Anda di halaman 1dari 125

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF Ny.

A G5P4A0 DI

KELURAHAN KAYU MERAH KOTA TERNATE

TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Kebidanan Pada Politeknik Kementerian Kesehatan Ternate

Oleh

NURLAELA RAMLI

NIM. 17154010024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE

PRODI D-III KEBIDANAN

TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan Komprehensif yaitu manajemen kebidanan mulai dari ibu hamil,
bersalin, sampai bayi baru lahir sehingga persalinan dapat berlangsung dengan
aman dan bayi yang dilahirkan selamat dan sehat sampai dengan masa nifas
(Lapau, 2015).Continuity of careadalah pelayanan yangdicapai ketika terjalin
hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang
berkelanjutan yang berkaitan dengan tenaga profesional kesehatan, pelayanan
kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester,
kelahiran, sampai 6 minggu pertama postpartum. Tujuannya adalah untuk
membantu upaya percepatan penurunan AKI (Legawati, 2018).
Kehamilan mempengaruhi tubuh wanita secara keseluruhan dengan
menimbulkan perubahan fisiologis yang pada hakekatnya terjadi diseluruh sistem
organ tubuh, hal ini di karenakan tubuh mempersiapkan zat nutrisi dan hormonal
untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin. Selama proses kehamilan
seorang wanita mempunyai berbagai macam resiko yang dapat menyebabkan
terjadinya morbiditas dan mortalitas dalam kehamilan oleh karena itu pelayanan
kebidanan yang diberikan harus benar dan tepat. (Suhartono (2015).
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
mencatat sekitar 830 wanita diseluruh dunia meninggal setiap harinya akibat
komplikasi yang terkait dengan kehamilan maupun persalinan dan sebanyak 99%
diantaranya terdapat pada negara berkembang. Di negara berkembang, pada tahun
2015 Angka Kematian Ibu mencapai 239 per 100.000 kelahiran hidup,
dibandingkan dengan negara maju yang hanya mencapai 12 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2018)
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Ternate jumlah kematian ibu di Kota
Ternat e tahun 2017 sebesar 59 orang dan jumlah kematian neonatal sebesar 16
orang data tersebut didapatkan dari sejumlah RS dan Puskesmas (Dinkes kota
ternate 2017)
Penyebab tingginya AKI dan AKB dikarenakan beberapa factor, salah
satunya adalah tidak dilakukannya asuhan secara berkesinambungan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi, komplikasi yang
tidak ditangani ini menyebabkan kematian yang berkontribusi terhadap
peningkatannya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Untuk penyebab tingginya AKI dan pada ibu hamil sendiri adalah komplikasi, dan
yang terjadi adalah anemia dalam kehamilan, tekanan Darah tinggi/hipertensi
dalam kehamilan (preeklamsia/eklamsia). Upaya yang dapat dilakukan oleh bidan
yaitu mengacu pada program Safe Motherhood Initiatif dalam memberikan asuhan
kebidanan yang berkesinambungan mulai dari hamil, pelayanan antenatal terpadu
yaitu pelayanan antenatal yang berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil
serta terintergrasi program lain yang memerlukan intervensi selama kehamilan.
tujuannya adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas, sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,
bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sendiri yang bersifat
menyeluruh dan bermutu untuk ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan adalah
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif (continuity of care).
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin, plasenta dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi
serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan
yang teratur. Mula-mula kekuatan yang mucul kecil, kemudian terus meningkat
sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk
pengeluaran janin dari rahim ibu.
Berdasarkan data UNICEF pada tahun 2018 tercatat jumlah persalinan
sebanyak 386.000, 90 persen Persalinan berasal dari negara-negara berkembang.
Sementara dari jumlah tersebut, Indonesia secara global menyumbang 13.370
Persalinan jumlah tersebut menempatkan Indonesia di peringkat kelima dunia
terbanyak dalam jumlah persalinan, peringkat pertama ditempati oleh India dengan
angka mencapai 69.070 disusul oleh Tiongkok di peringkat kedua dengan jumlah
44.760 Persalinan. Sementara di posisi ketiga ditempati oleh Nigeria yang
mendapatkan 20.210 Persalinan dan posisi keempat ditempati Pakistan sebanyak
14.910 Persalinan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), jumlah populasi


Indonesia sendiri hingga Tahun 2035 mendatang diperkirakan akan mencapai 305,6
juta penduduk. Sebagian besar dari populasi tersebut merupakan generasi usia
produktif yang sangat diharapkan untuk bisa menjadi penopang kekuatan Indonesia
di masa mendatang.

Persalinan merupakan peristiwa yang alamiah namun dalam prosesnya sering


pula terjadi komplikasi, untuk itu diperlukan pencegahan atau komplikasi yang
mungkin terjadi, hal ini memberikan manfaat yang nyata dan mampu membantu
penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Oleh karena sebagian besar
persalinan di indonsesia terjadi didesa atau fasilitas pelayanan kesehatan dasar,
dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas, maka
paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut.
Jika semua penolong persalinan dilatih untuk melakukan upaya pencegahan atau
deteksi secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, maka
mereka akan dapat memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, serta
dapat melakukan upaya rujukan segera untuk ibu masih dalam kondisi yang
optimal, semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah
kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Asuhan persalinan normal
merupakan asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir,
serta upaya pencegahan komplikasi, terutama perdarahan pasca Persalinan (Rohani,
2013).

Setelah melewati proses persalinan ibu masuk ke masa nifas. Masa nifas
(puerperium) adalah : dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu
3 bulan (Saleha, 2013).

Asuhan masa nifas dibutuhkan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum harus
diajarkan dan ditanamkan. Status gizi ibu nifas sangat berpengaruh terhadap proses
penyembuhan luka. Gizi ini berfungsi untuk membantu proses metabolisme,
pemulihan dan pembentukan jaringan baru. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu
nifas bisa didukung oleh Ante natal care (ANC) yang baik. Keaktifan petugas
kesehatan dalam memberikan penyuluhan saat ANC dapat meningkatkan
pengetahuan ibu nifas dalam mendukung proses penyembuhan luka (Suryati, 2013).
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan yaitu mulai
dengan seseorang merencanakan jumlah dan jarak kehamilannya dengan
menggunakan KB (Keluarga Berencana), mencegah dan mengurangi seorang
perempuan hamil mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan, masa nifas
upaya melakukan asuhan kematian atau kesakitan dengan melakukan Pelayanan
Obstetrik Neonatal Esensial Dasar (Prawirohardjo, 2009)

Selain merawat ibu bidan juga merawat bayi baru lahir atau neonatus. Bayi
baru lahir ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstra uterin. Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan
42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat
bawaan (Rukiyah, 2013)

Salah satu provinsi yang memiliki AKI dan AKB yang masih cukup tinggi
adalah Provinsi Maluku Utara, yaitu tahun 2014 hingga 2015 terdapat 46 orang
meninggal dunia saat melahirkan, sementara bayi usia 0 sampai 1 tahun sebanyak
86 orang (Ikatan Bidan Indonesia, 2016), pada tahun 2016 AKI di provinsi
Maluku Utara masih tercatat 64 kasus dari 100 ribu kelahiran hidup, (kementrian
Kesehatan RI 2016).
Selain asuhan kebidanan pada masa kehamilan, dan nifas bidan juga
memberikan pelayanan KB pada ibu. Pengertian Keluarga berencana merupakan
usaha suami-istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha
yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan
keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki
mencapai dan membuahi telur wanita (fertelisasi) atau mencegah telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.
(Purwoastuti, 2015)
Oleh karna itu penulis tertarik untuk ambil kasus dengan judul
Asuhan Kebidanan Koprehensif pada Ny “A” G5P4A0 di Kelurahan Kayu
Merah Wilayah Kerja Puskesmas Kalumata Tahun 2019?

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada studi kasus ini adalah
Bagaimanakah asuhan kebidanan Koprehensif pada Ny.”A” G5P4A0 di kelurahan
kayu merah wilayah Kerja puskesmas kalumata tahun 2019?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
Koprehensif.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu Melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny.”A”
2. Mampu menyusun dianosa actual, yang terjadi pada Ny “A”
3. Mampu Menentutukan masalah potensial yang terjadi pada Ny “A”
4. Mampu Menentukan perlu tidaknya tindakan segera dan kolaborasi yang
harus dilakukan pada Ny “A”
5. Mampu Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny “A”
6. Mampu melakukan imlementasi tindakan asuhan kebidanan pada Ny “A”
7. Mampu Melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan pada Ny “A”
8. Mampu Melakukan Dokumentasi Kebidanan Menggunakan SOAP.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan permasalahan keterampilan dan
gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasien
2. Bagi Penulis
Bahan dokumentasi bahan perbandingan dan evaluasi dalam pelaksanaan
program studi selanjutnya.
3. Bagi Lahan Praktik
Memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga dapat mencegah
komplikasi kehamilan, nifas, neonatus dan dapat mengurangi AKI dan AKB.
4. Bagi Pasien komprehensif
Pasien Lebih mengetahui dan lebih paham akan status kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan Normal


2.1.1 Pengertian Kehamilan Normal
Kehamilan adalah hasil dari bersatunya sperma dan sel telur. Dalam
prosesnya perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh-
penuh perjuangkan. dari 20 sampai 40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya
sedikit yang masuk dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang
sudah sedikit itu, Tetapi cuman 1 sperma saja yang bisa memenuhi sel telur
(Elisabeth,2015).
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis,
bukan patologis. Selain itu kehamilan dapat diartikan sebagai pengalaman yang
sangat bermakna bagi perempuan, keluarga dan masyarakat. Perilaku ibu
selama masa kehamilannya akan mempengaruhi kehamilannya, perilaku ibu
dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin yang dilahirkan (Walyani, 2015).
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu, karena itu
ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama suami agar
dapat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman
(Yuliana, 2015).
2.1.2 Tanda-tanda kehamilan
Tanda-tanda kehamilan sekumpulan tanda atau gejala yang timbul pada
wanita hamil dan terjadi akibat adanya perubahan fisiologis dan psikologi pada
masa kehamilan. Tanda-tanda kehamilan ada 3 yaitu
( Walyani, 2015)
a. Tanda presumtif/ tanda tidak pasti
1. Amenore (berhentinya menstruasi)
kontrasepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan
folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya
amenore dapat diinformasikan dengan memastikan haid pertama haid
terakhir ( HPHT ), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan
dan tafsiran persalinan.
2. Mual ( Nausea) dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama
pada pagi hari yang disebut morning sicknes dalam batas tertentu hal ini
masih fisiologi, tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemis gravidarum.
3. Ngidam ( mengiginkan makan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam.
4. Pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala( sentral ) menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan.
5. Payudara tegang
Estrogen meningkatkan perkembangan system duktus pada payudara,
sedangkan progesterone mentimulasi perkembangan alveolar payudara.
6. Sering miksi
Desakan Rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi.
7. Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus ( tonus otot
menurun ) sehingga kesulitan untuk BAB.
8. Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu, pigmentasi
ini meliputi tempat-tempat berikut ini
a. Sekitar pipi: cloasma Gravidarum
b. Sekitar leher tampak hitam
c. Dinding perut: strie lividae/gravidarum ( terdapat pada seorang
primigravida, warna membiru), striae nigra, linea alba menjadi lebih
hitam ( linea nigra).
d. Sekitar payudara: hiperpigmentasi areola mamae sehingga terbentuk
areola sekunder.
e. Sekitar panta dan paha atas: terdapat striae akibat pembesaran
dibagian tersebut.
9. Epulis
Hipertopi papilla gingivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama
10. Varicess
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pelebaran pembuluh
darah terutama wanita yang mempunyai bakat.
b. Tanda kemungkinan hamil
1. Pembesaran perut
Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi Rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin
lama makin bundar bentuknya.
2. Tanda hegar
Konsistensi Rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama
daerah ismus, pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mangakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau
kita letakan 2 jari dalam fornix posterior. Dan tangan satunya pada
dinding perut diatas simpisis. Maka ismus ini tidak teraba seolah-olah
korpus sama sekali terpisah dari uterus.
3. Tanda chadwick
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agar kebiru-biruan.Warna portio tampak livide, ini
disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
4. Tanda piscasek
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak rata
tetapi didaerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar kesalah satu jurusan pembesaran
tersebut.
5. Kontraksi Braxton hicks
Bila uterus dirangsang akan mudah berkontraksi waktu palpasi atau
pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi keras karena
berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.
6. Tanda goodell sign
Konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita merasa ujung hidung,
dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada perabaan selunak bibir
ujung bawah daun telinga.
c. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini:
1. Gerakan janin dalam Rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20
minggu.
2. Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu menggunakan alat fetal
electrocardiograf (misalkan doppler).
3. Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu besar janin ( kepala dan bokong ) serta bagian
kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia
kehamilan lebih tua (trismeter terakhir) bagian janin ini dapat dilihat
lebih sempurna lagi menggunakan USG.
4. Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rotgen maupun USG.
2.1.3 Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri
dari ovulasi, migrasi spermatozoa, ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implementasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2012) menjabarkan proses kehamilan
yakni bahwa pada umumnya mempunyai 2 indung telur (ovarium) yaitu di
sabelah kanan dan kiri, dan diperkirakan dalam ovarium wanita terdapat kira-
kira 100,000 folikel primer. Pada setiap bulannya indung telur akan melepaskan
1 atau 2 sel telur (ovum) yang kemudian di tangkap oleh fimbria dan disalurkan
ovum tersebut ke dalam tuba. Untuk setiap kehamilan yang dibutuhkan adalah
spermatozoa, ovum, pembuahan ovum, dan nidasi hasil konsepsi.
Pada waktu koitus, jutaan spermatozoa pria dikeluarkan di forniks vagina
dan di sekitar portio wanita, hanya beberapa ratus ribu spermatozoa saja yang
dapat bertahan hingga kavum uteri dan tuba, dan beberapa ratus yang dapat
sampai kebagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang
telah siap untuk dibuahi. Disekitar sel telur terdapat zona pellucida yang
melindungi ovum, ratusan prematozoa tersebut berkumpul untuk mengeluarkan
ferment
(Ragi) agar dapat mengikis zona pellucida dan hanya satu spermatozoa yang
mempunyai kemampuan untuk membuahi sel telur, peristiwa ini disebut
pembuahan ( konsepsi ).
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, dimulailah proses
pembelahan zigot sambil bergerak menuju kavum uteri oleh arus serta getaran
sillia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Pada umunya jika hasil
konsepsi telah sampai kavum uteri maka akan terjadi perlekatan pada dinding
depan atau belakang uteri dekat fundus uteri, perlekatan ini disebut nidasi dan
jika terjadi nidasi barulah dapat dikatakan adanya kehamilan. Setelah adanya
kehamilan dibutuhkan. Sesuai untuk membuat janin tumbuh dengan baik yaitu
plasenta, umumnya plasenta terbentuk dengan lengkap pada usia kehamilan
kurang lebih 16 minggu. Plasenta ini sebagian besar berasal dari janin dan
sebagian kecil dari ibu

2.1.4 Perubahan-Perubahan pada masa kehamilan


Perubahan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan meliputi:
a. Perubahan psikologis pada kehamilan trimester I
Trimester I sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian
terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung, sebagian wanita merasa
sedih tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita
mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan,
beberapa wanita yang telah merencanakan kehamilan atau berusaha keras
untuk hamil, merasa senang sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah
hamil dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya. Hasrat
seksual pada trimester pertama sangat bervariasi. Ada beberapa wanita
mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum merupakan waktu
terjadi penurunan libido.
b. Perubahan psikologis pada trimester II
1. Fase prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa prequickening pada trimester
kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di
dalamnya dengan ibunya yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa
dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang telah
terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan
dengan anak yang dilahirkannya.
2. Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening. Identitas keibuan yang jelas akan
muncul. Ibu hamil akan focus pada kehamilannya dan persiapan sebagai
peran baru menjadi seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan
kesedihan meningalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada
ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Trimester kedua
sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika
wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang
normal dialami saat hamil. Pada saat ini sebagian wanita mengalami
kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada
trimester pertama
c. Perubahan psikologis pada trimester III
Trimester III sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya
sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran
bayinya. Perasaan waspada mengingat bayi dapat lahir kapanpun,
membuatnya berjaga-jaga dan memperhatikan serta menunggu tanda dan
gejala persalinan muncul. (Walyani 2015)
2.1.5 Tanda dan bahaya dalam kehamilan
Menurut Sarwono (2010) berpendapat bahwa tanda-tanda bahaya kehamilan
meliputi :
a. Kehamilan mudah meliputi:
1) Perdarahan pervaginam
2) Hipertensi gravidarum
3) Nyeri perut bagian bawah
b. Kehamilan lanjut meliputi:
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala yang hebat
3) Penglihatan kabur
4) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
5) Keluar cairan pervaginam
6) Gerakan janin tidak terasa
7) Nyeri perut yang hebat

