A G5P4A0 DI
TAHUN 2019
Oleh
NURLAELA RAMLI
NIM. 17154010024
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Setelah melewati proses persalinan ibu masuk ke masa nifas. Masa nifas
(puerperium) adalah : dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu
3 bulan (Saleha, 2013).
Asuhan masa nifas dibutuhkan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum harus
diajarkan dan ditanamkan. Status gizi ibu nifas sangat berpengaruh terhadap proses
penyembuhan luka. Gizi ini berfungsi untuk membantu proses metabolisme,
pemulihan dan pembentukan jaringan baru. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu
nifas bisa didukung oleh Ante natal care (ANC) yang baik. Keaktifan petugas
kesehatan dalam memberikan penyuluhan saat ANC dapat meningkatkan
pengetahuan ibu nifas dalam mendukung proses penyembuhan luka (Suryati, 2013).
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan yaitu mulai
dengan seseorang merencanakan jumlah dan jarak kehamilannya dengan
menggunakan KB (Keluarga Berencana), mencegah dan mengurangi seorang
perempuan hamil mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan, masa nifas
upaya melakukan asuhan kematian atau kesakitan dengan melakukan Pelayanan
Obstetrik Neonatal Esensial Dasar (Prawirohardjo, 2009)
Selain merawat ibu bidan juga merawat bayi baru lahir atau neonatus. Bayi
baru lahir ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstra uterin. Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan
42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat
bawaan (Rukiyah, 2013)
Salah satu provinsi yang memiliki AKI dan AKB yang masih cukup tinggi
adalah Provinsi Maluku Utara, yaitu tahun 2014 hingga 2015 terdapat 46 orang
meninggal dunia saat melahirkan, sementara bayi usia 0 sampai 1 tahun sebanyak
86 orang (Ikatan Bidan Indonesia, 2016), pada tahun 2016 AKI di provinsi
Maluku Utara masih tercatat 64 kasus dari 100 ribu kelahiran hidup, (kementrian
Kesehatan RI 2016).
Selain asuhan kebidanan pada masa kehamilan, dan nifas bidan juga
memberikan pelayanan KB pada ibu. Pengertian Keluarga berencana merupakan
usaha suami-istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha
yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan
keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki
mencapai dan membuahi telur wanita (fertelisasi) atau mencegah telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.
(Purwoastuti, 2015)
Oleh karna itu penulis tertarik untuk ambil kasus dengan judul
Asuhan Kebidanan Koprehensif pada Ny “A” G5P4A0 di Kelurahan Kayu
Merah Wilayah Kerja Puskesmas Kalumata Tahun 2019?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
Koprehensif.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu Melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny.”A”
2. Mampu menyusun dianosa actual, yang terjadi pada Ny “A”
3. Mampu Menentutukan masalah potensial yang terjadi pada Ny “A”
4. Mampu Menentukan perlu tidaknya tindakan segera dan kolaborasi yang
harus dilakukan pada Ny “A”
5. Mampu Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny “A”
6. Mampu melakukan imlementasi tindakan asuhan kebidanan pada Ny “A”
7. Mampu Melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan pada Ny “A”
8. Mampu Melakukan Dokumentasi Kebidanan Menggunakan SOAP.
1. Kelainan letak janin, disebabkan oleh karena dinding rahim dan atau
dinding perut yang telah longgar akibat dari persalinan yang
terdahulu.
2. Anemia dalam kehamilan.
3. Kelainan endokrin, misalnya kencing manis (diabetes mellitus).
4. Gangguan kardiovaskuler, misalnya kelainan jantung, tekanan darah
tinggi (hipertensi).
5. Kelainan letak plasenta (plasenta previa) karena dinding rahim tempat
perlekatan plasenta yang normal (di daerah fundus dan corpus rahim)
sudah pernah dilekati plasenta pada kehamilan sebelumnya sehingga
pada kehamilan yang lebih dari lima kali, plasenta melekat di bagian
bawah rahim.
6. Solutio plasenta, adalah suatu keadaan dalam kehamilan dimana
plasenta yang tempat perlekatannya yang normal (pada fundus dan
corpus uteri) terlepas sebelum waktunya (pada kala III).
7. Robekan pada rahim (ruptura uteri), penyebabnya adalah dinding
rahim pada ibu yang telah melahirkan beberapa kali bayi yang dapat
hidup (viable) sudah lemah. Rintangan yang sangat kecil pada
kehamilan maupun pada proses persalinan dapat menimbulkan
robekan pada rahim.
8. Terhambatnya kemajuan persalinan oleh karena kontraksi rahim
kurang.
9. Rahim tidak berkontraksi setelah proses persalinan dimana dapat
menimbulkan perdarahan setelah persalinan.
10. Perut gantung diakibatkan oleh karena berkurangnya kemampuan
otot-otot dinding perut (otot-otot dinding perut menjadi lemas)
sehingga dapat terjadi kesalahan letak janin, kepala janin tidak masuk
ke ruang rongga panggul.
1) Pengertian
Pada kala IV persalinan, biasanya ibu sudah merasa lega karena bayi
dan plasenta sudah lahir.Pembesaran uterus seketika langsung mengecil
tidak seperti saat janin dan plasenta masih didalam. Proses involusio
uteri sedang berlangsung.
3) Kebutuhan ibu Kala IV Ibu membutuhkan waktu untuk beristirahat
karena sudah melewati proses yang panjang dan juga dukungan dari
suami dan keluarga
1. Melihat tanda dan gejala kala II : Mempunyai keinginan meneran, ibu merasa
tekanan yang semakin meningkat pada rektum atau vaginanya, perineum
menonjol, vulvavagina dan sfingter ani membuka.
