Anda di halaman 1dari 59

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Persalinan merupakan proses normal, alamiah dan sehat. Namun bila


tidak dipantau secara intensif dapat terjadi penyimpangan, karena setiap
kehamilan mempunyai resiko. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
merupakan salah satu unsur kesehatan, AKI merupakan barometer kemajuan
pelayanan kesehatan. Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
masih terlalu lambat untuk mencapai target tujuan pembangunan milenium
(Milenium Development Goals/ MDGs).

Di Amerika AKI meningkat dari 12 kematian per 100.000 kelahiran


hidup pada tahun 1980 menjadi 17 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008.
Di Kanada, lajunya meningkat antara 6 dan 7. Sedangkan di Norwegia 7 per
100.000 pada tahun 1980 menjadi 8 per 100.000 pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini
tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran.
Walaupun sebelumnya 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Padahal berdasarkan
sasaran pembangunan Millennium atau Millenium Development Goal ( MDG ),
kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran.

 
Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada
tahun 2015
Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia adalah dengan
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan persalinan
difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis
kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan. Berdasarkan data
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 90,88%.
Cakupan ini terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu jika
dilihat dari cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih
menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013, tiga provinsi dengan cakupan
tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah dengan cakupan 99,89%, Sulawesi Selatan
99,78%, dan Sulawesi Utara 99,59%. Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan
terendah adalah Papua 33,31%, Papua Barat (73,20%), dan Nusa Tenggara Timur
(74,08%). (Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013). Kondisi sosial budaya
dimasing-masing daerah turut memberikan konstribusi, masih banyak daerah yang
masih menggunakan dukun sebagai penolong persalinan, khususnya didesa-desa.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, Penolong saat persalinan dengan kualifikasi
tertinggi dilakukan oleh bidan (68,6%), kemudian oleh dokter (18,5%), lalu non
tenaga kesehatan (11,8%). Namun sebanyak 0,8% kelahiran dilakukan tanpa ada
penolong, dan hanya 0,3% kelahiran saja yang ditolong oleh perawat. Hal ini
ditunjang pula dengan kondisi sosial ekonomi sebagian masyarakat yang masih
berada digaris kemiskinan.
Selain itu, tidak meratanya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia turut menjadi salah satu penyebab masalah
kesehatan ibu. Dengan pentingnya penurunan AKI di Indonesia, sehingga
diperlukan program terobosan yang memfokuskan pada kesehatan ibu, khususnya
didaerah-daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Meningkatkan pengetahuan
para ibu sehingga mereka mau, sadar dan mampu mencegah masalah
kesehatannya, dan perlu ditunjang dengan peningkatan kualitas fasilitas pelayanan
kesehatan dan sarana prasarana lainnya

Jumlah persalinan yang terdapat di BPS Erni Pelitawati,S.ST dari bulan


desember sampai januari berjumlah 14 persalinan yang di tolong oleh bidan dari
data tersebut AKI dan AKB di BPS Erni Pelitawati,S.ST berjumlah 0 %.

Melihat AKI yang masih cukup tinggi di Indonesia, departemen kesehatan


membuat intervensi dalam upaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu
pada intervensi strategis “ empat pilar safe motherhood”. Bidan sebagai ujung
tombak asuhan pelayanan kebidanan harus dapat berperan lebih besar yaitu
program keluarga berencana, pelayanan asuhan antenatal, persalinan yang bersih
dan aman, dan pelayanan obstetric yang essensial. (Saifuddin, 2010 )

Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengambil kasus ini, dikarenakan
kehamilan, persalinan, dan nifas serta bayi baru lahir merupakan satu rangkaian
yang saling berkaitan. Maka diambilah kasus ini secara komprehensif yang
berjudul ”Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “A” di Rumah Bersalin
Erni Pelitawati,S.ST Martapura Tahun 2015/2016
B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan yang bersifat komprehensif pada ibu
masa persalinan, nifas serta memberikan asuhan pada bayi baru lahir.

2.      Tujuan Khusus


a.       Mengkaji sedini mungkin penyulit yang ditemukan pada masa
kehamilan.persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
b.      Mengidentifikasi diagnosis dan masalah yang menyertai ibu pada kehamilan,
persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
c.       Mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial yang menyertai ibu pada
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
d.      Melakukan identifikasi kebutuhan segera pada ibu kehamilan, bersalin, nifas,
dan bayi baru lahir.
e.       Menyusun rencana tindakan yang akan di berikan ibu kehamilan, bersalin,
nifas, dan bayi bayi baru lahir.
f.       Melakukan rencana tindakan yang akan di berikan ibu kehamilan, bersalin,
nifas, dan bayi bayi baru lahir.
g.      Melakukan evaluasi tindakan yang akan di berikan ibu kehamilan, bersalin,
nifas, dan bayi bayi baru lahir.

C.    MANFAAT
1.      Bagi Penulis

Sebagai sarana belajar komprehensif bagi penulis untuk mengaplikasikan


teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam rangka menambah wawasan
khususnya asuhan kebidananan, serta dapat mempelajari kesenjangan yang terjadi
di masyarakat.
2.      Bagi Instansi Pendidikan

Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai referensi bagi


mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan data dasar untuk asuhan
kebidanan komprehensif selanjutnya.

3.      Bagi Masyarakan/Klien


Masyarakat/Klien dapat merasa puas, aman dan nyaman dengan pelayanan
bermutu dan berkulitas secara berkesinambungan.

D.    Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari laporan studi kasus ini untuk melakukan

Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny “A” di Rumah Bersalin Erni

Pelitawati,S.ST Martapura Tahun 2015/2016,kehamilan, persalinan, nifas dan

bayi baru lahir di wilayah kerja martapura dari bulan Deseember sampai dengan

Januari 2016.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.  Kehamilan

1.    Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan antara spermatozoa

(sel mani) dengan sel telur (ovum) yang menghasilkan zigot dan berakhir sampai

permulaan persalinan (Maritalia dkk, 2012).

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 9 bulan (Sarwono, 2011).

2.    Fisiologi Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang

terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan

pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,

tumbuh kembang hasil konsepsi di aterm di dalam uterus yang berlangsung

selama lebih kurang 40 minggu (Maritalia dkk, 2012).

3.    Tanda-Tanda Kehamilan

a.    Tanda tidak pasti (Maritalia dkk, 2012).

Tanda-tanda tidak pasti kehamilan diantaranya adalah :

(1)     Amenorea (tidak adanya haid)

(2)     Nause dan emesis (mual dan muntah) atau mornig sickness
(3)     Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu)

(4)     Pingsan

(5)     Mastodonia akibat Pembesaran payudara (mamae)

(6)     Anoreksia (tdak ada nafsu makan)

(7)     Frekuensi buang air kecil bertambah

(8)     Obstipasi dan konstipasi

(9)     Pigmentasi kulit

(10) Varises

(11) Peningkatan suhu basal

(12) Perubahan berat badan karena rahim semakin membesar sesuai dengan usia

kehamilan

(13) Adanya HCG dalam urin sebagai kehamilan palsu

(14) Pada pemeriksaan ditemukan : tanda hegar, tanda goodell’s, tanda chadwick,

tanda Mc Donald, tanda piscaseks, kontraksi braxton hicks, dan terabanya

ballottement

b.    Tanda Pasti Kehamilan (Maritalia dkk, 2012).

1)        Adanya gerakan janin sejak usia kehamilan 16 minggu.

2)          Terdengar denyut jantung janin pada kehamilan 12 minggu dengan fetal

elektro cardiograph dan pada kehamilan 18-20 minggu dengan stethoscope

leannec.

3)        Terabanya bagian-bagian janin

4)        Terlihat kerangka janin bila dilakukan pemeriksaan Rongent

5)        Terlihat kantong janin pada pemeriksaan USG


4.    Perubahan anatomi fisiologi dan psikologi kehamilan trimester III

a.    Perubahan anatomi fisiologi kehamilan trimester III (Asrinah dkk, 2010)

1)   Rahim atau uterus

Uterus yang semula biasanya 30 gram akan mengalami hipertropi dan

hyperplasia karena pengaruh hormone estrogen dan progesterone sehingga pada

akhir kehamilan uterus ini menjadi 1000 gram, dengan panjang 20 cm.

