1, Juni 2019
Ariawan Gunadi
(Dosen tetap Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara,
Meraih Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara, Magister Ilmu
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta dan Meraih Doktor Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Indonesia)
(E-mail: ariawangun@gmail.com)
Ida Nursida
(Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara)
Abstract
The Social Security Administering Body (BPJS) is a public legal entity formed to organize a social
security program. Social Security Agency can alleviate the burden of society in obtaining health
services in hospitals or clinics. This is in accordance with Article 5 Paragraph (1) and Paragraph
(2) of Law No.36 Year 2009 on Health. and Article 47 Regulation of Health BPJS No.1 Year 2014
on the implementation of Health Insurance. As an insurance company BPJS health ensures the
implementation of health programs
Hospitals and Clinics as health service providers in demand by the government to play an active
role in providing good health services to the community according to its function, in accordance
with Law Number 44 Year 2009 on Hospital. But even if the hospital or health service supports the
social health insurance program or BPJS is proved by the poster that the Hospital or Clinic
receive BPJS patients, does not mean that the service received by the community is in line with
expectations.
I. PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG
setiap manusia,kutipan tersebut
Badan kesehatan dunia (WHO) juga tertuang dalam Pasal 28 huruf (h)
telah menetapkan bahwa kesehatan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan investasi, dan kewajiban selanjutnya disingkat dengan (UUD
25
Ariawan Gunadi & Ida Nursida
Tinjauan Yuridis Pertanggung Jawaban..
Volume 17, No. 1, Juni 2019
1
NRI) dan Undang-Undang Nomor 36 Undang Nomor 40 Tahun 2004
Tahun 2009 tentang Kesehatan tentang Sistem Jaminan Sosial
selanjutnya disingkat (UUK), 2
Nasional . Walaupun ini mungkin
merupakan perubahan yang mendasar
“Bahwa kesehatan merupakan hak
asasi manusia dan salah satu unsur bagi perasuransian di Indonesia
kesejahteraan yang harus diwujudkan khususnya Asuransi Sosial dimana
sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesi sebagaimana dimaksud salah satu program jaminan adalah
dalam Pancasila dan Undang- asuransi kesehatan.
Undand Dasar 1945,”
Pelayanan kesehatan
Sebelumnya telah lahir
merupakan salah satu upaya yang
ketetapan MPR Nomor
dapat dilakukan untuk meningkatkan
XVII/MPRRI/1999 dan Undang-
derajat kesehatan baik perorangan
Undang Nomor 39 Tahun 1999
maupun kelompok atau masyarakat
tentang Hak Asasi Manusia semakin
secara keseluruhan, dan itu tentu
menguatkan perubahan paradigma
dilakukan di rumah sakit atau klinik
tersebut dimana pemerintah
sebagai fasilitas pemberi jasa
bertanggung jawab mengatur agar
pelayanan kesehatan sesuai dengan
terpenuhi hak hidup sehat bagi
ukuran atau standard perawatan
penduduknya termasuk masyarakat
kesehatan. Pembangunan kesehatan
miskin dan tidak mampu.
merupakan pembangunan nasional
Pemerintah Indonesia telah
maka pemerintah sebagai institusi
melakukan berbagai upaya dalam
tertinggi yang bertanggung jawab atas
memenuhi hak setiap warga
pemeliharaan kesehatan harus
negaranya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang layak. 2
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
Terbukti dengan adanya Undang- Pasal 19 Ayat (2) “bahwa Jaminan kesehatan
diselengarakan dengan tujuan agar peserta
1
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 huruf dan perlindungan dalam memenuhi
(h) “ Setiap orang berhak hidup sejahtera kebutuhan kesehatan dasar, hal ini
lahir dan batin, bertempat tingal, dan merupakan salah satu bentuk atau cara agar
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan masyarakat dapat dengan mudah melakukan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan akses ke fasilitas kesehatan atau
kesehatan.” mendapatkan pelayanan kesehatan.”