2. Menyiapkan pertolongan persalinan. Memastikan perlengkapan, bahan dan
obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker dan kacamata.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan dengan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau steril
untuk semua pemeriksaan dalam \
6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dan meletakkan kembali di
partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas/kassa yang sudah dibasahi air DTT. Jika
mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang. Membuang kapas/kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang
benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya dalam larutan klorin
0,5%
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (100-180 kali/menit)
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu
ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yag kuat untuk
meneran : membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu meneran
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu
16. Membuka partus set
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakkan tangan yang lain di kepala bayi
dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahanlahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain kassa yang
bersih
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi : jika tali pusat
melilit leher janin dengan longgar lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika
tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke atas dan ke arah luar hingga bahu
anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyanggah
tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hatihati membantu melahirkan bayi
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala sedikit rendah dari tubuhnya (bila bayi
mengalami asfiksia lakukan resusitasi)
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak
kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/IM
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan pengurutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama ( ke arah ibu)
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimutyang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas ambil
tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit
IM di gluteus atau 1/3 paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati unutk membantu mencegah terjadinya
inversio uteri . jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
Penegangan Tali Pusat (PTT) dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan puting susu
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat bertambha
panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva. Jika
plasenta tidak lepas setelah melakukan PTT selama 15 menit : mengulangi
pemberian oksitosin 10 unit IM, menilai kandung kemih dan dilakukan
kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai
sarung tangan DTT atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forsep DTT atau steril
untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( fundus menjadi keras)
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel pada ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap
dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik, maka
ambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan klorin
0,5%, membilas kedua tangan dengan air DTT dan mengeringkannya dengan
kain yang bersih dan kering.\
44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali DTT
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kering
48. Menganjurkan ibu untuk mulai memberikan ASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam : 2-3 kali
dalam 15 menit pertama pascapersalinan. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
pascapersalinan. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan. Jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk
penatalaksanaan atonia uteri. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan
penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua
jam pertama pascapersalinan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dokumentasi
(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan
ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Melengkapi Partograf
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi baru lahir
spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Ruptur perineum
derajat II adalah robekan yang mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum (Yulianti dan Rukiyah, 2010).
Sumber: https://rizkimarizayeni.wordpress.com/2014/06/24/robekan-perineum
1. Pengertian.
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk medekatkan tepi luka
dengan benang sampai sembuh
2. Tujuan
a. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan perlukan sehingga proses
penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu bukanlah hasil
dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan
b. Untuk mengentikan perdarahan
3. Prinsip dasar penjahitan perineum (Rohani dkk, 2011)
a. Ibu dalam posisi litotomi.
b. Pengunaan cahaya yang cukup terang
c. Tindakan cepat
d. Tehnik yang steril
e. Bekerja hati-hati jangan sampai kassa tertingal dalam vagina
4. Langkah-langka penjahitan perineum ( Rohani dkk,2011)
a. Periksa robekan secara lengkap dengan mengunakan kassa DTT
secara lembut sambil menilai luas dan dalamnya robekan
b. Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar
lidokain bekerja.
c. Siapkan jarum,benang cat gut dan gunting
1) Robekan perineum derajat I,pada umumnya dapat sembuh sendiri
tidak perlu dijahit
2) Robekan perineum derajat II.
a) Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasai
di mukosa vagina.Setelah itu buat ikatan dan potong pendek
benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira
1cm.
b) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah
ke arah cicin hymen.
c) Tepat sebelum cicncin hymen, masukkan jarum ke dalam
mukosa vagina lalu kebelakang cincin hymen sampai jarum
ada di dawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka
perineum
d) Gunakan tehnik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat
kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya
e) Setelah di jahit sampai ujung luka, putarlah jarumlah dan
mulailah menjahit kearah vagina dengan mengunakan jahitan
subkutikuler
f) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari
kelingking kedalam anus
g) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan
tidak ada kassa yang tertinggal didalam
h) Cuci area genital dan kompres dengan kasa, betadin.
i) Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke
vagina dibelakang cincin hymen untuk diikat dengan
simpul mati dan dipotong benangnya
3) Robekan perineum derajat III dan IV, dilakukan penjahitan
dengan teliti, mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit
kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulussfingter ani yang
robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti
pada robekan perineum derajat II.
4) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking
kedalam anus
5) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak
ada kassa yang tertinggal didalam
6) Cuci area genital dan kompres dengan kasa, betadin.
a. Tahapan Nifas Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu (Walyani, 2015) :
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam Lochea selama masa nifas menurut
Walyani, 2015 yaitu :
3) Lochea Serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 postpartum.
f. Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis,
yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let down.
2. Tahap II : Fase Taking Hold Periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung dan
marah. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu.
4. Defekasi (BAB) Buang Air Besar biasanya tertunda selama 2-3 hari
setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diit cairan, obat-obatan
analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit. Memberikan
asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara
teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.
6. Istirahat dan Tidur Istirahat yang diperlukan ibu nifas sekitar 7 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari. Dan untuk melakukan kegiatan
rumah tangga secara perlahan.
7. Seksual Aktifitas seksual aman setelah darah merah berhenti, dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Ada kepercayaan/budaya yang memperbolehkan melakukan hubungan
seks selama 40 hari atau 6 minggu, oleh karena itu perlu
dikompromikan antara suami dan istri.
a. Tujuan Asuhan Nifas Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas
menurut (Heryani, 2015) yaitu,
1. BB 2.500-4.000 gram
10. Genetalia: Pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora,
pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada
12. Refleks moro atau gerak mememeluk jika dikagetkan sudah baik
a. Sistem Pernafasan Pernapasan normal pada bayi terjadi dalam waktu 30 detik
setelah kelahiran. Pernapasan pada neonatus adalah pernapasan diafragmatik
dan abdominal serta biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya
pernapasan.
b. Kulit Pada bayi baru lahir kulit berwarna kemerahan dan akan semakin
hitam. Sebagian bayi baru lahir terdapat vernic caseosa terutama pada daerah
bahu, belakang badan, lipat paha dan dibawah tangan, vernic caseosa
berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh intra uterin dan akan
menghilang 2-3 hari setelah lahir. Terdapat juga lanugo yang merupakan
rambut halus dan lunak yang sering menutupi daerah kepala dan muka.
c. Sistem Urinarius Neonatus harus miksi dalam 24 jam setelah lahir, dengan
jumlah urine sekitar 20-30 ml/hari.
a. Pengertian
Asuhan Asuhan pada bayi baru lahir meliputi membersihkan jalan
napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh
bayi, dan memberikan vitamin K (Prawihardjo, 2014).