2)   Vagina dan vulva

Perubahan hormon estrogen mengakibatkan adanya hypervaskularisasi

sehingga vulva dan vagina tampak lebih merah, agak kebiruan (livide). Tanda ini

disebut dengan tanda Chadwick. Pada akhir kehamilan, cairan vagina mulai

meningkat dan lebih kental.

3)   Serviks uteri

Serviks uteri pada kehamilan mengalami perubahan karena hormon

estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya

hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih

banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen. Selain itu

prostaglandin bekerja pada serabut kolagen, terutama pada minggu-minggu akhir

kehamilan. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu

persalinan.

4)   Mammae atau payudara


Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

memberikan ASI pada saat laktasi, hormone yang mempengaruhi :

a)    Estrogen

(1)     Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak

semakin membesar

(2)     Tekanan serta syaraf akibat penimbunan lemak dan air serta garam

menyebabkan rasa sakit pada payudara.

b)   Somatotropin

(1)     Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara

(2)     Merangsang pengeluaran colostrum pada payudara

c)    Progesterone

Mempersiapkan acinus sehingga dapat berfungsi :

(1)     Menambah jumalah sel acinus

(2)     Pegeluaran ASI belum berlangsung karena prolactin belum berfungsi

(3)     Setelah persalinan, hambatan prolactin tidak ada sehingga membuat ASI dapat

keluar dengan lancer.

Perubahan payudara pada bumil :

(1)     Payudara menjadi lebih besar


(2)     Hyperpigmentasi pada areola

(3)     Putting susu menonjol

5)   Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hyperpigmentasi alat-alat tertentu

akibat peningkatan MSH (Melanophore Stimulating Hormon). Hyperpigmentasi

dapat terjadi di wajah, leher, alveolar mammae dan abdomen.

6)   Sirkulasi darah

Volume darah semakin meningkat kira-kira 25% dimana jumlah

serumdarah lebih besar dari pada pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi

semacam pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia 32

minggu, terjadi supine hypotensive syndrome karena penekanan vena kava

inverior.

7)   Sistem pernafasan

Pada usia kehamilan 33 sampai 36 minggu ibu hamil akan merasa sesak

nafas karena tekanan janin yang berada dibawah diafragma menekan paru-paru

ibu.

8)   Traktus digestivus

Akibat meningkatnya kadar esterogen tubuh perasaan enek (nausea) pada

kehamilan muda. Tonus-tonus otot traktus digestivus menurun, sehingga motilitas


traktus digestivus berkurang. Hal ini untuk resorbsi tetapi menimbulkan obstipasi.

Juga terjadi pengeluaran air liur berlebihan yang disebut salviasi.

9)   Abdomen

Munculnya kontraksi Braxton hiks.

b.    Perubahan Psikologis Kehamilan trimester III (Asrinah dkk, 2010)

1)   Trimeter III sering disebut sebagai periode penantian, yang mana pada trimester

ketiga ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia

menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya, dan ada perasaan yang tidak

menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat waktu.

2)   Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan

sebagai orang tua, dan ini dapat menimbulkan perasaan khawatir.

3)   Pada trimester III dapat timbul perasaan kekhawatiran terhadap bayinya,

khawatir bayinya mengalami ketidak normalan (kecacatan). Akan tetapi

kesibukan dalam mempersiapkan kelahiran bayinya dapat mengurangi

kekhawatirannya.

4)   Hasrat seksual tidak seperti pada trimester kedua hal ini dipengaruhi oleh

perubahan bentuk perut yang semakin membesar dan adanya perasaan khawatir

terjadi sesuatu terhadap bayinya. 


5)   Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat

menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan

memerlukan dukungan dari pasangannya yang sangat besar.

5.    Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester III (Marmi dkk, 2011)

a.    Kehamilan dengan hipertensi : hipertensi esensial, hipertensi karena kehamilan,

pre eklamsia, eklamsia

b.    Perdarahan antepartum : solusio plasenta, plasenta previa, insertio velamentosa,

ruptur sinus marginalis, plasenta sirkumvalata

c.    Kelainan dalam lamanya kehamilan : prematur, postmatur atau postdate, intra

uterin growth retardation (IUGR), intra uterin fetal death (IUFD)

d.   Kehamilan ganda atau gemilli

e.    Kelainan air ketuban : ketuban pecah dini (KPD), polihidramion, oligohidramion

f.     Kelainan letak : letak sungsang, letak lintang

g.    Kehamilan disertai penyakit : diabetes melitus, jantung, sistem pernafasan,

sistem pencernaan, sistem hematologi, sistem perkemihan,

h.    Kehamilan dengan infeksi : rubella, hepatitis

i.      kehamilan dengan PMS : SYPHILIS, HIV/AIDS

j.      kehamilan dengan penyakit gangguan jiwa : depresi, psikosa, psikosa neurosa
6.    Antenatal Care (Kusmiyati dkk, 2009)

a.    Pengertian Antenatal Care (Anc)

Antenatal Care (pelayanan antenatal) adalah pelayanan kesehatan oleh

tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Tujuan utama asuhan

antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun

bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi

komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran,

dan memberikan pendidikan.

Tujuan utama dari pelayanan Antenatal Care (ANC) yaitu memantau

kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi,

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental ibu dan bayi,

mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu dan bayinya dengan trauma semaksimal mungkin, serta

mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif.

b.    Kunjungan ANC

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang biasa mengancam

jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlikan sedikitnya empat kali

kunjungan selama periode antenatal :

1)   1 x kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)


2)   1 x kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

3)   2 x kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah

minggu ke 36).

c.    Standar 7 T

Standar 7 T untuk pelayanan antenatal yaitu :

1)   Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2)   Ukur tekanan darah,

3)   Ukur tinggi fundus uteri

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

12 minggu 1/3 di atas simpisis


16 minggu 1/2 simpisis-pusat
20 minggu 2/3 di atas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu 1/2 pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

4)   Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap


Tabel 2.2  Imunisasi TT

% Masa
TT Interval
Perlindungan Perlindungan

TT 1 - 0% -

TT 2 4 minggu setelah TT 1 80% 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 95% 5 tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% Seumur hidup

5)   Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan,

6)   Tes terhadap PMS,

7)   Temui wicara dalam rangka persiapan rujukan.

B.    PERSALINAN
1.      Definisi persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik, dan janin turun
dalam jalan lahir. kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir. (pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,Sarwono:2010)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang


terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin. (Saifuddin,2010:100).
Selain itu manuaba mengatakan bahwa persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan dengan kekuatan sendiri. (Manuaba,2010:157).

Faktor hormonal yang berkaitan dengan terjadinya kekuatan his sehingga


terjadi persalinan diantaranya: Pertama, estrogen yang mampu meningkatkan
sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis. Kedua, progesteron
mampu menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis
serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Perubahan keseimbangan
antara estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran oksitosin yang
menimbulkan kontraksi braxton hicks. Kontraksi braxton hiks akan menjadi
kekuatan dominan saat dimulainya persalinan. (manuaba, 2010:158).

2. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan

Pada setiap persalinan baik fisiologis maupu patologis terdapat lima aspek
dasar yang disebut dengan Lima Benang Merah yang penting dan saling terkait
dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman yang selalu berlaku dalam
penatalaksanan persalinan mulai dari kala I hingga kala IV, termasuk
penatalaksanaan bayi baru lahir.

Lima Benang Merah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. MEMBUAT KEPUTUSAN KLINIK

Membuat keputusan merupakan proses menentukan penyelesaian masalah


dan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus :

a. Akurat

b. Komprehensif bagi pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan


c. Aman

Menurut Varney ( 1997 ), membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan


melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan
informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan
kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti ( evidence – based ),
keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan
yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan
terfokus pada pasien.

Agar tercipta asuhan atau pertolongan yang maksimal dan memenuhi


standar kualitas pelayanan dan harapan pasien, maka dibutuhkan:

a. Pengetahuan

b. Keterampilan

c. Perilaku terpuji

Dalam membuat keputusan klinik, terdapat 7 langkah yang berurutan,


yaitu :

a. Pengumpulan data

b. Interpretasi data untuk mendukung diagnosis dan identifikasi masalah

c. Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah

d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk menghadapi


masalah

e. Menyusun rencana asuhan ( intervensi )

f. Melaksanakan asuhan ( implementasi )


g. Memantau atau mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusi

Ketujuh langkah tersebut dikenal dengan sebutan 7 langkah Varney.