memenuhi kewajiban dalam untuk hidup sehat bagi seluruh warga
penyediaan sarana pelayanan negara dipenuhi termasuk bagi warga
kesehatan.Pelaksanaan pembangunan negara dan/atau tidak mampu.
di bidang kesehatan melibatkan Pembangunan kesehatan
seluruh warga negara Indonesia, diarahkan untuk meningkatkan
karena pembangunan kesehatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
mempunyai hubungan yang dinamis hidup sehat bagi setiap orang agar
3
dengan sektor lainnya. peningkatan derajat kesehatan warga
Undang-Undang Dasar di suatu negara yang setinggi-
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal tingginya dapat terwujud. Undang-
28 H ayat 3 menjelaskan bahwa setiap Undang tersebut menegaskan bahwa
warga Indonesia berhak atas jaminan seluruh warga negara mempunyai hak
sosial yang memungkinkan yang sama dalam memperoleh akses
pengembangan dirinya secara utuh atas sumber daya di bidang kesehatan
sebagai manusia yang bermartabat, dan memperoleh pelayanan kesehatan
dan dalam Pasal 34 ayat 3 dijelaskan yang aman, bermutu, dan terjangkau
bahwa tanggung jawab negara adalah Pemerintah Indonesia telah
menyediakan fasilitas pelayanan melakukan berbagai upaya dalam
kesehatan dan fasilitas pelayanan memenuhi hak setiap warga
umum yang layak. Undang-Undang negaranya untuk mendapatkan
Nomor 36 Tahun 2009 tentang pelayanan kesehatan yang layak.
Kesehatan yang mengamanatkan Terbukti dengan adanya Undang-
bahwa upaya pemenuhan kebutuhan Undang Nomor 40 Tahun 2004
salah satu hak dasar warga negara dan tentang Sistem Jaminan Sosial
negara bertanggung jawab untuk 4
Nasional . Walaupun ini mungkin
mengatur dan memastikan bahwa hak
4
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
3 Pasal 19 Ayat (2) “bahwa Jaminan
Suharto. Edi, Kemiskinan dan Perlindungan kesehatan diselengarakan dengan tujuan
Sosial di Indonesia, Menggagas Model agar peserta memperoleh manfaat
JaminanSosial Universal Bidang Kesehatan., pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
(Bandung:Alfabeta, 2009),34-67. dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
merupakan perubahan yang mendasar perusahaan asuransi BPJS kesehatan
bagi perasuransian di Indonesia menjamin penyelenggaraan program
khususnya Asuransi Sosial dimana kesehatan .
salah satu program jaminan adalah Rumah Sakit dan Klinik
asuransi kesehatan. sebagai penyelenggara pelayanan
Badan Penyelenggara Jaminan kesehatan di tuntut oleh pemerintah
Sosial (BPJS) adalah badan hukum agar turut berperan aktif dalam
publik yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kesehatan
menyelenggarakan program jaminan yang baik terhadap masyarakat sesuai
5
sosial . Badan Penyelengara Jaminan fungsinya, sesuai Undang-Undang
Sosial ini dapat meringankan beban Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
masyarakat dalam mendapatkan 7
Sakit. Namun sekalipun Rumah Sakit
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit atau pelayanan kesehatan tersebut
ataupun klinik. Hal ini sesuai dengan mendukung adanya program jaminan
Pasal 5 Ayat (1) dan Ayat (2) sosial kesehatan atau BPJS dibuktikan
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 dengan adanya poster-poster bahwa
tentang Kesehatan. dan Pasal 47 Rumah Sakit atau Klinik tersebut
Peraturan BPJS kesehatan No.1 Tahun menerima pasien BPJS, bukan berarti
2014 tentang penyelenggaraan pelayanan yang diterima oleh
6
Jaminan Kesehatan. Sebagai masyarakat sudah sesuai dengan
pengharapan. Banyaknya kasus
dasar, hal ini merupakan salah satu bentuk mengenai penolakan pelayanan
atau cara agar masyarakat dapat dengan
mudah melakukan akses ke fasilitas kesehatan yang
kesehatan atau mendapatkan pelayanan
kesehatan.”