2.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


a. Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik pada ibu hamil sangat diperlukan, yaitu meliputi kebutuhan
nutrisi, oksigen, hygiene personal, eliminasi, pakaian, seksual,
mobilisasi/mekanika tubuh, istirahat, dan imunisasi vaksin toksoid tetanus.
(Rizka 2015)
1) Kebutuhan nutris
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan serta mengatur proses kehidupan. Nutrisi adalah satu
dari banyak faktor yang memengaruhi hasil akhir kehamilan.
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi
bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada
waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per hari, ibu hamil
harusnya mengonsumsi yang mengandung protein, zat besi, dan minum
cukup cairan (menu seimbang). (Suryono, 2010).
2) Oksigen
Kebutuhan oksigen berkaitan dengan perubahan system pernapasan
pada masa kehamilan. Kebutuhan oksigen meningkat sebagai respons
tubuh terhadap akselarasi laju metabolisme, untuk menambah masa
jaringan pada payudara, hasil konsepsi dan massa uterus, dan lainnya. Ibu
hamil bernapas lebih dalam karena peningkatan volume tidal paru dan
jumlah pertukaran gas pada setiap kali bernapas. Peningkatan volume tidal
dihubungkan dengan peningkatan volume respiratori kira-kira 26% per
menit. Hal ini menyebabkan penurunan konsentrasi CO2 alveoli.
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu melakukan:
a) Latihan nafas melalui senam hamil
b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
c) Makan tidak terlalu banyak
d) Kurangi atau hentikan merokok
e) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernapasan seperti
asma dan lain-lain.
3) Personal hygiene
Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan
oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang
kotor yang banyak mengandung kuman-kuman. Kehamilan merupakan
suatu proses kehidupan seorang wanita, dimana dengan adanya proses ini
terjadi perubahan-perubahan yang meliputi perubahan fisik, mental,
psikologis dan social. Kesehatan pada ibu hamil untuk mendapatkan ibu
dan anak yang sehat dilakukan selama ibu dalam keadaan hamil. Hal ini
dapat dilakukan di antaranya dengan memperhatikan kebersihan diri
(personal hygiene) oada ibu hamil itu sendiri, sehingga dapat mengurangi
hal-hal yang dapat memberikan efek negative pada ibu hamil, misalnya
pencegahan terhadap infeksi.
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan
banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatankulit (ketiak,
bawah buah dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air
dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian
karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang
kekurangan kalsium. Rasa mual selama masa hamil dapat mengakibatkan
perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies pada gigi
(Kusmiyati 2008)
4) Eliminasi
a) Trimester I frekuensi BAK meningkat karena kandung kencing
tertekan oleh pembesaran uterus, BAB normal konsistensi lunak
b) Trimester II frekuensi BAK normal kembali karena uterus telah keluar
dari romhha panggul
c) Trimester III frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke
PAP (Pintu Atas Panggul), BAB sering obstipasi (sembelit) karena
hormon progesterone meningkat Keluhan yang sering muncul pada ibu
hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang
air kecil. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon
progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah
satunya otot usus. Selain itu, desakan usus olehpembesaran janin juga
menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan
banyak minum air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan
kosong. Meminum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong
dapat merangsang gerak peristaltic usus. Jika ibu sudah mengalami
dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi
konstipasi.
Konstipasi dicegah dengan:
a) Cukup banyak minum
b) Olahraga
c) Pemberian laksatif ringan seperti jus buah-buahan
5) Pakaian
Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju hendaknya yang
longgar dan mudah dipakai serta bahan yang mudah menyerap keringat.
Ada dua hal yang harus diperhatikan dan dihindari yaitu sabuk dan
stoking yang terlalu ketat, karena akan mengganggu aliran balik dan
sepatu dengan hak tinggi, akan menambah lordosis sehingga sakit
pinggang akan bertambah (Kusmiyati 2008).
Payudara perlu ditopang dengan BH yang memadai untuk
mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran dan kecenderungan
menjadi pendulans (Kusmiyati Y, dkk.2008).
Bra (BH) dan ikat pinggang ketat, celana pendek ketat, ikat kaus
kaki, pelindung lutut yang ketat, korset, dan pakaian ketat lainnya harus
dihindari. Penggunaan pakaian ketat pada perineum mempermudah
timbulnya vaginitis dan miliaria (ruam panas). Kerusakan ektremitas
bawah mempermudah terjadinya varises
6) Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada
riwayat penyakit seperti berikut ini
a) Sering abortus dan kelahiran premature
b) Perdarahan pervaginam
c) Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan
d) Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intra uteri
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang
sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada
waktu itu plasenta sudah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi
lebih kecil.
Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah
masuk kedalam rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena
dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan
(Diah, 2012).
7) Mobilisasi/mekanika tubuh
Aktivitas fisik meningkatkan rasa sejahtera ibu hamil. Aktivitas fisik
meningkatkan sirkulasi, membantu relaksasi dan istirahat dan mengatasi
kebosanan yang juga dialami oleh wanita tidak hamil. Anjurkan ibu hamil
untuk mempelajari latihan kegel guna memperkuat otot-otot disekitar
organ reproduksi dan meningkatkan tonus otot. (Surono, 2010).
8) Istirahat
Pada saat hamil, ibu hamil akan merasa letih pada beberapa minggu
awal kehamilan atau beberapa minggu terakhir ketika ibu hamil
menanggung beban berat yang bertambah. Oleh sebab itu, ibu hamil
memerlukan istirahat dan tidur yang semakin banyak dan sering.
Istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas). Ibu hamil memerlukan
istirahat paling sedikit satu jam pada siang hari dengan kaki ditempatkan
lebih tinggi dari tubuhnya. Istirahat sangat bermanfaat bagi ibu hamil agar
tetap kuat dan tidak mudah terkena penyakit. (Walyani, 2015).

2.2. Grande Mulipara


Grande Multipara Suatu keadaan dimana seorang ibu telah melahirkan
bayi lebih dari lima kali, dimana bayi yang dilairkannya dapat hidup dengan
usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan berat badan bayi lebih dari 1000
gram. Bagi ibu yang sudah melahirkan lebih dari sepuluh kali dengan bayi
yang dapat hidup digolongkan pada grande multiparity
Bayi yang lahirkan dari ibu dengan grande multipara juga digolongkan
dengan resiko tinggi. Kompikasi yang dapat terjadi pada kehamilan juga pada
persalinan pada ibu grande multipara dengan sendirinya juga berpengaruh pada
bayi yang akan dilahirkan. Kompikasi yang dapat timbul seperti kelainan letak,
karna dinding rahim atau perut
ibu yang telah longgar, kelainan letak plasenta (plasenta previa) karan dinding
rahim tempat perlekatan plasenta yang normal (di daerah fundus dan corpus
rahim)sudah pernah dilekati plaseta pada kehamilan sebelumnya sehingga pada
kehamilan yang lebih dari lima kali, plasenta melekat di bagian bawah rahim.
Komplikasi-komplikasi lain yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir melalui
jalan lahir normal(pervagina) dapat menyebabkan bayi harus dilahirkan
beresiko tinggi sehingga jalan yang harus ditempuh untuk dapat melahirkan
bayi tersebut adalah melalui pembukaan dinding perut (seksio sesarea). Hal ini
untuk menghindari bahaya yang dapat terjadi jika tidak dilahirkan secara
seksio sesarea, misalnya gawat janin yang dapat berakhir denan kematian.
Sebagian besar ibu dengan grade multipara adalah dari golongan sosial
ekonomi yang rendah. Adanya kepercayaan dan budaya masyarakat dan tingkat
pendidikan yang masih rendah juga berpengaruh. Kelurga dengan enam anak
atau lebih tentulah akan mendapat kesulitan dalam hal kehidupan sosial
ekonomi, pendidikan anak-anak, kesehatan dan lain sebagainya. Setiap
pertambahan anggota keluarga tentulah konsekuensinya menamah permintaan
kebutuhan hidup, dengan sendirinya akan berpengaruh pada tingkat pendidikan
dan kesehatan diri anak, hingga anak rentan terhadap penyakit akibat gizi yang
buruk, akan banyak terdapat akan terlantai akibat pendidikan yang buruk.
A. Bahaya dari grande multipara

1. Kelainan letak janin, disebabkan oleh karena dinding rahim dan atau
dinding perut yang telah longgar akibat dari persalinan yang
terdahulu.
2. Anemia dalam kehamilan.
3. Kelainan endokrin, misalnya kencing manis (diabetes mellitus).
4. Gangguan kardiovaskuler, misalnya kelainan jantung, tekanan darah
tinggi (hipertensi).
5. Kelainan letak plasenta (plasenta previa) karena dinding rahim tempat
perlekatan plasenta yang normal (di daerah fundus dan corpus rahim)
sudah pernah dilekati plasenta pada kehamilan sebelumnya sehingga
pada kehamilan yang lebih dari lima kali, plasenta melekat di bagian
bawah rahim.
6. Solutio plasenta, adalah suatu keadaan dalam kehamilan dimana
plasenta yang tempat perlekatannya yang normal (pada fundus dan
corpus uteri) terlepas sebelum waktunya (pada kala III).
7. Robekan pada rahim (ruptura uteri), penyebabnya adalah dinding
rahim pada ibu yang telah melahirkan beberapa kali bayi yang dapat
hidup (viable) sudah lemah. Rintangan yang sangat kecil pada
kehamilan maupun pada proses persalinan dapat menimbulkan
robekan pada rahim.
8. Terhambatnya kemajuan persalinan oleh karena kontraksi rahim
kurang.
9. Rahim tidak berkontraksi setelah proses persalinan dimana dapat
menimbulkan perdarahan setelah persalinan.
10. Perut gantung diakibatkan oleh karena berkurangnya kemampuan
otot-otot dinding perut (otot-otot dinding perut menjadi lemas)
sehingga dapat terjadi kesalahan letak janin, kepala janin tidak masuk
ke ruang rongga panggul.

2.3 Konsep Dasar Persalinan


2.3.1 Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan


membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang
muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya
pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin (Rohani,
2013).

2.3.2 Macam-macam persalinan

1. Persalinan spontan yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan


ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan yaitu persalinan yang dibantu dari luar misalnya
vaccum eksterasi, forceps, SC.
3. Persalinan anjuran yaitu terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup
diluar, tetapi tidak sedemikian dalam persalinan, misalnya dengan
induksi persalinan (Ina Kusnawanti, dkk, 2014).
2.3.3 Fisiologi Persalinan

1. Tanda-tanda persalinan menurut Damayanti, 2014 yaitu :


a. Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadinya penurunan
fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk kedalam panggul. Pada
multipara tanda ini tidak begitu kelihatan. Mulai menurunnya bagian
terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang persalinan.
b. Terjadinya his permulaan
Ciri – ciri His permulaan ( his palsu ) :
1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
2) Datang tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda kemajuan
persalinan
4) Durasi pendek
5) Tidak bertambah bila beraktivitas
2. Tanda masuknya dalam persalinan
Terjadinya his persalinan, dengan ciri-ciri yaitu pinggang terasa sakit
menjalar kedepan, sifat his teratur, terjadi perubahan serviks, pengeluaran
lendir bercampur darah melalui vagina, penipisan dan pembukaan serviks,
kontraksi uterus mengakibatkan perubahan serviks (Rohani, 2013).
3. Tahap persalinan
Perubahan-perubahan fisiologi yang dialami ibu selama persalinan dibagi
dalam 4 kala yaitu :
A. Kala I (Kala Pembukaan)
1) Pengertian Kala I (kala pembukaan) dimulai sejak terjadinya
kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Kala I untuk primigravida berlangsung
12 jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam (Jannah, 2017)

2) Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu :

a) Fase latern, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat


dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 0-3cm,
berlangsung dalam 7-8 jam (Holmes, 2012)
b) Fase aktif ( pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6-7
jam. Fase aktif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : fase akselerasi
yang berlangsung selama 2 jam di pembukaan 3- 4 cm, fase
dilatasi maksimal yang berlangsung selama 2 jam di pembukan 4
– 9cm, fase deselerasi yaitu berlangsung cepat dalam 2 jam
pembukaan 9 - 10 cm atau lengkap.( Rohani, 2013)

3) Perubahan fisiologis pada kala I

Perubahan fisiologis pada kala I menurut Rohani, 2013 yaitu :

a. Tekanan darah Tekanan darah meningkat selama terjadinya


kontraksi (sistol rata-rata naik) 10-20 mmHg, diastole naik 5-10
mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat
sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah.
b. Suhu tubuh Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, maka
suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan dan setelah
persalinan akan terjadi peningkatan, jaga agar peningkatan suhu
tidak lebih dari 0,51ºC.
c. Detak jantung Berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
detak jantung akan meningkat secara dramatis selama kontraksi.
d. Pernapasan Oleh karena terjadinya peningkatan metabolisme,
maka terjadi sedikit peningkatan laju pernapasan yang dianggap
normal, hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa
menyebabkan alkalosis.
e. Ginjal Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin
dikarenakan adanya peningkatan cardiac output, peningkatan
filtrasi glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal.
Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan.
f. Gastrointestinal Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat
secara subtansi berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain
itu, berkurangnya pengeluaran getah lambung menyebabkan
aktivitas pencegahan hampir berhenti dan pengosongan lambung
menjadi sangat lambat, cairan tidak berpengaruh dan
meninggalkan perut dalam waktu biasa.
g. Hematologi Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100ml selama
persalinan dan akan kembali sebelum persalinan sehari
pascapersalinan, keculai terdapat perdarahan postpartum.
4 ) Perubahan Psikologis pada kala I
Pada kala I tidak jarang ibu akan mengalami perubahan psikologi
yaitu rasa takut, ketidaknyamanan, cemas dan marah-marah (Icesmi,
2013).

5 ) Tanda Gejala Kala I yaitu :

a. Penipisan/pendaftaran (effacement) dan pembukaan servik.


b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan servik (frekuensi
minimal 2x dalam 10 menit)
c. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
B. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (Rohnai, 2013). Kala II pada
primipara berlangsung selama 1-2 jam dan pada multipara 0,5-1 jam
(Walyani, 2015).

1) Perubahan Fisiologis Kala II

a) Kontraksi dorongan otot-otot persalinan Uterus pada persalinan


mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi menimbulkan nyeri,
merupakan satu satunya kontraksi normal muskulus. Kontraksi ini
dikendalikan oleh saraf intrinsik, tidak disadari, tidak dapat diatur
oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama kontraksi

b) Pergeseran organ dasar panggul Saat persalinan segmen atas


berkontraksi, menjadi tebal, dan mendorong anak keluar.
Sementara itu, segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi,
dilatasi, serta menjadi yang tipis dan teregang yang nantinya akan
dilalui bayi. Tanda fisik dini pada persalinan kala II adalah ketuban
pecah spontan, tekanan rektum, sensasi ingin defekasi, muntah,
bercak atau keluar cairan merah terang dari vagina. Tanda lanjut
kala II adalah perineum mengembung, vagina melebar, dan anus
mendatar, bagian presentasi tampak dan uterus berlanjut selama
kontraksi.

2) Tanda dan Gejala Kala II menurut Icesmi (2013) yaitu :

a) His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit,

b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum/vagina

d) Perineum terlihat menonjol


e) Vulva –vagina dan sfingter ani terlihat membuka

f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

3) Kebutuhan ibu Kala II Kebutuhan selama kala II yang diperlukan ibu


yaitu Pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang,
pemberian hidrasi karena ibu membutuhkan asupan minum dan makan
agar ibu mempunyai tenaga dalam mengedan dan mencegah dehidrasi,
mengosongkan kandung kemih karena jika kandung kemih penuh
mengganggu penurunan kepala bayi, selain itu juga akan menambah
rasa nyeri pada perut bawah, menghambat lahirnya plasenta dan
menyebabkan pendarahan pasca salin, menganjurkan ibu utnuk
mengambil posisi yang nyaman meneran.

C. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)


1) Pengertian
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirnya dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses pada kala III
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir dan tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu adanya semburan darah, tali pusat memanjang dan
uterus teraba keras. (Rohani, 2013)
2) Perubahan Fisiologis Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya
ukuran rongga uterus secara tiba tiba setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi
plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu, plasenta akan
menekuk, menebal, kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau bagian bawah
vagina.
3) Perubahan Psikologis Kala III
Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya, merasa
gembira,lega,dan bangga akan dirinya juga merasa lelah, memusatkan
diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit, menaruh
perhatian terhadap plasenta.
4) Kebutuhan Ibu Kala III menurut Rukiyah, 2013 Penatalaksanaan aktif
kala III bagi semua ibu melahirkan yaitu pemberian oksitosin,
peregangan tali pusat terkendali, masase uterus segera setelah bayi
lahir agar tetap berkontraksi dengan baik, pemeriksaan rutin pada
vagina dan perineum untuk mengetahui adanya laserasi dan luka,
pemberian hidrasi pada ibu, pencegahan infeksi dan menjaga privasi
D. Kala IV (Kala Pengawasan)

1) Pengertian

Kala IV adalah pemantauan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta


lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan
postpartum. Pada 1 jam pertama pemeriksaan setiap 15 menit
sedangkan pada jam kedua dilakukan pemeriksaan setiap 30 menit
(Rukiyah, 2013). Dalam kala IV harus dipantau kontraksi uterus,
perdarahan, tekanan darah, nadi, suhu tubuh dan tinggi fundus uteri
(Marmi, 2012)

2) Perubahan Fisiologis kala IV

Pada kala IV persalinan, biasanya ibu sudah merasa lega karena bayi
dan plasenta sudah lahir.Pembesaran uterus seketika langsung mengecil
tidak seperti saat janin dan plasenta masih didalam. Proses involusio
uteri sedang berlangsung.
3) Kebutuhan ibu Kala IV Ibu membutuhkan waktu untuk beristirahat
karena sudah melewati proses yang panjang dan juga dukungan dari
suami dan keluarga

2.3.4 Asuhan Persalinan Normal

Menurut Prawirohardjo, S (2013) 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)


yaitu :

1. Melihat tanda dan gejala kala II : Mempunyai keinginan meneran, ibu merasa
tekanan yang semakin meningkat pada rektum atau vaginanya, perineum
menonjol, vulvavagina dan sfingter ani membuka.
2. Menyiapkan pertolongan persalinan. Memastikan perlengkapan, bahan dan
obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker dan kacamata.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan dengan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau steril
untuk semua pemeriksaan dalam \
6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dan meletakkan kembali di
partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas/kassa yang sudah dibasahi air DTT. Jika
mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang. Membuang kapas/kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang
benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya dalam larutan klorin
0,5%
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (100-180 kali/menit)
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu
ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yag kuat untuk
meneran : membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu meneran
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu
16. Membuka partus set
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakkan tangan yang lain di kepala bayi
dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahanlahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain kassa yang
bersih
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi : jika tali pusat
melilit leher janin dengan longgar lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika
tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke atas dan ke arah luar hingga bahu
anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyanggah
tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hatihati membantu melahirkan bayi
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala sedikit rendah dari tubuhnya (bila bayi
mengalami asfiksia lakukan resusitasi)
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak
kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/IM
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan pengurutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama ( ke arah ibu)
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimutyang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas ambil
tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit
IM di gluteus atau 1/3 paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati unutk membantu mencegah terjadinya
inversio uteri . jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
Penegangan Tali Pusat (PTT) dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan puting susu
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat bertambha
panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva. Jika
plasenta tidak lepas setelah melakukan PTT selama 15 menit : mengulangi
pemberian oksitosin 10 unit IM, menilai kandung kemih dan dilakukan
kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai
sarung tangan DTT atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forsep DTT atau steril
untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( fundus menjadi keras)
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel pada ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap
dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik, maka
ambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan klorin
0,5%, membilas kedua tangan dengan air DTT dan mengeringkannya dengan
kain yang bersih dan kering.\
44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali DTT
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kering
48. Menganjurkan ibu untuk mulai memberikan ASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam : 2-3 kali
dalam 15 menit pertama pascapersalinan. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
pascapersalinan. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan. Jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk
penatalaksanaan atonia uteri. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan
penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua
jam pertama pascapersalinan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dokumentasi
(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan
ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Melengkapi Partograf

2.4. Konsep Dasar Ruptur perineum

2.4.1. Pengertian ruptur perineum.

Ruptur perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan


tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat
dihindarkan atu dikurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar
panggul dilalui kepala janin dengan cepat.