Asuhan Normal adalah asuhan yang diberikan kepada bayi yang tidak
memiliki indikasi medis untuk dirawat di rumah sakit, tetapi tetap berada
di rumah sakit karena ibu mereka membutuhkan dukungan.Asuhan normal
diberikan pada bayi yang memiliki masalah minor atau masalah medis
yang umum (Williamson, 2014).
c. Penanganan BBL
1. Pemberian Imunisasi pada Bayi Baru Lahir Vaksin Umur Penyakit yang
dapat dicegah HEPATITIS B 0-7 hari
2. Mencegah hepatitis B (kerusakan hati)
3. BCG 1 bulan Mencegah TBC (Tuberkulosis) yang berat POLIO 1-4
bulan Mencegah polio yang dapat menyebabkan lumpuh layu pada
tungkai dan lengan
4. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) 2-4 bulan Mencegah difteri yang
menyebabkan penyumbatan jalan nafas, mencegah pertusis atau batuk
rejan (batuk 100 hari) dan mencegah tetanus
5. CAMPAK 9 bulan Mencegah campak yang dapat mengakibatkan
komplikasi radang paru, radang otak, dan kebutaan Sumber :Kemenkes
RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta
6. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai
dalam segera setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu memeluk dan
mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat di klem
dan dipotong. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan melalui
pemberian ASI secara dini yaitu (Rukiyah, 2013) :
2.7.1 Asuhan KB
c. Implan
d. Suntik
e. KONDOM
3. 20cm
20
4. 24
24cm
28cm
5. 28
6. 32cm 32
7. 36cm 36
8. 40cm 40
Kehamilan
psikologi
Perubahan fisik
emosi seksual
Keletihan
Uterus membesar
Perubahan bentuk fisik
Sikap ibu
ibu
Sering miksi Takut
Payudara membesar Khawatir
Kenaikan BB Bahagia
Sakit Punggung dan
panggul
Odema dibeberapa
bagian tubuh
BAB III
METODE STUDI KASUS
TINJAUAN KASUS
No Register : 702
STEP I. PENGKAJIAN
A. Identitas Isteri/Suami
1. Nama : Ny. A/ Tn. M
2. Umur : 42 Tahun / 35 Tahun
3. Suku : Ternate/ Ternate
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP / SMP
6. Pekerjaan : IRT / Bagunan
7. Alamat Rumah : Kel. Kayu Merah
B. Data Biologis/Fisiologis
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan sakit punggung
2. Riwayat Keluhan Utama
a. Mulai timbul : Sejak 3 hari yang lalu
b. Sifat keluhan : Menetap
Keluhan yang menyertai :1. Ibu mengatakan cepat lelah
2. Ibu cemas terhadap kehamilannya
2. Riwayat Menstruasi
a. Haid pertama / Menarce : 15 tahun
b. Siklus : 28-30 hari
c. Banyaknya : 3x ganti pembalut
d. Teratur / Tidak teratur : Teratur
e. Lamanya : 5-6 hari
f. Sifat darah : Merah segar
g. Disminorrhoe : Tidak Ada
3. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : SAH Kawin : 2 x
b. Kawin 1 : Umur 22 Tahun, dengan suami
umur 30 Tahun. Lamanya 8 tahun,
Anak 2 orang
c. Kawin 2 : Umur 39 Tahun dengan suami umur
28 tahun lamanya 5 tahun, anak 2
orang
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu
Anak Keadaan
Jenis
Tahun Tempat Anak
N Umur Hamil Persali Penolong Penyulit Nifas
Partus Partus JNS BB PB Sekara
o nan
ng
9 bulan 9 Tidak 5000
1 18-12-2003 RSUD Normal Bidan L - Normal
hari Ada gram Hidup
9 bulan 7 Tidak 3000 49
05-09-2005 Rumah Normal Bidan L Normal Hidup
2 hari Ada gram cm
9 bulan Tidak 3,700 50
08-03-2014 RSUD Normal Bidan L Normal Hidup
3 7hari Ada gram cm
9 bulan 7 Tidak 3,700 50
4 16-03-2016 RSUD Normal Bidan L Normal Hidup
hari Ada gram cm
5. Riwayat Laktasi : Tidak ada
6. Riwayat Hamil Ini : G5P4A0
a. HPHT : 12-03-2019
b. Taksiran Persalinan : 19-12-2019
c. Umur Kehamilan : 28 Minggu 2 hari
d. Trimester II : 4-6 bulan
1) Keluhan : Sakit punggung
a. ANC : Bidan dan dr. Sp.OG
Imunisasi TT : 2 kali
2) Penyuluhan : Makan sedikit tapi sering
3) Therapy : Vitamin
e. Trimester III : 7-9 bulan
1) Keluhan : Cepat Lelah
a. ANC : Bidan dan dr.Sp.OG
Imunisasi TT : 1 kali
2) Penyuluhan : Makan sedikit tapi sering
3) Therapy : Vitamin
f. Pergerakan Janin pertama kali : Sudah di rasakan pada usia
kehamilan 24 minggu
7. Riwayat Keluarga Berencana : Ada, KB Suntik 3 bulan
8. Riwayat Penyakit Sistemik : Tidak ada
9. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
a. Penyakit yang pernah di derita : Hemorrhoid
b. Riwayat opname : Tidak pernah
c. Riwayat trauma : Tidak ada
d. Riwayat operasi : Tidak ada
e. Riwayat transfusi : Tidak Pernah
f. Riwayat alergi : Tidak ada
10. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular : Tidak ada
b. Riwayat penyakit keturunan : Tidak ada
c. Riwayat gemeli : Tidak ada
11. Kebiasaan Sehari-hari
a. Kebutuhan Nutrisi
Kebiasaan
1) Jenis makan dan minum : Nasi, ikan, sayur, air putih
2) Frekuensi makan : 3 x sehari