5
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
6
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 7
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
Pasal 5 Ayat (1) “setiap orang mempunyai tentang Rumah Sakit “rumah sakit adalah
hak yang sama dalam memperoleh akses institusi pelayanan kesehatan yang
atas sumber daya dibidang kesehatan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
ayat (2), setiap orang mempunyai hak perorangan secara paripurna yang
dalam memperoleh pelayanan kesehatan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
yang aman, bermutu dan terjangkau”. jalan, dan gawat darurat.”
diterima peserta BPJS bukan lagi hal seperti ICU, ICCU, sehingga
yang baru, sejak berlakunya sistem penderita harus mengalami rujukan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ketempat yang mempunyai fasilitas
yang diselenggarakan oleh Badan tersebut.
Penyelenggara Kesehatan Nasional B. PERUMUSAN MASALAH
(BPJS) Kesehatan. Program tersebut Penulis merumuskan masalah ini
diluncurkan pemerintah Per 1 Januari sebagai berikut:
2014.dan selama perjalanannya, 1. Bagaimana tinjauan yuridis
sejumlah persoalan pun muncul di bagi Rumah Sakit yang tidak
masyarakat. Banyak Rumah Sakit ikut dalam program BPJS
menolak pasien peserta Badan Kesehatan.
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2. Bagaimana pertanggung
dengan alasan ruangan perawatan jawaban Rumah Sakit dalam
penuh. menyediakan fasilitas layanan
Harapan masyarakat akan kesehatan bagi pasien peserta
pelayanan kesehatan yang optimal BPJS jika ada pembatasan
belum dirasakan, masih saja kuota dalam pelaksanaan
banyaknya kasus penolakan yang pelayanan.
dilakukan pihak Rumah Sakit Undang-Undang Nomor 36
ataupun Klinik kerapkali terjadi, Tahun 2009 Tentang
berbagai bentuk penolakan mulai dari Kesehatan yang
tempat yang sesuai dengan jaminan, mengamanatkan Rumah Sakit
dikatakan tidak ada atau penuh, tidak boleh menolak pasien
mungkin tempat ada tetapi pihak yang membutuhkan pelayanan
8
Rumah Sakit membatasi bagi peserta Gawat Darurat.
BPJS sehingga dikatakan penuh,
penolakan juga terjadi karena tidak
11
Yono Maulana, “Rumah Sakit Wajib
Melayani Peserta BPJS”, 5. pelayanan ambulance;
kompasiana.com. 6. pelayanan skrining kesehatan;
14 Juni 2016, 15.
12
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dan
Tentang Kesehatan.
13
Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7. pelayanan kesehatan lain yang
36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (UU Tenaga Kesehatan, bahwa ditetapkan oleh Menteri.
tenaga kesehatan yang menjalankan praktik
pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib
memberikan pertolongan pertama kepada
penerima pelayanan kesehatan dalam
keadaan gawat darurat dan/atau pada 14
Pasal 47 ayat (3) Peraturan BPJS Nomor 1
bencana untuk penyelamatan nyawa dan Tahun 2014
pencegahan kecacatan.