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi baru lahir
spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Ruptur perineum
derajat II adalah robekan yang mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum (Yulianti dan Rukiyah, 2010).

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua dari perdarahan pasca


persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan kontraksi uterus yang baik umumnya
disesabkan oleh robekan jalan lahir (ruptur perineum dinding vagina dan
robekan serviks). Hal ini dapat diidentifikasi dengan cara melakukan
pemeriksaan yang cermat dan seksama pada jalan lahir.

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama yang


tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Akan tetapi, hal tersebut dapat
dihindari atau kurangi dengan carah mencegah kepala janin melewati dasar
panggul dengan cepat (Nurul jannah, 2017).

Penyebab yang paling sering adalah pimpinan persalinan yang salah


seperti pembukaan belum lengkap sudah dilakukan pimpinan persalinan dan
tindakan mendorong kuat pada fundus uteri (Rohani, dkk 2013).
2.4.2. Derajat laserasi perineum:

1. Derajat I : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum.


2. Derajat II :Mukosa vagina, komisura, posterior, kulit perineum, otot
perineum
3. Derjat III :Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum, otot perineum, otot spingterani eksterna.
4. Derajat IV : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spingter ani eksterna, dinding rectum
anterior, (Yulianti dan Rukiyah, 2010)
Gambar, Robekan Perineum

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV

Sumber: https://rizkimarizayeni.wordpress.com/2014/06/24/robekan-perineum

Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber


perdarahan
b. Lakukan irigasi empat luka dan bubuhi antiseptik
c. Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang
yang diserap
d. Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling distal terhadap
operator (Rohani, dkk, 2013)
2.4.3. Tanda dan gejala.

1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil


2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir.perdarahan ini terus
menerus
3. Setelah dilakukan massase atau pemberian uterotonika langsung
mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.
2.2.4. Penyebab robekan perineum.

1. Kepala janin terlalu cepat lahir


2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
3. Jaringan parut pada perineum
4. Distosia bahu
2.2.5. Penjahitan

1. Pengertian.
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk medekatkan tepi luka
dengan benang sampai sembuh
2. Tujuan
a. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan perlukan sehingga proses
penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu bukanlah hasil
dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan
b. Untuk mengentikan perdarahan
3. Prinsip dasar penjahitan perineum (Rohani dkk, 2011)
a. Ibu dalam posisi litotomi.
b. Pengunaan cahaya yang cukup terang
c. Tindakan cepat
d. Tehnik yang steril
e. Bekerja hati-hati jangan sampai kassa tertingal dalam vagina
4. Langkah-langka penjahitan perineum ( Rohani dkk,2011)
a. Periksa robekan secara lengkap dengan mengunakan kassa DTT
secara lembut sambil menilai luas dan dalamnya robekan
b. Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar
lidokain bekerja.
c. Siapkan jarum,benang cat gut dan gunting
1) Robekan perineum derajat I,pada umumnya dapat sembuh sendiri
tidak perlu dijahit
2) Robekan perineum derajat II.
a) Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasai
di mukosa vagina.Setelah itu buat ikatan dan potong pendek
benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira
1cm.
b) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah
ke arah cicin hymen.
c) Tepat sebelum cicncin hymen, masukkan jarum ke dalam
mukosa vagina lalu kebelakang cincin hymen sampai jarum
ada di dawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka
perineum
d) Gunakan tehnik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat
kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya
e) Setelah di jahit sampai ujung luka, putarlah jarumlah dan
mulailah menjahit kearah vagina dengan mengunakan jahitan
subkutikuler
f) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari
kelingking kedalam anus
g) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan
tidak ada kassa yang tertinggal didalam
h) Cuci area genital dan kompres dengan kasa, betadin.
i) Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke
vagina dibelakang cincin hymen untuk diikat dengan
simpul mati dan dipotong benangnya
3) Robekan perineum derajat III dan IV, dilakukan penjahitan
dengan teliti, mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit
kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulussfingter ani yang
robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti
pada robekan perineum derajat II.
4) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking
kedalam anus
5) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak
ada kassa yang tertinggal didalam
6) Cuci area genital dan kompres dengan kasa, betadin.

2.5 Konsep Dasar Nifas


2.5.1 Pengertian Masa Nifas
Pengertian Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun
secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Saleha, 2013).

a. Tahapan Nifas Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu (Walyani, 2015) :

1. Puerperium Dini yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri


dan berjalan
2. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sempurna mungkin beberapa
minggu, bulan atau tahun.
b. Perubahan Fisiologis Menurut Walyani,2015 perubahan yang terjadi pada
masa nifas yaitu:

1. Sistem Kardiovaskuler Denyut jantung, volume dan curah jantung


meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke
plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat
diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal
dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula.

2. Sistem Reproduksi Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil


(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti keadaan sebelum hamil
Saleha (2013)

c. Macam –macam Lochea pada Masa Nifas

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam Lochea selama masa nifas menurut
Walyani, 2015 yaitu :

1) Lochea Rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput


ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium,
selama 2 hari postpartum.

2) Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari


3-7 postpartum.

3) Lochea Serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 postpartum.

4) Lochea Alba : cairan putih, setelah 2 minggu.

5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau


busuk.

6) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya.


d. Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-
angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol
Walyani (2015).

e. Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena


sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar
tonusnya sekalaipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum
melahirkan.

f. Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis,
yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let down.

1. Sistem Muskuloskeletal (kurang) Ambulasi pada umumnya dimulai 4-


8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah
komplikasi dan memperecepat proses involusi.
2. Sistem Perkemihan Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama,
kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu

g. Perubahan Psikologis Ada beberapa tahap perubahan psikologis dalam


masa penyesuaian ini meliputi 3 fase menurut Saleha, 2013 yaitu :
1. Tahap I : Fase Taking In (Periode Ketergantungan) Periode yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada fase
ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan
berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal
sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini
seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat
ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang
mungkin dialami, seperti menangis, dan mudah tersinggung. Hal ini
membuat ibu cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya. Pada fase
ini \kemampuan mendengarkan (listening skill) dan menyediakan waktu
yang cukup dan kehadiran suami atau keluarga sangat diperlukan.

2. Tahap II : Fase Taking Hold Periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung dan
marah. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu.

3. Tahap III : Letting Go Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.


Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu sudah mulai
menyelesaikan diri dengan ketergantungan bayinya (Saleha, 2013)

g. Kebutuhan Dasar Kesehatan Pada Ibu Masa Nifas

1. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang


cukup, bergizi seimbang terutama kebutuhan protein dan karbohidrat.
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, (ibu harus
mengkonsumsi 3-4 porsi setiap hari). Minum sedikitnya 3 liter air setiap
hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Pil zat besi harus
diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin. Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya (Heryani, 2015)

2. Kebutuhan Ambulasi Ambulasi dini (early ambulation) adalah


mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu
untuk bangun dari tempat tidurnya. Early ambulation adalah kebijakan
untuk segera mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya
dan membimbingnya segera untuk berjalan. Ibu diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum (Yuli, 2015) Aktifitas
tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus,
kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu
mencegah trombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan
ibu dari ketergantungan sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dilakukan
secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat.

3. Miksi (BAK) Selama kehamilan terjadi peningkatan ekstraseluler 50%.


Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Kebanyakan
Ibu nifas dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah
melahirkan. Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.
Kesulitan BAK dapat disebabkan karena oedem kandung kemih selama
persalinan.

4. Defekasi (BAB) Buang Air Besar biasanya tertunda selama 2-3 hari
setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diit cairan, obat-obatan
analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit. Memberikan
asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara
teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.

5. Personal Hygiene/Perineum Kebersihan diri ibu membantu mengurangi


sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,
mengganti pakaian dan alas tempat tidurserta lingkungan dimana ibu
tinggal. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan
luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital
dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAByang dimulai dengan
mencuci bagian depan kemudian ke arah anus. Sebelum dan sesudahnya
dianjurkan untuk mencuci tangan.

6. Istirahat dan Tidur Istirahat yang diperlukan ibu nifas sekitar 7 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari. Dan untuk melakukan kegiatan
rumah tangga secara perlahan.

7. Seksual Aktifitas seksual aman setelah darah merah berhenti, dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Ada kepercayaan/budaya yang memperbolehkan melakukan hubungan
seks selama 40 hari atau 6 minggu, oleh karena itu perlu
dikompromikan antara suami dan istri.

8. Perawatan payudara Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan


sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran susu. Menjaga payudara agar tetap bersih
dan kering terutama bagian puting susu dengan menggunakan BH yang
menyokong payudara. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrum
atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui

9. Senam Nifas Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula


sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan
mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara latihan senam nifas. Senam nifas yang bertujuan untuk
mengembalikan otot-otot terutama rahim dan perut ke keadaan semula
atau mendekati sebelum hamil. Senam nifas dilakukan sejak hari
pertama melahirkan sampai dengan hari ke sepuluh. (Heryani, 2015)
h. Asuhan Pada Nifas

a. Tujuan Asuhan Nifas Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas
menurut (Heryani, 2015) yaitu,

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis


2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana 5) Mendapatkan
kesehatan emosi

b. Kunjungan Masa Nifas Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada


masa nifas, dengan tujuan untuk

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi


2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya. Waktu dan tujuan kunjungan
menurut Heryani, 2015 yaitu :

c. Waktu : 6-8 jam setelah persalinan Tujuan :

1. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas


2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan
rujukan bila Perdarahan
3. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
4. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
5. Mengajarkan ibu untuk mempercepat hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau

d. Waktu : 6 hari setelah persalinan Tujuan :

1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, fundus dibawah


umbilicus tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca
melahirkan
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat

e. Waktu : 2 minggu setelah persalinan Tujuan :

1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,


fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak
ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi ataukelainan
pascamelahirkan
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat

f. Waktu : 6 minggu setelah persalinan Tujuan :

1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau


bayinya
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini

2.6 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


2.6.1 Pengertian
Bayi baru lahir ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstra uterin.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2013)
1. Tanda-tanda BBL Menurut Marie Tando (2016), ciri-ciri bayi baru lahir adalah
sebagai berikut :

1. BB 2.500-4.000 gram

2. Panjang badan 48-52 cm

3. Lingkar dada 30-38 cm

4. Lingkar kepala 33-35 cm

5. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

6. Pernapasan ±40-60 kali/menit.

7. Kulit kemerah-merahan dan licin kerena jaringan subkutan cukup.


8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Genetalia: Pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora,
pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Refleks moro atau gerak mememeluk jika dikagetkan sudah baik

13. Refleks grasp atau menggenggam sudah baik

14. Eliminasi baik, meconium keluar dalam 24 jam pertama, meconium


berwarna hitam kecoklatan.

2. Perubahan Fisiologis (Walyani, 2016)

a. Sistem Pernafasan Pernapasan normal pada bayi terjadi dalam waktu 30 detik
setelah kelahiran. Pernapasan pada neonatus adalah pernapasan diafragmatik
dan abdominal serta biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya
pernapasan.

b. Kulit Pada bayi baru lahir kulit berwarna kemerahan dan akan semakin
hitam. Sebagian bayi baru lahir terdapat vernic caseosa terutama pada daerah
bahu, belakang badan, lipat paha dan dibawah tangan, vernic caseosa
berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh intra uterin dan akan
menghilang 2-3 hari setelah lahir. Terdapat juga lanugo yang merupakan
rambut halus dan lunak yang sering menutupi daerah kepala dan muka.

c. Sistem Urinarius Neonatus harus miksi dalam 24 jam setelah lahir, dengan
jumlah urine sekitar 20-30 ml/hari.

d. Sistem Ginjal Walaupun ginjal sangat pentingdalam kehidupan janin,


muatannya terbilang kecil hingga setelah kelahiran. Urine bayi encer,
berwarna kekuningkuningan dan tidak berbau. e. Sistem Hepar Segera
setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan marfologis berupa
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen.

f. Sistem Imunitas Sistem imunitas neonatus masih belum matang, sehingga


menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alamimaupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi.

g. Sistem Reproduksi Pada bayi laki-laki dan perempuan penarikan estrogen


maternal menghasilkan kongesti lokal di dada dan yang kadang-kadang
diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5. Untuk alasan yang sama
gejala haid dapat berkembang pada bayi perempuan. Penilaian auterin ke
ekstrauterin Nilai APGAR bertujuan dalam memantau kondisi bayi dari
waktu ke waktu. Nilai APGAR menit pertama untuk menentukan diagnose
(asfiksia/tidak).

Tabel 2.4 Tabel Penilaian Apgar Skor


Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
( warna kulit ) seluruh tubuh Ekstremitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada > 100 > 100
( denyut jantung )
Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
( tunos otot ) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
( aktifitas ) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
( pernapasan ) teratur
Sumber : Rukiyah, dan Yulianti, 2013. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita .
a. Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
b. Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
c. Asfiksia berat (apgar skor 1-3)
2.6.2 Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Pengertian
Asuhan Asuhan pada bayi baru lahir meliputi membersihkan jalan
napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh
bayi, dan memberikan vitamin K (Prawihardjo, 2014).
Asuhan Normal adalah asuhan yang diberikan kepada bayi yang tidak
memiliki indikasi medis untuk dirawat di rumah sakit, tetapi tetap berada
di rumah sakit karena ibu mereka membutuhkan dukungan.Asuhan normal
diberikan pada bayi yang memiliki masalah minor atau masalah medis
yang umum (Williamson, 2014).

b. Kunjungan Neonatus menurut Putra, 2012

1. Kunjungan pertama dilakukan 6-48 jam setelah lahir, dilakukan


pemeriksaan pernapasan, warna kulit dan gerakan aktif atau tidak,
ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian
salep mata, vitamin K1, hepatitis B, perawatan tali pusat, pencegahan
kehilangan panas bayi.
2. Kunjungan kedua dilakukan hari ke 3 sampai hari ke 7 hari setelah
lahir, dilakukan pemeriksaan fisik, penampilan dan perilaku bayi,
nutrisi, eliminasi, personal hygiene, pola istirahat, keamanan, tanda-
tanda bahaya yang terjadi.
3. Kunjungan ketiga dilakukan hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 lahir,
dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi badan
dan nutrisinya

c. Penanganan BBL

1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi harus dilakukan kepada semua


bayi baru lahir normal seperti Vitamin K untuk mencegah perdarahan,
dengan dosis 0,5-1 mg I.M (Marmi, 2015). Membersihkan jalan nafas,
perawatan tali pusat dan perawatan mata.
2. Pencegahan Kehilangan Nafas Pada saat lahir, bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan pencegahan
kehilangan panas maka bayi akan mengalami hipotermi. Bayi dapat
kehilangan panas tubuhnya melalui :
a) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
bayi sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan
diselimuti
b) Konduksi,yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin
c) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin,
hembusan udara atau pendingin ruangan
d) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. (Rukiyah 2013)

3. Cara Mengatasi Kehilangan Panas Mempertahankan suhu tubuh


(Rukiyah, 2013) yaitu :

a) Keringkan suhu tubuh setelah bayi lahir

b) Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat

c) Selimuti bagian kepala bayi

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

f) Tempatkan bayi di lingkungan hangat

g) Dekontaminasi dan cuci setelah digunakan


4. Pemberian obat tetes/salep mata Pemberian salep mata dianjurkan
untuk mencegah penyakit mata karena klamidia. Pemberian salep mata
sesudah 5 jam bayi lahir. (Marmi, 2015)

5. Pemberian Imunisasi Tujuan diberikan imunisasi adalah agar tubuh


kebal terhadap penyakit tertentu yang dapat menyebabkan infeksi
(Marmi, 2015)

2.6.3 Pemberian imunisasi pada bayi baru lahir

1. Pemberian Imunisasi pada Bayi Baru Lahir Vaksin Umur Penyakit yang
dapat dicegah HEPATITIS B 0-7 hari
2. Mencegah hepatitis B (kerusakan hati)
3. BCG 1 bulan Mencegah TBC (Tuberkulosis) yang berat POLIO 1-4
bulan Mencegah polio yang dapat menyebabkan lumpuh layu pada
tungkai dan lengan
4. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) 2-4 bulan Mencegah difteri yang
menyebabkan penyumbatan jalan nafas, mencegah pertusis atau batuk
rejan (batuk 100 hari) dan mencegah tetanus
5. CAMPAK 9 bulan Mencegah campak yang dapat mengakibatkan
komplikasi radang paru, radang otak, dan kebutaan Sumber :Kemenkes
RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta
6. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai
dalam segera setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu memeluk dan
mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat di klem
dan dipotong. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan melalui
pemberian ASI secara dini yaitu (Rukiyah, 2013) :

a) Merangsang produksi Air Susu Ibu (ASI)

b) Memperkuat refleks penghisap bayi


c) Mempromosikan keterkaitan antara ibu dan bayinya, memberikan
kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolustrum.

d) Merangsang kontraksi uterus

7. Refleks pada Bayi Baru Lahir menurut Marmi, 2015 yaitu :

a) Refleks glabella Ketuk daerah pangkal hidung secara perlahan-lahan


dengan menggunakan jari telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi
akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan pertama.
b) Refleks hisap Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan.
Tekanan pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas timbul
isapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu bayi menyusu.
c) Refleks mencari (rooting) Bayi menoleh kearah benda yang
menyentuh pipi. Misalnya: mengusap pipi bayi dengan lembut: bayi
akan menolehkan kepalanya kearah jari kita dan membuka
mulutnya.
d) Refleks genggam Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar,
tekanan dengan gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan
kuat.
e) Refleks Babinski Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi
lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakkan jari sepanjang
telapak kaki. Bayi akan menunjukkan respon berupa semua jari kaki
hyperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.
f) Refleks moro Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila
kepala tibatiba digerakkkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk
tangan.