2. ASUHAN SAYANG IBU DAN BAYI

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan


dan keinginan ibu.

Cara yang paling mudah membayangkan mengenai asuhan sayang ibu


adalah menanyakan pada diri kita sendiri. Salah satu prinsip dasar asuhan
sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama
prosesmpersalinan dan kelahiran bayi.

Menurut Enkin, et al ( 2000 ), perhatian dan dukungan pada ibu selama


persalinan dan kelahiran bayi akan memberikan dampak rasa aman, keluaran
yang lebih baik, megurangi persalinan dengan vakum, cunam dan seksio
caesaria ( SC ) dan persalinan berlansung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dan bayi perlu diterapkan terutama saat proses persalinan
dan pascapersalinan.

a. Asuhan sayang ibu dan bayi dalam proses persalinan, antara lain :

1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai


martabatnya

2) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai


asuhan tersebut

3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga

4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau


khawatir
5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu

6) Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu


beserta anggota keluarganya

7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya

8) Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara – cara bagaimana


mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan
dan kelahiran bayinya

9) Secara konsisten lakukan praktik – praktik pencegahan infeksi yang


baik

10) Hargai privasi ibu

11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi

12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan ringan sepanjang ia


menginginkannya

13) Hargai dan perbolehkan praktik – praktik tradisional yang tidak


merugikan kesehatan ibu

14) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti


episiotomi, pencukuran dan klisma

15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin

16) Membantu memulai pemberian ASI dalalm satu jam pertama setelah
kelahiran bayi

17) Siapkan rencana rujukan ( bila perlu )


18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan
– bahan, perlengkapan dan obat – obatan yang diperlukan. Siap untuk
melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

b. Asuhan sayang ibu dan bayi dalam pascapersalinan, antara lain :

1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya ( rawat gabung )

2) Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan pemberian


ASI sesuai dengan permintaan

3) Ajarkan ibu dan keluarga tentang nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan

4) Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan


mensyukuri kelahiran bayi

5) Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya yang
mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika
timbul masalah atau rasa khawatir

3. PENCEGAHAN INFEKSI

Pencegahan infeksi ( PI ) harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan


untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan
tenaga kesehatan lainnya.

Pencegahan infeksi ( PI ) adalah bagian yang esensial dari semua asuhan


yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara
rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan
asuhan selama kunjungan antenatal atau pascapersalinan atau bayi baru lahir
atau saat menetalaksana penyulit.

Tujuan tindakan PI dalam pelayanan asuhan kesehatan, antara lain :


a. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, virus, dan jamur

b. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti


hepatitis dan HIV / AIDS

Beberapa istilah tindakan dalam pencegahan infeksi :

a. Asepsis ( teknik aseptik )

” Semua usaha mencegah masuknya mikroorganisme ke tubuh yang


berpotensi untuk menimbulkan infeksi dengan cara mengurangi atau
menghilangkan sejumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan, dan benda
mati ( alat ). ”

b. Antisepsis

” Pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat


pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh dengan
menggunakan larutan antiseptik misalnya yodium ( 1-3% ), alkohol ( 60-
90% ), hibiclon, savlon, dan betadine. ”

c. Dekontaminasi

” Tindakan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani


secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. ”

d. Mencuci dan membilas

” Tindakan – tindakan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan


tubuh atau benda asing misalnya debu, kotoran dari kulit atau instrumen
atau peralatan. ”

e. Desinfeksi
” Tindakan untuk menghilangkan hampir semua atau sebagian besar
mikroorganisme dari benda mati. ”

f. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )

” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme ( kecuali


beberapa bakteri endospora ) pada benda mati atau instrumen. ”

g. Sterilisasi

” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk


endospora bakteri pada benda mati atau instrumen. ”

Pedoman pencegahan infeksi ( PI ) untuk memutus rantai penyebaran


infeksi, antara lain :

a. Cuci tangan dengan benar yaitu dengan 7 langkah setiap sebelum dan
sesudah melakukan tindakan

b. Memakai sarung tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah ( kulit tak
utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung
tangan atau sampah yang terkontaminasi.

Ada 3 macam sarung tangan, yaitu :

1) Sarung tangan steril atau DTT

Untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan


jaringan di bawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau
pengambilan darah.

2) Sarung tangan bersih


Untuk menangani darah atau cairan tubuh

3) Sarung tangan rumah tangga atau tebal

Untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan


darah dan cairan tubuh

Jangan gunakan sarung tangan yang sudah retak, tipis atau ada lubang dan
robekan. Buang dan gunakan sarung tangan yang lain.

c. Memakai APD ( alat pelindung diri ) seperti kaca mata pelindung, masker
wajah, penutup kepala, celemek, dan sepatu boots yang digunakan untuk
menghalangi atau membatasi petugas dari percikan cairan tubuh, darah
atau cidera selama melaksanakan prosedur klinik.

d. Menggunakan teknik antisepsis

Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan
antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat
mengkontaminasi luka terbuka dan menyebabkan infeksi.

e. Memproses alat bekas pakai

DEKONTAMINASI

Rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit

CUCI DAN BILAS

Gunakan detergen dan sikat


Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda –
benda tajam

Metode yang dipilih Metode alternatif

STERILISASI DTT

↓↓↓↓

Otoklaf Panas kering (dry heat) Rebus / kukus Kimiawi

106kPa 1700 C Panci tertutup Rendam

1210 C 60 menit 20 menit 20 menit

30 menit (terbungkus)

20 menit (tidak terbungkus)

DINGINKAN

Peralatan yang sudah diproses dapat disimpan dalam wadah tertutup yang
di DTT

SIAP DIGUNAKAN

Jika jarang dibuka → bisa digunakan selama 1 minggu

Jika sering dibuka → hanya bisa digunakan selama 3 hari


f. Menangani peralatan tajam dengan aman

Pedoman penggunaan peralatan tajam yaitu :

1) Letakkan benda – benda tajam di atas baki steril atau DTT atau dengan
menggunakan ” daerah aman ” yang sudah ditentukan ( daerah khusus
untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam )

2) Hati – hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk
secara tidak sengaja

3) Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah
meraba jarum ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan

4) Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau


melepaskan jarum yang akan dibuang

5) Buang benda – benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan
perekat jika sudah 2/3 penuh dan harus dibakar dalam insinerasi

6) Jika benda – benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara
insinerasi, bilas 3 kali dengan larutan klorin 0,5 % ( dekontaminasi ),
tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian
kuburkan.

Cara melakukan teknik satu tangan, yaitu :

a) Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata

b) Pegang tabung suntik dengan satu tangan dan gunakan ujung jarum
untuk mengait penutup jarum. Jangan memegang penutup jarum
dengan tangan lainnya
c) Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum
dan gunakan tangan yang lain untuk merapatkan penutupnya

g. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan termasuk pengelolaan sampah


secara benar

4. PENCATATAN ( REKAM MEDIK ) ASUHAN PERSALINAN

Pencatatan (pendokumentasian) adalah bagian penting dari proses


membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk
terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan
dan kelahiran bayi. Partograf adalah bagian terpenting dari proses pencatatan
selama persalinan

Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah


dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan
membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.

Pencatatan rutin adalah penting karena :

a. Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi


kesesuaian dan keefektifan asuhan atau perawatan, mengidentifikasi
kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat perubahan
dan peningkatan pada rencana asuhan atau perawatan

b. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan klinik

c. Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang


diberikan

d. Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari satu
penolong persalinan akan memberikan perhatian dan asuhan pada ibu atau
bayi baru lahir
e. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke
kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan ke penolong
persalinan lainnya, atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas
kesehatan lainnya.

f. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus

g. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik nasional dan daerah,


termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu atau bayi baru lahir

Aspek – aspek penting dalam pencatatan adalah :

a. Tanggal dan waktu asuhan diberikan

b. Identifikasi penolong persalinan

c. Paraf atau tanda tangan ( dari penolong persalinan ) pada semua catatan

d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas dan
dapat dibaca

e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia

f. Kerahasiaan dokumen – dokumen medis

Ibu harus diberikan salinan catatan ( catatan klinik antenatal, dokumen –


dokumen rujukan, dan lain – lain ) beserta panduan yang jelas mengenai :

a. Maksud dari dokumen – dokumen tersebut

b. Kapan harus dibawa

c. Kepada siapa harus diberikan


d. Bagaimana menyimpan dan mengamankannya, baik di rumah atau selama
perjalanan ke tempat rujukan

Beberapa hal yang perlu diingat :

a. Catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat – obat, asuhan atau
perawatan, dan lain – lain

b. Jika tidak dicatat, maka dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak
dilakukan

c. Pastikan setiap partograf bagi setiap pasien diisi dengan lengkap dan benar

5. RUJUKAN

Rujukan diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru
lahir. Syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan yaitu kesiapan untuk
merujuk bayi dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal
dan tepat waktu (jika penyulit terjadi).

Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang


mampu untuk melaksanakan kasus kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir seperti :

a. Pembedahan termasuk bedah sesar

b. Transfusi darah

c. Persalinan mengggunakan ekstraksi vakum atau cunam

d. Pemberian antibiotik intravena

e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir
Adapun yang wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan,
antara lain :

a. Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan

b. Ketersediaan pelayanan purna waktu

c. Biaya pelayanan

d. Waktu dan jarak tempuh ke tempat rujukan

Oleh karena sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi, maka
pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal anjurkan ibu untuk membahas
dan membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya. Dan tawarkan
agar penolong mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan
keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana rujukan apabila
diperlukan.

Ada beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus dimasukkan


dalam rencana rujukan, antara lain :

a. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir

b. Tempat – tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga ?

( jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat
rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan )

c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan


mengendarainya.

( ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam
kapan pun waktunya )

d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat – obatan dan
bahan – bahan

f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak – anak yang lain pada saat ibu
tidak di rumah

Dari beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus dimasukkan


dalam rencana rujukan, untuk memudahkan bagi penolong untuk mengingat
hal – hal penting tersebut maka terdapat singkatan BAKSOKUP ataupun
BAKSOKUDA.

B : BIDAN : B

A : ALAT : A

K : KELUARGA : K

S : SURAT : S

O : OBAT : O

K : KENDARAAN : K
U : UANG : U

P : PAKAIAN ; DARAH : D

DOA : A

Kaji ulang rencana rujukan pada ibu dan keluarganya selama ibu
melakukan kunjungan asuhan anttenatal atau awal persalinan ( jika mungkin ).
Jika ibu belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya, maka penting
untuk mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya di awal
persalinan.

Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam


mendukung keselamatan ibu dan bayi baru lahir.

3.    Sebab – Sebab Mulainya Persalinan (Maritalia dkk, 2012).

1.    Penurunan kadar progesteron

Menurunnya kadar progesteron pada akhir kehamilan memicu timbulnya his

dan menyebabkan membukannya servik uteri. Blood show yang keluar akibat

dilatasi cervik ini merupakan tanda kala I persalinan.

2.    Teori oksitosin

Kadar oksitosin bertambah pada akhir kehamilan juga dapat merangsang

timbulnya kontaksi uterus.

3.    Keregangan otot – otot rahim


Pada akhir kehamilan otot – otot rahim semakin meregang karena diisi oleh

janin yang berat dan ukurannya semakin bertambah. Analog bila kandung kemih

dan lambung, bila dindingnya teregang karena isinya penuh, maka timbul

kontraksi untuk mengeluarkan isinya.

4.    Pengaruh janin

Kelenjar suprarenal dan hipofise janin memegang peran terhadap timbulnya

persalinan. Pada janin anencephalus kehamilan sering lebih lama karena janin

tidak mempunyai hipofise.

5.    Teori prostaglandin

Terjadinya peninngkatan prostaglandin pada akhir kehamilan dan pada saat

inpartu. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua dapat menimbulkan kontraksi

myometrium.

6.    Berkurangnya nutrisi pada janin

Pada akhir kehamilan plasenta mulai menjadi tua dan mengalami

degenerasi. Hal ini akan menggangu sirkulasi utero plasenta sehingga janin akan

kekurangan suplai nutrisi. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi

akan segera dikeluarkan.

7.    Tekanan pada ganglion servikalis

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser yang terletak

dibelakang servik oleh kepala janin akan memicu timbulnya kontaksi uterus.

Persalinan juga dapat dimulai dengan (induction of labor) cara – cara

berikut :
1)   Merangsang pleksus frankenhauser dengan memasukkan beberapa gagang

laminaria dalam kanalis servikalis

2)   Memecahkan ketuban

3)   Menyunntikkan oksitosin (sebaiknya dilakukan secara intravena melalui tetesan

infus)

4)   Pemakaian prostaglandin

Induksi persalinan sebaiknya dilakukan bila serviks sudah matang (serviks

sudah mulai pendek dan lembek) dan kanalis servikalis sudah terbuka untuk 1

atau 2 jari.

4.    Tahapan Persalinan (Maritalia dkk, 2012).

a.    Kala I (Kala pembukaan )

Kala I disebut juga kala pembukaan karena pada kala ini terjadi pembukaan

serviks dari 1 sampai 10 cm (pembukaan lengkap). Proses pembukaan serviks dari

0 sampai dengan 10 cm dibagi ke dalam 2 fase yaitu :

1)   Fase Laten : pembukaan terjadi sangat lambat yaitu dari 0 sampai 3 cm dan

berlangsung sekitar 8 jam.

2)   Fase Aktif : berlangsung sekitar 6 jam, pembukaan serviks dari 4 sampai dengan

10 cm. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu :

a)    Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm.

b)   Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm.

c)    Fase deselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan kembali melambat dari 9

cm menjadi 10 cm atau pembukaan lengkap.


Pengisian partograf dimulai ketika memasuki fase aktif yaitu dari

pembukaan 4 cm. Kala I berakhir bila pembukaan serviks sudah lengkap atau 10

cm.

b.    Kala II (Kala pengeluaran)

Kala II dimulai dari pembukaan lengkap dan berakhir sampai dengan

lahirnya bayi.

c.    Kala III (Kala uri)

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta.

Pelepasan plasenta biasanya berlangsung selama 6 sampai dengan 15 menit

setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

d.   Kala IV (Kala pengawasan)

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai dengan 2 jam post partum.

Kala IV disebut kala pengawasan karena pada kala ini ibu post partum perlu

diawasi tekanan darahnya, suhu tubuh dan jumlah pendarahan yang keluar melalui

vagina.

5.    Tanda-tanda Persalinan Normal (Sarwono, 2011)

Mekanisme persalinan normal terdiri dari:

a.    Penurunan Kepala, terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari

kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.
b.    Engagement (penguncian), tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari

kepala janin telah melalui PAP.

c.    Fleksi, fleksi menjadi hal terpenting karena diameter kepala janin terkecil dapat

bergerak masuk panggul sampai ke dasar panggul.

d.   Putaran  paksi dalam, putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter 

anteroposterior dari kepala janin menyesuaikan diri dengan anteroposterior dari

panggul.

e.    Lahirnya kepala dengan ekstensi, bagian leher belakang di bawah oksiput akan

bergeser kebawah simphisis pubis dan bekerja sebagai titik poros (hipomoklion).

Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala

yang menyebabkannya ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva. Vagina membuka

lebar

f.     Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45° baik ke kanan atau ke kiri,

bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput

anterior

g.     Putaran paksi luar, putaran ini terjadi bersamaan dg putaran internal dari bahu.

Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran

dalam arah yang sama dg kepala janin.

h.    Lahirnya bahu & seluruh anggota badan bayi, bahu posterior akan

menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dg cara fleksi lateralis.

Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan dilahirkan.

6.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan (Marmi Dkk, 2011)

a.    Penyulit Kala I dan Kala II


1)   Kelainan Presentasi dan Posisi

a)    Presentasi puncak kepala.

b)   Presentasi dahi.

c)    Presentasi muka

d)   Posisi oksipitalis posterior persisten.

