah (host) dari suatu destinasi
b. Faktor Penghambat
Pengembangan obyek wisata pastilah tidak lepas dengan adanya faktor-faktor
penghambat. Beberapa permasalahan yang menyebabkan kurangnya daya tarik obyek
wisata yang ada ialah belum dikelolanya dengan baik oleh pihak pemerintah yang
berwenang dan belum tertatanya dengan baik aspek prasarana dan sarana yang
sebenarnya dapat dijadikan daya dukung untuk pengembangan obyek wisata di daerah
ini. Keterbatasan prasarana dan sarana serta pengelolaan terhadapa potensia wisata
masih belum optimal. Hal tersebut merupakan dampak dari kurangnya alokasi
anggaran dana yang diperuntukkan bagi pengembangan sektor pariwisata.

8. Desa Wisata
Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian baik dari segi
sosial budaya, adat– istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, struktur tata ruang desa
yang disajikan dalam suatu suatu bentuk integrasi komponen pariwisata antara lain
seperti atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung.

9. Komponen Desa Wisata


Tabel 1, Kajian Teori Komponen Desa Wisata

No Sumber Teori Komponen Desa Wisata


1. Keunikan, keaslian, sifat khas
2. Letaknya Berdekatan daerah alam yang luar
biasa
3. Berkaitan dengan kelompok atau
1 Gumelar (2010) masyarakat berbudaya yang secara hakiki
menarik minat pengunjung
4. Memiliki peluang untuk berkembang baik
dari sisi prasarana dasar, maupun sarana
lainnya.
1. Memiliki potensi pariwisata, seni dan
budaya khas daerah setempat.
2. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah
pengembangan pariwisata atau setidaknya
berada dalam koridor dan rute paket
perjalanan wisata yang sudah dijual.
2 Putra (2006) 3. Diutamakan telah tersedia tenaga
pengelola, pelatih, dan pelaku–pelaku
pariwisata, seni dan budaya
4. Aksesibilitas dan infrastruktur mendukung
program Desa Wisata.
5. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
kebersihan.
1. Partisipasi masyarakat lokal
2. Sistem norma setempat
3 Prasiasa (2011)
3. Sistem adat setempat
4. Budaya setempat
Sumber : Hasil Kajian Teori, 2018

10. Pengembangan Kawasan Desa Wisata

Tabel 2, Pengembangan Desa Wisata

NO Sumber Teori Pengembangan Desa Wisata


1 Gumelar (2010) 1. Memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat
setempat.
2. menguntungkan masyarakat setempat.
3. berskala kecil.
4. melibatkan masyarakat setempat.
5. menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan.
2 Putra (2006) 1. Pariwisata terintegrasi dengan masyarakat
2. Menawarkan berbagai atraksi khas
3. Akomodasi berciri khas desa setempat.
C. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian atau wilayah survey yang dilakukan berlokasi di Obyek Wisata Air
Panas Desa Mantikole, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi. Pemilihan lokasi
survey dikarenakan pemilihan salah satu daerah di Kabupaten Sigi mempunyai daya
tarik wisata dalam pengembangan Desa Wisata
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara peneliti yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Peneliti mengumpulkan data yang dilakukan
untuk dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Ada berbagai metode
pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah penelitian. Beberapa metode
pengumpulan data antara lain
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antar peneliti dan narasumber. Metode wawancara dapat
pula dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email atau skype.
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan
berbagai faktor dalam pelaksanaanya. Metode pengumpulan data tersebut tidak
hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi.
c. Kuesioner
Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Kuesioner
dalam mengumpulkan data lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.
D. PEMBAHASAN
1. Obyek Wisata Air Panas Desa Mantikole
Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi
wisatawan serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam
maupun setelah pembudidayaan. Obyek wisata alam Mantikole terletak sekitar ± 500 m
disebelah barat jalan raya, dimana posisi obyek wisata alam tersebut terletak di kaki gunung
dengan luas area 1 Hektar. Wisata air panas Desa Mantikole merupakan salah satu obyek
wisata air panas yang terdapat di Kabupaten Sigi, objek ini merupakan peninggalan Belanda
yang dibangun pada tahun 1901, kemudian dikembangkan oleh masyarakat Mantikole sampai
pada pertengahan tahun 2014, pengelolaan obyek wisata tersebut diambil alih oleh
pemerintah kabupaten Sigi. Pada tahun 1950an sampai dengan tahun 2000 objek wisata ini
sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah, baik dari kalangan anak-anak,
remaja, hingga kalangan dewasa.
Hal ini disebabkan karena wisata ini menyediakan fasilitas yang dapat memenuhi
kebutuhan dari ke tiga kalangan wisatawan tersebut, seperti kolam renang untuk dewasa,
kolam renang untuk anak-anak, dan kolam air panas yang merupakan tujuan utama bagi
orang tua untuk mengunjungi wisata ini. Namun pada sejak tahun 2001 hingga saat ini
pengunjungnya semakin berkurang.
Permasalahan yang terdapat pada objek wisata air panas di desa Mantikole Kecamatan
Dolo Barat pengelolaan fasilitas prasarana yang sudah rusak dan tidak terawat. Selain
permasalahan pada fasilitas, daya tarik yang dimiliki objek wisata ini juga masih sangat
rendah. Upaya yang akan dilakukan untuk menarik kembali minat pengunjung ke kawasan
Obyek Wisata Air Panas Mantikole selain mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang ada
juga dibutuhkan penyediaan dan pengembangan sarana prasarana guna mendukung kegiatan
rekreasi berupa penyediaan dan penataan fasilitas rekreasi bagi wisatawan serta
meningkatkan daya tarik wisata.
Obyek Wisata Air Panas Mantikole memiliki potensi yang unik dan khas yang perlu
dimanfaatkan semaksimal mngkin. Kondisi seperti ini jarang terdapat disuatu objek wisata
yaitu memiliki sumber air panas dan air dingin yang melimpah. Untuk itu diperlukan adanya
pengembangan dari segi penataan lingkungan, atraksi dan daya tarik wisata. selain itu perlu
melengkapi sarana pokok kepariwisataan, dan sarana pelengkap kepariwisataan sehingga
dapat menunjang keberadaan obyek wisata air panas, dan dapat menarik minat wisatawan.

2. Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Panas Mantikole


Mekanisme pengembangan suatu objek wisata pada dasarnya harus memperhatikan
keinginan dan kebutuhan seseorang melakukan perjalanan wisata, sehingga pengguna
kawasan dapat merasakan kawasan wisata tersebut secara totalitas, tetapi selain
memperhatikan keinginan dan kebutuhan tentunya ada hal lain yang menjadi dasar
pertimbangan dalam pengembangan suatu obyek wisata yaitu potensi dan daya dukung
sumberdaya lokal di destinasi yang berupa sumber pendanaan, ketersediaan lahan, serta peran
aktif para pelaku usaha kepariwisataan dari masyarakat Desa Mantikole yang sangat
berpengaruh untuk keberlanjutan pengembangan kepariwisataan di destinasi Obyek Wisata
Air Panas. Untuk mengembangkan destinasi di wilayah tersebut, mengembangkan kualitas
masyarakat agar dapat berperan aktif dalam mengolah kepariwisatawan.

3. Prospek Pengembangan
Obyek Wisata Air Panas Mantikole termasuk dalam klasifikasi daya tarik wisata alam, dan
daya tarik wisata minat khusus. Prospek pengembangan obyek wisata air panas adalah suatu
proses perubahan pokok yang dilakukan oleh manusia secara terencana pada suatu kondisi
kepariwisataan yang dinilai kurang baik, yang diarahkan menuju suatu kondisi
kepariwisataan yang dianggap lebih baik atau lebih diinginkan. Pengembangan obyek wisata
air panas di wilayah studi ini diupayakan tidak hanya membenahi obyek air panas atau
perairan, tetapi perlu mengembangkan akomodasi (home stay,pondok wisata, dan lain-lain)
Jauh lebih luas dari itu wisatawan yang datang juga memerlukan fasilitas, atraksi wisata air
yang menarik, pelayanan, cindera mata, restoran dan suasana aman.
Selain pengembangan obyek dan daya tarik wisata, upaya yang dapat dilakukan untuk
memajukan Obyek Wisata Air Panas Mantikole yaitu meningkatkan dan mengembangkan
promosi dan pemasaran, dan meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan bagi staf
pengelolah obyek wisata maupun masyarakat lokal agar berperan aktif sebagai pelaku usaha
pariwisata. Pengelolaan objek wisata secara profesional tentunya mendorong tumbuh
kembangnya pariwisata secara menyeluruh yang diharapkan dapat menggerakkan kegiataan
perekonomian masyarakat, memperluas dan memeratakan lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, mendukung perolehan
pendapatan hasil daerah secara optimal serta membawa citra daerah di mata masyarakat di
luar daerah Sulawesi Tengah.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Obyek Wisata Air Panas Mantikole perlu dilengkapi fasilitas penunjang yang
meliputi, rumahm makan, pusat informasi wisata, rambu wisata, fasilitas
perbelanjaan, toko cindera mata, keamanan untuk mendukung kenyamanan bagi
wisatawan dalam kunjungannya di destinasi.
2. Untuk memenuhi tiga syarat daya tarik wisata yang layak dijual agar memberikan
kepuasan
kepada wisatawan/pengunjung, yaitu:
1. Apa yang dapat dilihat (something to see)
2. Apa yang dapat dilakukan (something to do)
3. Apa yang dapat dibeli (something to buy)
Sehubungan dengan potensi yang dimilikinya, Objek Wisata Mantikole harus
menyediakan atraksi air yang bervariasi dan di area objek wisata juga harus
disediakan pusat perbelanjaan, toko cindera mata, dan rumah makan.
3. Mengembangkan kualitas masyarakat yang berperan aktif di wilayah destinasi
Untuk memperoleh konsep pengembangan objek wisata air panas dengan tepat dapat
pula dilakukan dengan mengadakan studi banding terhadap objek wisata yang
dianggap lebih maju dan telah dikunjungi oleh banyak wisatawan lokal maupun
wisatawan asing.
4. Mengembangan promosi dan pemasaran Obyek Wisata Air Panas Mantikole untuk
memberikan daya tarik wisatawan dalam meningkatkan pengunjung datang.
Daftar Pustaka
Fandeli, C. 2011. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam.Yogyakarta: Liberty
Muljadi A.J. 2010. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Musata, Z dkk. 2013. Panduan Tugas Akhir (SKRIPSI ) & Artikel Penelitian. Palu:
Universitas Tadulako
Sunaryo, Bambang. 2013. “Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan
Aplikasinya Di Indonesia”. Yogyakarta: Gava media.v

Anda mungkin juga menyukai