8. Bounding Attachment Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak


antara ibu-anak berada dalam 1 ruangan melalui pemberian ASI
Ekslusif, kontak mata, suara, aroma dan kontak dini (Marmi, 2015)
2.7 Konsep Dasar KB
a. Pengertian Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur
jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar
metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi
telur wanita (fertelisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk
berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. (Purwoastuti, 2015)
b. Tujuan Program KB
1. Tujuan Umum Meningkatkan Kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk
(Purwoastuti,2015)
2. Tujuan Khusus Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan,
menunda kehamilan dan menjarangkan kehamilan (Pusdiknakes, 2014)

2.7.1 Asuhan KB

1. Pengertian Suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang kepada


orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah
melalui pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat
didalamnya. (Elisabeth, 2015)

2. Tujuan Konseling KB menurut

a. Meningkatkan Penerimaan Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara


mendengarkan, berbicara dan komunikasi non verbal meningkatkan
penerimaan informasi mengenai KB oleh klien
b. Menjamin pilihan yang cocok Menjamin petugas dan klien memilih cara
terbaik yang sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien
c. Menjamin penggunaan yang efektif Konseling efektif diperlukan agar klien
mengetahui bagaimana menggunakan KB dengan benar dan mengatasi
informasi yang keliru tentang cara tersebut.
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama Kelangsungan pemakaian cara KB
akan lebih baik bila klien ikut memilih cara tersebut, mengetahui cara
kerjanya dan mengatasi efek sampingnya. (Elisabeth, 2015)

3. Macam-macam Kontrasepsi Menurut Kemenkes, (2013) Terdapat beberapa


pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan setelah persalinan karena
tidak menganggu proses menyusui. Berikut penjelasan mengenai metode
tersebut :

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL) Metode Amenorea Laktasi adalah


kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apa pun lainnya. MAL akan efektif jika digunakan dengan benar
selama 6 bulan pertama melahirkan dan belum mendapatkan haid setelah
melahirkan serta memberikan ASI secara ekslusif (Pusdiknakes, 2014)
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar efektivitas MAL
optimal menurut Kemenkes 2013 :
1) Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh
2) Perdarahan pasca 56 hari pascasalin dapat diabaikan (belum dianggap
haid)
3) Bayi menghisap payudara secara langsung
4) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
5) Kolostrum diberikan kepada bayi
6) Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan)
dan dari kedua payudara 7) Sering menyusui selama 24 jam termasuk
malam hari
7) Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) AKDR merupakan pilihan
kontrasepsi pacapersalinan yang aman dan efektif untuk ibu yang ingin
menjarangkan atau membatasi kehamilan. AKDR dapat dipasang segera
setelah bersalin maupun dalam jangka waktu tertentu. Meskipun angka
ekspulsi pada pemasangan AKDR segera pascapersalinan lebih tinggi
dibandingkan teknik pemasangan masa interval (lebih 4 minggu setelah
persalinan), angka ekspulsi dapat diminimalisasi bila: Pemasangan
dilakukan dalam waktu 10 menit setelah melahirkan plasenta , AKDR
ditempatkan cukup tinggi pada fundus uteri, pemasangan dilakukan oleh
tenaga terlatih khusus. Keuntungan pemasangan AKDR segera setelah lahir
(pascapersalinan) antara lain: biaya lebih efektif dan terjangkau, lebih
sedikit keluhan perdarahan dibandingkan dengan pemasangan setelah
beberapa hari/minggu, tidak perlu mengkhawatirkan kemungkinan untuk
hamil selama menyusui dan AKDR pun tidak mengganggu produksi air
susu dan ibu yang menyusui, mengurangi angka ketidakpatuhan pasien.
Namun demikian terdapat beberapa resiko dan hal-hal yang harus
diwaspadai saat pemasangannya yaitu : dapat terjadi robekan dinding rahim,
ada kemungkinan kegagalan pemasangan, kemungkinan terjadi infeksi
setelah pemasangan AKDR (pasien harus kembali jika ada demam, bau
amis/anyir sesarea cairan vaginan dan sakit perut terus menerus. AKDR
juga dapat dipasang setelah persalinan dengan seksio sesarea. Angka
sekpulsi pada pemasangan setelah seksio sesarea kurang lebih sama dengan
pada pemasangan interval.

c. Implan

1) Implan berisi progrestin, dan tidak mengganggu produksi ASI


2) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan,
pemasangan implan dapat dilakukan setiap saat tanpa kontrasepsi lain
bila menyusui penuh (full breastfedding)
3) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid, pemasangan
dapat dilakukan kapan saja tetapi menggunakan kontrasepsi lain atau
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari 4) Masa pakai dapat
mencapai 3 tahun (3-keto-desogestrel) hingga 5 tahun (levonogestrel).

d. Suntik

1) Suntikan progestin tidak mengganggu produksi ASI


2) Jika ibu tidak menyusui, suntikan dapat dimulai setelah 6 minggu
persalinan
3) Jika ibu menggunakan MAL, suntikan dapat ditunda sampai 6 bulan
4) Jika ibu tidak menyusui, dan sudah lebih dari 6 minggu pascapersalinan,
atau sudah dapat haid, suntikan dapat dimulai setelah yakin tidak ada
kehamilan.
5) Injeksi diberikan setiap 2 bulan (depo noretisteron enantat) atau 3 bulan
(medroxiprogesteron).

e. KONDOM

1) Pilihan kontrasepsi untuk pria

2) Sebagai kontrasepsi sementara


2.8. Pengertian Asuhan antenatal care
a. Pengertian Asuhan Antenatal Care
Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi, dan penanganan medic pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan.
b. Tujuan Asuhan Antenatal Care
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang ibu dan tumbuh kembang ibu.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu dan
bayi
3. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan, termasuk riwayat secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Jadwal pemeriksaan Antenatal
1. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
2. Pemeriksaan ulang
a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan
b) Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 8 bulan
c) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalinan(Walyani 2015)

d. Pelayanan Asuhan Antenatal


Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan sekarang menjadi
12T, sedangkan untuk daerah gondok dan emdemik malaria menjadi 14T yakni:
(Sarwono, 2010).
1. Timbang berat badan dan tinggi badan
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran ≤
145cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang atau kunjungan untuk
mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB. Kenaikan BB ibu hamil normal
rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg.
2. Tekanan Darah
Diukur setiap kali ibu datang berkunjung. Deteksi tekanan darah yang
cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan preeklamsia.Tekanan
darah normal sytole/diastole 100/80-120/80.
3. Pengukuran Tinggi fundus Uteri
Menggunakan pita sentimeter, letakan titik nol pada tepi atas symfisis dan
rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan).

No. TFU (cm) UK (mgg)


1. 12cm 12
16
2. 16cm

3. 20cm
20
4. 24
24cm

28cm
5. 28
6. 32cm 32

7. 36cm 36

8. 40cm 40

4. Pemberian tablet Fe ( Tablet tambah darah )


Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas, karena
masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.
5. Pemberian imunisasi TT
Untuk melindungi tetanus neonaturum, efek samping TT yaitu nyeri,
kemerahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada penyuntikan.
Pemberian imunisasi TT
%
Imunisa Masa
Interval Perlindunga
si Perlindungan
n
Pada kunjungan ANC
TT1 0% Tidak Ada
Pertama
3 Tahun
TT2 4 minggu setelah TT1 80%
TT3 6 bulan setelah TT2 95% 5 Tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 99% 10 Tahun
25 Tahun/
TT5 1 Tahun Setalah TT4 99%
Seumur Hidup
Sumber : Walyani, 2015.
6. Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb dilakukan pada saat ibu hamil kunjungan pertama, lalu
diperiksa lagi menjelang persalinan.pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya
untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil
7. Pemeriksaan protein urine
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil, protein urine ini
untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.
8. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan Veneral Deseae Laboratory ( VDRL) untuk mengetahui adanya
troponema pallidum atau penyakit menular seksual, antara lain syphlish.
9. Pemeriksaan Urine reduksi
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu hamil dengan indikasi
penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula.
10. Perawatan payudara
Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan mulai pada
kehamilan 6 bulan. Manfaat perawatan payudara adalah: Menjaga kebersihan
payudara, terutama putting susu. Mengecangkan serta memperbaiki bentuk
puting susu pada putting susu yang terbenam. Merangsang kelenjar-kelenjar
susu sehingga ASI lancar. Mempersiapkan ibu dalam laktasi.
11. Senam Ibu Hamil
Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan mempercepat pemulihan
setelah melahirkan serta mencegah sembelit.

12. Pemberian Obat Malari


Pemnberian obat malaria diberikan khusus ibu hamil diderah yang endemik
malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria yaitu panas tinggi disertai
menggigil.
13. Pemberian kapsul minyak beryodium
Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dimana tanah
dan air tidak mendukung unsur yodium.
14. Temu wicara
a. Definisi konseling
Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang lain
memperoleh pengertian yang lebih baik `tentang dirinya dalam usahanya
memahami dan mengatasi yang sedang dihadapinya.
b. Prinsip- prinsip konseling
Keterbukaan, empati, dukungan, sikap dan respon positif, setingkat atau
sama derajat.
c. Tujuan konseling pada anternal care
Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif
terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Membantu ibu hamil untuk
menemukan kebutuhan asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih
dan aman tindakan klinik yang mungkin di perlukan.
2.9. Standar Asuhan Kebidanan
1. Standar I: Metode Asuhan
Merupakan asuhan kebidanan yang dilaksanakan dengan metode manajemen
kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu pengumpulan data, analisis data, penentuan
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
2. Standar II: Pengkajian
Pengumpulan data mengenai status kesehatan klien yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
3. Standar III: Diagnosis Kebidanan
Diagnosis kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas dan sistematis mengarah pada
asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien sesuai dengan wewenang bidan
berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan.
4. Standar IV: Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan diagnosis kebidanan.
5. Standar V: Tindakan
Tindakan kebidanan dilakukan berdasarkan rencana perkembangan keadaan klien
dan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
6. Standar VI: Partisipasi Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga
dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
7. Standar VII: Pengawasan
Monitoring atau pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus
dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
8. Standar VIII: Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan secara terus menerus seiring dengan
tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah
dirumuskan.
9. Standar IX: Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
kebidanan yang diberikan.

2.9. Kewenangan Bidan


Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan (permenkes) Nomor
28/Menkes/Per/X/2017 tentang izin dan penyelenggara praktik bidan, kewenangan
yang dimiliki bidan meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam (Pasal 18 huruf a)
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
1) Konseling pada masa sebelum hamil
2) Antenatal pada kehamilan normal
3) Persalinan normal
4) Ibu nifas normal
5) Ibu menyusui dan
6) Konseling pada masa antara dua kehamilan
c. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Bidan berwenang melakukan :
1) Episiotomi
2) Pertolongan persalinan normal
3) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
4) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
5) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
6) Pemberian vitamin a dosis tinggi pada ibu nifas
7) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif
8) Pemberian uterotonika padamanajemen aktif kala tiga dan postpartum
9) Penyuluhan dan konseling
10) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
11) Pemberian surat keterangan kelahiran.
2. Pelayanan Kesehatan Anak
a. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
1) Pelayanan neonatal esensial
2) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
3) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah;
dan
4) Konseling dan penyuluhan
c. Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0,pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan
merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat
waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi :
1) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan
nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung;
2) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR melalui
penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh
bayi dengan metode kangguru
3) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau
povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering; dan
4) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan
infeksi gonore (GO).
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan penimbangan
berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan, stimulasi
deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang balita
dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
f. Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan
keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya
pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS,
dan tumbuh kembang.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana Dalam
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang
memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana, serta pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
2.10 Kerangka konsep

Kehamilan

Trimester I Trimester II Trimester III

psikologi

Perubahan fisik

emosi seksual

 Keletihan
 Uterus membesar
 Perubahan bentuk fisik
Sikap ibu
ibu
 Sering miksi  Takut
 Payudara membesar  Khawatir
 Kenaikan BB  Bahagia
 Sakit Punggung dan
panggul
 Odema dibeberapa
bagian tubuh
BAB III
METODE STUDI KASUS

3.1. Jenis LTA


Jenis studi kasus yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah metode
observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan oleh penulis
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Studi kasus yang digunakan penulis
dalam membuat karya tulis ilmiah ini dengan menggunakan standar asuhan kebidanan
dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan menggunakan “SOAP” Studi kasus ini
dilaksanakan Pada Ny. ”A” G5P4A0 di wilayah kerja Puskesmas kalumata Ternate Tahun
2019”.
3.2. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan di rumah pasien Di kelurahan Kayu Merah wilayah kerja
Puskesmas Kalumata Ternate sejak Bulan Oktober sampai Desember 2019
3.3. Subjek Laporan Kasus
Subjek penelitian dalam studi kasus ini adalah Ny”A” G5P4A0 Umur 43 tahun
3.4. Instrumen Laporan Kasus
Instrumen yang digunakan pada laporan kasus ini antara lain :
1. Lembar format persetujuan
2. Lembar pengkajian Informent consent
3.5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu :
a. Data Primer
1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada Ny”A” G5P4A0 di Puskesmas Kalumata.
Wawancara yang dilakukan meliputi biodata pasien secara lengkap, keluhan
utama, riwayat kehamilan ibu sekarang dan lalu, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat menstruasi, riwayat persalinan, hubungan sosial, dan data kebiasaan
sehari-hari. Wawancara dicatat pada format Asuhan Kebidanan antenatal.
2. Observasi
Pada kasus antenatal dengan kehamilan beresiko tinggi yang di observasi adalah
keadaan umum, Kesadaran ibu, kondisi janin, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
obstetrik yang dilakukan guna untuk mendapatkan data dasar untuk menentukan
rencana tindakan.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data dokumentasi yang berasal dari catatan medis
pasien, serta data angka kejadian Kasus Kehamilan Normal yang diperoleh dari data
medis di Puskesmas Kalumata kota ternate
3.6. Bahan dan Alat
3.6.1 Persiapan alat dan bahan pemariksaan fisik ibu hamil
1) Informend consent
2) Alat tulis
3) Tensi meter
4) Stetoskop
5) Termometer
6) Handscoon
7) Metline
8) Jeli
9) Leanec
10) Doppler
3.6.2 Persiapan alat dan bahan pertolongan persalinan
1. Persiapan perlidungan diri
a. Celemek plastic
b. Sepatu boot
c. Masker
d. Handuk bersih
e. Kacamata
f. Penutup kepala
g. Handscoon
2. Persiapan ibu dan bayi
a. 2 buah handuk
b. Alat bokong
c. Selimut untuk mengangganti
d. Pembalut maaternitas dan celana dalam
e. Pakaian ibu
f. Kain /sarung yang bersih dan kering (±5 buah)
g. Pakaian bayi
h. 2 buah washlap
3. Peralatan steril atau DTT partus set (dalam wadah steril yang berpenutup)
a. 2 buah Kelly/klem kocher
b. Gunting tali pusat
c. Benang tali pusat/klem
d. Kateter nelaton
e. Gunting episiotomy
f. Gunting tali pusat
g. Klem ½ kocher
h. 2 pasang sarung tangan
i. Kasa atau kain kecil 5 buah
j. Gulungan kapas basah (1 kom kapas DTT, 1 com air DTT)
k. Tabungan suntik 2,5 atau 3 ml
l. De lee
m. 4 kain bersih (bisa disiapkan oleh keluarga)
n. Hecting set (penjahitan episiotomy)
o. Tabung suntik 10 ml beserta jarum suntik
p. 1 pinset anatomi dan pinset sirugis
q. Pegangan jarum nald pooder
r. 2-3 jarum jahit tajam/nald (kulit dan otot)
s. Benang chomic ukuran 2.0 atau 3.0
t. 1 pasang sarung tangan DTT atau steril
4. Peralatan tidak steril
a. Thermometer
b. Steroskop
c. Tensimeter
d. Pita pengukur/meteran
e. Pinnrds. Fetoskop atau Doppler
f. Bengkok
g. Piring plasenta
h. Sarung tangan rumah tangga
i. Wadah untuk larutan klorin 0,5 %
j. Gunting plastik
k. Timbangan bayi
l. Pengukuran tinggi badan
m. Wadah untuk air DTT
n. Tempat sampah (sampah tajam,kering, basah )
5. Obat –obat dan bahan habis pakai
a. Oksitoxyn (simpan di lemari pendingin 2-8°c)
b. Lidocain 1%
c. Selang infus
d. Cairan infus R/L,NaCl,Dext 5%
e. Kanula IV no 16-18G
f. Metal ergometrin maleat
g. MgSO4 40% (25 gr)
h. Amoxicillin/Ampicillin tab 500 gr atau IV 2 gr
i. Vit. K
j. Salep mata tetrasiklin 1%
6. Peralatan resusitasi
a. Meja yang bersih, datar dan keras
b. 1 buah kain untuk mengalas meja
c. 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi
d. 1 buah kain di gelas di atas perut ibu
e. Lapu sorot 60 watt
f. Alat penghisap lender (Bola-bola karet/De lee)
g. Balon dengan sungkupnya
h. Jam dinding
BAB IV

