592 1216 1 PB PDF
592 1216 1 PB PDF
592 1216 1 PB PDF
Yuyu Yuliati
Universitas Majalengka
Email: yuyuliati74@gmail.com
Abstrak
21
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442
22
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442
382. Selanjutnya, pada tahun 2015 (PISA, 2006). Dalam hal ini guru memiliki
Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari peranan yang sangat vital dalam
72 negara yang ikut serta, dengan perolehan menentukan keberhasilan peserta didik.
skor yaitu 403. Berdasarkan hasil tiga kali Oleh karena itu guru hendaknya memiliki
survey tersebut skor siswa Indonesia pada kemampuan yang mumpuni dalam
kemampuan literasi sains masih jauh merencanakan dan melaksakan
dibawah skor standar internasional yang pembelajaran. Salah satu alternatif yang
ditetapkan oleh lembaga OECD. dapat dilakukan dalam rangka
Rendahnya hasil belajar sains ditengarai menyelesaikan permasalahan di atas adalah
berhubungan dengan proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran sains
sains yang belum memberikan peluang bagi yang tidak hanya menekankan pada
peserta didik untuk mengembangkan penguasasan konsep tetapi juga
kemampuan bernalar secara kritis. Berikut memperhatikan aspek lainnya.
merupakan beberapa penelitian yang
menunjukan bahwa masih lemahnya PEMBAHASAN
kemampuan guru dalam 1. Literasi sains
mengimplementasikan proses dan kegiatan Secara harfiah, literasi sains terdiri dari
pembelajaran yang sesuai dengan hakikat kata yaitu literatus yang berarti melek huruf
sains. Pembelajaran sains masih bercirikan dan scientia yang diartikan memiliki
transfer sains sebagai produk (fakta, pengetahuan. Literasi sains merupakan
hukum, dan teori) yang harus dihafalkan kemampuan menggunakan pengetahuan
sehingga aspek sains sebagai proses dan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan
sikap benar-benar terabaikan (Istyadji, menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
2007: 2). Pada penelitiannya Suroso (2012) bukti, dalam rangka memahami serta
menyimpulkan bahwa pembelajaran tidak membuat keputusan berkenaan dengan alam
dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, dan perubahan yang dilakukan terhadap
pembelajaran jarang dimulai dari masalah- alam melalui aktivitas manusia (OECD,
masalah aktual, pembelajaran sains di 2003).
sekolah dasar cenderung bertolak dari Literasi sains menurut PISA diartikan
materi pelajaran bukan dari tujuan pokok sebagai “ the capacity to use scientific
pembelajaran sains dan kebutuhan peserta knowledge , to identify questions and to
didik, dan tindak pembelajaran sains draw evidence-based conclusions in order
cenderung hanya mengantisipasi ujian. to understand and help make decisions
Berbagai temuan empiris yang telah about the natural world and the changes
dipaparkan sebelumnya merupakan indikasi made to it through human activity”.
bahwa pembelajaran sains yang terlaksana Berdasarkan pemaparan tersebut literasi
selama ini cenderung merupakan aktivitas sains dapat didefinisikan sebagai
konvensional yang berdampak pada kemampuan menggunakan pengetahuan
rendahnya hasil belajar peserta didik. sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan
Kondisi ini menuntut adanya pembenahan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
dalam pembelajaran sains untuk bukti, dalam rangka memahami serta
mewujudkan pembelajaran yang lebih membuat keputusan berkenaan dengan alam
efektif terutama pada tingkat sekolah dasar dan perubahan yang dilakukan terhadap
supaya pada prosesnya lebih menekankan alam melalui aktivitas manusia. Unsur
pada ketercapaian produk, proses, dan sikap pokok yang terdapat pada literasi sains
ilmiah. Hal ini sangat penting, karena menurut Harlen (2004: 64) diantara nya
penilaian literasi sains menurut PISA bukan adalah :
hanya pada konten tetapi meliputi context, 1. concepts or ideas, which help
knowledge (knowledge of science and understanding of scientific aspects of
knowledge about science), serta attitudes the world around and which enable us
23
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442
24
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442
serta memberikan ruang yang cukup bagi around them, and build up their
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian confidence in their ability to enquire
sesuai dengan bakat, minat, dan into its behaviour. It should seek to
perkembangan fisik serta psikologis siswa. foster a sense of wonder, enthusiasm
Penjelasan tersebut dimaksudkan supaya and interest in science so that young
pembelajaran menjadi aktivitas yang people feel confident and competent to
bermakna dimana setiap siswa dapat engage with scientific and technical
mengembangkan seluruh potensi yang matters.
