Anda di halaman 1dari 13

ARSITEKTUR VENAKULER

RUMAH TRADISIONAL “ JAWA BARAT “

Oleh :

Nicho Agus Setio Purnomo


440901612

Fakultas Teknik
Arsitektur
Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya
PERKEMBANGANGAN ARSITEKTUR PADA
RUMAH TRADISIONAL SUKU SUNDA
JAWA BARAT

Suku Sunda merupakan salah satu suku yang menempati wilayah propinsi jawa barat.
Daerah yang didiami oleh suku Sunda disebut tatar sunda atau tanah pasundan. Suku
Sunda merupakan salah satu suku yang sebagian besar penduduknya mendiami daerah
Jawa Barat, dan bertetangga dengan beberapa suku lainnya sepeti Banten, Cirebon, serta
suku Badui. Keberadaan suku Sunda di daerah Jawa Barat hingga saat ini masih menjadi
sebuah misteri bagi para peneliti. Hal ini disebabkan karena tidak adanya cerita – cerita
yang dapat dijadikan sumber untuk mengungkap asal usul suku ini.

Berpindah dari asal usul mengenai suku Sunda, maka dalam makalah ini akan diulas
tentang arsitektur rumah tradisional dari suku Sunda yang tidak pernah mengalami
perubahan dari sisi strukturnya, walaupun di sekitar daerah yang didami oleh masyarakat
suku Sunda kini telah berdiri bangunan – bagunan megah yang memperlihatkan
keindahan sebagai salah satu hasil dari arsitektur modern.
RUMAH TRADISIONAL

Secara umum rumah tradisional Sunda merupakan sebuah rumah panggung sama seperti
rumah – rumah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Bentuk rumah panggung ini
bertujuan untuk menghindari masalah – masalah dari lingkungan yang bisa mengancam
penghuninya.

Dilihat berdasarkan bentuk atapnya, maka rumah tradisional Sunda terbagi atas beberapa
ciri yang berbeda satu dengan yang lainnya:

KETERANGAN
1. Jolopong (sebutan untuk rumah dengan atap pelana yang betuknya memanjang)
2. Perahu Kumureb (sebutan untuk rumah dengan bentuk atap perisai “oleh masyarakat
sunda, disebud perahu kumureb karena bentuk atap seperti perahu terbalik”).
3. Julang Ngapak (dikarenakan bentuk atapnya seperti sayap burung yang sedang
terbang).
4. Badak Heuay (dikarenakan bentuk atapnya seperti seekor badak yang sedang
membuka mulutnya).
5. Tagog Anjing (dikarenakan bentuk atapnya seperi seekor anjing yang sedang duduk).
6. Capit Gunting (dikarenakan bagian atas atapnya yang saling menyilang berbentuk
gunting).
PONDASI

Bentuk pondasi rumah tradisional Sunda mirip dengan pondasi umpak yang dipakai
untuk rumah – rumah tradisional jaman sekarang. Perbedaan yang dapat dilihat dari
pondasi rumah tradisional Sunda dengan pondasi umpak yang sering dipakai sekarang
adalah bentuk pondas yang unik yaitu kolom bangunan hanya diletakan di atas sebuah
batu datar yang sudah terbentuk di alam. Tujuan pembuatan pondasi seperti ini adalah
untuk menghindari keretakan atau pada kolom bangunan pada saat terjadi gempa,
sedangkan bentuk lantai panggung bertujuan untu memungkinkan sirkulasi udara dari
bawah lantai dapat berjalan baik, sehingga kemungkinan terjadi kelembaban pada lantai
bangunan dapat dihindari.