TINJAUAN KASUS

No Register : 702

Tgl Pengkajian : 05-10-2019 Jam : 21.00 WIT

STEP I. PENGKAJIAN

A. Identitas Isteri/Suami
1. Nama : Ny. A/ Tn. M
2. Umur : 42 Tahun / 35 Tahun
3. Suku : Ternate/ Ternate
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP / SMP
6. Pekerjaan : IRT / Bagunan
7. Alamat Rumah : Kel. Kayu Merah
B. Data Biologis/Fisiologis
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan sakit punggung
2. Riwayat Keluhan Utama
a. Mulai timbul : Sejak 3 hari yang lalu
b. Sifat keluhan : Menetap
Keluhan yang menyertai :1. Ibu mengatakan cepat lelah
2. Ibu cemas terhadap kehamilannya
2. Riwayat Menstruasi
a. Haid pertama / Menarce : 15 tahun
b. Siklus : 28-30 hari
c. Banyaknya : 3x ganti pembalut
d. Teratur / Tidak teratur     : Teratur
e. Lamanya               : 5-6 hari
f. Sifat darah : Merah segar
g. Disminorrhoe        : Tidak Ada
3. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : SAH Kawin : 2 x
b. Kawin 1 : Umur 22 Tahun, dengan suami
umur 30 Tahun. Lamanya 8 tahun,
Anak 2 orang
c. Kawin 2 : Umur 39 Tahun dengan suami umur
28 tahun lamanya 5 tahun, anak 2
orang
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu
Anak Keadaan
Jenis
Tahun Tempat Anak
N Umur Hamil Persali Penolong Penyulit Nifas
Partus Partus JNS BB PB Sekara
o nan
ng
9 bulan 9 Tidak 5000
1 18-12-2003 RSUD Normal Bidan L - Normal
hari Ada gram Hidup
9 bulan 7 Tidak 3000 49
05-09-2005 Rumah Normal Bidan L Normal Hidup
2 hari Ada gram cm
9 bulan Tidak 3,700 50
08-03-2014 RSUD Normal Bidan L Normal Hidup
3 7hari Ada gram cm
9 bulan 7 Tidak 3,700 50
4 16-03-2016 RSUD Normal Bidan L Normal Hidup
hari Ada gram cm
5. Riwayat Laktasi : Tidak ada
6. Riwayat Hamil Ini : G5P4A0
a. HPHT : 12-03-2019
b. Taksiran Persalinan           : 19-12-2019
c. Umur Kehamilan : 28 Minggu 2 hari
d. Trimester II : 4-6 bulan
1) Keluhan : Sakit punggung
a. ANC : Bidan dan dr. Sp.OG
Imunisasi TT : 2 kali
2) Penyuluhan : Makan sedikit tapi sering
3) Therapy : Vitamin
e. Trimester III : 7-9 bulan
1) Keluhan : Cepat Lelah
a. ANC : Bidan dan dr.Sp.OG
Imunisasi TT : 1 kali
2) Penyuluhan : Makan sedikit tapi sering
3) Therapy : Vitamin
f. Pergerakan Janin pertama kali : Sudah di rasakan pada usia
kehamilan 24 minggu
7. Riwayat Keluarga Berencana : Ada, KB Suntik 3 bulan
8. Riwayat Penyakit Sistemik : Tidak ada
9. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
a. Penyakit yang pernah di derita : Hemorrhoid
b. Riwayat opname : Tidak pernah
c. Riwayat trauma : Tidak ada
d. Riwayat operasi : Tidak ada
e. Riwayat transfusi : Tidak Pernah
f. Riwayat alergi : Tidak ada
10. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular : Tidak ada
b. Riwayat penyakit keturunan : Tidak ada
c. Riwayat gemeli : Tidak ada
11. Kebiasaan Sehari-hari
a. Kebutuhan Nutrisi
Kebiasaan
1) Jenis makan dan minum : Nasi, ikan, sayur, air putih
2) Frekuensi makan : 3 x sehari
3) Jumlah air yang di minum : ± 7-8 gelas/ hari
4) Makanan pantangan : Tidak ada
Perubahan saat hamil : Tidak ada perubahan
b. Kebutuhan Eliminasi
Kebiasaan
1) Frekuensi BAK : ± 4x/ hari
2) Warna/ bau : Kuning muda/ urin normal
3) Frekuensi BAB : ± 1x/ hari
4) Warna/ Konsistensi : Kuning/ lunak
5) Gangguan eliminasi : Tidak ada
Perubahan saat hamil : Ada perubahan
1) Frekuensi BAK : ± 5-6 x/ hari
2) Frekuensi BAB : ± 1 x/ hari
c. Kebutuhan Istirahat
Kebiasaan
1) Tidur siang : ± 2 jam
2) Tidur malam : ± 7-8 jam
Peruhan saat hamil : Tidak ada
d. Kebutuhan Kebersihan Diri atau Personal Hygiene
Kebiasaan
1) Mencuci rambut : 2 x/ minggu
2) Menggosok gigi : 3 x/ hari
3) Mengganti pakaian : 2 x ganti pakaian
4) Kebiasaan mandi : 2 x mandi / hari
Perubahan saat hamil
1) Mencuci rambut : 1-2 x/ minggu
2) Menggosok gigi : 3 x/ hari
12. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
d. Suhu : 36°C
e. Nadi : 87 x/ menit
f. Respirasi : 22 x/ menit
g. Berat Badan sebelum hamil : 70 kg
h. Berat Badan sekarang : 79 kg
i. Tinggi Badan : 156 cm
j. Lingkar Lengan Atas : 30 cm
13. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Keadaan rambut : Bersih, hitam, rambut tidak rontok
b. Muka
1) Cloasma gravidarum : Tidak Ada
2) Oedem : Tidak ada
3) Ekspresi wajah : Cemas
4) Wajah tidak pucat
c. Mata
1) Conjungtiva : Merah muda
2) Sklera mata : Tidak ikterus
d. Hidung
1) Secret hidung : Tidak ada
2) Polip : Tidak ada
e. Mulut dan Gigi
1) Keadaan bibir : Lembab
2) Keadaan gigi : Tidak ada caries
f. Telinga
1) Kebersihan telinga : Bersih
2) Keadaan telinga luar : Normal
g. Leher
1) Pembesaran kelenjar thyroid: Tidak ada
2) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
3) Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
h. Payudara
1) Kesemetrisan : Simetris kiri dan kanan
2) Keadaan puting : Menonjol
3) Keadaan areola : Hiperpigmentasi
i. Abdomen
1) Linea : Nigra
2) Striae : Tidak ada
3) Kelainan : Tidak ada
4) Luka bekas operasi : Tidak Ada

5) Palpasi Leopold
a. Leopold I : TFU 25 cm Pada fundus teraba
bagian janin yang bulat, lunak dan
tidak melenting (Bokong)
b. Leopold II : Pada abdomen ibu sebelah kanan,
teraba bagian janin yang rata dan
memanjang ( PU-KA)
c. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras
bulat melenting (Kepala)
d. Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas
panggul (Konvergen)
6) DJJ : 139 x/ menit
7) TBJ : 1,860 gram
j. Anogenital
1) Kebersihan : Bersih
2) Varises : Tidak ada
3) Flour albus : Tidak ada
k. Ekstermitas
1) Kesemetrisan : Simetris kiri dan kanan
2) Oedem : Tidak ada
3) Varises : Tidak ada
14. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb : 13,3 gr%
b. Gol. Darah :A
C. Data Psikologis /Sosiologi
1. Ibu dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
2. Pola interaksi baik
3. Ibu selalu menanyakan kehamilannya
D. Data Spiritual
1. Selama hamil ibu kadang-kadang melaksanakan kegiatan ibadah
2. Usaha ibu terhadap kesehatan kehamilannya dengan berdoa
KLASIFIKASI DATA

A. Data Subjektif
1. Ibu hamil anak kelima
2. Ibu haid terakhir tanggal 12-03-2019
3. Ibu mengatakan sakit punggung
4. Ibu mengatakan cepat lelah
5. Ibu cemas terhadap kehamilannya
B. Data Objektif
1. G5P4A0
2. HPHT : 12-03-2019
TP : 19-12-2019
UK : 28 minggu 2 hari
3. Ibu nampak sesekali memang area pinggang
4. Ibu tampak lelah
5. Palpasi Leopold
a.Leopold I : TFU 25 cm Pada fundus teraba bagian janin yang
bulat, lunak dan tidak melenting (Bokong)
b. Leopold II : Pada abdomen ibu sebelah kanan, teraba bagian
janin yang rata dan memanjang ( PU-KA)
c.Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras bulat
melenting (Kepala)
d. Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas panggul
(Konvergen)
e.DJJ : 139 x/ menit
f. TBJ : 1,860 gram
6. TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36 °C
N : 87 x/ menit
R : 22 x/ menit
STEP II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL

ANALISA DAN INTERPRTASI DIAGNOSA/


NO DATA DASAR
DATA MASALAH AKTUAL
1 Data Subjektif : Kehamilan hasil dari bersatunya Diagnosa :
1. Ibu hamil anak kelima sperma dan sel telur. Dalam Ny. A G5P4A0 usia
prosesnya perjalanan sperma untuk kehamilan 28 minggu 2
2. Ibu mengatakan haid terakhir
menemui sel telur (ovum) betul-betul hari dengan kehamilan
tanggal 12-03-2019 penuh-penuh perjuangkan. dari 20 normal janin tunggal
sampai 40 juta sperma yang hidup intra uterin.
Data Objektif :
dikeluarkan, hanya sedikit yang
1. G5P4A0
masuk dan berhasil mencapai tempat
2. HPHT :12-03-2019 sel telur. Dari jumlah yang sudah
sedikit itu, Tetapi cuman 1 sperma
TP : 19-12-2019
saja yang bisa memenuhi sel telur.
UK : 28 minggu 2
hari
3. Palpasi Leopold
a. Leopold I : TFU 25 cm
Pada fundus teraba bagian
janin yang bulat, lunak dan
tidak melenting (Bokong)
b. Leopold II :Pada abdomen
ibu sebelah kanan, teraba
bagian janin yang rata dan
memanjang (PU-KA)
c. Leopold III :Bagian
terbawah janin teraba keras
bulat melenting (Kepala)
d. Leopold IV :Kepala belum
masuk pintu atas panggul
(Konvergen)
e. DJJ : 139 x/ menit
f. TBJ : 1,860 gram
4. Ibu tampak lelah
5. TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36°C
N : 87 x/ menit
R : 22 x/ menit

Data Subjektif :
2 Masalah aktual :
1. Ibu mengatakan sakit Dengan semakin tuanya kehamilan
Gangguan Ketidak
postur tubuh akan menjadi lordosis
punggung Nyamanan
akibat pembesaran perut ibu yang di
2. Ibu mengatakan cepat lelah ikuti oleh perubahan pada tulang
belakang, perubahan ini
Data Objektif :
menyebabkan pusat gravitar tubuh
1. Ibu nampak sesekali
bergerak ke depan akan menimbulkan
memegang area pinggang spasmus otot-otot terutama otot
2. Ibu tampak lelah pinggang dan punggung sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman pada
3. TTV
ibu.
TD : 120/80 mmHg
S : 36°C
N : 87 x/ menit
R : 22 x/ menit

Data Subjektif
1. Ibu hamil anak kelima Kecemasan mengangguan psikologis
3 diakibatkan karena kurangnya Masalah aktual :
2. Ibu cemas terhadap
pengetahuan tentang keadaan dirinya Kecemasan
kehamilannya sehingga menyebabkan ibu merasa
khawatir
Data Objektif
1. Ibu tampak lelah
2. TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36°C
N : 87 x/ menit
R : 22 x/ menit
STEP III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

DIAGNOSA/
ANALISA DAN INTERPRTASI
NO DATA DASAR MASALAH
DATA
POTENSIAL
1. Data Subjektif : Kegawatdaruratan yang perlu Masalah Potensial :
1. Ibu hamil anak kelima mendapatkan penanganan segera, bila Perdarahan Antepartum
tidak cepat ditindak lanjuti hal ini
2. Ibu mengatakan haid terakhir
dapat menyebabkan kematian,
tanggal 12-03-2019 perdarahan melalui vagina yang
terjadi pada usia kehamilan lebih dari
3. Ibu mengatakan sakit
24 minggu yang disebut dengan
punggung perdarahan antepartum. Yang
umumnya terjadi pada kehamilan
4. Ibu mengatakan cepat lelah
lebih dari 4x atau grandemultipara.
Data Objektif :
1. G5P4IA0
2. HPHT : 12-03-2019
TP : 19-12-2019
UK : 28 minggu 2
hari

3. Palpasi Leopold

a. Leopold I:TFU 25 cm Pada


fundus teraba bagian janin
yang bulat, lunak dan tidak
melenting (Bokong)
b. LeopoldII: Pada abdomen ibu
sebelah kanan, teraba bagian
janin yang rata dan memanjang
( PU-KA)
c. Leopold III :Bagian
terbawah janin teraba keras
bulat melenting (Kepala)
d. Leopold IV :Kepala belum
masuk pintu atas panggul
(Konvergen)
e. DJJ: 139x/ menit
f. TB : 1,860 gram
5. Ibu tampak lelah
6. TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36°C
N : 87 x/ menit
R : 22 x/ menit
STEP IV. TINDAKAN SEGERA

1. Tindakan Mandiri : Tidak di lakukan


2. Tindakan Kolaborasi : Tidak di lakukan
3. Tindakan Rujukan : Tidak di lakukan
STEP V. RENCANA TINDAKAN MANAJEMEN KEBIDANAN

DIAGNOSA/ RENCANA TINDAKAN


MASALAH
NO
AKTUAL DAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
POTENSIAL
1. Diagnosa : Agar proses 1. Memberitahu 1. Dengan
Ny. A G5P4A0 usia kehamilan
kehamilan 28 minggu berlangsung ibu hasil melakukan tanda
2 hari dengan normal dengan pemeriksaan tanda vital dapat
kehamilan normal kriteria :
janin tunggal hidup 1. TTVdalam megetahui
intra uterin. keadaan umum
batas normal
TD: 120/80 mmHg ibu
S : 36°C 2. Anjurkan 2. Dengan
N : 87 x/ menit
R : 22 x/ menit istirahat yang menganjurkan

2. TFU dalam cukup seperti istirahat yang

batas tidur siang ± 2 cukup dapat

normal:TFU jam dan tidur memulihkan


keadaan umum
25 cm malam ± 6-8
3. DJJ:139x/ jam
menit 3. Dengan
3. Anjurkan untuk
4. Getakan janin mengkonsumsi
makan makanan
≥10/12 jam makanan yang
yang bergizi
bergizi dapat
5. Hb:≥10 gr% seperti buah juga
menambah
sayuran hijau
kekuatan serta
serta susu ibu
pertumbuhan
hamil
dan
perkembangan
janin sehingga di
dapatkan ibu dan
janin sehat

2. Masalah aktual : Agar gangguan rasa


Gangguan Ketidak nyaman 1. Beri KIE tentang 1. Dengan
dapat
Nyamanan teratasi dengan ketidak nyaman memberikan KIE
kriteria : trimester II
1. Ibu tidak tentang ketidak
sakit nyamanan
pinggang trimester II ibu
2. Ibu tidak bisa mengerti dan
lelah pahami
perubahan yang
terjadi
2. Tekhnik relaksasi
2. Anjurka pada ibu akan membantu
tekhnik relaksasi ibu dalam
yaitu seperti mengurangi nyeri
relaksasi otot, tulang belakang
pernapasan dan ibu merasa
lebih nyaman
3. Dengan anjurkan
3. Anjurkan ibu ibu untuk
untuk mengurangi
mengurangi aktivitas yang
aktivitas yang berlebihan agar
berlebihan seperti ibu tidak cepat
jang terlalu lelah
mengerjakan hal-
hal yang terlalu
berat dan jangan
terlalu stres
4. Dengan
4. Anjurkan ibu melakukan
melakukan masase punggung
masase punggung dapat mengurangi
nyeri dengan cara
pijatan pada
punggung untuk
membantu
relaksasi dan
menurunkan
nyeri
5. Kompres air
hangat dapat
5. Anjurkan ibu meredakan nyeri
melakukan punggung, dan
kompres dapat membantu
punggung dengan otot relaks
air hangat sehingga
meredakaan.
6. Dengan posisi
yang nyaman
6. Anjurkan ibu dapat mengurangi
mengatur posisi nyeri pada bagian
yang nyaman punggung ibu
misalnya pada
saat tidur posisi
tidur harus
miring kiri
sambil mejebit
bantal dilutut
atau memeluk
guling

