Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Febri Delmi Yetti, S.EI, MA

BANK MEGA SYARIAH

OLEH:

AYU WULANDARI (11870321672)


SUCIA MUQIANA (11870321248)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2019
1. Laporan Keuangan Bank Mega Syariah
2. Laporan Keuangan Yang Tidak Ada Di Halaman 87
 Laporan Keuangan Triwulan Maret 2019 yang tidak ada di halamann 87 :
1. Bank mega syariah tidak memiliki laporan perubahan ekuitas
2. Bank mega syariah tidak memiliki laporan arus kas
3. Bank mega syariah tidak memiliki catatan laporan keuangan
4. Bank mega syariah tidak memiliki laporan investasi terikat
5. Bank mega syariah tidak memiliki laporan sumber dan penggunaan
dana kebajikan
6. Bank mega syariah tidak memiliki laporan sumber dan penggunaan
zakat
 Laporan Keuangan Triwulan Juni 2019 yang tidak ada di halamann 87 :
1. Bank mega syariah tidak memiliki laporan perubahan ekuitas
2. Bank mega syariah tidak memiliki laporan arus kas
3. Bank mega syariah tidak memiliki catatan laporan keuangan

3. Faktor-faktor Penyebab Bank Syariah yang Didatangi Laporan


Keuangannya Tidak Sesuai Dengan Kepatuhan Penyususnan Laporan
Keungan Syariah
Adapun faktor-faktor penyebab Bank Mega Syariah laporan keuangannya
tidak sesuai dengan kepatuhan penyususnan laporan keungan syariah
(Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia 2003) yaitu :
1. Dalam Jurnal UIN Malang oleh RA Miranta (2014) pada “Perbandingan
Islamic Investment vs non Islamic Investment Ratio antara Bank Syariah
Mandiri (BSM) dan Bank Mega Syariah (BMS)” menunjukkan adanya
investasi non halal pada laporan keuangan Bank Mega Syariah sebesar
3,41% sedangkan investasi halalnya 96,59 %. Hal ini disebabkan karena
semakin sengitnya persaingan baik antara bank syariah sendiri dengan
bank konvensional, maka masih dijumpai investasi non halal yang
dilakukan oleh bank syariah.
2. Dalam Jurnal UIN Malang oleh RA Miranta (2014) pada “Perbandingan
Islamic Income vs non Islamic Income antara Bank Syariah Mandiri
(BSM) dan Bank Mega Syariah (BMS)” menunjukkan masih adanya
pendapatan non halal dalam laporan keuangan Bank Mega Syariah sebesar
0,04 % sedangkan pendapatan halalnya sebesar 99,69%. Pendapatan non
halal ini biasanya didapatkan dari denda keterlambatan yang dibayarkan
nasabah kepada bank karena adanya keterlambatan dalam pembayaran
pinjaman pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. Dari pendapatan
non halal ini biasanya digunakan untuk menyantuni masyarakat miskin
yang terkena musibah dan untuk kepentingan umat muslim yang bersifat
social ataupun untuk disumbangkan membuat prasarana dan fasilitas
umum.
3. Menurut Saputro (2011) dalam penelitiannya terhadap perlakuan akuntansi
101 Rev 2011 Atas Pendapatan Non Halal. Saputro menganalisis Paragraf
62 PSAK 101 yang mengatur bahwa jika terdapat pendapatan non halal
maka pendapatan tersebut tidak boleh disajikan di dalam laporan laba rugi
entitas syariah. Saputro menganalisis bahwa adanya dana non halal yang
menghasilkan pendapatan administrasi yang kemudian menjadi
pendapatan bank dan informasi pendapatan non halaltersebut disajikan
dalam laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Saputro
menyimpulkan bahwa terdapat pelanggaran prinsip syariah yaitu
pendapatan non halal.

4. Akibat Dari Nomor 3 Di Atas Terhadap Kinerja Bank Mega Syariah Di


Mata Masyarakat
Menurut pendapat kami, akibat akibat dari nomor 3 di atas terhadap
kinerja Bank Mega Syariah di mata masyarakat adalah bahwa bank yang
berstasus syariah dan beroperasi membawa ketinggian “Islam” masih terdapat
pendapatan non halal dan investasi non halal yang menyebabkan rasa kurang
percaya atau lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja dan produk
syariah yang ditawarkan dan diberikan oleh bank kepada masyarakat.
Jika Bank Mega Syariah atau Bank Syariah lainnya melanggar prinsip
syariah , maka pandangan di mata masyarakat tidak hanya menyalahkan bank
syariah yang bersangkutan, tapi juga bisa menyalahkan Islam. Masyarakat
akan beranggapan bahwa Islam tidak memiliki sistem ekonomi yang baik
karena adanya pelanggaran tersebut. Sehingga masyarakat enggan atau
berpikir ulang untuk bertransaksi pada Bank Syariah karena mereka
mengganggap bank syariah sama saja dengan Bank Konvensional lainnya
seperti masih ada transaksi-transaksi yang mengandung unsur riba yang sudah
jelas diharamkan dalam Islam.
Seharusnya Bank Syariah harus benar-benar melakukan dan memberikan
pelayanannya sesuai dengan syariat Islam agar tidak menimbulkan keraguan
atas kinerja Bank Syariah di mata masyarakat.

5. Dewan Pengawas Syariah Bank Mega Syariah


1. Prof. DR. (H.C.) K.H. Ma’ruf Amin (Ketua Dewan Pengawas Syariah)
K.H. Ma’ruf Amin memperoleh amanah sebagai Ketua Dewan Pengawas
Syariah (DPS) PT Bank Mega Syariah sejak September 2004 hingga saat
ini.
2. Prof. DR. H. Achmad Satori Ismail (Anggota Dewan Pengawas Syariah)
H. Achmad Satori Ismail memperoleh amanah sebagai Anggota DPS Bank
Mega Syariah sejak September 2004 hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai