Anda di halaman 1dari 18

BAB II

MODEL DISCOVERY LEARNING DAN HASIL BELAJAR MATA


PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PERILAKU DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB

A. Model Discovery Learning


1. Pengertian Discovery Learning
Pembelajaran Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang
terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner,
bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place
when the student is not presented with subject matter in the final form, but
rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun,
1986:103). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Model pembelajaran ini
dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini
bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala
sesuatu.1 Teori Discovery Learning ini pada prinsipnya sama dengan inquiry
akan tetapi lebih menekankan ditemukannya konsep yang belum diketahui,
dimana yang mendasari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a. Secara alamiah, manusia mempunyai naluri rasa ingin tahu yang mendorong
dirinya menemukan apa yang ingin diketahuinya.
b. Setiap manusia pasti menyadari akan rasa keingintahuannya terhadap segala
sesuatu, dan mendorongnya untuk menganalisis secara rasional.
c. Metode atau strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan
atau digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki peserta didik.

1
Suyadi,  Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2013, h, 115.
2. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Berorientasi pada Pengalaman Intelektual
Tujuan utama dari strategi pembelajaran Discovery Learning adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi
pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar, juga berorientasi
pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi Discovery Learning bukan
ditentukan oleh sejauh mana peserta didik mampu menguasai materi
pelajaran, tetapi sejauh mana peserta didik beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu.
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru,
bahkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya. Pendidik
atau guru perlu mengarahkan agar peserta didik bisa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c. Prinsip bertanya
Tugas utama guru atau pendidik dalam menerapkan pembelajaran
Discovery Learning adalah menjadi penanya yang baik bagi peserta didik.
Artinya, bagaimana upaya yang harus dilakukan guru agar peserta didik
menjadi kritis, kemudian melontarkan pertanyaan-pertanyaan tajam. Berbagai
jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya
hanya sekedar untuk meminta perhatian peserta didik, bertanya untuk
melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk
menguji.
d. Prinsip belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptile, otak limbic,
maupun otak neokorteks.
e. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala
sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, anak perlu diberikan kebebasan
untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika maupun
nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotes, dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.2
3. Konsep Dasar Model Pembelajaran Discovery Learning
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama  pembelajaran Discovery
Learning. Pertama, strategi Discovery Learning menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi
Discovery Learning menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Sesungguhnya  metode Discovery  Learning merupakan pembentukan
kategori-kategori atau konsep-konsep yang  dapat  memungkinkan terjadinya
generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang Nampak
dalam Model Pembelajaran Discovery,  bahwa Discovery adalah 
pembentukan  kategori-kategori,  atau  lebih sering  disebut sistem-sistem
coding.  Pembentukan  kategori-kategori  dan  sistem-sistem coding
dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang
terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events). Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri. Strategi pembelajaran Discovery Learning menempatkan
2
Ibid, h. 119-121.
guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan
motivator belajar siswa. Ketiga, tujuan dari penggunaan pembelajaran
Discovery Learning adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
aktif, sistematis, logis dan kritis.3
4. Nilai-Nilai Karakter dalam Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah
Nilai karakter ini tampak jelas dalam transformasi pencarian
jawaban atas pertanyaan atau masalah yang akan dibahas. Aktivitas
peserta didik sepanjang proses atau aktivitas mencari hingga menemukan
jawaban merupakan internalisasi “rasa ingin tahu” yang memuncak.
b. Berpusat pada peserta didik
Pembelajaran Discovery Learning menuntut peserta didik-
termasuk guru-untuk bekerja keras menemukan jawaban atau solusi atas
pertanyaan atau masalah yang dibahas. Tanpa kerja keras atau belajar
sungguh-sungguh, jawaban tersebut tidak akan ditemukan. Dengan nilai
karakter kemandirian ini, akan tertanam dalam diri peserta didik jika
proses pembelajaran diformulasikan secara individu. Dengan demikian,
peserta didik akan bertanggung jawab atas jawaban yang ditemukan.
c. Kreatif dan Inovatif
Penggabungan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama ini akan
muncul sebuah aktualisasi nilai karakter kreatif dan inovatif tercermin
dalam upaya-upaya atau cara-cara baru (inovatif) yang ditempuh peserta
didik guna menemukan jawaban atas masalah atau pertanyaan yang
dibahas, agar lebih cepat dan hasilnya akurat.4

5. Langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning


3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendididkan, Kencana :
Jakarta, 2014, h. 196-198.
4
Suyadi,  Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2013, h. 122-123
Langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning Menurut
Syah, mengemukakan secara umum bahwa proses pembelajaran yang
menggunakan metode Discovery Learning dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa peserta didik (kemampuan
awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa peserta didik secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi,  tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa peserta didik
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa peserta didik.
Dalam  mengaplikasikan  metode Discovery  Learning di  kelas, ada
beberapa prosedur  yang  harus  dilaksanakan  dalam  kegiatan  belajar 
mengajar  secara  umum  sebagai berikut :5
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama  pada  tahap  ini  pelajar  dihadapkan  pada  sesuatu 
yang  menimbulkan kebingungannya,  kemudian  dilanjutkan  untuk 
tidak  memberi  generalisasi,  agar  timbul keinginan  untuk 
menyelidiki  sendiri.  Disamping  itu  guru  dapat  memulai  kegiatan 
PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada  tahap  ini  berfungsi  untuk  menyediakan 

5
Syah, M, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004, h. 244.
kondisi  interaksi  belajar  yang  dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam  mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini  Bruner memberikan 
stimulation  dengan  menggunakan  teknik  bertanya  yaitu  dengan 
mengajukan pertanyaan-pertanyaan  yang  dapat  menghadapkan  siswa 
pada  kondisi  internal  yang mendorong  eksplorasi.  Dengan  demikian 
seorang  Guru  harus  menguasai  teknik-teknik dalam  memberi 
stimulus  kepada  siswa  agar  tujuan  mengaktifkan  siswa  untuk
mengeksplorasi dapat tercapai.
2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa  untuk  mengidentifikasi  sebanyak 
mungkin  agenda-agenda  masalah  yang  relevan dengan  bahan 
pelajaran,  kemudian  salah  satunya  dipilih  dan  dirumuskan  dalam 
bentuk hipotesis  (jawaban  sementara  atas  pertanyaan  masalah) 
sedangkan menurut permasalahan  yang  dipilih  itu  selanjutnya  harus 
dirumuskan  dalam  bentuk pertanyaan,  atau  hipotesis,  yakni 
pernyataan  (statement)  sebagai  jawaban  sementara atas  pertanyaan 
yang  diajukan.
Memberikan  kesempatan  siswa  untuk mengidentifikasi  dan 
menganalisis permasalahan yang  mereka  hadapi,  merupakan  teknik 
yang  berguna  dalam  membangun  siswa  agar mereka terbiasa untuk
menemukan suatu masalah.
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang penting di dalam
langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting
lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki
cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. Itulah sebabnya
menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius
agar diperoleh hasilyang sesuai dengan kegunaanya yaitu pengumpulan
variable yang tepat. Instrumen yang sifatnya masih umum, misalnya
pedoman wawancara dan pedoman pengamatan, masih mudah
diinterpresentasikan oleh pengumpul data.6  Pada  tahap  ini  berfungsi 
untuk  menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya 
hipotesis.
Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi  yang  relevan, 
membaca  literatur,  mengamati  objek,  wawancara  dengan  nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari
tahap ini adalah siswa belajar  secara  aktif  untuk  menemukan  sesuatu 
yang  berhubungan  dengan  permasalahan yang  dihadapi,  dengan 
demikian  secara  tidak  disengaja  siswa  menghubungkan  masalah
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data  merupakan  kegiatan  mengolah  data  dan
informasi  yang  telah  diperoleh  para  siswa  baik  melalui 
wawancara,  observasi,  dan sebagainya,  lalu  ditafsirkan.  Semua 
informai  hasil  bacaan,  wawancara,  observasi,  dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan  cara  tertentu  serta  ditafsirkan  pada  tingkat 
kepercayaan  tertentu.
Data processing disebut  juga  dengan  pengkodean  coding/ 
kategorisasi  yang  berfungsi sebagai  pembentukan  konsep  dan 
generalisasi.  Dari  generalisasi  tersebut  siswa  akan mendapatkan 
pengetahuan  baru  tentang  alternatif  jawaban/  penyelesaian  yang 
perlu mendapat pembuktian secara logis.