1. Dengan
memberikan KIE
tentang kecemasan
pada trimester II
Agar kecemasan
1. Beri KIE ibu bisa mengerti
3 Masalah aktual : tidak terjadi Tentang dan pahami
Kecemasan dengan kriteria: kecemasan yang perubahan yang
1. Ibu merasa terjadi pada terjadi
nyaman dan trimester II 2. Dengan
merasa lebih mengurangi stres
baik dengan baik, maka
respon tubuh
terhadap sters akan
2. Anjurkan kepada
menurun dan tubuh
ibu agar dapat
akan kembali
menghindari
keadaan semula
stres dalam masa
3. Dengan
kehamilan
dukungan dalam
memberikan
keyakinan diri ibu
3. Berikan untuk mengurangi
dukungan kecemasan dalam
support pada ibu proses kehamilan
pada masa
kehamilannya 1. Dengan
memberikan KIE
tantang tanda
bahaya dalam
Agar proses 1. Beri KIE
kehamilan kehamilan ibu
4 Masalah potensial : tentang tanda
Perdarahan berlangsung dapat
normal dengan bahaya dalam
Antrepartum mengwaspadai
kriteria : kehamilan
1. Tidak terjadi jika ada salah
seperti
tanda bahaya satu tanda
a. Perdarahan
dalam
pervagina
kehamilan
b. Sakit kepala
2. TTV dalam
batas normal yang hebat
c. Penglihatan
kabur
d. Bengkak
diwajah dan jari-
jari tangan
e. Keluar cairan
pervagina
f. Gerakan janin
tidak terasa
g. Nyeri perut yang 2. Dengan
hebat memberikan KIE
tentang tanda-
tanda persalinan
2. Beri KIE
ibu bisa segera
tentang tanda-
ke pelayanan
tanda
kesehatan jika
persalinan
ada salah satu
seperti
tanda
a. Tekanan pada
anus
b. Perinium
menonjol
c. Vulva dan
spinter ani
membuka
d. pengeluaran
lendir
bercampur
darah
STEP VI. IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEBIDANAN
STEP VII. EVALUASI MANAJEMEN KEBIDANAN

NO TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI


1.. Agar proses kehamilan Tanggal : 05-10-2019 Tanggal : 05-10-2019
grande multipara Jam : 21:15 WIT Jam : 21:40 WIT
berlangsung normal 1. Memberitahu ibu hasil Proses kehamilan
dengan kriteria : berlangsung normal
pemeriksaan
dengan kriteria :
1. TTVdalam batas TD: 120/80 mmHg 1. TTV dalam batas
S : 36°C
normal normal
N : 87 x/ menit
2. TFU dalam batas R : 22 x/ menit 2. Istirahat yang cukup
normal:TFU 25 HB 13,3 gr% 3. Makan makanan yang
cm 2. Menganjurkan istirahat yang bergizi
3. DJJ:139x/ menit cukup
4. Getakan janin Hasil :
≥10/12 jam Ibu menerima anjuran yang di
berikan
5. Hb:≥10 gr% 3. Mengajurkan ibu untuk makan
makanan yang bergizi seperti buah
juga sayuran hijau serta susu ibu
hamil
Hasil :
Ibu menerima anjuran yang di
berikan
2. Agar gangguan Tanggal : 05-10-2019
ketidak nyaman dapat Tanggal : 05-10-2019
Jam : 21:20 WIT Jam : 21:55 WIT
teratasi dengan 1. Menganjurkan untuk makan Gangguan ketidak
kriteria :
makanan yang bergizi nyaman belum teratasi
1. Ibu tidak sakit dengan kriteria :
Hasil : 1. Ibu masih sakit
punggung Ibu mau melakukan anjuran yang punggang
2. Ibu tidak lelah di berikan
2. Ibu tampak lelah
Tanggal : 05-10-2019
Jam : 21:30 WIT

1. Memberikan KIE tentang ketidak


nyaman trimester II
Hasil :Ibu mengerti KIE yang di
berikan
2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi
Hasil : ibu dapat melakukan
teknik relaksasi
3. Menganjurkan ibu untuk
mengurangi aktivitas berlebihan
Hasil: Ibu menerima anjuran
yang di berikan
4. Menganjurkan ibu melakukan
masase punggung
Hasil: ibu mengerti dan mau
melakukan masase punggung
dirumah
5. Menganjurkan kompres air hangat
Hasil ; ibu melakukan anjuran
yang diberikan
6. Menganjurkan ibu mengatur
posisi yang nyaman
Hasil: ibu mengerti dan mau
mengikuti anjuran yang diberikan
Tanggal : 05-10-2019
Agar kecemasan tidak Tanggal : 05-10-2019 Jam : 22 .25 WIT
3. terjadi dengan kriteria: Jam : 21:55 WIT
1. Ibu merasa nyaman 1. Ibu masih gelisah
1. Memberikan KIE tentang ketidak
dan merasa lebih dengan keadaannya
nyamanan trimester II seperti bayi
baik 2. Ibu tampak lelah
lahir premature, atonia uteri dan
2. Selalu berpikir
anemia
positif
Hasil :
Ibu mengerti KIE yang di berikan.
Dan saat ini ibu sedang merasakan
kecemasan tersebut.
2. Menganjurkan kepada ibu agar
dapat menghindari stres dalam
masa kehamilan
Hasil : Ibu menerima anjuran yang
di berikan
3 Berikan dukungan support pada ibu
pada masa kehamilannya
Hasil : ibu nampak tenang

Tanggal : 05 -10-2019 Tanggal : 05-10-2019


4 Agar perdarahan
Jam : 21 :60 WIT Jam : 22.60 WIT
antepartum dapat
1. Memberikan KIE tentang tanda Proses kehamilan
teratasi dengan kriteria
: bahaya dalam kehamilan berlangsung normal
1. Tidak terjadi dengan kriteria :
Hasil : 1. Tidak terjadi tanda
tanda bahaya Ibu mengerti KIE yang di berikan
bahaya dalam
dalam kehamilan
Tanggal : 05-10-2019 kehamilan
2. TTV dalam batas Jam : 22:10WIT
2. Memberikan KIE tentang tanda- 2. TTV dalam batas
normal
tanda persalinan normal

Hasil :
Ibu mengerti KIE yang di berikan
Kunjungan ANC II

Hari/Tanggal/Jam SOAP
Jumat 29-10-2019 S: Nurlaela Ramli
Jam : 13.15 WIT 1. Ibu mengatakan hamil anak kelima
2. Ibu mengatakan haid terakhir tanggal
12-03-2019
3. Ibu mengatakan sakit Punggung

O:
1. G5 P4 A0
2. HPHT : 12-03-2019

TP : 19-12-2019
UK : 31 minggu 5 hari
KU : baik
kesadaran : composmentis
3. TTV :
TD : 110 / 70 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,8 º C
P : 20 x/menit
4. Pemeriksaan leopold
a. Leopold I: TFU 28 cm Pada fundus teraba
bagian janin yang bulat, lunak dan tidak
melenting (Bokong)
b. Leopold II : Pada abdomen ibu sebelah kanan,
teraba bagian janin yang rata dan
memanjang ( PU-KA)
c. Leopold III :Bagian terbawah janin teraba
keras bulat melenting (Kepala)
d. Leopold IV :Kepala belum masuk pintu atas
panggul (Konvergen)
e. Djj : 142 x/m
f. TBJ : 2,325gram

A : Ny A, G5 P4 A0 umur kehamilan 31  minggu 5


hari dengan kehamilan normal janin tunggal hidup
intra uterin.

P:
1. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil
pemeriksaan.
Hasil : pemeriksaan sudah di jelaskan
pada ibu
2. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola
istirahat, yaitu ibu tidur siang 2 jam, tidur
malam 7-8 jam.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti
anjuran yang di berikan
3. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola
nutrisi, ibu makan 3x sehari dengan  nasi,
lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukan
sesuai anjuran yang di berikan.
4. Menganjurkan  ibu untuk menjaga
kebersihan diri yaitu mandi 2x sehari, gosok
gigi 2-3x sehari dan mengganti pakaian
dalam jika lembab 2-3x sehari.
Hasil : ibu mengerti dengan anjuran yang di
berikan dan bersedia melakukannya.
5. Menjelaskan pada ibu mengenai terapi obat
oral seperti SF dosis 250 mg 10 tablet 1x1,
kalk 500 mg 10 tablet 1x1, vitamin C 25 mg
10 tablet 1x1, diminum dengan air putih
setiap hari secara teratur.
Hasil : ibu mengerti dan mau meminum
obat            secara teratur.

Kunjungan ANC ke III


TANGGAL/JAM SOAP PELAKSANA

Tanggal: 19-11-2019 S: Nurlaela ramli


Jam : 15 .00 WIT 1. Ibu mengatakan sakit perut bagian bawah
2. Ibu mengatakan cepat lelah

O:
1. Ibu nampak memegang area perut bagian
bawah
2. Tanda – tanda vital
TD : 110 /70 mmhg
S : 36,80 c
N : 80 kali /m
R : 22 kali /m
3. Palapasi
1) Leopold I : TFU 30 cm,teraba
lunak, tidak melenting ( bokong)
2) Leopold II: Pada abdomen ibu sebelah
kanan, teraba bagian janin yang rata
dan memanjang
( PU-KA)
3) Leopold III: Teraba bulat , keras dan
melenting ( kepala )
4) Leopold IV: Kepala belum masuk
pintu atas panggul( Konvergen)
4. DJJ : 146 kali⁄menit
5. TBJ : 2,635 gram
6. Ibu tampak sehat
A:
Ny. “A” G5P4 A0 Umur kehamilan 33 minggu 4
hari dengan kehamilan normal janin tunggal
hidup intra uterin.

P:
1. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup
Selama 7sampai 8 jam pada malam
hari dan 2 sampai 3 jam pada siang
hari
Hasil : Ibu mau melakukan anjuran
yang di berikan

2. Memberikan KIE tentang makanan


yang bergizi, seperti nasi, ikan
sayur,dan buah.
Hasil: ibu mengerti penjelasan yang di
berikan
3. Menganjurkan ibu untuk mengurangi
aktifitas berlebihan seperti
mengangkat barang berat.
Hasil : ibu mau melakukan anjuran
yang di berikan
4. Menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi obat yang di berikan
bidan secara teratur
Hasil : ibu mau melakukan anjuran
yang di berikan
5. Memberikan KIE tentang tanda dan
bahaya dalam kehamilan perdarahan
pervaginam,hyperemesis gravidarum
(mual muntah berlebihan), sakit kepala
yang hebat, penglihatan kabur,
bengkak di wajah dan jari-jari tangan,
gerakan janin tidak terasa. Dan nyeri
perut yang hebat.
Hasil : ibu mengerti penjelasan
yang di berikan

Kunjungan ANC ke IV
TANGGAL/JAM SOAP PELAKSANA

Selasa, 01- 12-2019 Nurlaela ramli


Jam 16.55 WIT S:
1. Ibu mengatakan perut bagian bawahnya
sering sakit
O:
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
TD : 110 /70 mmhg
S : 370 c
N : 80 kali /m
R : 22 kali /m

2. Palapasi
Leopold I : TFU 32 cm,teraba
lunak, tidak melenting ( bokong)
Leopold II: Pada abdomen ibu sebelah
kanan, teraba bagian janin yang rata
dan memanjang ( PU-KA)
Leopold III: Teraba bulat , keras dan
melenting ( kepala )
Leopold IV: Kepala belum masuk
pintu atas panggul
3. DJJ : 140 x⁄m
4. TBJ : 2,945 gram

A : Ny. “A” G5P4 A0 Umur kehamilan 36


minggu 3 hari minggu dengan kehamilan
normal janin tunggal hidup intra uterin.

P:
1. menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri yang
di rasakan termasuk normal
Hasil : ibu mengerti dan tidak kawatir lagi
2. Mengajurkan kepada ibu untuk tetap
beraktivitas seperti biasa namun jangan
melakukan aktivitas yang terlalu berat
Hasil : ibu mengikuti apa yang di anjurkan
untuk tidak beraktivitas yang berat
3. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap rutin
mengkomsumsi tablet Fe, calac dan Vit C
Hasil : Ibu mengerti apa yang di sampaian
dan akan rutin meminum obat yang telah di
berikan oleh bidan
4. Menganjurkan ibu untuk sering
mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi, karbohidrat dan protein seperti:
sayur, ikan, daging dan sayur
Hasil : ibu mengikuti apa yang di anjurkan
dan akan makan makanan yang berserat
5.Beritahu ibu untuk selalu memeriksa
kehamilanya secara teretur untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan janin.

CATATAN PERKEMBANGAN
(INC KALA I)

HARI/TANGGAL SOAP (persalinan) PELAKSANA

Kamis, 13-12-2019 S: Nurlaela Ramli

Jam : 00.05 WIT 1. Ibu mengatakan sakit perut menjalar sampai ke


pinggang sejak jam 20.30 wit
2. Klien mengatakan ada keluar lender bercampur darah ,
ketuban pecah sejak jam 23.30 wit

O:

1. Pemeriksaan umum
Hasil :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit
S : 36,5°C P : 20x/menit

2. Melakukan palpasi abdomen


Hasil :
Leopold 1 : TFU 34 cm, teraba bokong
Leopold 2 : Punggung kanan
Leopold 3 : Presentasi kepala
Leopold 4 : Bagian terbawa janin sudah masuk pintu
atas panggul
TBJ : 3,410 gr
DJJ : 140x/menit
His =
Gerak Janin =
Terpasang infus RL 20 tts/menit

3. Melakukan pemeriksaan dalam

(pukul 00.15 WIT) portio tipis, VT pembukaan 8 cm,


ketuban (-), pres-kep, kepala Hm. (4/5)

A:

Ny”A” G5P4A0 UK 38 minggu 1 hari aterem inpartu kala I fase


aktif, janin tunggal hidup intrauterine.

P:

1. Mejelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu;


Hasil: ibu mengerti kondisinya saat ini.
2. Memberikan ibu support mental, bahwa proses
persalinan adalah normal dan alamiah, sehingga ibu
harus tetap semangat menjalaninya
Hasil :ibu merasa tenang dan ibu akan melakukan
anjuran yang diberikan.
3. Mengajarkan ibu untuk teknik relaksasi yang benar,
yaitu dengan menarik nafas panjang dari hidung lalu
menghembuskannya melalui mulut secara perlahan-
lahan agar rasa sakit dapat berkurang
Hasil : ibu dapat mengikuti teknik relaksasi yang
diajarkan dan ibu telah mempraktikannya.
4. Memberitahu ibu posisi bersalin yang nyaman
Hasil : ibu mengerti dan akan berusaha mengikuti
saran.
5. Menyiapkan alat pertolongan persalinan
Hasil ; alat sudah disiapkan.
6. Melakukan observasi infus RL 20 tts/menit
Hasil : tetesan infus berjalan lancar 60 tetes/menit.
7. Mempersiapkan pendonor darah yang sesuai dengan
golongan darah ibu
Hasil : ibu mempersiapkan pendonor darah yang sesuai
dengan golongan darahnya.
8. Melakukan observasi kemajuan persalinan dan tanda-
tanda vital ibu; telah dilakukan observasi kemajuan
persalinan dan tanda-tanda vital ibu.
(INC KALA II)

HARI/TANGGAL SOAP (persalinan) PELAKSANA

Kamis, 13-12-2019 S: Nurlaela Ramli

Jam : 02.50 WIT


1. Ibu mengatakan perut mules dan ada rasa ingin mengedan
sejak jam . 02.10 wit
O:

1. Keadaan umum baik,


2. kesadaran compos mentis
3. TD 198/99 mmHg
4. DJJ 138 x/menit,
5. His : 4 x 10 Menit lamanya 38 detik
4 x 10 Menit lamanya 40 detik
5 x 10 Menit lamanya 45 detik
5 x 10 Menit lamanya 45 detik
6. Pada genetalia tampak adanya tekanan pada anus,
perineum tampak menonjol, vulva membuka dan
meningkatnya pengeluaran lendir darah. Pemeriksaan
dalam : portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, tidak
terdapat bagian terkecil di sekitar bagian terendah janin,
presentasi kepala Hodge IV,
7. masih terpasang infus RL MgSO4.
A : Ny”A” G5P4A0 UK 38 minggu 1 hari aterem inpartu kala II
fase aktif, janin tunggal hidup intrauterine.