dimilikinya. 2. help young people acquire a broad,
Pembelajaran yang menitik beratkan general understanding of the important
kepada pencapaian literasi sains adalah ideas and explanatory frameworks of
pembelajaran yang sesuai dengan hakitat science, and of the procedures of
pembelajaran sains yang mana scientific enquiry, which have had a
pembelajaran tidak hanya sekedar major impact on our material
menekankan pada hafalan pengetauan saja environment and on our culture in
melainkan berorientasi pada proses dan general.
ketercapaian sikap ilmiah. Oleh karena itu,
pembelajaran sebaiknya dilaksanakan Berdasarkan penjelasan di atas alternatif
secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) pembelajaran yang dapat dilakukan untuk
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, meningkatkan kemampuan literasi sains
bekerja dan bersikap ilmiah serta peserta didik adalah dengan menerapkan
mengkomunikasikannya sebagai aspek pembelajaran sains yang mengedepankan
penting kecakapan hidup. Pemberian pada pengembangan sikap, gagasan, dan
pengalaman langsung dengan cara inkuiri keterampilan proses sains yang
kritis ini, diharapkan dapat membantu menekankan pada kegiatan inkuiri ilmiah,
peserta didik untuk memperoleh dengan pembelajaran seperti itu maka akan
pemahaman yang lebih mendalam tentang meningkatkan antusiasme, minat, dan
alam sekitar. Sedangkan, keaktifan atau kekaguman siswa akan sains.
proses kerja inkuiri dalam mengikuti proses Terdapat beberapa alternatif model
pembelajaran diperlukan agar pengetahuan pembelajaran yang cukup efektif dalam
yang diperoleh peserta didik dapat lebih membangun literasi sains untuk siswa
bertahan lama. Proses kerja inkuiri ini sekolah dasar pada konteks pendidikan
dilakukan dalam kerja kolaboratif sehingga abad 21. Model pembelajaran tersebut salah
siswa akan mampu berkolaborasi sekaligus satunya adalah pembelajaran berbasis
akan terampil berkomunikasi. Selain itu masalah (PBM). Pembelajaran berbasis
kebermaknan pembelajaran sains juga dapat masalah merupakan salah satu
dicapai dengan cara mengaitkan konsep pembelajaran yang berorientasi pada siswa
yang dipelajari peserta didik dengan aktif. Mengapa harus pembelajaran berbasis
kehidupan sehari-hari hal ini dikarenakan masalah?, Mengingat begitu pesatnya
keberhasilan pembelajaran dalam perkembangan sains dan teknologi di era
mewujudkan visinya ditunjukkan apabila modern, dapat berdampak pada munculnya
peserta didik memahami apa yang dipelajari berbagai permasalahan global sehingga
serta dapat mengaplikasikannya dalam dalam pembelajaran peserta didik
menyelesaikan berbagai permasalahan pada senantiasa harus dilatih memecahkan
kehidupan sehari-hari. Millar dan Osbome berbagai permasalahan yang bersifat
(Harlen, 2004: 63) literasi sains dapat autentik. Pada pembelajaran berbasis
ditingkatkan dengan memperhatikan masalah, masalah dijadikan sebagai
pembelajaran sebagai berikut : stimulus dan fokus bagi aktivitas belajar
1. sustain and develop the curiosity of siswa. Permasalahan yang dimunculkan
young people about the natural world dalam pembelajaran biasanya berupa kasus,
uraian permasalahan, tantangan hidup nyata
25
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442
26
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442
27
p-ISSN: 2442-7470
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017
e-ISSN: 2579-4442
28