3) Jumlah air yang di minum : ± 7-8 gelas/ hari
4) Makanan pantangan : Tidak ada
Perubahan saat hamil : Tidak ada perubahan
b. Kebutuhan Eliminasi
Kebiasaan
1) Frekuensi BAK : ± 4x/ hari
2) Warna/ bau : Kuning muda/ urin normal
3) Frekuensi BAB : ± 1x/ hari
4) Warna/ Konsistensi : Kuning/ lunak
5) Gangguan eliminasi : Tidak ada
Perubahan saat hamil : Ada perubahan
1) Frekuensi BAK : ± 5-6 x/ hari
2) Frekuensi BAB : ± 1 x/ hari
c. Kebutuhan Istirahat
Kebiasaan
1) Tidur siang : ± 2 jam
2) Tidur malam : ± 7-8 jam
Peruhan saat hamil : Tidak ada
d. Kebutuhan Kebersihan Diri atau Personal Hygiene
Kebiasaan
1) Mencuci rambut : 2 x/ minggu
2) Menggosok gigi : 3 x/ hari
3) Mengganti pakaian : 2 x ganti pakaian
4) Kebiasaan mandi : 2 x mandi / hari
Perubahan saat hamil
1) Mencuci rambut : 1-2 x/ minggu
2) Menggosok gigi : 3 x/ hari
12. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
d. Suhu : 36°C
e. Nadi : 87 x/ menit
f. Respirasi : 22 x/ menit
g. Berat Badan sebelum hamil : 70 kg
h. Berat Badan sekarang : 79 kg
i. Tinggi Badan : 156 cm
j. Lingkar Lengan Atas : 30 cm
13. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Keadaan rambut : Bersih, hitam, rambut tidak rontok
b. Muka
1) Cloasma gravidarum : Tidak Ada
2) Oedem : Tidak ada
3) Ekspresi wajah : Cemas
4) Wajah tidak pucat
c. Mata
1) Conjungtiva : Merah muda
2) Sklera mata : Tidak ikterus
d. Hidung
1) Secret hidung : Tidak ada
2) Polip : Tidak ada
e. Mulut dan Gigi
1) Keadaan bibir : Lembab
2) Keadaan gigi : Tidak ada caries
f. Telinga
1) Kebersihan telinga : Bersih
2) Keadaan telinga luar : Normal
g. Leher
1) Pembesaran kelenjar thyroid: Tidak ada
2) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
3) Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
h. Payudara
1) Kesemetrisan : Simetris kiri dan kanan
2) Keadaan puting : Menonjol
3) Keadaan areola : Hiperpigmentasi
i. Abdomen
1) Linea : Nigra
2) Striae : Tidak ada
3) Kelainan : Tidak ada
4) Luka bekas operasi : Tidak Ada
5) Palpasi Leopold
a. Leopold I : TFU 25 cm Pada fundus teraba
bagian janin yang bulat, lunak dan
tidak melenting (Bokong)
b. Leopold II : Pada abdomen ibu sebelah kanan,
teraba bagian janin yang rata dan
memanjang ( PU-KA)
c. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras
bulat melenting (Kepala)
d. Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas
panggul (Konvergen)
6) DJJ : 139 x/ menit
7) TBJ : 1,860 gram
j. Anogenital
1) Kebersihan : Bersih
2) Varises : Tidak ada
3) Flour albus : Tidak ada
k. Ekstermitas
1) Kesemetrisan : Simetris kiri dan kanan
2) Oedem : Tidak ada
3) Varises : Tidak ada
14. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb : 13,3 gr%
b. Gol. Darah :A
C. Data Psikologis /Sosiologi
1. Ibu dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
2. Pola interaksi baik
3. Ibu selalu menanyakan kehamilannya
D. Data Spiritual
1. Selama hamil ibu kadang-kadang melaksanakan kegiatan ibadah
2. Usaha ibu terhadap kesehatan kehamilannya dengan berdoa
KLASIFIKASI DATA
A. Data Subjektif
1. Ibu hamil anak kelima
2. Ibu haid terakhir tanggal 12-03-2019
3. Ibu mengatakan sakit punggung
4. Ibu mengatakan cepat lelah
5. Ibu cemas terhadap kehamilannya
B. Data Objektif
1. G5P4A0
2. HPHT : 12-03-2019
TP : 19-12-2019
UK : 28 minggu 2 hari
3. Ibu nampak sesekali memang area pinggang
4. Ibu tampak lelah
5. Palpasi Leopold
a.Leopold I : TFU 25 cm Pada fundus teraba bagian janin yang
bulat, lunak dan tidak melenting (Bokong)
b. Leopold II : Pada abdomen ibu sebelah kanan, teraba bagian
janin yang rata dan memanjang ( PU-KA)
c.Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras bulat
melenting (Kepala)
d. Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas panggul
(Konvergen)
e.DJJ : 139 x/ menit
f. TBJ : 1,860 gram
6. TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36 °C
N : 87 x/ menit
R : 22 x/ menit
STEP II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL
Data Subjektif :
2 Masalah aktual :
1. Ibu mengatakan sakit Dengan semakin tuanya kehamilan
Gangguan Ketidak
postur tubuh akan menjadi lordosis
punggung Nyamanan
akibat pembesaran perut ibu yang di
2. Ibu mengatakan cepat lelah ikuti oleh perubahan pada tulang
belakang, perubahan ini
Data Objektif :
menyebabkan pusat gravitar tubuh
1. Ibu nampak sesekali
bergerak ke depan akan menimbulkan
memegang area pinggang spasmus otot-otot terutama otot
2. Ibu tampak lelah pinggang dan punggung sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman pada
3. TTV
ibu.