P:

1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan telah


lengkap
Hasil ; keluarga mengerti mengenai penjelasan yang
telah diberikan dan suami mendampingi ibu selama
bersalin.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan
persalinan termasuk oksitosin
Hasil ; alat pertolongan persalinan telah lengkap.
3. Mempersiapkan kelengkapan alat resusitasi bayi
seperti infant warmer dan incubator
Hasil : alat telah tersedia.
4. Melakukan observasi infus RL 20 tts/menit
Hasil ; tetesan infus berjalan lancar 20 tetes/menit.
5. Melakukan observasi tanda-tanda vital ibu dan
memantau kondisi ibu
Hasil ; telah dilakukan observasi tanda-tanda vital
dan pemantauan kondisi ibu baik.
6. Membantu ibu mengatur posisi yang nyaman
untuk melahirkan dan teknik relaksasi
Hasil ; ibu memilih posisi setengah duduk (semi
fowler) dan mengikuti teknik relaksasi yang
diajarkan.
7. Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN,
membimbing ibu untuk meneran ketika ada
dorongan yang kuat untuk meneran
Hasil ; ibu meneran ketika ada kontraksi yang
kuat.
8. Meletakkan duk steril yang dilipat 1/3 bagian
dibawah bokong ibu.
9. Melindungi perineum ibu ketika kepala bayi
tampak dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan defleksi dan
membantu lahirnya kepala sambil menganjurkan
ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat
dangkal.; kepala telah lahir
10. Mengecek ada tidaknya lilitan tali pusat pada leher
janin dan menunggu hingga kepala janin selesai
melakukan putaran paksi luar secara spontan; tidak ada
lilitan tali pusat. Kepala janin melakukan putaran paksi
luar
11. Memegang secara bipariental. Dengan lembut
menggerakan kepala kearah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian menggerakan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang. Menggeser
tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah
bawah. Menggunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas. Tangan kiri menyusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah; Bayi lahir spontan
segera menangis dan gerak aktif jam 02.30.
12. Melakukan penilaian selintas bayi baru lahir
sambil Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan; Bayi menangis, gerak aktif dan jenis
kelamin perempuan.
13. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3
cm dari umbilicus bayi. Melakukan urutan tali
pusat ke arah ibu dan memasang klem diantara
kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali
pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,
dengan perlindungan jari-jari tangan kiri,
memotong tali pusat di antara kedua klem; Tali
pusat terpotong.
(INC KALA III)

HARI/TANGGAL SOAP (persalinan) PELAKSANA

Kamis, 13-12-2019 S: Nurlaela Ramli

Jam : 03.00 WIT


1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
2. Ibu mengatakan perut terasa mules.
O:

1. Keadaan umum baik,

2. kesadaran compos mentis,

3. bayi telah lahir jam 02.30

4. segera menangis dan gerak aktif jenis kelamin laki –

laki

5. Abdomen TFU 1 jari diatas pusat,

6. kontraksi baik,

7. kandung kemih kosong,

8. Genitalia terdapat semburan darah secara tiba-tiba dan

tampak tali pusat, masih terpasang

9. infus RL 20 tts/menit

A : Ny”A” P5A0 inpartu kala III

P:

1. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan


tunggal; tidak ada janin kedua.
2. Memberi tahu ibu akan disuntik oksitosin 10 unit
secara intra muskuler pada bagian luar paha kanan
1/3 atas; telah disuntikkan oksitosin di paha kanan
ibu.
3. Memberi tahu ibu akan disuntik oksitosin 10 unit
secara intra muskuler pada bagian luar paha kanan
1/3 atas; telah disuntikkan oksitosin di paha kanan
ibu.
4. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering
dan bersih, membungkus bayi hingga kepala,
lakukan IMD; bayi telah diletakkan diatas dada
ibu.
5. Mengecek tanda-tanda pelepasan plasenta tangan
lain menegangkan tali pusat, kontraksi uterus
dalam keadaan baik. ; uterus membundar dan
terdapat semburan darah.
6. Melakukan PTT dengan menegangkan tali pusat
dengan arah sejajar lantai menggunakan tangan
kanan , sementara tangan kiri menekan uterus
dengan hati-hati kearah dorsokrainal; tali pusat
tampak memanjang.
7. Melahirkan plasenta dengan hati-hati, memegang
plasenta dengan kedua tangan dan melakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran
plasenta; plasenta lahir jam 02.45 wit.
8. Melakukan massase uterus segera setelah plasenta
lahir hingga kontraksi uterus baik; uterus teraba
bulat dan keras.
9. Memeriksa kelengkapan plasenta, kotiledon
lengkap, selaput ketuban pada plasenta lengkap,
dengan berat ± 500 gram posisi tali pusat berada
lateral pada plasenta, panjang tali pusat ± 50 cm,
tebal plasenta ± 2,5 cm, diameter ± 16 cm.
Perdarahan ± 150 cc.
(INC KALA IV)

HARI/TANGGAL SOAP (persalinan) PELAKSANA

Kamis, 13-12-2019 S: Nurlaela Ramli

Jam : 03.30 WIT


1. Ibu mengatakan perut terasa mules
2. Ibu mengatakan nyeri pada perinium

O:

1. kesadaran compos mentis.

2. TTV

a. Tekanan darah 120/80 mmHg,

b. Nadi 86 x/m,

c. Pernapasan : 24x/m

d. Suhu 36˚C

3. Tinggi fundus uteri ibu setinggi pusat, kontraksi rahim

baik dengan konsistensi yang keras serta

4. kandung kemih teraba kosong.

5. Plasenta lahir lengkap,

6. Pada genetalia tampak pengeluaran lochea rubra,

perineum ruptur derajat 2

7. Terpasang infus RL 20 tts/menit

A : Ny”A” P5A0 inpartu kala IV

P:

1. Memberitahu ibu mengalami robekan pada


perineum
Hasil ; ibu mengetahui robekan perineum
2. Melakukan penjahitan perinium dengan tehnik
jelujur dengan mengunakan benang chromic catgut
2/0 atau 3/0 untuk menjahit bagian mukosa vagina dan
otot perineum serta teknik jahitan subcuticuler
continous sutureuntuk menjahit bagian kulit perineum
3. Memberikan betahdine di bagian perineum ibu
yang lecet
Hasil ; telah diberi betadine diperineum ibu yang
lecet.

4. Mengecek perdarahan dan kandung kemih;


perdarahan normal dan kandung kemih kosong.
5. Mempersiapkan penanganan atonia uteri apabila
ada indikasi; penolong bersiap melakukan
penanganan apabila ada indikasi
6. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi;
peralatan telah ditempatkan dilarutan klorin 0,5%.
7. Membersihkan ibu dan bantu ibu merapikan
pakaian; ibu telah bersih dan rapi.
8. Mengajarkan ibu melakukan massase dengan
memutar uterus secara sirkuler searah jarum jam
agar uterus berkontraksi; ibu paham dan
melakukannya.
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygine
dan makan-makanan yang tinggi protein; ibu
paham untuk menjaga personal hygiene dan
bersedia untuk makan-makanan berprotein.
10. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
sesering mungkin dan tidak terjadwal untuk
memenuhi kebutuhan bayi secara esklusif dan agar
payudara ibu yang terisi ASI tidak membendung;
ibu telah menyusui bayinya.
11. Mengajarkan ibu perawatan luka ruptur perineum
drajat II
Hasil :ibu mengerti cara perawatan perineum lecet.

Pemantauan Persalinan Kala IV


Ja Waktu Tekan Na Suhu Tinggi Kont Kandu Perdarhan
m an di Fundus raksi ng
K Darah Uteri Uter Kemih
e us
I 02.50 110/80 84 37oC 1 jari Baik Kosong ± sedikit
b/pusat
03.05 110/80 84 1 jari Baik Kosong ± sedikit
b/pusat
03.20 110/80 84 1 jari Baik Kosong ± sedikit
b/pusat
03.35 110/80 84 1 jari Baik Kosong ± sedikit
b/pusat
II 04.05 110/80 80 36.5o 2 jari Baik Kosong ± sedikit
C b/pusat
04.35 110/80 80 2 jari Baik Kosong ± sedikit
b/pusat
KUNJUNGAN NIFAS KE 1 (6-8 JAM)

TANGGAL/JAM SOAP PELAKSANA

Tanggal: 13-12-2019 S: Nurlaela ramli


Jam : 10 .20 WIT 1. Ibu mengatakan nyeri pada jalan lahir
2. Ibu mengatakan adanya pengeluaran
darah dari jalan lahir
3. Ibu mengatakan merasa lelah ketika
melahirkan

O:
1. Perdarahan : ±150 cc
2. Kandung kemih: Kosong
3. Kondisi jahitan : masih basah
4. Keadaan umum klien baik
5. Ekspresi wajah meringis
6. Ibu Nampak kelelahan
7. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/70mmHg
b. N : 80x/menit
c. S : 36,7°c
d. P : 20 x/menit

A : P5A0 Post Partum dengan rupture perineum


derajat II

P:

1. Mengajarkan Ibu cara masase apabila


uterus tidak berkontraksi

Hasil : Ibu mengerti dan melakukan


anjuran yang diberikan dengan benar.

2. Menganjurkan Ibu untuk ganti balutan


tiap kali setelah BAB/BAK
3. Memberikan HE tentang vulva hygiene.

Hasil : Ibu mengerti dan mau


melakukan anjuran

4. Mengajarkan Ibu teknik menyusui yang


benar dan tepat

Hasil : Ibu mampu melakukan teknik


menyusui yang diajarkan dengan benar.

5. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan


tanda-tanda vital dalam batas normal,
kontraksi uterus TFU 3 jari dibawah
pusat.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan


yang diberikan dan senang mengetahui
keadaan dirinya.

KUNJUNGAN NIFAS KE II (HARI KE 6)


TANGGAL/JAM SOAP PELAKSANA

Tanggal:19-12-2019 S: Nurlaela ramli


Jam : 16 .20 WIT 1. Ibu mengatakan masih keluar darah dari
jalan lahir.
2. Ibu mengatakan masih nyeri di bagian
perineum

O:
1. Lochea : Sangunolenta
2. Jahitan sudah agah kering
3. Kontraksi uterus baik
4. Pemeriksaan tanda-tanda
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 82x/m
c. Suhu : 37,°C
d. Pernafasan : 22x/m

A : Ny”A” P5 A0 postpartum hari ke 6

P:

1. Menganjurkan ibu untuk mejaga bagian


genetalian agar tidak lembab.
Hasil : Ibu mengerti dengan anjuran yang
diberikan
2. Menganjurkan ibu untuk selalu menyusui
bayinya di kedua payudara.
Hasil : Terbukti pada saat kunjungan klien
sedang menyusui.
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudara
agar tetap bersih.
Hasil : ibu mau mengikuti anjuran yang
diberikan.
4. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai cara merawat tali pusat secara
terbuka, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukan
penjelasan yang diberikan.
5. Mnganjurkan ibu makan tmakanan yang
gizi Ibu meliputi ,
(buah-buahan, sayuran hijah, ikan dan
daging )
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukan
penjelasan yang diberikan.
6. Menganjurkan ibu untuk minum obat
dengan teratur agar mencega infeksi pada
luka
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukan
yang diberikan.
7. Membuat rencana kinjungan ulang.
Hasil : ibu mengerti dan mau di kunjungi
ulang

KUNJUNGAN NIFAS KE III (2 MINGGU)


Tanggal / Jam SOAP Pelaksanaan
Tanggal :02-01-2020 S: Nurlaela Ramli
Jam : 15.35 Wit 1. Ibu mengatakan merasa lebih baik dan
luka di jalan lahir sudah tidak terasa nyeri
O:
1. Lochea : Serosa
2. Jahitan sudah kering
3. Keadaan umum ibu baik
4. Tanda-tanda vital :
TD :110/70 mmHg
S : 36,60 c
N : 80x/m
P : 22x/m

A : Ny”A” P5 A0 postpartum minggu ke 2

P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada
ibu bahbwa ibu dalam keadan baik
Hasil : ibu merasa senang dan tenang
setelah mengatahui keadaannya
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup
Hasil :ibu mau melakukan anjuran yang
diberikan
3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang bergizi,buah dan sayuran bayam atau
kacang-kacangan untuk memulihkan
kadaran hemaglobin ibu
Hasil :ibu akan mengikuti anjuran yang
diberikan
4. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga
kebersihan daerah sekitar vagina
Hasil :ibu sudah melaukan anjuran yang
diberikan
5. Menginformasi pada ibu macam-macam
KB untuk ibu menyusui seperti
minipel,suntik 3 bulan,alat kontra sepsi
dalam rahim(AKDR) dan implant
Hasil : ibu mengerti yang telah dijelaskan
dan mengunakan KB suntik 3 bulan
6. Memberitahu ibu untuk membawa bayinya
ke posyandu pada usia 1 bulan untuk
imunisasi,mendapatkan imunisasi BCG
dan polio 1
Hasil :ibu akan membawa bayinya ke
posyandu pada usia 1 bulan untuk
diberikan imunisasi

KUNJUNGAN NIFAS KE IV (6 MINGGU)


Tanggal / Jam SOAP Pelaksanaan
Tanggal :12-02-2020 S: Nurlaela Ramli
Jam :11.39 Wit 1. Ibu mengatakan keadaannya baik-baik
saja
2. Ibu mengatakan sudah melakukan aktifitas
sehari-hari
3. Ibu mengatakan nafsu makan ibu
bertambah
O:
1. Keadaan umum ibu baik
2. Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,50c
N : 80x/m
P : 22x/m
A:
Ny”A” P5 A0 postpartum 6 minggu
P:
1. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap
mengkonsumsi makanan bergizi untuk
memperbanyak produksi asi
Hasil : Ibu mau melakukan anjuran yang
diberikan
2. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat
dan tidur yang cukup
Hasil :Ibu mau melakukan anjuran yang
diberikan
3. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga
kebersihan daerah vagina
Hasil :Ibu sudah menjalankan
kebersihan sesuai yang dianjurkan
4. Bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG
dan polio 1
pada tanggal 10-01-2020
Hasil : Ibu sudah membawa bayinya
untuk diberikan imunisasi
5. Ibu sudah mengunakan KB suntik 3
bulan pada tanggal 20-02-2020
6. Menganjurkan ibu untuk pergi ke bidan
atau puskesmas jika mengalami keluhan
dalam ber KB seperti perdarahan,haid
tidak teratur dan tidak haid
Hasil : Ibu mau melakukan anjuran yang
diberikan dan mau pergi ke puskesmas
atau bidan

KUNJUNGAN BBL KE 1 (6-8 JAM)


TANGGAL/JAM SOAP PELAKSANA

Tanggal: 13-12-2019 S: Nurlaela ramli


Jam : 1O .20 WIT 1. Ibu mengetakan anaknya lahir pada tanggal 13
Desember 2019
2. Ibu mengetakan anaknya dapat menyusui

O:
1. Bayi laki-lakki lahir pada tanggal 13
Desember 2019 pukul 02.30 WIT
a. Berat badan : 3,200 gram
b. Panjang badan : 48 cm
c. Lingkar dada : 32 cm
d. Lingkar kepala : 33 cm
e. Lingkar perut : 33 cm

A : By. Ny “A” umur 1 hari lahir normal

P:

1. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya


setiap 2 jam sesering mungkin
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukan apa
yang dianjurkan.
2. Menganjurkan ibu agar tetap menjaga
kehangatan tubuh bayi dengan cara, jangan
membiarkan bayi bersentuhan langsung dengan
benda dingin misalnya lantai atau tangan yang
dingin, jangan letakan dekat jendela, atau kipas
angina dan segera keringkan jika bayi basah
untuk mengurangi penguapan dan menjaga
llingkungan sekitar bayi.
Hasil : ibu mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang diberikan
3. Memberikan HE tentang pentingnya ASI
eksklusif.
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
4. Memberikan HE tentang perawatan Bayi baru
lahir.
Hasil : ibu mengerti tentang perawatan apa
yang dijelaskan.
5. Menjelaskan pentingnya imunisasi pada bayi
Hasil : ibu mengerti dengan apa yang
dijelaskan dan mau melakukan imunisasi pada
bayinya.