6
Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prektek, Rineka Cipta, 2010,
h.265.
5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang
ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik


sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan
hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-
prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa
harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang
luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
6. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Discovery Learning
Adapun teknik Discovery Learning ini memiliki keunggulan yang
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Kelebihan teknik Discovery Learning
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan 
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
d. Metode  ini  memungkinkan  siswa  berkembang dengan  cepat  dan 
sesuai  dengan kecepatannya sendiri.
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkanakalnya dan motivasi sendiri.
f. Metode  ini  dapat  membantu  siswa  memperkuat  konsep  dirinya, 
Karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat  pada  siswa  dan  guru  berperan  sama-sama  aktif 
mengeluarkan  gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah padakebenaran yang final dan tertentuatau pasti.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajaryang baru.
k. Mendorong siswa berpikir danbekerja atas inisiatif sendiri.
l.  Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
p. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
q. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar.
r. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.7
7
Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, h. 34.
2. Kelemahan teknik Discovery Learning
a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara  konsep-
konsep,  yang  tertulis  atau  lisan,  sehingga  pada  gilirannya  akan 
menimbulkan frustasi.
b. Metode  ini  tidak  efisien  untuk  mengajar  jumlah  siswa  yang  banyak, 
karena membutuhkan waktu  yang  lama  untuk  membantu  mereka 
menemukan  teori  atau  pemecahan  masalah lainnya.
c. Harapan-harapan  yang  terkandung  dalam  metode  ini  dapat  buyar 
berhadapandengan  siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara
belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih  cocok  untuk  mengembangkan  pemahaman, 
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e. Pada  beberapa  disiplin  ilmu,  misalnya  kurang  fasilitas  untuk
mengukur  gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
f. Tidak  menyediakan  kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang  akan 
ditemukan oleh  siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.8

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Secara etimologi (bahasa) kata hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu
“hasil dan belajar”. Hasil adalah seuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan
dsb).9 sedangkan belajar adalah berusaha (berlatih dsb) supaya mendapatkan
suatu kepandaian. Jadi berdasarkan uraian pengertian diatas yang dimaksud
dengan hasil belajar adalah merupakan suatu perubahan daalam tingkah laku,
8
Roetiyah, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, h. 76-82.
9
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003, h. 408.
dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk
sesuai dengan hasil belajar yang diperoleh.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan setiap proses belajar mengajar
keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar. Istilah hasil
dapat diartikan sebagai prestasi dari apa yang telah dilakukan. Hasil belajar
dapat dilihat setelah evaluasi atau ujian akhir, berhasilkah para pendidik
menggunakan pembelajaran Discovery Learning. Keberhasilan pembelajaran
adalah keberhasilan siswa dalam membentuk kompetensi dan mencapai
tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing siswa dalam
pembelajaran.10
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar akan berhasil atau tidaknya proses
belajar menajar, dipengaruhi oleh beberapa faktor yangmempengaruhi
keberhasilan atau tidak berhasilnya proses belajar mengajar tersebut. Menurut
Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya hasil belajar
siswa dalam proses belajar ada faktor yaitu faktor Internal dan faktor
Eksternal adalah :
a. Faktor Internal adalah: Faktor yang ada di dalam individu yang sedang
belajar, faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah:
1) Faktor Jasmani, meliputi: Faktor Kesehatan dan Faktor Cacat Tubuh.
2) Faktor Psikologis, meliputi: Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat,
Motif, Kematangan, Kesiapan.
3) Faktor Kelelahan
b. Faktor Eksternal adalah: Faktor yang ada diluar individu
Adapun faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah :
10
Ibid, h. 121.
1) Faktor keluarga, yang meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayan.
2) Faktor sekolah, yang meliputi: pembelajara mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, diatas ukuran,
keadaan gedung, pembelajaran belajar, tugas rumah.
3) Faktor masyarakat, yang meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat,
media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.11

3. Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar


Siswa
Pengaruh pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar
siswa sangatlah penting. Dari segi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan setiap
proses belajar mengajar keberhasilannya di ukur dari seberapa jauh hasil
belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar siswa berasal dari dua kata dasar
yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi
dari apa yang dilakukan. Hasil belajar dapat dilihat setelah evaluasi atau
ujian akhir, berhasilkah para pendidik menggunakan pembelajaran
Discovery Learning. Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan siswa
dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan
guru dalam membimbing siswa dalam pembelajaran.12
Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi juga
dengan pembelajaran yang dipakai oleh guru tersebut. Di dalam proses
belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar

11
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2003,
hlm. 54-71.
12
Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, h. 121.
secara efektif dan efisien dan mengena pada tujuan yang diharapkan agar
siswa tersebut dapat berhasil.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
diakatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing
sejalan dengan tujuannya, namun untuk menyamakan persepsi sebaiknay
kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku pada saat ini yang telah
disempurnakan, antara lain bahwa “suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) nya dapat tercapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan
tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian
formatif ini tidak untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai
tujuan instruksional khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini
adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka
memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial
bagi siswa yang belum berhasil.13

C. Mata Pelajaran PAI Materi Perilaku Disiplin dan Tanggung jawab


1. Pengetian Disiplin dan Tanggung jawab
Disiplin adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran.
Disiplin dan Tanggung jawab merupakan induk dari sifat-sifat terpuji
(mahmudah). Disiplin dan Tanggung jawab juga disebut dengan benar
atau sesuai dengan kenyataan.
Disiplin dan Tanggung jawab adalah mengatakan sesuatu apa
adanya. Disiplin dan Tanggung jawab lawannya dusta. Berdusta adalah
menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Adapula yang berpendapat bahwa Disiplin dan Tanggung jawab itu
tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. ujur berarti
13
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 105.
keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada, jadi kalau suatu
berita  sesuai dengan  keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau
Disiplin dan Tanggung jawab , tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.
2. Pentingnya Perilaku Disiplin dan Tanggung jawab
Sifat Disiplin dan Tanggung jawab merupakan tanda keislaman
seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut.
Pemilik kedisiplinan dan Tanggung jawaban memiliki kedudukan yang
tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kedisiplinan dan Tanggung
jawabannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang
mulia dan selamat dari segala keburukan.
Syari’at Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat Disiplin
dan Tanggung jawab dalam segala keadaan, walaupun secara lahir
kedisiplinan dan Tanggung jawaban tersebut akan merugikan diri sendiri. 14
Allah SWT telah berfirman dalam Surat An-Nisaa’ Ayat 135 yang
berbunyi:
       
         
          
          

Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang
yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya
ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar-balikan ( kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka

14
http://mfahrisetiono.blogspot.com/2016/09/makalah-pendidikan-agama-islam
tentang.html(diakses tanggal 3 Oktober 2018, jam 22:30 WIB).
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” ( Q.S. An- Nisaa’ : 135 ).
Allah selalu memerintahkan kita untuk berlaku benar baik
dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya :
       

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” ( Q.S. At-Taubah :
119 ).15