Didalam Pasal 63 Peraturan Kesehatan Masyarakat (“Jamkesmas”)
BPJS Nomor 1 Tahun 2014, atau bukan, wajib memberikan
pelayanan gawat tersebut di atas dapat pelayanan penanganan pertama
dilakukan darurat sesuai dengan kepada peserta
indikasi medis pelayanan gawat Jamkesmas. Bagi fasilitas kesehatan
darurat. Pelayanan gawat darurat yang bukan jaringan Jamkesmas,
merupakan pelayanan kesehatan pelayanan tersebut merupakan bagian
yang harus diberikan secepatnya dari fungsi sosial fasilitas kesehatan,
untuk mencegah kematian, keparahan, selanjutnya fasilitas kesehatan
dan/atau kecacatan, sesuai dengan tersebut dapat merujuk ke fasilitas
kemampuan fasilitas kesehatan kesehatan jaringan fasilitas kesehatan
dengan kriteria tertentu sesuai dengan Jamkesmas untuk penanganan lebih
peraturan perundang-undangan. lanjut. Berarti meskipun suatu rumah
Fasilitas kesehatan yang tidak sakit (sebagai fasilitas kesehatan)
bekerjasama dengan BPJS tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan harus segera merujuk ke Kesehatan, rumah sakit tidak boleh
fasilitas kesehatan yang bekerjasama menolak pasien dalam keadaan
dengan BPJS Kesehatan setelah darurat dan wajib memberikan
keadaan daruratnya teratasi dan pasien pelayanan penanganan pertama
15
dalam kondisi dapat dipindahkan. kepada pasien peserta BPJS
Didalam lampiran Bab IV Huruf A Kesehatan. Karena pelayanan tersebut
angka 3 Peraturan Menteri Kesehatan merupakan bagian dari fungsi sosial
Nomor 40 Tahun 2012 tentang fasilitas kesehatan. Setelah keadaan
Pedoman Pelaksanaan Program darurat teratasi dan pasien dalam
Jaminan Kesehatan Masyarakat, kondisi dapat dipindahkan, fasilitas
disebutkan bahwa pada keadaan gawat kesehatan tersebut harus segera
darurat (emergency), seluruh fasilitas merujuk ke fasilitas kesehatan yang
kesehatan baik jaringan Jaminan bekerja sama dengan BPJS
15
Ibid, Pasal 63 ayat (4).
16
Kesehatan. Dengan dasar hukum (2) Dalam hal perbuatan
dari pasal-pasal tersebut diatas, maka sebagaimana dimaksud pada
ayat
jika terjadi pelanggaran akan
(1) mengakibatkan terjadinya
dikenakan sanksi pidana yang kecacatan atau kematian,
mengacu pada Pasal 190 ayat (1) dan pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau tenaga
ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 kesehatan tersebut dipidana
17
Tahun 2009 Tentang Kesehatan. dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh)
Pimpinan rumah sakit atau tahun dan denda paling
tenaga kesehatan yang menolak pasien banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
yang berada dalam keadaan darurat
dapat dipidana penjara dan dikenakan Jelas sudah aturan hukum bagi
34
sesuai dengan ketentuan Pasal 19 pelayanan kesehatan khususnya
Undang-Undang Perlindungan ruang rawat inap adalah menjadi
Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 tangung jawab Rumah Sakit sebagai
Tentang Perlindungan Konsumen. pemberi pelayanan kesehatan.
Penerapan doktrin hospital liability Sering adanya keluhan dari
menjadikan Rumah Sakit dapat peserta BPJS yang merasa ada
dimintakan pertanggungjawaban perlakuan diskriminasi manakala
perdata (ganti rugi) yang harus di rawat inap, tetapi pihak
ditimbulkan orang yang ada pemberi pelayanan kesehatan
dibawah perintahnya. Jadi ada mengatakan “tempat penuh”,
hubungan hukum antara Rumah walaupun ketika di cek ternyata
Sakit dan pasien. Semua tanggung tempat yang dimaksud ada, tidak
jawab atas pekerjaan tenaga terisi atau belum terisi pasien lain.
kesehatan adalah menjadi beban Kejadian ini telah dibuktikan oleh
tanggung jawab Rumah sakit tempat pihak Ombudsman sendiri, ketika
mereka bekerja. Ketika pasien mengecek, ternyata kamar ada.
19
35
menyembuhkan penyakit yang di setiap undang-undang yang
dideritanya, dan pasien diartikan disebutkan diatas terdapat
juga adalah orang sakit yang awam kentuan sanksi pidana atas
20
mengenai penyakitnya. pelanggaran hak-hak pasien.
Pasien Rumah Sakit adalah Perlindungan hak pasien juga
konsumen, sehingga secara umum tercantum dalam Pasal 32
pasien dilindungi dengan Undang- Undang-Undang Nomor 44
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tahun 2009 Tentang Rumah
Tentang Perlindungan Konsumen Sakit yaitu:
(UU Perlindungan Konsumen), ada a. Memperoleh informasi
didalam Pasal 4 Undang-Undang mengenai tata tertib dan
Nomor 8 Tahun 1999 tentang peraturan yang berlaku di
Perlundungan konsumen dan di Rumah Sakit.
dalam Pasal 52 Undang-Undang b. Memperoleh informasi tentang
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang hak dan kewajiban pasien.