KUNJUNGAN BBL KE II (HARI KE 6)

TANGGAL/JAM SOAP PELAKSANA


Tanggal: 19-12-2019 S: Nurlaela ramli
Jam : 09 .20 WIT 1. Ibu mengatakan tali pusat anaknya sudah
putus
2. Ibu mengatakan bayinya dapat menyusui di
kedua payudara

O:
1. Tampak tali pusat sudah putus
2. Saat di kaji ibu sedang menyusui bayinya.
a. Refleks Suking : Positif
b. Refleks Swallowing: Positif
c. Refleks Rooting : Positif
d. Bayi tidak tampak kuning/Ikterus
3. Tanda-tanda vital

a. DJB : 145x/m

b. Suhu : 36,5°C

c. Pernafasan: 50x/m

A: By. Ny “A” umur 6 hari lahir normal

P:

1. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang dapat


terjadi pada bayi baru lahir diantaranya bayi
rewel, tali pusat bau, benngkak dan
berwarna merah, bayi kuning dan tidak mau
menyusu.
Hasil : ibu mnegerti dengan penjelasan yang
diberikan.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan
ASI
Hasil : Ibu mau melakukan apa yang
dianjurkan
3. Menganjurkan ibu agar selalu menjaga
kehangatan bayi.
Hasil : ibu mau melakukan apa yang
dianjurkan
4. Memberitahukan kepada ibu hasil
pemeriksaan bahwa keadaan bayinya sehat.
Hasil : ibu dengan senang hati menerima
keadaan bayinya

KUNJUNGAN BBL KE III (2 MINGGU )


TANGGAL/JAM SOAP PELAKSANA

Tanggal: 19-12-2019 S: Nurlaela ramli


Jam : 09 .20 WIT 1. Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat,hanya
diberi ASI ekslusif
2. Ibu menangatakan bayinya BAB 2-3 kali sehari
dan BAK kurang lebih 4 kali
O:
Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Nadi : 110x/m
3. Pernafasan : 34x/m
4. Suhu : 36,90c
5. Warna kulit :Kemerahan,tidak ikterus dan
bersih
A: By. Ny “A” Minggu ke 2

P:

1. Memandikan bayi dengan air hangat untuk


menghilangkan kotoran yang
melekat,kemudian menghangatkan bayi dengan
kain bersih dan selimut untuk mencegah
hipotermi pada bayi
Hasil : Sudah dilakukan
2. Memenuhi kebutuhan cairan dengan
menyusukan bayi pada ibu secara benar
Hasil : Bayi tampak menyusu dengan baik
3. Mengingatkan pada ibu untuk membawa bayi
ke posyandu pada usia 1 bulan untuk
mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1
Hasil : ibu akan membawa bayinya ke
posyandu pada usia 1 bulan untuk diberikan
imunisasi
4. Memberitahu manfaat dan pentingnya imunisasi
untuk bayi
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan akan membawa bayinya untuk
imunisasi
KUNJUNGAN BBL KE IV (6 MINGGU )

Tanggal /Jam SOAP Pelaksanaan


Tanggal :12-02- S: Nurlaela Ramli
2020 1. Ibu mengatakan bayi nya menyusu kuat
Jam :11.39 Wit 2. Ibu mengatakan bayi nya bergerak aktif
O:
Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum bayi : Bayi
2. Nadi :110x/m
3. Pernafasan : 32x/m
4. Suhu : 35,40c
A:
By.Ny”A” 6 Minggu
P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu,bahwa bayinya
dalam keadaan baik
Hasil :Ibu merasa senang
2. Memandikan bayi dengan air hangat kemudian
menghangatkannya dn membungkus dengan kain bersih
dan selimuti untuk mencegah hipotermi
Hasil : ibu sudah melakukannyas
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI ekslusif dan
menyuskan bayi denga benar dan sesering mungkin selama
6 bulan kemudian bulan berikutnya ibu bisa memberikan
makanan pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi
Hasil :Ibu sudah melakukan sesuai anjuran yan diberikan
4. Memasikan bayi sudah diimunisasi
Hasil :Bayi sudah di imunisasi BCG dan polio 1 pada
tanggal 10-01-2020
5. Menganjurkan pada ibu untuk menganti popok bayi jika
sudah basah
Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukan anjuran yang
diberikan

KUNJUNGAN KELUARGA BERENCANA

Tanggal /Jam SOAP Pelaksanaan


Tanggal :20-02-2020 S: Nurlaela Ramli
Jam :09.39 Wit 1. Ibu mengatakan mau menggunakan KB
sutik 3 bulan
O:
1. KU : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
S : 36,5 °C
P : 20x/m
N : 80 x/m
A:
Ny”A” P5A0 usian 43 tahun, Akseptor KB suntik
3 bulan
P:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Hasil : pemeriksaan sudah di beritahukan
pada ibu
2. Memberitahukan konseling tentang KB
implan
Hasil : ibu mengerti dan mau
menggunakan KB suntik 3 bulan
3. Memberikan konseling tentang metode-
metode KB lainnya
Hasil : ibu mengerti dan mengatakan
tetap mau menggunakan KB suntik 3
bulan

BAB V
PEMBAHASAN
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny A di Wilayah Kerja
Puskesmas Kalumata Kota Ternate penulis melakukan perbandingan antara kasus yang
didapatkan dengan teori yang ada.
A. Kehamilan
Pada masa kehamilan Ny.A dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik head to toe, dan
penunjang. Hasil anamnesa diketahui ibu hamil anak ke lima, ibu belum pernah
keguguran. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya pada tanggal 08 April 2019.
Ny.A memeriksakan kehamilannya 6 kali, BPM Sulinta 3 kali pada kehamilan trimester
II dan 3 kali saat posyandu pada kehamilan trimester III.
Hal tersebut berkesinambungan dengan standar pelayanan antenatal yaitu sekurang-
kurangnya empat kali, dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama
(usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-28
minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 28 sampai dengan
persalinan). (Walyani, 2015)
Asuhan ANC yang diberikan pada Ny.A diawali dengan melakukan anamnesa
mengenai identitas ibu dan suami, kesehatan ibu, kesehatan keluarga, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, serta riwayat kehamilan sekarang. Untuk pemeriksaan
fisik dilakukan secara head to toe dimulai dari, tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah,
pengukuran lingkar lengan atas, dan palpasi leopold dengan hasil pemeriksaan dalam
batas normal. Selain itu, dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Hb. Hasil
pemeriksaan penunjang Ny.A didapatkan Hb 14 gr%.
B. Persalinan
Penulis sependapat dengan pernyataan tersebut karena Ny.A menunjukkan tanda –
tanda persalinan saat usia kehamilan 38 minggu 1 hari. Pada tanggal 13 maret 2019 pukul
20.05 WIT perut Ny.A merasa kencang dan pukul 22.20 WIT keluar lender darah. Pada
pukul 23.00 WIT Ny.A memutuskan untuk segera memeriksakan diri ke RS. Pada pukul
23.05 WIT dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg, suhu 36˚C, nadi 88 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan pemeriksaan dalam
dengan hasil vulva/uretra tidak ada kelainan, tampak ada pengeluaran lendir, tidak ada
luka parit dari vagina, portio Tipis, pembukaan 8 cm, ketuban (-) pecah pukul 23.30 WIT,
hogde III/IV, teraba kepala, molase 0, tidak teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali
pusat. DJJ 144 x/menit, teratur, His 4 x dalam 10 menit lamanya 38-40 detik.
Pada pukul 01.30 WIT His semakin kuat 5 x dalam 10 menit lamanya 45 – 50 detik,
ibu tampak ada dorongan untuk mengejan, tampak lendir bercampur darah keluar dari
vagina, dilakukan pemeriksaan dalam vulva/uretra tidak ada kelainan, pembukaan 10 cm,
hodge IV, bagian terendah kepala, tidak teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali
pusat.
Kala II yang dialami Ny.A berlangsung selama 5 menit, sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh (Walyani, 2015) menyebutkan pada grandemultipara kala II
berlangsung ± 1 jam. Penulis menyimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktik.
Pada pukul 02.32 WIT dilakukan managemen aktif kala III, menurut (Rohani, 2013)
managmen aktif kala III yaitu pemberian oksitosin pada ibu, melakukan peregangan tali
pusat terkendali, dan masasase fundus uteri.
Memasuki kala III tampak tali pusat memanjang, ada semburan darah dari vagina,
fundus uteri masih tinggi. Berdasarkan teori menurut (Rohani, 2013) tanda persalinan
kala III yaitu adanya tali pusat memanjang, semburan darah secara tiba – tiba, adanya
perubahan fundus uteri. Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.
Pada pukul 02.35 WIT plasenta lahir spontan selaput ketuban pada plasenta lengkap,
posisi tali pusat berada lateral pada plasenta, panjang tali pusat ±50 cm, tebal plasenta
±2,5 cm, lebar palsenta ±16 cm, berat plasenta ±500 gr. Lama kala III Ny.A adalah 5
menit yaitu terhitung dari bayi lahir pada pukul 02.30 WIT hingga pukul 02.35 WIT. Hal
ini sesuai dengan teori (Rohani, 2013) yaitu waktu kala III adalah keluarnya bayi hingga
pelepasan dan pengeluaran plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Penulis
sependapat dengan pernyataan diatas karena plasenta Ny.A lahir tidak lebih dari 30 menit.
Perdarahan Kala III Ny.A normal berkisar ±150 cc. Hal tersebut didukung oleh teori
yang dikemukakan (Rukiyah, 2013), bahwa perdarahan post partum normal yaitu
perdarahan pervaginam ≤ 500 cc setelah kala III selesai atau setelah plasenta lahir.
Penulis sependapat dengan pernyataan diatas, karena tidak terdapat kesenjangan antara
teori dengan praktik.
Perineum Ny.A terdapat ruptur perineum derajat 2 sesuai dengan teori menurut
(Rohani 2011). Salah satu penyebab ruptur perinium adalah kepala bayi yang lahir terlalu
cepat. Penulis sependapat dengan teori tersebut karena pada Ny.A kepala bayi lahir
terlalu cepat sehingga mengalami robekan perinium derajat 2
Pada Ny.A dilakukan pemantauan kontraksi uterus, perdarahan, nadi, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus, kandung kemih pada 1 jam pertama dilakukan pemantauan setiap
15 menit dan pada jam kedua dilakukan pemantauan persalinan setiap 30 menit dan suhu
diperiksa 1 jam sekali selama 2 jam dan diperoleh hasil pemeriksaan dalam batas normal
dan tidak ditemukan komplikasi.
Hal ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh (Saifuddin, 2010) pemantauan kala
IV dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 20-30 menit pada 1 jam ke
dua pasca persalinan meliputi kontraksi uterus, perdarahan pervaginam, tekanan darah,
nadi, kandung kemih, TFU dan suhu dilakukan sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan. .
Penulis memberikan asuhan untuk mengantisipasi terjadi perdarahan terutama pada
kala I – kala IV persalinan dengan memantau kondisi ibu dari tanda-tanda vital, kontraksi
uterus dan perdarahan, persiapan pendonor darah yang sesuai dengan golongan darah ibu
juga dipersiapkan, penulis juga mempersiapkan penanganan atonia uteri apabila ada
indikasi.

C. Nifas
Pada asuhan masa nifas pada Ny.A dilakukan sebanyak 4 kali. kunjungan yaitu saat 6-
8 jam setelah persalianan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan dan 6
minggu setelah persalinan. Hal tersebut sejalan dengan yang dijelaskan dalam buku
asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui yang dilakukan sekurang-kurangnya empat
kali sesuai jadwal yang dianjurkan. (Heryani, 2015)
Pada saat masa nifas, Ny.A mendapatkan pelayanan pemeriksaan tanda-tanda vital,
perdarahan, involusi uteri, dan tanda-tanda bahaya pascasalin. Dari hasil pemeriksaan
Ny.A semuanya dalam batas normal. Hal tersebut sejalan dengan yang dijelaskan dalam
buku asuhan kebidanan nifas dan menyusui tahun 2014 bahwa saat masa nifas, ibu nifas
harus mendapatkan pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu),
pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lochea, pemeriksaan payudara dan
pemberian anjuran ASI eksklusif, pemberian edukasi kesehatan ibu nifas dan bayi baru
lahir, termasuk pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. Ny.A juga mendapatkan
konseling mengenai kebutuhan nutrisi, pola istirahat, kebersihan ibu, perawatan payudara,
dan perencanaan kontrasepsi. Hal tersebut sejalan dengan konsep teori yang menyatakan
saat masa nifas harus memenuhi kebutuhan dasar seperti kebersihan, istirahat, latihan,
gizi, perawatan payudara, senggama, dan KB (Elisabeth 2015).
Proses nifas pada Ny.A secara keseluruhan berjalan dengan normal. Pada masa nifas
ini, ibu juga mengikuti salah satu anjuran bidan yaitu untuk segera ber- KB. Dengan
informasi yang diberikan oleh bidan, ibu dan suami memutuskan untuk memilih metode
KB suntik 3 bulan

D. Bayi Baru Lahir


Bayi Ny.A saat lahir langsung menangis spontan dengan jenis kelamin Laki-Laki,
berat badan 3200 gram dan panjang badan 48 cm, lingkar dada 32 cm dan lingkar kepala
33 cm. Hal ini sesuai dengan teori ciri-ciri bayi baru lahir normal berat badan 2.500-4.000
gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm dan lingkar kepala 33-35 cm.
Pada saat bayi lahir langsung dilakukan penilaian bayi secara keseluruhan dimulai dari
tangisan bayi, warna kulit dan bibir bayi, tonus otot bayi dan didapatkan hasil tangisan
pada bayi Ny.A sangat kencang, warna kulit dan bibir kemerahan dan tonus otot baik. Hal
tersebut sejalan dengan konsep teori dimana saat melakukan penilaian awal pada bayi
baru lahir adalah menilai bayi dalam keadaan normal atau tidak, dengan melakukan
penilaian sekilas yaitu melihat warna kulit bayi, tonus otot bayi, dan tangisan
Secara keseluruhan bayi Ny.A saat dilakukan penilaian awal dan dilakukan
pemeriksaan fisik sesuai dengan yang terdapat pada teori, bayi Ny.A dalam keadaan
sehat. Saat pemeriksaan kunjungan ulang, tidak ada masalah yang berarti. Berat badan
bayi Ny.A selalu naik di setiap pemeriksaan karena pemberian ASI yang cukup oleh
Ny.A kepada bayinya.

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukannya Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.A di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalumata Kota Ternate dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dasar sudah dilakukan dan dari data subyektif dan data obyektif
dengan lengkap dan lancar karena ibu mampu menjawab semua pertanyaan yang
diberikan pengkajian pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
keluarga berencana.
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat
sehingga didapatkan diangnosa kebidanan. Interpretasi data dasar pada awal
pemeriksaan diangnosa normal tidak ditemukan penyulit pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
3. Tidak ditemukan diagnosa potensial dan masalah potensial pada kehamilan,
persalinan,nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana
4. Tidak ada tindakan segera yang harus di lakukan atau disiapkan pada masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana karna tidak ada
masalah yang terjadi.
5. Perencanaan telah dilakukan secara komprehensif sesuai dengan standar kebidanan
pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
6. Pelaksanaan telah dilakukan secara komprehensif sesuai dengan standar kebidanan
pada masa kehamilan,persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana
7. Mengevaluasi hasil tindakan secara komprehensif pada masa kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana, tidak ditemukannya penyulit serta
keadaan ibu dan bayi sehat.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan secara umum yaitu dengan
diberikannya asuhan kebidanan yang berkesinambungan yang berkualitas maka
dapat mendeteksi dini adanya komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana sehingga jika terjadi kompikasi bisa
cepat ditangani dan kejadian mortalitas dan morbiditas yang terjadi pada ibu dan
bayi dapat dicegah.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi
institusi pendidikan dalam menilai keterampilan mahasiswa dalam memberikan
asuhan kebidanan secara komprehensif yang sesuai dengan standar asuhan
kebidanan. Institusi pendidikan diharapkan dapat mengembangkan keterampilan
mahasiswa kebidanan dalam melakukan asuhan kebidanan komprehensif ,agar
dapat mengaplikasikan tindakan secara optimal dan lebih terarah sesuai dengan
standar operasional.
2. Bagi penulis
Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan sesuai standar kebidanan sehingga dapat mengaplikasikan dalam praktik
kebidanan selanjutnya.
3. Bagi pembaca
Diharapkan laporan ini dapat menjadi sebuah referensi atau acuan, dalam
membuat penelitian-penelitian selanjutnya, terkait dengan asuhan kebidanan
komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA
Atikah. 2012. Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika

Damayanti, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin dan
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: DEEPUBLISH

Depkes RI (2017). Peraturan Menti Kesehatan Republik Indonesia Nomor


28/Menkes/PER/X/2017 Tentang izin dan Penyelenggaraan Bidan Jakarta Depkes RI
Dinkes. 2015. Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013. www.profilkesehatan-sumatera-
utara-2013.com. (Diakses tanggal 29 Januari 2016).

Fadlun, dan Achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta:Salemba Medika

Fajar Ibnu, dkk. 2013. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Heryani, R. 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: TIM

http://jurnalbidandiah.go.id/kebutuhan-ibu-hamil-tiap-trimester html (Diakes 23 Februari


2017)
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id/upload/regulasi/PMK No 88 ttg Tablet Tambah Dara.
Hutahaean S, 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika

Kemenkes 2015 Kesehatan ibu dan Anak Jakarta Kementrian Kesehatan dan JICA
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta

Kusmiyati Y, dan Heni, 2013. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Kusmiyati,Y. 2008 Asuhan kehamilan. Titramaya.Yogyakarta


Mangkuji, B, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan : 7 langkah SOAP. Jakarta:EGC

Manuabas. 2010. Ilmu kebidanan penyakit kandungan da KB.Jakarta : EGC


Marmi. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Permenkes No 88 Tahun 2014 tentang standar tablet tambah dah bagi wanita usia subur dan
ibu hamil Kemenkes RI, 2014.
Prawirohardjo, S. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Profil Kesehatan Indonesia 2014. http//www.depkes.go.id/profilkesehatan-indonesia/profil-
kesehatanindonesia. pdf. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI(diakses tanggal 27
January 2017)

Profil Kesehatan Indonesia 2015. http//www.depkes.go.id/profilkesehatan-indonesia/profil-


kesehatanindonesia. pdf. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI(diakses tanggal 27
January 2017)

Pusdiklatnakes. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan anak. Jakarta:PUSDIKLATNAKES

Putra, S.R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan Dan Kebidanan.
Yogyakarta : D-Medika

Rachmawati m, r. (2017) Karya Tulis Ilmiah Fakultas Ilma Kesehatan UMP Rizka, f. (2015)
Hubungan Status Gizi Ibu hamil Usia Kandungan 4-5 bulan Terhadap Berat Badan
bayi Lahir Kebidanan D-III UMP
Rismalinda, 2015. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: TIM

Rohani, Reni, Marisah. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika

Rukiyah, dan Yulianti. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM

Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Salmah,dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC

Sarwono Prawirohardjo 2010 Ilmu Kebidanan. Jakarta


Suhartono, dkk (2015) Efektivitas Pemberian Olive Oli dan Virgin Coconut Oli untuk
mencegah Striae Gravidarum pada kehamilan Trimester II (VCO) Topikal Vol. 4 No
2, Mei
Sukarni, I dan Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas.Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyawati A, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika

Tando, N.M. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi & Anak Balita. Jakarta:EGC

Walyani Elisabeth, Siwi (2015), Asuhan Kebidanan pada kehamilan, Pustaka Barupress
Yogyakarta
Walyani, 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.
Walyani. e.s. Tahun 2014 ( Materi ajar lengkap kebidanan komunitas).Yogyarkarta:
BARUPRES
Wiknjosastro H. (2012) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Word Health Organization ( WHO) 2018 Global Health Obervatory data Repository Jakarta

Anda mungkin juga menyukai