2)   Kelainan tenaga atau his

a)    His hipotonik

b)   His hipertonik

c)    His yang tidak terkoordinasi

3)      Distosia Kelainan alat kandungan

4)   Distosia kelainan letak janin

a)    Bayi besar, berat badan lebih dari 4000 gr.

b)   Hydrocephalus, peningkatan jumlah cairan serbrospinal

c)    Anecephalus, tidak adanya tulang tengkorak

d)   Kembar siam, anak kembar yang kedua tubuhnya bersatu.

e)    Gawat janin atau fetal distress, karena kekurangan oksigen

5)   Distosia kelainan jalan lahir

a)    Kesempitan pintu atas panggul

b)   Kesempitan pintu tengah panggul

c)    Kesempitan pintu bawah panggul

b.    Penyulit kala II dan IV

1)   Atonia uteri, uterus gagal berkontaksi setelah persalinan


2)   Retensio plasenta, plasenta tidak lahir 30 menit setelah persalinan

3)   Emboli air ketuban

4)   Robekan jalan lahir

5)   Inversio uteri, bagian atas uterus memasuki cavum uteri

6)   Perdarahan kala IV

7)   Syok obstetrik

2.1        KEBUTUHAN DASAR SELAMA PERSALINAN


2.1.1              Oksigen

Kebutuhan oksigen pada setiap manusia pada dasarnya sama, yaitu berupa
udara yang bersih, jauh dari polusi, bebas dari asap rokok dan tidak bau. Begitu juga
dengan kebutuhan oksigen pada ibu pada saat persalinan, ibu membutuh ruangan yang
bersih, nyaman, bebas asap rokok, dan tidak bau untuk ketenangan ibu dalam
menghadapi persalinan.

Ada dua pernafasan dasar untuk persalinan yaitu pernafasan lambat atau
pernafasan ringan. Rencanakan pernafasan mana yang akan digunakan selama
persalinan guna membantu relaksasi, menjamin pasokan oksigen yang memadai, dan
memungkinkan anda mengubah pernafasan sebagai respons terhadap intensitas
kontraksi. Akan sangat nyaman bila ibu memulai dengan pernafasan lambat jika
diperlukan pada awal persalinan dan menggunakannya selama persalinan sepanjang hal
itu membantu. Selanjutnya ibu mungkin ingin menggantinya dengan pernafasan ringan
atau salah satu variasi yang paling enak bagi ibu . maka dari itu hendaknya ibu dapat
menguasai keduanya.

2.1.2              Nutrisi
Berdasar hasil penelitian terdahulu bahwa pemberian makanan padat dengan
pasien yang memerlukan anestesi tidak disetujui. Motilitas, absorpsi dan sekresi asam
lambung menurun. Hal ini dapat menyebabkan makanan dapat tertinggal di lambung
sehingga dapat terjadi aspirasi pneumonia. Namun demikian, kebutuhan akan cairan
masih diperbolehkan. Selama persalinan, ibu memerlukan minum dan sangat dianjurkan
minum minuman yang manis dan berenergi seperti jus.
Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten persalinan,
tetapi memasuki fase aktif, hanya ingin minum saja. Pemberian makan dan minum
selama persalinan merupakan hal yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi
dan mencegah dehidrasi (dehidrasi dapat menghambat kontraksi/tidak teratur dan
kurang efektif). Oleh karena itu, anjurkan ibu makan dan minum selama persalinan dan
kelahiran bayi, anjurkan keluarga selalu menawarkan makanan ringan dan sering minum
pada ibu selama persalinan. Namun ibu disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan
yang bisa menimbulkan bau yang menyengat seperti jengkol dan petai.

Makanan yang dianjurkan :

1.      Roti atau roti panggan (rendah serat) yang rendah lemak baik diberi selai ataupun madu.

2.      Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.

3.      Nasi tim.

4.      Biskuit.

5.      Yogurt rendah lemak.

6.      Buah segar atau buah kaleng.

Minuman yang dianjurkan :

1.      Minuman yogurt rendah lemak.

2.      Es blok.

3.      Jus buah-buahan.

4.      Kaldu jernih.

5.      Diluted squash drinks.


6.      Air mineral.

7.      Cairan olahraga atau cairan isotonic

2.1.3              Personal Hygiene

Ibu sangat disarankan untuk menjaga kebersihan diri menjelang persalinan,


manfaatnya antara lain :

  Dengan mandi dan membersihkan badan, ibu akan mengurangi kemungkinan adanya
kuman yang masuk selama persalinan. Hal ini mengyrangi terjadinya infeksi sesudah
melahirkan.

  Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses persalinan.


Saat ini, ibu yang akan melahirkan, tidak di-huknah untuk mengeluarkan tinja.

  Bulu kemaluan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian yang dekat anus yang akan
dibersihkan, karena hal tersebut akan mempermudah penjahitan jika ibu ternyata
diepisiotomi.

2.1.4              Pakaian
Persiapkan pakaian yang harus dibawa untuk ibu selama persalinan yaitu satu
tas yang berisi perlengkapan yang dibutuhkan untuk dibawa ketempat persalinan. Dan
tas tersebut hendaknya diletakan di tempat yang mudah diambil atau letakkan langsung
dalam kendaraan yang nantinya akan dipergunakan untuk pergi ke rumah sakit atau
tempat bersalin. Lalu berilah informasi yang telah dilakukan tadi kepada orang disekitar
yang mungkin pada saat persalinan nanti akan membantu atau terlibat dalam persiapan
menuju tempat persalinan.
Kebutuhan ibu dan bayi hendaknya sudah dilengkapi semejak usia kehamilan 36
minggu, karena mulai dari kehamilan 36 minggu ibu bisa saja tiba-tiba berssalin.

Isi tas yang harus disiapkan:


a.       Buku kia

b.      2 helai sarung untuk proses persalinan.

c.       2 helai gutita ibu

d.      2 baju menyusui / baju kancing didepan

e.       2 celana panjang hamil.

f.       1 pak pembalut bersalin

g.      2 bh menyusui

h.      Celana dalam

i.        Popok bayi

j.        1 stel baju pulang, perlu diingat badan ibu terlihat seperti ibu hamil 5-6 bulan jadi baju
yang disiapkan adalah baju yang sesuai

k.      Bedong bayi

l.        Topi bayi

m.    Selimut bayi

n.      Sepasang sarung tangan dan kaki bayi.

o.      Perlengkapan mandi

p.      Kosmetik

2.1.5              Eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu difasilitasi agar


membantu kemajuan persalinan dan pasien merasa nyaman. Oleh karena itu, anjurkan
ibu untuk bereliminasi secara spontan minimal 2 jam sekali selama persalinan, apabila
tidak mungkin dapat dilakukan kateterisasi.

Pengaruh kandung kemih penuh selama persalinan, sebagai berikut:


1.      Menghambat penurunan bagian terendah janin, terutama bila  berada di atas spina
isciadika;

2.      Menurunkan efisiensi kontraksi uterus

3.      Menimbulkan nyeri yang tidak perlu

4.      Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II

5.      Memperlambat kelahiran plasenta

6.      Mencetuskan perdarahan pasca persalinan dengan menghambat kontraksi uterus.

Rectum yang penuh akan mengganggu penurunan bagian terbawah janin, namun
bila ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan
gejala masuk pada kala II.

2.1.6              Mobillasi, Body Mekanik


Selama menunggu persalinan dimulai, ibu diperbolehkan untuk berjalan-jalan
disekitar tempat bersalin. Persalinan merupakan peristiwa yang normal, tanpa disadari
dan mau tidak mau harus berlangsung. Selama persalinan, pemilihan posisi dapat
membantu ibu tetap tenang dan rileks. Oleh karena itu, berikan pilihan posisi persalinan
yang aman dan nyaman. Tidur terlentang tidak perlu ibu lakukan terus menerus selama
persalinan, ibu dapat berdiri dan jalan-jalan. Memberikan suasana yang nyaman dan
tidak menunjukkan ekspresi yang terburu–buru akan memberikan kepastian pada ibu.
Posisi meneran adalah posisi yang nyaman bagi ibu bersalin. Ibu bersalin dapat
berganti posisi secara teratur selama persalinan kala I, karena hal ini sering kali
mempercepat kemajuan persalinan dan ibu mungkin merasa dapat meneran secara
efektif pada posisi tertentu yang bisa menjadikan ibu merasa nyaman.
Tujuan :
  Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan
  Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi.
  Mempercepat kemajuan persalinan

Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin :


  Mengurangi rasa sakit dan kettidak nyamanan
  Lama kala II lebih pendek
  Laserasi perineum lebih sedikit
  Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan.

