Anda di halaman 1dari 2

Anak laki satu-satunya dari almarhum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, menjadi pembelajaran

dan membuat adanya tradisi di kampung adat tersebut.

Beberapa aturannya soal atap rumah seperti tidak boleh menabuh gong besar, dan tidak
diperkenankan beternak binatang besar berkaki empat.

Lalu, tidak boleh datang ke makam keramat pada hari Rabu dan malam Rabu. Kemudian, tidak boleh
menambah bangunan pokok, menambah kepala keluarga, dan mencari nafkah di luar wilayah desa.

“Atap rumah harus memanjang. Kalau soal menabuh gong besar ada kaitannya dengan anak eyang.
Waktu beliau mau menyunat anak beliau,” kata Umar.

lanjut bercerita, ketika anak laki-laki tersebut disunat, diadakan pesta besar. Acara tersebut
dilengkapi dengan arak-arak sisingaan yang diiringi musik gamelan menggunakan gong besar.

Namun, saat itu ada angin badai yang menima anak tersebut. Lalu terjatuh dari tandu, sehingga
menyebabkan anak laki-laki itu meninggal dunia.

“Maka dari itu agar tidak terulang lagi dijadikan sebuah larangan dan nggak boleh dilakukan oleh
keturunannya yang tinggal di Kampung Pulo,” ujar Umar.

Sementara itu, masyarakat boleh memakan atau menyebelih hewan besar berkaki empat seperti
kambing, kerbau, dan sapi. Namun tidak diperkenankan untuk beternak.

Alasannya karena masyarakat Kampung Pulo mencari nafkah dengan bertani dan berkebun,
sehingga takut hewan tersebut merusak sawah juga kebun mereka.

Selain itu juga, di daerah desa tersebut banyak terdapat makam keramat, sehingga ditakutkan
hewan-hewan mengotori makam. Masyarakat Kampung Pulo boleh beternak asalkan tidak
membawa hewan tersebut ke Pulau Panjang atau Kampung Pulo.

Sementara soal larangan ziarah pada hari Rabu dan malam Rabu, kata Umar, pada masa agama
Hindu, hari terbaik menyembah patung pada hari Rabu dan malam Rabu. Sementara saat almarhum
Embah Dalem, hari tersebut digunakan untuk memperdalam ajaran agama Islam.

Penduduk atau keturunan Embah Dalem di Kampung Pulo kini mencari nafkah di sekitar Kampung
Pulo. Usai kompleks Candi Cangkuang dijadikan wisata, penduduk Kampung Pulo bisa mencari
tambahan penghasilan dengan berjualan.
Meski sudah memeluk agama Islam, penduduk Kampung Pulo tidak meninggalkan tradisi Hindu.
Beberapa kegiatan pun masih dilakukan seperti halnya memandikan benda pusaka, syukuran,
memperingati maulid Nabi, juga ritual lainnya.

Anda mungkin juga menyukai