TD : 120/80 mmHg
S : 36°C
N : 87 x/ menit
R : 22 x/ menit
Data Subjektif
1. Ibu hamil anak kelima Kecemasan mengangguan psikologis
3 diakibatkan karena kurangnya Masalah aktual :
2. Ibu cemas terhadap
pengetahuan tentang keadaan dirinya Kecemasan
kehamilannya sehingga menyebabkan ibu merasa
khawatir
Data Objektif
1. Ibu tampak lelah
2. TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36°C
N : 87 x/ menit
R : 22 x/ menit
STEP III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
DIAGNOSA/
ANALISA DAN INTERPRTASI
NO DATA DASAR MASALAH
DATA
POTENSIAL
1. Data Subjektif : Kegawatdaruratan yang perlu Masalah Potensial :
1. Ibu hamil anak kelima mendapatkan penanganan segera, bila Perdarahan Antepartum
tidak cepat ditindak lanjuti hal ini
2. Ibu mengatakan haid terakhir
dapat menyebabkan kematian,
tanggal 12-03-2019 perdarahan melalui vagina yang
terjadi pada usia kehamilan lebih dari
3. Ibu mengatakan sakit
24 minggu yang disebut dengan
punggung perdarahan antepartum. Yang
umumnya terjadi pada kehamilan
4. Ibu mengatakan cepat lelah
lebih dari 4x atau grandemultipara.
Data Objektif :
1. G5P4IA0
2. HPHT : 12-03-2019
TP : 19-12-2019
UK : 28 minggu 2
hari
3. Palpasi Leopold
1. Dengan
memberikan KIE
tentang kecemasan
pada trimester II
Agar kecemasan
1. Beri KIE ibu bisa mengerti
3 Masalah aktual : tidak terjadi Tentang dan pahami
Kecemasan dengan kriteria: kecemasan yang perubahan yang
1. Ibu merasa terjadi pada terjadi
nyaman dan trimester II 2. Dengan
merasa lebih mengurangi stres
baik dengan baik, maka
respon tubuh
terhadap sters akan
2. Anjurkan kepada
menurun dan tubuh
ibu agar dapat
akan kembali
menghindari
keadaan semula
stres dalam masa
3. Dengan
kehamilan
dukungan dalam
memberikan
keyakinan diri ibu
3. Berikan untuk mengurangi
dukungan kecemasan dalam
support pada ibu proses kehamilan
pada masa
kehamilannya 1. Dengan
memberikan KIE
tantang tanda
bahaya dalam
Agar proses 1. Beri KIE
kehamilan kehamilan ibu
4 Masalah potensial : tentang tanda
Perdarahan berlangsung dapat
normal dengan bahaya dalam
Antrepartum mengwaspadai
kriteria : kehamilan
1. Tidak terjadi jika ada salah
seperti
tanda bahaya satu tanda
a. Perdarahan
dalam
pervagina
kehamilan
b. Sakit kepala
2. TTV dalam
batas normal yang hebat
c. Penglihatan
kabur
d. Bengkak
diwajah dan jari-
jari tangan
e. Keluar cairan
pervagina
f. Gerakan janin
tidak terasa
g. Nyeri perut yang 2. Dengan
hebat memberikan KIE
tentang tanda-
tanda persalinan
2. Beri KIE
ibu bisa segera
tentang tanda-
ke pelayanan
tanda
kesehatan jika
persalinan
ada salah satu
seperti
tanda
a. Tekanan pada
anus
b. Perinium
menonjol
c. Vulva dan
spinter ani
membuka
d. pengeluaran
lendir
bercampur
darah
STEP VI. IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEBIDANAN
STEP VII. EVALUASI MANAJEMEN KEBIDANAN
Hasil :
Ibu mengerti KIE yang di berikan
Kunjungan ANC II
Hari/Tanggal/Jam SOAP
Jumat 29-10-2019 S: Nurlaela Ramli
Jam : 13.15 WIT 1. Ibu mengatakan hamil anak kelima
2. Ibu mengatakan haid terakhir tanggal
12-03-2019
3. Ibu mengatakan sakit Punggung
O:
1. G5 P4 A0
2. HPHT : 12-03-2019
TP : 19-12-2019
UK : 31 minggu 5 hari
KU : baik
kesadaran : composmentis
3. TTV :
TD : 110 / 70 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,8 º C
P : 20 x/menit
4. Pemeriksaan leopold
a. Leopold I: TFU 28 cm Pada fundus teraba
bagian janin yang bulat, lunak dan tidak
melenting (Bokong)
b. Leopold II : Pada abdomen ibu sebelah kanan,
teraba bagian janin yang rata dan
memanjang ( PU-KA)
c. Leopold III :Bagian terbawah janin teraba
keras bulat melenting (Kepala)
d. Leopold IV :Kepala belum masuk pintu atas
panggul (Konvergen)
e. Djj : 142 x/m
f. TBJ : 2,325gram
P:
1. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil
pemeriksaan.
Hasil : pemeriksaan sudah di jelaskan
pada ibu
2. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola
istirahat, yaitu ibu tidur siang 2 jam, tidur
malam 7-8 jam.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti
anjuran yang di berikan
3. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola
nutrisi, ibu makan 3x sehari dengan nasi,
lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukan
sesuai anjuran yang di berikan.
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri yaitu mandi 2x sehari, gosok
gigi 2-3x sehari dan mengganti pakaian
dalam jika lembab 2-3x sehari.
Hasil : ibu mengerti dengan anjuran yang di
berikan dan bersedia melakukannya.
5. Menjelaskan pada ibu mengenai terapi obat
oral seperti SF dosis 250 mg 10 tablet 1x1,
kalk 500 mg 10 tablet 1x1, vitamin C 25 mg
10 tablet 1x1, diminum dengan air putih
setiap hari secara teratur.