Adapun posisi persalinan dapat dilakukan :

1.      Duduk atau setengah duduk


Alasan: mempermudah bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan
mengamati/mensupport perineum.

2.      Posisi merangkak


Alasan: baik untuk persalinan dengan punggung  yang sakit, membantu bayi
melakukan rotasi dan meminimalkan peregangan pada perineum.

3.      Posisi berjongkok/berdiri


Alasan: membatu penurunan kepala bayi dan memperbesar ukuran panggul
yaitu menambah 28% ruang outletnya, memperbesar dorongan untuk meneran (bisa
memberi kontribusi pada laserasi perineum).

4.      Posisi berbaring miring ke kiri


Alasan: memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi oksigenasi yang baik
bagi bayi dan membantu mencegah terjadinya laserasi.

5.      Berdiri , berjalan dan bersandar


Alasan : efektif membantu stimulasi kontraksi uterus, membantu penurunan
kepala bayi, mengurangi rasa nyeri.

Selama persalinan tidak dianjurkan posisi litotomi, karena dapat menyebabkan


hipotensi yang berakibat ibu bisa pingsan dan hilangnya oksigen bagi bayi, menambah
rasa sakit, memperlama proses persalinan, ibu sulit melakukan pernafasan, sulit buang
air kecil, membatasi gerakan ibu, ibu merasa tidak berdaya, proses meneran menjadi
lebih sulit, menambah kemungkinan laserasi pada perineum dan menimbulkan
kerusakan saraf pada kaki dan punggung.

Pengurangan rasa sakit :

         Menurut Varney’s Midwifery, sebagai berikut:

1.      Adanya seorang yang dapat mendukung dalam persalinan;

2.      Pengaturan posisi;

3.      Relaksasi dan latihan pernafasan;

4.      Istirahat dan privasi;

5.      Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan;

6.      Asuhan diri; dan

7.      Sentuhan

         Menurut Penny Simpkin, cara pengurangan sakit dapat dilakukan dengan mengurangi
rasa sakit langsung dari sumbernya, memberikan rangsangan alternatif yang kuat dan
mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan reaksi fisik. Adapun secara umum,
teknik pengurangan rasa sakit, meliputi:

1.      Kehadiran pendamping yang terus-menerus, sentuhan yang nyaman dan dorongan dari
orang yang mendukung;

2.      Perubahan posisi dan pergerakan;

3.      Sentuhan dan masase;

4.      Counterpressure (mengurangi tegangan pada ligamen sacroiliaca);

5.      Pijatan ganda pada panggul;

6.      Penekanan pada lutut;


7.      Kompres hangat dan dingin;

8.      Berendam;

9.      Pengeluaran suara;

10.  Visualisasi dan pemusatan perhatian; dan

11.  Mendengarkan musik.

2.1.7              Persiapan Laktasi


Laktasi atau menyusui merupakan suatu cara memberikan makanan ideal bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis
dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan anak. Zat-zat anti infeksi yang
terkandung dalam air susu ibu (ASI) membantu melindungi bayi terhadap penyakit.
Tumbuh kembangan anak sangat dipengaruhi oleh makanan atau kandungan
gizi yang dikonsumsinya baik dalam kandungan maupun setelah lahir. Tumbuh kembang
seorang merupakan hak anak tersebut yang harus di penuhi oleh orang tuanya.

Persiapan laktasi diantaranya :

1.      Kebutuhan gizi bagi ibu yang akan menyusui

Masa persiapan menyusui sudah harus dimulai ketika hamil. Kepada calon ibu
perlu diberitahu kalau untuk menyusui dia harus mempunyai gizi yang cukup agar
pertumbuhan bayinya berkembang secara baik.

Penambahan akan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca partum akan


meningkatkan efisiensi konversi energi yang terakandung dalam makanan menjadi
energi susu. Tamabahan nutrien lain dalam sehari bagi ibu menyusui adalah protein
sebanyak 50 gr, kalsium 0,5-1 gr, zat besi 20 mg, vitamin c 10 mg, vitamin B 1 1,3 mg,
vitamin B2 1,3 mg, dan air 8 gelas sehari.

Penambahan kalori yang dibutuhkan dalam 6 bulan pertama masa menyusui


sekitar 2090 kk/hari
Faktor yang mempengaruhi proses laktasi :

a.       Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per hari.
b.      Protein, dengan adanya variasi individu maka diajnurkan penambahan 15-20 gr
protein/hari.
c.       Suplemen, jika makanan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan kecuali jika
kekurangan satu atau lebih zat gizi.

2.      Perawatan payudara ibu


Agar sesudah persalinan pembentukan ASI lancar dan tidak akan terjadi
kesukaran cara perawatannya :
  Perawatan buah dada hendaknya telah dimulai pada kehamilan empat bulan.
  Setiap kali pada waktu mandi, buah dada dicuci dengan sabun dan puting susu
dibersihkan.
  Bila terdapat puting yang mendatar/masuk kedalam, dengan ujung jari puting ditarik-tarik
keluar agar pada akhirnya dapat menonjol keluar sehingga mudah ditangkap oleh bayi.
  Sesudah hamil delapan bulan, pengurutan buah dada dengan jari tangan kearah puting
susu, gunanya untuk membersihkan saluran susu sehingga mengurangi bendungan air
susu sesudah bersalin.

Payudara ibu hendaknya dibersihkan sebelum persalinan dimulaui, dan ibu


dianjurkan untuk tidak menggunakan bra. Hali itu karena setelah melahirkan akan
langsung di lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Yang mana IMD berguna untuk
menstabilkan pernafasan bayi, mengendalikan suhu tubuh, menghindari infeksi, bayi
juga bisa langsung mendapatkan kolustrum .

2.1.8              Istirahat/Tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh dapat berfungsi secara
optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki mana yang berbeda setiap manusia. Secara
umum, istirah merupakan suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional, dan
bebas dari perasaan yang gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melalukakn
aktivitas sama sekali, berjalan-jalan ditaman juga bisa dikatakan beristirahat. Sedangkan
tidur merupakan status perubahan kesadaran ketika presepsi dan reaksi suatu individu
terhadap lingkungan yang menurun. Ibu membutuhkan istirahat dan tidur sebelum dan
sesudah persalinan untuk menenangkan diri maupun mempersiapkan tenaga.

2.1.9              Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi


1.      Persiapan Persalinan
a.       Tempat melahirkan

Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan jarak tempuh dari rumah


untuk memperkirakan waktu sampai ke rumah sakit. Perhatikan kepadatan lalu lintas
paada jam-jam tertentu sehingga anda dapat mempersiapkan jalur alternative untuk
cepat sampai ke rumah sakit. Prosedur masuk, fasilitas yang ada , biaya persalianan,
lokasi kamar bersalin harusnya sudah diketahui agar dalam keadaan darurat
mempercepat sampai ke tujuan. Tempat plasenta harus sudah direncanakan dimana
plasenta akan diurus, apakah dirumah atau di tempat bersalin. Namun biasanya sudah
disiapkan ditempat persalinan.

b.      Kebersihan diri dan aktivitas yang dapat dilakuakan menjelang persalianan
Ibu sangat disarankan untuk menjaga kebersihan diri menjelang persalinan, yangmana
manfaatnya yaitu untuk :
  Dengan mandi dan membersihkan badan, ibu akan mengurangi kemungkinan adanya
kuman yang masuk selama persalinan. Tujuannya yaitu untuk mengurangi terjadinya
infeksi sesudah melahirkan.
  Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses persalinan
Saat ini ibu akan melahirkan dan tidak dihuknah untuk mengeluarkan tinja, dan bulu
kemaluan ibu juga dicukur seluruhnya namun hanya bagian dekat anus karena hal
tersebut akan mempermudah proses penjahitan.
Selama menunggu persalinan dimulai, ibu diperbolehkan untuk berjalan-jalan
disekitar tempat bersalin. Persalinan merupakan peristiwa yang normal, tanpa disadari
dan mau tidak mau harus berlangsung. Dan ibu diperbolehkan untuk makan makanan
ringan dan disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang bisa menimbulkan bau
menyengat seperti jengkol dan petai.

c.       Hindari kepanikan dan ketakutan

Beri ibu penjelasan bahwa setelah melahirkan ini ibu akan mempunyai buah ahti
yang didambakannya. Dan ingatkan ibu untuk menyimpan tenaga untuk proses
melahirkan nanti, karena tenag akan hilang jika ibu cemas dan gelisah. Dengan sikap
tenang, ibu akan dapat melalui saat-saat persalinan dengan baik dan lebih siap.
Dukungan dari orang-orang terdekat , perhatian dan kasih saying tertentu akan
membantu memberikan ibu semangat untuk ibu.

d.      Persiapan kebutuhan untuk persalinan

Perkiraan jarak antar rumah dengan rumah sakit seta lalu lintas yang harius
dilalui jika akan bersalin sangat dibutuhkan. Dan perkirakan juga kapan waktu
persalianan untuk mengatur jadwal berpergian jauh.