Praktek Kedokteran. Apabila hak- c. Memperoleh layanan yang
hak tersebut dilanggar, maka upaya manusiawi, adil, jujur, dan
hukum yang tersedia adalah: tanpa diskrimasi.
1. Mengajukan gugatan kepada d. Memperoleh layanan
pelaku usaha, baik kepada kesehatan yang bermutu sesuai
lembaga peradilan umum maupun dengan standar profesi dan
kepada lembaga yang secara standar prosedur operasional.
khusus berwenang menyelesaikan e. Memperoleh layanan yang
sengketa antara konsumen dan efektif dan efisien sehingga
pelaku usaha (Pasal 45 UUPK). pasien terhindar dari kerugian
2. Melaporkan kepada polisi atau fisik dan materi.
penyidik lainnya. Hal ini karena
Jika dilihat dari sudut pandang
20
bahwa Rumah Sakit sebagai korporasi
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum
Kedoktean, (Bandung: Mandra Maju, 2001), Rumah Sakit adalah organisasi
20.
penyelenggara pelayanan publik, hak, tanggung jawab, kewajiban
mempunyai tanggung jawab publik dan kewenangan seluruh pihak
atas setiap pelayanan jasa publik yang terkait dengan
kesehatan yang diselenggarakannya. penyelenggara pelayanan publik.
Tanggug jawab publik Rumah Sakit b. Terwujudnya sistem
yaitu menyelenggarakan pelayanan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang bermutu, terjangkau, yang layak sesuai dengan asas-
berdasarkan prinsif aman, asas umum pemerintahan dan
menyeluruh, non diskriminatif, korporasi yang baik.
partisipatif dan memberikan c. Terpenuhinya penyelenggaraan
perlindungan bagi masyarakat sebagai pelayanan publik sesuai dengan
pengguna jasa pelayanan kesehatan peraturan perundang-undangan.
(health receiver) demi untuk d. Terwujudnya perlindungan dan
mewujudkan derajat kesehatan yang kepastian hukum bagi
21
setinggi-tingginya. masyarakat dalam
1. Tanggung jawab publik Rumah penyelenggaran pelayanan
sakit sebagai penyelenggara publik.
pelayanan publik diatur dalam 2. Rumah Sakit sebagai sebuah
ketentuan Pasal 15 Undang- korporasi menurut hukum perdata
Undang Nomor 25 Tahun 2009 merupakan legal person
Tentang Pelayanan publik yaitu (rechtsperson) yaitu badan hukum
yang mengatur tentang tujuan yang sifatnya legal personality.
pelaksanaan pelayanan publik Pada awalnya, pembuat undang-
antara lain: undang pidana berpandangan hanya
a. Terwujudnya batasan dan manusia yang dapat menjadi subjek
hubungan yang jelas tentang tindak pidana, namun seiring
perkembangan zaman, korporasi
21
Syahrul Machmud, Rumah Sakit Sebagai juga bisa menjadi subjek tindak
Penyelenggara Pelayanan Publik ,
(Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2012)
pidana.
,61.
Dalam hukum perdata, pengertian tenaga kesehatan yang dilarang
korporasi lebih sempit dari dalam Undang-Undang.
pengertian yang sama dalam
Munculnya tanggung jawab
hukum pidana, dimana yang
Rumah sakit awalnya diakibatkan oleh
pertama hanya membatasi pada
penerapan langah-langkah manajerial
pengertian korporasi sebagai badan
yang kurang tepat seperti:
hukum, seperti perseroan terbatas.
Sedangkan yang kedua memperluas a. Hospital equitment, supplies,
makna korporasi tidak hanya medication and food
terbatas pada badan hukum tapi b. Hospital environment
juga badan usaha seperti CV. c. Safety procedures
Rumusan pertangungjawaban d. Selection and retention of
korporasi tersebut merupakan hal employees and conferral of
baru yang mengatur dengan tegas staff privilleges
bahwa korporasi bertanggung e. resposibilities fo supervision
jawab terhadap kerugian sebagai of patient care.
akibat kelalaian tenaga kesehatan
Sedangkan dasar hukum
yang bekerja padanya. Latar
pertanggungjawaban Rumah Sakit
belakang rumusan
dalam pelayanan kesehatan terhadap
pertanggungjawaban tersebut
pasien yaitu adanya hubungan antara
bertujuan untuk melindungi
Rumah sakit sebagai penyelenggara
kepentingan pasien yang sering kali
pelayanan kesehatan, dan pasien
diabaikan karena faktor kelemahan
sebagai pengguna pelayanan
informasi dan penguasaan hal
kesehatan.
medis. Pasal 46 Undang-Undang
Rumah Sakit perlu melihat
Nomor 44 Tahun 2009 sebenarnya
kembali dan menyadari tentang asas
mengatur batasan sampai sejauh
dan tujuan Rumah Sakit, bahwa
mana Rumah Sakit bertanggung
Rumah Sakit diselenggarakan
jawab yaitu pada kelalaian oleh
berasaskan Pancasila dan didasarkan
kepada nilai kemanusiaan, etika dan melalui media cetak dan elektronik
profesionalitas, manfaat, keadilan, sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
persamaan hak, dan antidiskriminasi,
Jika terjadi pelanggaran dalam
pemerataan, perlindungan dan
pasal ini maka akan dikenakan sanksi
keselamatan pasien, serta mempunyai
22 sebagaimana dalam Pasal 29 ayat (2)
fungsi sosial. Disini pasien juga
Undang-Undang Nomor 44 Tahun
dilindungi mengenai hak-haknya,
2009 Tentang Rumah Sakit.yaitu:
sebagaimana dalam Pasal 32 huruf c
Pelanggaran atas kewajiban
Undang-Undang Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
dikenakan sanksi administratif berupa:
Rumah Sakit dijelaskan setiap pasien
1) Teguran;
mempunyai hak memperoleh layanan
2) Teguran tertulis; atau
yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
3) Denda dan pencabutan
diskriminasi. Jika Pasal-Pasal tersebut
izin Rumah Sakit.
dilanggar maka pasien berhak
menggugat sesuai Pasal 32 huruf q
III. PENUTUP
dan r Undang-Undang Republik
Berdasarkan uraian serta analisis
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
hasil penelitian dapat disimpulkan
Tentang Rumah Sakit, sebagai
sebagai berikut
berikut:
Sejak Januari 2014 Program
Huruf q , bahwa setiap pasien
mempunyai hak untuk menggugat dan/ JKN/KIS yang diselenggarakan BPJS
atau menuntut Rumah Sakit apabila Kesehatan sudah berjalan. meskipun
Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan program itu memudahkan masyarakat
standar baik secara perdata maupun mengakses pelayanan kesehatan, tapi
pidana; dan
Huruf r, mengeluhkan sampai saat ini pelaksanaanya belum
pelayanan Rumah Sakit yang tidak sempurna. Masih ada warga yang
sesuai dengan standar pelayanan
mengelukan pelayanan BPJS
22 kesehatan, mereka masih kesulitan
Pasal 2 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun2009 Tentang mendapatkan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
Rumah Sakit. Peserta harus dengan BPJS Kesehatan setelah
berpindah dari Rumah Sakit lain keadaan daruratnya teratasi dan
hanya untuk mendapatkan tempat pasien dalam kondisi dapat
rawat inap. dipindahkan.
23
http://static.hukumonline.com
Yono Maulana, Alasan RS
Swasta Belum Mau Bermitra
dengan BPJS,
https://kompasiana.com., 14
Juni 2016.
Yoga Sukmana, RS Kerap
Bilang Ruangan Penuh untuk
Pasien BPJS, Ini Penjelasan
Ombudsman, Kompas.com,
2017.
Sucipto Kuncoro,
http://dinkes.jakarta.go.id/
Senin (11/9/2017).