Hasil : ibu mengerti dan mau meminum
obat secara teratur.
O:
1. Ibu nampak memegang area perut bagian
bawah
2. Tanda – tanda vital
TD : 110 /70 mmhg
S : 36,80 c
N : 80 kali /m
R : 22 kali /m
3. Palapasi
1) Leopold I : TFU 30 cm,teraba
lunak, tidak melenting ( bokong)
2) Leopold II: Pada abdomen ibu sebelah
kanan, teraba bagian janin yang rata
dan memanjang
( PU-KA)
3) Leopold III: Teraba bulat , keras dan
melenting ( kepala )
4) Leopold IV: Kepala belum masuk
pintu atas panggul( Konvergen)
4. DJJ : 146 kali⁄menit
5. TBJ : 2,635 gram
6. Ibu tampak sehat
A:
Ny. “A” G5P4 A0 Umur kehamilan 33 minggu 4
hari dengan kehamilan normal janin tunggal
hidup intra uterin.
P:
1. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup
Selama 7sampai 8 jam pada malam
hari dan 2 sampai 3 jam pada siang
hari
Hasil : Ibu mau melakukan anjuran
yang di berikan
Kunjungan ANC ke IV
TANGGAL/JAM SOAP PELAKSANA
2. Palapasi
Leopold I : TFU 32 cm,teraba
lunak, tidak melenting ( bokong)
Leopold II: Pada abdomen ibu sebelah
kanan, teraba bagian janin yang rata
dan memanjang ( PU-KA)
Leopold III: Teraba bulat , keras dan
melenting ( kepala )
Leopold IV: Kepala belum masuk
pintu atas panggul
3. DJJ : 140 x⁄m
4. TBJ : 2,945 gram
P:
1. menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri yang
di rasakan termasuk normal
Hasil : ibu mengerti dan tidak kawatir lagi
2. Mengajurkan kepada ibu untuk tetap
beraktivitas seperti biasa namun jangan
melakukan aktivitas yang terlalu berat
Hasil : ibu mengikuti apa yang di anjurkan
untuk tidak beraktivitas yang berat
3. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap rutin
mengkomsumsi tablet Fe, calac dan Vit C
Hasil : Ibu mengerti apa yang di sampaian
dan akan rutin meminum obat yang telah di
berikan oleh bidan
4. Menganjurkan ibu untuk sering
mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi, karbohidrat dan protein seperti:
sayur, ikan, daging dan sayur
Hasil : ibu mengikuti apa yang di anjurkan
dan akan makan makanan yang berserat
5.Beritahu ibu untuk selalu memeriksa
kehamilanya secara teretur untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan janin.
CATATAN PERKEMBANGAN
(INC KALA I)
O:
1. Pemeriksaan umum
Hasil :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit
S : 36,5°C P : 20x/menit
A:
P:
P:
laki
6. kontraksi baik,
9. infus RL 20 tts/menit
P:
O:
2. TTV
b. Nadi 86 x/m,
c. Pernapasan : 24x/m
d. Suhu 36˚C
P:
O:
1. Perdarahan : ±150 cc
2. Kandung kemih: Kosong
3. Kondisi jahitan : masih basah
4. Keadaan umum klien baik
5. Ekspresi wajah meringis
6. Ibu Nampak kelelahan
7. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/70mmHg
b. N : 80x/menit
c. S : 36,7°c
d. P : 20 x/menit
P:
O:
1. Lochea : Sangunolenta
2. Jahitan sudah agah kering
3. Kontraksi uterus baik
4. Pemeriksaan tanda-tanda
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 82x/m
c. Suhu : 37,°C
d. Pernafasan : 22x/m
P:
P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada
ibu bahbwa ibu dalam keadan baik
Hasil : ibu merasa senang dan tenang
setelah mengatahui keadaannya
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup
Hasil :ibu mau melakukan anjuran yang
diberikan
3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang bergizi,buah dan sayuran bayam atau
kacang-kacangan untuk memulihkan
kadaran hemaglobin ibu
Hasil :ibu akan mengikuti anjuran yang
diberikan
4. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga
kebersihan daerah sekitar vagina
Hasil :ibu sudah melaukan anjuran yang
diberikan
5. Menginformasi pada ibu macam-macam
KB untuk ibu menyusui seperti
minipel,suntik 3 bulan,alat kontra sepsi
dalam rahim(AKDR) dan implant
Hasil : ibu mengerti yang telah dijelaskan
dan mengunakan KB suntik 3 bulan
6. Memberitahu ibu untuk membawa bayinya
ke posyandu pada usia 1 bulan untuk
imunisasi,mendapatkan imunisasi BCG
dan polio 1
Hasil :ibu akan membawa bayinya ke
posyandu pada usia 1 bulan untuk
diberikan imunisasi
O:
1. Bayi laki-lakki lahir pada tanggal 13
Desember 2019 pukul 02.30 WIT
a. Berat badan : 3,200 gram
b. Panjang badan : 48 cm
c. Lingkar dada : 32 cm
d. Lingkar kepala : 33 cm
e. Lingkar perut : 33 cm
P:
O:
1. Tampak tali pusat sudah putus
2. Saat di kaji ibu sedang menyusui bayinya.
a. Refleks Suking : Positif
b. Refleks Swallowing: Positif
c. Refleks Rooting : Positif
d. Bayi tidak tampak kuning/Ikterus
3. Tanda-tanda vital
a. DJB : 145x/m
b. Suhu : 36,5°C
c. Pernafasan: 50x/m
P:
P:
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny A di Wilayah Kerja
Puskesmas Kalumata Kota Ternate penulis melakukan perbandingan antara kasus yang
didapatkan dengan teori yang ada.