3. Pengaruh Disiplin dan Tanggung jawab dan bohong pada kehidupan


Nilai-nilai Disiplin dan Tanggung jawaban memang cukup sulit untuk
diterapkan pada setiap orang bila hatinya sudah dipengaruhi berbagai
kepentingan dan keuntungan. Orang yang sering berteriak-teriak tentang
Disiplin dan Tanggung jawab saja ternyata banyak yang berbulu musang.
lidahnya bicara nilai-nilai kedisiplinanan dan pertanggung jawaban, namun
pada saat lain batinnya bicara kemunafikan. Lidah dan hati justru mudah
mereka permainkan dan memang dalam berbagai kehidupan sekitar saja
mencari hal-hal Disiplin dan Tanggung jawab saja boleh jadi sangat sulit,
apalagi pada masa sekarang ini, mencari orang disiplin dan Tanggung jawab ,
ibarat mencari jarum ditumpukan jerami. Kedisiplinanan dan Tanggung jawab
saat ini sepertinya merupakan harga yang sangat mahal dan langka untuk
diketemui. Cobalah lihat berapa banyak orang yang Disiplin dan Tanggung
jawab dinegeri kita ini. Terjadinya krisis yang berkepanjangan di negeri kita
salah satu penyebabnya adalah kita sering meninggalkan hal-hal yang
berkaitan dengan Disiplin dan Tanggung jawab, dengan tidak disiplin dan
tidak bertanggung jawab maka bangsa ini jadi terpuruk, dengan ketidak
disiplin dan Tanggung jawaban mereka orang jadi tidak menghargai hukum,
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mekar Surabaya, 2004.
dengan ketidak disiplinan dan pertanggung jawaban mereka akhirnya moral
tergadaikan. Paling mengerikan adalah bahwa ketidak Disiplin dan Tanggung
jawaban bangsa ini sudah menjadi sebuah kesepakatan baik dalam bentuk
lembaga maupun individual.
        "Katakan yang benar walau terasa pahit", saat ini sangat sulit untuk
dijalankan, kita semua terbelenggu dengan sebuah keraguan dan ketakutan
dengan ungkapan seperti itu, ketika kita akan mengungkapkan sebuah
kedisiplinan dan Tanggung jawaban kita pasti berfikir akan adanya sebuah
resiko. Bagi orang yang sering menerapkan prinsip-prinsip kedisiplinan dan
Tanggung jawaban, biasanya mereka terlihat tenang dan damai, mereka tidak
berfikir akan resiko karena mereka tahu bahwa mereka benar, mereka juga
tahu bahwa prinsip seperti ini justru merupakan ajaran hidup yang dipuji oleh
Tuhan, buat mereka kedisiplinan dan Tanggung jawaban harus ada, mereka
merasa bahwa mereka tidak ada beban sama sekali dalam hidup ini.
Hidup dijalani apa adanya, mengalir seperti air. Orang-orang yang terbiasa
Disiplin dan Tanggung jawab justru banyak yang segan dengan prilakunya,
boleh jadi saat dia hidup tidak dipandang, namun setelah ia wafat orang akan
tersu terkenang akan kebaikan dirinya karena ia terkenal dengan kedisiplinan
dan Tanggung jawabannya.
 Pengaruh kedisiplinan dan Tanggung jawaban bagi orang yang
menjalaninya dengan baik sangatlah luar biasa. Orang yang terbiasa hidup
Disiplin dan Tanggung jawab ketika akan melakukan kebohongan tentu akan
berfikir akibat dari kebohongan itu, minimal antara dirinya dengan manusia,
lihatlah contoh negara-negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan
dan Tanggung jawaban, semua maju dengan pesat dalam segala bidang,
padahal negara-negara tersebut ada yang tidak beragama, kenapa mereka
maju? karena mereka telah mengedepankan nilai-nilai kedisiplinan dan
Tanggung jawaban dalam hidupnya, hanya mungkin yang kurang pada diri
mereka hubungan dirinya dengan Tuhan, dengan kita menjungjung tinggi nilai
kedisiplinan dan Tanggung jawaban hidup kita tidak akan pernah gelisah,
apalagi kedisiplinan dan Tanggung jawaban itu sangat diagungkan oleh
Tuhan. Ingat para nabi diturunkan dimuka bumi ini semua diperintahkan oleh
Tuhan untuk Disiplin dan Tanggung jawab dalam mengungkapkan
kebenaran, mereka dilarang untuk takut dalam mengungkapkan kebenaran,
karena takut adalah merupakan sikap yang buruk dalam menjunjung tinggi
sebuah kedisiplinan dan Tanggung jawaban.16

4. Hikmah Perilaku Disiplin dan Tanggung jawab


Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari perilaku Disiplin dan Tanggung
jawab, antara lain sebagai berikut :
a. Perasaan enak dan hati tenang, Disiplin dan Tanggung jawab akan
membuat kita menjadi tenang, tidak takut akan diketahui kebohongannya
karena memang tidak berbohong.
         
  
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram” (Q.S. Ar-Ra’d : 28).
b. Mendapat kemudahan dalam hidupnya.
c. Selamat dari azab dan bahaya.
          
        
          
         
       

Artinya : “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat
dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya?
Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir.

16
http://rizkikiki878.blogspot.com/2016/12/makalahhidup-nyaman-dengan-perilaku.html.
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki
pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. Agar
Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang
mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan” (Q.S. az-Zumar : 32-35)
d. Dijamin masuk surga.
e. Dicintai oleh Allah Swt. Dan rasul-Nya.17

17
http://mfahrisetiono.blogspot.com/2016/09/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html

Anda mungkin juga menyukai