Pondasi Tradisional
LANTAI

Lantai rumah tradisional Sunda terbuat dari pelupuh (bamboo yang sudah dibelah).
Alasan pembuatan lantai dari pelupuh adalah seperti yang telah dijelaskan di atas yaitu
agar udara yang melewati kolong rumah dapat masuk ke ruang – ruang, selain itu dengan
mengunakan lantai bambu, tingkat kelembaban di dalam rumah jugah akan berkurang,
mengingat ketinggian lantai rumah tradisional Sunda tidak seperti rumah tradisional lain
pada umumnya yaitu berkisar antara 50 – 60 meter dari permukaan tanah.

Detail Hubungan Struktur Lantai

Detail Balok Penahan Lantai


Struktur Lantai dan Detail

Tinggi Lantai dari Muka Tanah


DINDING, PINTU dan JENDELA

Dinding, pintu, dan jendela memungkinkan udara dapat melewatinya. Dinding bangunan
terbuat dari anyaman bambu yang dapat dilewati udara, jendela yang selalu terbuka dan
hanya ditutupi kisi-kisi bambu maka udara dapat bebas masuk dalam ruangan, sehingga
suhu didalam ruangan tidak panas.

Dinding yang ringan terbuat dari anyaman bambu yang dapat menyerap dan mencegah
terjadinya panas akibat radiasi matahari sore hari. Selain itu material dinding yang terbuat
dari anyaman bambu memungkinkan udara untuk masuk ke dalam rumah

Material Dinding

Konstruksi Dinding dan Detail

Selain itu ada juga pintu dan jendela yang mempunyai daun pintu dan daun jendela
tunggal. Materialnya terbuat dari kisi – kisi bambu yang dapat ditembus oleh udara, hal
ini membuat suasana di dalam rumah tetap nyaman
Jenis Pintu dan Jendela

PLAFON

Plafon selain sebagai penghias langit – langit rumah juga berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan barang. Kerangka plafon terbuat dari susunan bambu bulat, dan di atasnya
diletakan pelupuh sebagai bahan penutup plafon.

Bentuk dan Material Plafon


ATAP

Atap sebagai mahkota dari sebuah bangunan mempunyai fungsi untuk melindungi
penghuni yang berada di dalamnya. Atap dari rumah Sunda terbuat dari ijuk, alasan
pemilihan ijuk sebagai material atap karena ijuk merupakan material yang dapat
menyerap panas dengan baik sehingga tidak menimbulkan suasana gerah di dalam rumah.
Tritisan pada sisi depan rumah mempunyai panjang 2 meter. Hal ini membuat dinding
bangunan tidak langsung terkena cahaya matahari sehingga dinding sebagai penyekat
tidak panas dan ruang di dalamnya tetap dingin. Selain itu ada juga sisi yang disebut
sebagai bidang atap terbuat dari anyaman bambu dan berfungsi sebagai ventilasi atap

Tritisan

Bidang Atap
Bahan Penutup Atap

Struktur Atap dan Detail

LETAK dan ORIENTASI


Rumah tradisional sunda mempunyai tata letak yang sangat rapi hal ini merupakan
pengaruh dari kepercayaan masyarakat bahhwa rumah tidak boleh menghadap ke bumi
(rumah) adat, dengan demikian orientasi dari rumah tradisional sunda selau mengarah ke
timur dan barat

POLA KAMPUNG TRADISIONAL


Keterangan Denah Komplek Rumah Adat Kampung Pulo :
1. Rumah Kuncen
2. Rumah Adat
3. Rumah Adat
4. Rumah Adat
5. Rumah Adat
6. Rumah Adat
7. Mesjid Kampung Pulo

Referensi

Sumarjo, J. (2006). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press.


Siswanto, A. (1994). Menyangkal Totalitas dan Fungsionalisme: Postmodernisme dalam
Arsitektur dan Desain Kota. Postmodernisme di Sekitar Kita. Kalam, (1): 32.
Zacky, A. ( 1991). Architecture Francaise. Yogyakarta: Intermedia.
Solomon, R dan Higgins, K. (1996). Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Yayasan bentang
Budaya.

www.google.com

www.wikipedia.com

www.archipedy.com

www.answer.com

Anda mungkin juga menyukai