A. Kehamilan
Pada masa kehamilan Ny.A dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik head to toe, dan
penunjang. Hasil anamnesa diketahui ibu hamil anak ke lima, ibu belum pernah
keguguran. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya pada tanggal 08 April 2019.
Ny.A memeriksakan kehamilannya 6 kali, BPM Sulinta 3 kali pada kehamilan trimester
II dan 3 kali saat posyandu pada kehamilan trimester III.
Hal tersebut berkesinambungan dengan standar pelayanan antenatal yaitu sekurang-
kurangnya empat kali, dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama
(usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-28
minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 28 sampai dengan
persalinan). (Walyani, 2015)
Asuhan ANC yang diberikan pada Ny.A diawali dengan melakukan anamnesa
mengenai identitas ibu dan suami, kesehatan ibu, kesehatan keluarga, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, serta riwayat kehamilan sekarang. Untuk pemeriksaan
fisik dilakukan secara head to toe dimulai dari, tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah,
pengukuran lingkar lengan atas, dan palpasi leopold dengan hasil pemeriksaan dalam
batas normal. Selain itu, dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Hb. Hasil
pemeriksaan penunjang Ny.A didapatkan Hb 14 gr%.
B. Persalinan
Penulis sependapat dengan pernyataan tersebut karena Ny.A menunjukkan tanda –
tanda persalinan saat usia kehamilan 38 minggu 1 hari. Pada tanggal 13 maret 2019 pukul
20.05 WIT perut Ny.A merasa kencang dan pukul 22.20 WIT keluar lender darah. Pada
pukul 23.00 WIT Ny.A memutuskan untuk segera memeriksakan diri ke RS. Pada pukul
23.05 WIT dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg, suhu 36˚C, nadi 88 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan pemeriksaan dalam
dengan hasil vulva/uretra tidak ada kelainan, tampak ada pengeluaran lendir, tidak ada
luka parit dari vagina, portio Tipis, pembukaan 8 cm, ketuban (-) pecah pukul 23.30 WIT,
hogde III/IV, teraba kepala, molase 0, tidak teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali
pusat. DJJ 144 x/menit, teratur, His 4 x dalam 10 menit lamanya 38-40 detik.
Pada pukul 01.30 WIT His semakin kuat 5 x dalam 10 menit lamanya 45 – 50 detik,
ibu tampak ada dorongan untuk mengejan, tampak lendir bercampur darah keluar dari
vagina, dilakukan pemeriksaan dalam vulva/uretra tidak ada kelainan, pembukaan 10 cm,
hodge IV, bagian terendah kepala, tidak teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali
pusat.
Kala II yang dialami Ny.A berlangsung selama 5 menit, sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh (Walyani, 2015) menyebutkan pada grandemultipara kala II
berlangsung ± 1 jam. Penulis menyimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktik.
Pada pukul 02.32 WIT dilakukan managemen aktif kala III, menurut (Rohani, 2013)
managmen aktif kala III yaitu pemberian oksitosin pada ibu, melakukan peregangan tali
pusat terkendali, dan masasase fundus uteri.
Memasuki kala III tampak tali pusat memanjang, ada semburan darah dari vagina,
fundus uteri masih tinggi. Berdasarkan teori menurut (Rohani, 2013) tanda persalinan
kala III yaitu adanya tali pusat memanjang, semburan darah secara tiba – tiba, adanya
perubahan fundus uteri. Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.
Pada pukul 02.35 WIT plasenta lahir spontan selaput ketuban pada plasenta lengkap,
posisi tali pusat berada lateral pada plasenta, panjang tali pusat ±50 cm, tebal plasenta
±2,5 cm, lebar palsenta ±16 cm, berat plasenta ±500 gr. Lama kala III Ny.A adalah 5
menit yaitu terhitung dari bayi lahir pada pukul 02.30 WIT hingga pukul 02.35 WIT. Hal
ini sesuai dengan teori (Rohani, 2013) yaitu waktu kala III adalah keluarnya bayi hingga
pelepasan dan pengeluaran plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Penulis
sependapat dengan pernyataan diatas karena plasenta Ny.A lahir tidak lebih dari 30 menit.
Perdarahan Kala III Ny.A normal berkisar ±150 cc. Hal tersebut didukung oleh teori
yang dikemukakan (Rukiyah, 2013), bahwa perdarahan post partum normal yaitu
perdarahan pervaginam ≤ 500 cc setelah kala III selesai atau setelah plasenta lahir.
Penulis sependapat dengan pernyataan diatas, karena tidak terdapat kesenjangan antara
teori dengan praktik.
Perineum Ny.A terdapat ruptur perineum derajat 2 sesuai dengan teori menurut
(Rohani 2011). Salah satu penyebab ruptur perinium adalah kepala bayi yang lahir terlalu
cepat. Penulis sependapat dengan teori tersebut karena pada Ny.A kepala bayi lahir
terlalu cepat sehingga mengalami robekan perinium derajat 2
Pada Ny.A dilakukan pemantauan kontraksi uterus, perdarahan, nadi, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus, kandung kemih pada 1 jam pertama dilakukan pemantauan setiap
15 menit dan pada jam kedua dilakukan pemantauan persalinan setiap 30 menit dan suhu
diperiksa 1 jam sekali selama 2 jam dan diperoleh hasil pemeriksaan dalam batas normal
dan tidak ditemukan komplikasi.
Hal ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh (Saifuddin, 2010) pemantauan kala
IV dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 20-30 menit pada 1 jam ke
dua pasca persalinan meliputi kontraksi uterus, perdarahan pervaginam, tekanan darah,
nadi, kandung kemih, TFU dan suhu dilakukan sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan. .
Penulis memberikan asuhan untuk mengantisipasi terjadi perdarahan terutama pada
kala I – kala IV persalinan dengan memantau kondisi ibu dari tanda-tanda vital, kontraksi
uterus dan perdarahan, persiapan pendonor darah yang sesuai dengan golongan darah ibu
juga dipersiapkan, penulis juga mempersiapkan penanganan atonia uteri apabila ada
indikasi.