Persiapan peralatan yang harus dibawa untuk ibu selama persalinan :

  Alas tahan air (water proof) untuk dimobil selama perjalanan ke rumah sakit.

  Minyak untuk memijit, untuk mengurangi rasa sakit.

  Alat-alat mandi seperti sabun, tutup kepala, handuk, dll.

  Lip balm, sikat gigi dan odol, sisir, ikat rambut.

  Baju ganti (gunakan baju yang nyaman dan menyerap keringat)

  Radio tape, CD atau alat music lainnya yang bisa menenangkan.

  Bantal.

  Untuk Ayah :
         Jam tangan
         Kartu atau kunjungan pemeriksaan kehamilan, KTP (suami-istri, beserta foto kopinya)
         Alat mandi : sikat gigi, odol, sisir, dll.
         Makanan kecil
         Baju ganti atau sweater.
         Kertas, pensil, buku, majalah untuk membaca.
         No. telp saudara atau teman.

  Untuk Ibu, setelah melahirkan :


         Baju atau gaun yang dapat dibuka dari depan (berkancing di depan) agar dapat
menyusui.
         Kosmetik
         Bra yang sesuai
         Makanan ringan yang disukai
         Baju untuk pulang, perlu diingat badan ibu akan terlihat seperti hamil 5 - 6 bulan, jadi
siapkan baju yang sesuai.

  Untuk Bayi :
         Kain flannel beberapa buah (3 - 4 buah)
         Pakaian bayi, 2 pasang (siapkan 2 ukuran)
         Popok, dapat menggunakan popok kain atau popok sekali pakai.
         Sarung tangan, sarung kaki, topi (penutup kepala)
         Bedak, minyak angin
         Selimut untuk membungkus bayi selama di perjalanan pulang.

2.      Persiapan kelahiran bayi


Bekerja sama antara ibu, keluarga dan masyarakat dalam mempersiapkan atau
merencanakan persalinan sangatlah penting, jika terjadi komplikasi secara tiba-tiba.
Karena dengan kerja sama itu dapat dilakuakan tindakan segera dan asuhan yang
diberikan oleh bidan dapat dipahami dan dilajalankan bersama. Agar persiapan
kelahiran bayi dapat berjalan dengan baik.
2.1.10          Memantau Kesejahteraan Janin

Untuk memantau kesejahteraan janin, alat cardiotografi (CTG) dapat digunakan.


Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia 7 – 9 bulan dan pada saat persalinan.
Dari pemeriksaan (CTG) dapat diperoleh irama DJJ, gerakan janin dan kontraksi rahim.
Apabila terjadi kemungkinan terjadi masalah maka dokter akan melakukan NST (Non
Stop Tes), memberikan infuse oksitosin untuk mempercepat kontraksi rahim dan
melakukan tindakan segera.

Selain itu dilakukan pengukuran TFU maupun tanda gejala gangguan fisik pada
iibu seperti hhipertensi, perdarahan pervaginam dll. USG dan KTG juga bisa dilakukan
pada janin untuk menilai keadaan fisik janin. Alat USG real time dengan resolusi tinggi
dapat digunakan untuk menilai perilaku janin, fungsi janin, marfologi dan morfometri
janin, plasenta, tali pusat dan cairan amnion. Penilaian fungsi hemodinamika uterus,
plasenta, janin dapat dilakukan dengan USG Doppler berwarna. Belakangan ini telah
dikembangkan USG 3 dimensi yang bermanfaat untuk mempelajari morfologi dan
hemodinamik janin dengan lebih mudah dan akurat. Sedangkan KTG berguna untuk
mendeteksi secara dini adanya hipoksia janin dan keausannya.

2.1.11          Ketidak Nyamanan Dan Cara Mengatasinya

Selama proses persalinan banyak hal yang membuat ibu menjadi tidak nyaman.
Salah satunya yaitu factor lingkungan tempat bersalinan yang tidak nyaman sehhingga
ketenangan ibu terganggu. Dan juga karena adanya rasa nyeri dan sakit yang dirasakan
ibu menjelang persalinan maupun saat persalinan berlangsung. Namun ada beberapa
cara yang bisa mengatasi rasa ketidaknyamanan ibu tersebut dari beberapa segi , yaitu
dengan cara :

1.      Lingkungan
Untuk mengatasi rasa ketiknyaman ibu, lingkungan tempat melahirkan itu damai
dan tenang, lampu redup, privasi yang terjaga, suhu kamar yang hangat dan penuh rasa
cinta dan music yang mengalun lembut

2.      Fisik
Untuk menghilangkan rasa nyeri ibu bisa berjalan-jalan sebelum proses persalinan
dimulai, menggoyang-goyangkan panggul, dan mengatur posisi bantal yang sesuai

3.      Sentuhan
Ibu yang diberi sentuhan dan pijatan lembut akan lebih tenang dalam menghadapi
proses persalinan.

7.    Asuhan Persalinan Normal

Untuk menilai dan mengetahui apakah proses persalinan normal serta tidak

ada komplikasi pada saat setelah proses persalinan, penatalaksanaan persalinan

harus dilaksanakan seperti APN yang terlampir.

B.     NIFAS
1.      Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang di mulai segera setelah


kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Wiknjosastro,
2011)

Masa nifas atau masa puerperium adalah dimulai setelah kelahiran


plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti ke keadaan semula
yang berlangsung 6 minggu (Saipuddin, 2012: 122).
Nifas dibagi dalam 3 periode:

a.       Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b.      Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c.       Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan (Saipuddin, 2012: 122).

2.      Fisiologi Nifas

Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis menurut Hanifa, W,


2005: 237 yaitu :

a.       Perubahan fisik

Suatu keadaan dimana tubuh ibu kembali ke keadaan semula, seperti


sebelum hamil.

1)      Involusi uterus

Proses involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana


uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram.

Involusi uterus adalah perubahan organ tubuh yaitu uterus yang berangsur-
angsur pulih kembali menjadi ukuran normal sesudah persalinan. ( Wiknjosastro,
2005 )

2)      Pengeluaran lochea

Lochea merupakan eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea dibagi
menjadi tiga yaitu lochea rubra yang muncul pada hari pertama sampai hari ke
empat masa post partum. Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi yang muncul pada hari kelima sampai hari ke sembilan masa post partum.
Lochea alba yang warnanya lebih pucat mengandung leukosit dan selaput lender
serviks serta serabut jaringan yang mati.

Lochea yang ada dalam masa nifas menurut Wiknjosastro, ( 2012 ) yaitu ;

a.       lochea rubra ( cruenta ) : terjadi pada hari pertama dan kedua post partum
yang terdiri atas darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo dan mekonium.
b.      lochea sanguinolenta : terjadi pada hari ke 3 – 7 hari post partum yang
berwarna merah kuning berisi darah bercampur lender
c.       lochea serosa ; terjadi pada hari ke 7 – 14 , lochea ini berwarna agak kuning,
cairan tidak berdarah lagi.
d.      lochea alba ; terjadi setelah 2 minggu post partum, lochea ini hanya berupa
cairan putih

3)      Laktasi atau pengeluaran air susu ibu

Pengeluaran ASI terjadi karena adanya rengsangan dari isapan bayi yang
dapat mengeluarkan hormone prolaktin dan oksitosin.

4)      Perubahan system tubuh lainnya

Perubahan system organ lain meliputi perubahan vagina saluran kencing,


system kardiovaskuler, system hematology dsb.

