Bab Ii
Bab Ii
1
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2013, h, 115.
2. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Berorientasi pada Pengalaman Intelektual
Tujuan utama dari strategi pembelajaran Discovery Learning adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi
pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar, juga berorientasi
pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi Discovery Learning bukan
ditentukan oleh sejauh mana peserta didik mampu menguasai materi
pelajaran, tetapi sejauh mana peserta didik beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu.
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru,
bahkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya. Pendidik
atau guru perlu mengarahkan agar peserta didik bisa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c. Prinsip bertanya
Tugas utama guru atau pendidik dalam menerapkan pembelajaran
Discovery Learning adalah menjadi penanya yang baik bagi peserta didik.
Artinya, bagaimana upaya yang harus dilakukan guru agar peserta didik
menjadi kritis, kemudian melontarkan pertanyaan-pertanyaan tajam. Berbagai
jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya
hanya sekedar untuk meminta perhatian peserta didik, bertanya untuk
melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk
menguji.
d. Prinsip belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptile, otak limbic,
maupun otak neokorteks.
e. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala
sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, anak perlu diberikan kebebasan
untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika maupun
nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotes, dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.2
3. Konsep Dasar Model Pembelajaran Discovery Learning
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran Discovery
Learning. Pertama, strategi Discovery Learning menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi
Discovery Learning menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Sesungguhnya metode Discovery Learning merupakan pembentukan
kategori-kategori atau konsep-konsep yang dapat memungkinkan terjadinya
generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang Nampak
dalam Model Pembelajaran Discovery, bahwa Discovery adalah
pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem
coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding
dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang
terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events). Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri. Strategi pembelajaran Discovery Learning menempatkan
2
Ibid, h. 119-121.
guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan
motivator belajar siswa. Ketiga, tujuan dari penggunaan pembelajaran
Discovery Learning adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
aktif, sistematis, logis dan kritis.3
4. Nilai-Nilai Karakter dalam Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah
Nilai karakter ini tampak jelas dalam transformasi pencarian
jawaban atas pertanyaan atau masalah yang akan dibahas. Aktivitas
peserta didik sepanjang proses atau aktivitas mencari hingga menemukan
jawaban merupakan internalisasi “rasa ingin tahu” yang memuncak.
b. Berpusat pada peserta didik
Pembelajaran Discovery Learning menuntut peserta didik-
termasuk guru-untuk bekerja keras menemukan jawaban atau solusi atas
pertanyaan atau masalah yang dibahas. Tanpa kerja keras atau belajar
sungguh-sungguh, jawaban tersebut tidak akan ditemukan. Dengan nilai
karakter kemandirian ini, akan tertanam dalam diri peserta didik jika
proses pembelajaran diformulasikan secara individu. Dengan demikian,
peserta didik akan bertanggung jawab atas jawaban yang ditemukan.
c. Kreatif dan Inovatif
Penggabungan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama ini akan
muncul sebuah aktualisasi nilai karakter kreatif dan inovatif tercermin
dalam upaya-upaya atau cara-cara baru (inovatif) yang ditempuh peserta
didik guna menemukan jawaban atas masalah atau pertanyaan yang
dibahas, agar lebih cepat dan hasilnya akurat.4
5
Syah, M, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004, h. 244.
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan
stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa
pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian
seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi
stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk
mengeksplorasi dapat tercapai.
2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan
yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik
yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk
menemukan suatu masalah.
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang penting di dalam
langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting
lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki
cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. Itulah sebabnya
menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius
agar diperoleh hasilyang sesuai dengan kegunaanya yaitu pengumpulan
variable yang tepat. Instrumen yang sifatnya masih umum, misalnya
pedoman wawancara dan pedoman pengamatan, masih mudah
diinterpresentasikan oleh pengumpul data.6 Pada tahap ini berfungsi
untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis.
Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari
tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu
yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua
informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/
kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan
pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang
perlu mendapat pembuktian secara logis.
6
Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prektek, Rineka Cipta, 2010,
h.265.
5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang
ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Secara etimologi (bahasa) kata hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu
“hasil dan belajar”. Hasil adalah seuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan
dsb).9 sedangkan belajar adalah berusaha (berlatih dsb) supaya mendapatkan
suatu kepandaian. Jadi berdasarkan uraian pengertian diatas yang dimaksud
dengan hasil belajar adalah merupakan suatu perubahan daalam tingkah laku,
8
Roetiyah, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, h. 76-82.
9
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003, h. 408.
dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk
sesuai dengan hasil belajar yang diperoleh.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan setiap proses belajar mengajar
keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar. Istilah hasil
dapat diartikan sebagai prestasi dari apa yang telah dilakukan. Hasil belajar
dapat dilihat setelah evaluasi atau ujian akhir, berhasilkah para pendidik
menggunakan pembelajaran Discovery Learning. Keberhasilan pembelajaran
adalah keberhasilan siswa dalam membentuk kompetensi dan mencapai
tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing siswa dalam
pembelajaran.10
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar akan berhasil atau tidaknya proses
belajar menajar, dipengaruhi oleh beberapa faktor yangmempengaruhi
keberhasilan atau tidak berhasilnya proses belajar mengajar tersebut. Menurut
Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya hasil belajar
siswa dalam proses belajar ada faktor yaitu faktor Internal dan faktor
Eksternal adalah :
a. Faktor Internal adalah: Faktor yang ada di dalam individu yang sedang
belajar, faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah:
1) Faktor Jasmani, meliputi: Faktor Kesehatan dan Faktor Cacat Tubuh.
2) Faktor Psikologis, meliputi: Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat,
Motif, Kematangan, Kesiapan.
3) Faktor Kelelahan
b. Faktor Eksternal adalah: Faktor yang ada diluar individu
Adapun faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah :
10
Ibid, h. 121.
1) Faktor keluarga, yang meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayan.
2) Faktor sekolah, yang meliputi: pembelajara mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, diatas ukuran,
keadaan gedung, pembelajaran belajar, tugas rumah.
3) Faktor masyarakat, yang meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat,
media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.11
11
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2003,
hlm. 54-71.
12
Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, h. 121.
secara efektif dan efisien dan mengena pada tujuan yang diharapkan agar
siswa tersebut dapat berhasil.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
diakatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing
sejalan dengan tujuannya, namun untuk menyamakan persepsi sebaiknay
kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku pada saat ini yang telah
disempurnakan, antara lain bahwa “suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) nya dapat tercapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan
tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian
formatif ini tidak untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai
tujuan instruksional khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini
adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka
memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial
bagi siswa yang belum berhasil.13
14
http://mfahrisetiono.blogspot.com/2016/09/makalah-pendidikan-agama-islam
tentang.html(diakses tanggal 3 Oktober 2018, jam 22:30 WIB).
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” ( Q.S. An- Nisaa’ : 135 ).
Allah selalu memerintahkan kita untuk berlaku benar baik
dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” ( Q.S. At-Taubah :
119 ).15
16
http://rizkikiki878.blogspot.com/2016/12/makalahhidup-nyaman-dengan-perilaku.html.
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki
pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. Agar
Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang
mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan” (Q.S. az-Zumar : 32-35)
d. Dijamin masuk surga.
e. Dicintai oleh Allah Swt. Dan rasul-Nya.17
17
http://mfahrisetiono.blogspot.com/2016/09/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html