C. Nifas
Pada asuhan masa nifas pada Ny.A dilakukan sebanyak 4 kali. kunjungan yaitu saat 6-
8 jam setelah persalianan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan dan 6
minggu setelah persalinan. Hal tersebut sejalan dengan yang dijelaskan dalam buku
asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui yang dilakukan sekurang-kurangnya empat
kali sesuai jadwal yang dianjurkan. (Heryani, 2015)
Pada saat masa nifas, Ny.A mendapatkan pelayanan pemeriksaan tanda-tanda vital,
perdarahan, involusi uteri, dan tanda-tanda bahaya pascasalin. Dari hasil pemeriksaan
Ny.A semuanya dalam batas normal. Hal tersebut sejalan dengan yang dijelaskan dalam
buku asuhan kebidanan nifas dan menyusui tahun 2014 bahwa saat masa nifas, ibu nifas
harus mendapatkan pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu),
pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lochea, pemeriksaan payudara dan
pemberian anjuran ASI eksklusif, pemberian edukasi kesehatan ibu nifas dan bayi baru
lahir, termasuk pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. Ny.A juga mendapatkan
konseling mengenai kebutuhan nutrisi, pola istirahat, kebersihan ibu, perawatan payudara,
dan perencanaan kontrasepsi. Hal tersebut sejalan dengan konsep teori yang menyatakan
saat masa nifas harus memenuhi kebutuhan dasar seperti kebersihan, istirahat, latihan,
gizi, perawatan payudara, senggama, dan KB (Elisabeth 2015).
Proses nifas pada Ny.A secara keseluruhan berjalan dengan normal. Pada masa nifas
ini, ibu juga mengikuti salah satu anjuran bidan yaitu untuk segera ber- KB. Dengan
informasi yang diberikan oleh bidan, ibu dan suami memutuskan untuk memilih metode
KB suntik 3 bulan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukannya Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.A di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalumata Kota Ternate dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dasar sudah dilakukan dan dari data subyektif dan data obyektif
dengan lengkap dan lancar karena ibu mampu menjawab semua pertanyaan yang
diberikan pengkajian pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
keluarga berencana.
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat
sehingga didapatkan diangnosa kebidanan. Interpretasi data dasar pada awal
pemeriksaan diangnosa normal tidak ditemukan penyulit pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
3. Tidak ditemukan diagnosa potensial dan masalah potensial pada kehamilan,
persalinan,nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana
4. Tidak ada tindakan segera yang harus di lakukan atau disiapkan pada masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana karna tidak ada
masalah yang terjadi.
5. Perencanaan telah dilakukan secara komprehensif sesuai dengan standar kebidanan
pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
6. Pelaksanaan telah dilakukan secara komprehensif sesuai dengan standar kebidanan
pada masa kehamilan,persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana
7. Mengevaluasi hasil tindakan secara komprehensif pada masa kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana, tidak ditemukannya penyulit serta
keadaan ibu dan bayi sehat.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan secara umum yaitu dengan
diberikannya asuhan kebidanan yang berkesinambungan yang berkualitas maka
dapat mendeteksi dini adanya komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana sehingga jika terjadi kompikasi bisa
cepat ditangani dan kejadian mortalitas dan morbiditas yang terjadi pada ibu dan
bayi dapat dicegah.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi
institusi pendidikan dalam menilai keterampilan mahasiswa dalam memberikan
asuhan kebidanan secara komprehensif yang sesuai dengan standar asuhan
kebidanan. Institusi pendidikan diharapkan dapat mengembangkan keterampilan
mahasiswa kebidanan dalam melakukan asuhan kebidanan komprehensif ,agar
dapat mengaplikasikan tindakan secara optimal dan lebih terarah sesuai dengan
standar operasional.
2. Bagi penulis
Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan sesuai standar kebidanan sehingga dapat mengaplikasikan dalam praktik
kebidanan selanjutnya.
3. Bagi pembaca
Diharapkan laporan ini dapat menjadi sebuah referensi atau acuan, dalam
membuat penelitian-penelitian selanjutnya, terkait dengan asuhan kebidanan
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah. 2012. Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika
Damayanti, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin dan
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: DEEPUBLISH
Fadlun, dan Achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta:Salemba Medika
Fajar Ibnu, dkk. 2013. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Heryani, R. 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: TIM
Kemenkes 2015 Kesehatan ibu dan Anak Jakarta Kementrian Kesehatan dan JICA
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta
Permenkes No 88 Tahun 2014 tentang standar tablet tambah dah bagi wanita usia subur dan
ibu hamil Kemenkes RI, 2014.
Prawirohardjo, S. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Profil Kesehatan Indonesia 2014. http//www.depkes.go.id/profilkesehatan-indonesia/profil-
kesehatanindonesia. pdf. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI(diakses tanggal 27
January 2017)
Putra, S.R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan Dan Kebidanan.
Yogyakarta : D-Medika
Rachmawati m, r. (2017) Karya Tulis Ilmiah Fakultas Ilma Kesehatan UMP Rizka, f. (2015)
Hubungan Status Gizi Ibu hamil Usia Kandungan 4-5 bulan Terhadap Berat Badan
bayi Lahir Kebidanan D-III UMP
Rismalinda, 2015. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: TIM
Rohani, Reni, Marisah. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika
Rukiyah, dan Yulianti. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM
Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sulistyawati A, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika
Tando, N.M. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi & Anak Balita. Jakarta:EGC
Walyani Elisabeth, Siwi (2015), Asuhan Kebidanan pada kehamilan, Pustaka Barupress
Yogyakarta
Walyani, 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.
Walyani. e.s. Tahun 2014 ( Materi ajar lengkap kebidanan komunitas).Yogyarkarta:
BARUPRES
Wiknjosastro H. (2012) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Word Health Organization ( WHO) 2018 Global Health Obervatory data Repository Jakarta