5)      Perubahan psikologi

Wanita mengalami banyak perubahan emosi selama masa nifas,


sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.( Hanifa, W, 2012: 237)

3.      Tujuan Asuhan


a.       Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
b.      Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c.       Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
d.      Memberikan pelayanan keluarga berencana (hanifa, W, 2005)

4.      Program Dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang sering terjadi.

a.       Kunjungan Pertama, 6-8 Jam setelah persalinan bertujuan untuk :


1)      Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2)      Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan
berlanjut.
3)      Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4)      Pemberian ASI awal.
5)      Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6)      Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
7)      Jika petugas kesehatan menolong peasalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil (Saifuddin, 2012).

b.      Kunjungan kedua 6 hari setelah persalinan bertujuan untuk :


1)      Memastikan Involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3)      Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4)      Memastikan bayi menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
5)      Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

c.       Kunjungan ketiga, 2 minggu setelah persalinan bertujuan untuk:


(sama dengan kunjungan 6 hari setelah persalinan).

d.      Kunjungan keempat, 6 minggu setelah persalinan bertujuan untuk:


1)      Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
2)      Memberikan konseling untuk KB secara dini (Saifuddin,2012 : N- 23-24 ).

5.      Penanganan Masa Nifas


a.       Kebersihan diri
1)      Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2)      Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Membersihkan daerah disekitar vulva dulu, dari depan ke belakang, baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
3)      Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika dicuci dengan baik, dan dikeringkan
dibawah matahari atau disetrika.
4)      Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5)      Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka

b.      Istirahat
1)      Anjurkan ibu beristirahat cukup guna mencegah kelelahan yang berlebihan.
2)      Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3)      Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu :
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus
dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
c.       Latihan
1)      Mobilisasi dini yaitu kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
parturient turun dari tempat tidurnya. Pada persalinan normal sebaiknya
dikerjakan 6 jam.
2)      Senam nifas untuk mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Otot perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa nyeri pada punggung.
d.      Gizi

Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, Makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup, Minum ± 3 liter/hari, zat besi diminum ± 40 hari pasca persalinan, minum
kapsul vit A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI.

e.       Perawatan payudara


1.      Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2.      Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3.      Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui.
4.      Apabila lecet sampai berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5.      Untuk menghilangkan nyeri minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
6.      Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah hangat selama 5 menit,
urut payudara dari arah pangkal menuju puting dengan arah “Z”, keluarkan ASI
sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.

f.       Hubungan perkawinan (seksual)

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa
rasa nyeri.

g.      Keluarga Berencana


1)      Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali.
2)      Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode amenore
laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru.
3)      Sebelum menggunakan KB, sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu bagaimana
metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya,keuntungan,
kekurangan, efek samping, bagaimana menggunakannya, kapan metode itu dapat
mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui (Saifuddin, 2012 : 127-
129).

6)      Komplikasi Masa Nifas


a.       Infeksi Nifas

Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan
melebihi 380C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 (dua)
hari (Manuaba, 2010: 312).

b.      Keadaan Abnormal pada Rahim

Menurut Manuaba (2010:316) keadaan abnormal pada rahim yaitu:

1)      Subinvolusi uteri


2)      Flegmasia alba dolens

Masalah dalam Laktasi

1)      Payudara Bengkak (Engorgement)


2)      Kelainan putting susu
3)      Putting susu nyeri (Sore Nipple) dan Lecet (Crecked Nipple)
4)      Saluran Air susu tersumbat (Obstructive Duct)
5)      Mastitis
6)      Abses Payudara
7)      Air susu ibu kurang
8)      Bayi bingung putting
9)      Bayi enggan menyusu (Mansjoer, 2012:305)
C.     BAYI BARU LAHIR
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan yang aterm (37 – 42
minggu) dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. (Wiknjosastro, 2011)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa melalui alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai Apgar > 7
dan tanpa cacat bawaan. (Yulianti, 2010:2)

1.      Penanganan Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah:

a.       Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis segeralah membersihkan jalan nafas.

b.      Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelim atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan.

c.       Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat, bayi baru
lahir harus dibungkus hangat

d.      Pencegahan infeksi

Cara pencegahan infeksi pada bayi yaitu dengan cara mencegah terjadinya
perdarahan pada bayi dengan memberikan vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-
1 mg diberikan secara IM (intra muscular). Dan diberikan obat tetes mata atau
salep mata.

2.      Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir.


Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran
bayi, dikenal sebagai asuhan essensial neonatal yang meliputi :

a.       Persalinan bersih dan aman.

Melaksanakan persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi


dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat.

b.      Memulai Pernafasan Spontan

Segera lakukan penilaian awal 0 – 30 detik. Nilai kondisi bayi baru lahir
secara cepat dengan mempertimbangkan atau menanyakan 5 pertanyaaan sebagai
berikut :

1.      Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?


2.      Apakah bayi bernafas spontan ?
3.      Apakah kulit bayi berwarna kemerahan?
4.      Apakah tonus / kekuatan otot bayi cukup ?
5.      Apakah ini kehamilan cukup bulan ?
6.      Stabilisasi temperatur tubuh bayi / menjaga agar bayi tetap hangat.

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperature tubuhnya secara


memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak dapat
dicegah. Bayi yang kehilangan panas (hipotermia) beresiko tinggi jatuh sakit atau
meninggal.

c.       ASI dini dan eksklusif

Anjurkan ibu memberikan ASI dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
dan berikan ASI saja selama 6 bulan pertama.

d.      Pencegahan Infeksi.


Tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1 %) atau salep antibiotik
(tetrasiklin 1 % atau eritromisin 0,5 %) harus diberikan dalam waktu 1 jam
pertama setelah bayi lahir. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak
akan efektif jika tidak diberikan dalam waktu satu jam pertama kehidupan.
(JNPK-KR, 2011 : 4-10)
e.       Pemberian Imunisasi
Rekomendasi jadwal imunisai PPI (program pengembangan imunisasi)
(Mikrobiologi dan parasitologi 2013, 35).

1.      Hepatitis B 0 ( uniject) 0 – 7 hari dan polio 1,


2.      BCG pada 1 bulan.
3.      Hb I dan DPT 1 ( combo 1 ) pada 2 bulan dan polio 2,
4.      Hb 2 dan DPT 2 ( combo 2 ) pada 3 bulan dan polio 3
5.      Hb 3 dan DPT 3 ( combo 3 ) pada 4 bulan dan polio 4
6.      Campak 9 bulan.
7.      Memberi vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL dilaporkan


cukup tinggi, berkisar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan
tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral
dengan dosis 1 mg / hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi
vitamin K parenteral dengan dosisi 0,5-1 mg I.M.(Sarwono, 2012 : 135)

f.       Perawatan tali pusat

Selama tali pusat belum lepas, perlu dilakukan perawatan secara cermat
agar tidak terjadi infeksi. Beberapa cara merawat tali pusat, diantaranya:

1.      Usahakan setiap kali akan dan setelah merawat tali pusat harus mencuci
tangan terlebih dahulu.
2.      Jaga kebersihan tali pusat dan sekitarnya, dan diupayakan tali pusat selalu
dalam keadaan kering.
3.      Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
4.      Supaya tali pusat lebih cepat lepas, tali pusat tidak di tutup oleh kasa steril
ataupun oleh kasa alkohol atau kasa betadine sehingga mendapat udara cukup
biarkan kering dengan sendirinya.
5.      Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.
6.      Kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar.
7.      Membersihkan tali pusat minimal 1–2 kali sehari.

3.      Penilaian Untuk Tanda-tanda Kegawatan


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau
kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit
apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda sebagai berikiut:

a.       Sesak napas


b.      Frekwensi pernafasan 60 kali/menit
c.       Gerak retraksi di dada
d.      Malas minum
e.       Panas atau suhu tubuh badan bayi rendah
f.       Kurang aktif
g.      Berat lahir rendah (1500-2500 gr) dengan kesulitan minum

Adapun tanda bayi sakit berat yaitu sebagai berikut:

a.       Sulit minum


b.      Sianosis sentral (lidah Biru)
c.       Perut kembung
d.      Periode apneu
e.       Kejang
f.       Merintih
g.      Perdarahan
h.      Sangat kuning
i.        Berat badan lahir < 1500 gr

4.      Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir


a.       Suhu badan bayi dan suhu lingkungan
b.      Tanda-tanda vital
c.       Berat badan
d.      Mandi dan perawatan kulit
e.       Pakaian
f.       Perawatan tali pusat

Anda mungkin juga menyukai