Anda di halaman 1dari 83

MAKALAH

DALAM RANGKA UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH: KEPERAWATAN ANAK

DOSEN: NS. KARTIKA, M.SC

Disusun oleh

Desti Lara Melania

Nim: 181440112

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

PRODI KEPERAWATAN PANGKALPINANG

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan
dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pangkalpinang, 15 April   2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................2

Perawatan Neonatus...................................................................4

Perawatan Pijat Bayi.................................................................20

Perawatan Tumbuh Kembang Anak.........................................28

Perawatan Stunting beserta Askep teoritis...............................39

Perawatan Demam Berdarah beserta Askep teoritis...............48

Perawatan sistem kegawatdaruratan pada anak......................63


Perawatan Neonatus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan bayi baru lahir merupakan asuhan kebidanan yang
dilakukan segera bayi lahir, pada saat proses persalinan fokus asuhan
ditujukan pada dua hal yaitu kondisi ibu dan kondisi bayi, dalam
kondisi optimal, memberikan asuhan segera, aman dan bersih untuk
bayi baru lahir merupakan bagian esensial asuhan bayi baru lahir
(Rosita, 2011). Salah satu asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang
berkualitas adalah pemberian ASI Eksklusif, sebagaimana yang
tercantum dalam Qur’an.
Surat Al-Baqarahayat 233 :
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupan nya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah ayat 233).
Angka kematian ibu atau (AKI) merupakan salah satu indikator
yang peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan
kesehatan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium yaitu tujuan kelima
yakni meningkatkan kesehatan ibu, dimana target 102/100.000
kelahiran hidup yang akan di capai sampai tahun 2015 adalah
mengurangi resiko jumlah kematian ibu (Kemenkes, 2015).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh
dunia lebih dari 500.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau
bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal.
Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup
masih terlalu lambat untuk mencapai target tujuan pembangun
milenium (milenium Development Goals/ MDG’s) pada 2015
(Kemenkes, 2015). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah
kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000
kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Bayi ini dapat menjadi
petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk
itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut
(Saragih,2010).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 Angka
Kematian Bayi (AKB) di dunia 54 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun
2014 menjadi 49 per kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan data
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014,
Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 32 kematian
per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2014). Di Provinsi Sumatera Selatan
sebesar 29 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI,2012). Untuk kota
Palembang, berdasarkan laporan program anak, jumlah kematian bayi
di tahun 2014 sebanyak 52 kematian bayi dari 29.235 kelahiran hidup
(Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, 2015). Penyebab kematian
antara lain adalah BBLR, down syndrome, infeksi neonatus,
perdarahan intrakranial, sianosis, kelainan jantung, respiratory distress
syndrome, post op hidrosefalus, dan lain sebagainya.
Kematian bayi lebih dari 50% terjadi dalam periode neonatal yaitu
dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi
barulahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya
sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress
yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia dan hipoglikemia
dan menyebabkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah
perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras, dan
keterlambatan tumbuh kembang (Prawirojardjo, 2010).

Upaya pemerintah yang sangat erat kaitannya dengan penurunan


kematian anak, terkenal dengan istilah GOBI FFF yaitu Growth
Monitoring, Oral Rehidration, Breast Feeding, Imuzation, Family
Planning, FoodSupplemen, dan Female Education. Ketujuh hal
tersebut dilakukan baik dalam kegiatan posyandu, Pelayanan KIA,
maupun di Pusat Kesehatan Masyarakat. Growth monitoring adalah
upaya melihat perkembangan berat balita. Berat balita memang dapat
digunakan sebagai petunjuk kondisi kesehatannya. Oral rehidration,
atau pemberian cairan, baik buatan sendiri maupun yang sudah
tersedia berupa oralit. Hal ini untuk mengatasi penyakit diare yang
merupakan salah satu penyakit penyebab kematian bayi dan anak.
Imunisasi, dilakukan untuk mencegah balita terkena penyakit pada
masa mendatang. Family Planning penting karena secara tidak
langsung, jumlah anak, jarak melahirkan akan berpengaruh terhadap
perawatan anak (Tri, 2005).

Bayi sangat rentan terhadap penyakit, maka dari itu peran bidan
pada bayi sehat adalah dengan cara memberikan motivasi kepada ibu
untuk memberikan ASI karena ASI mengandung kekebalan alami. Hal
yang normal jika frekuensi BAB bayi yang mendapat ASI menurun
saat kolostrum yang bersifat pencahar, benar-benar tidak terdapat lagi
dalam ASI sekitar usia 6 minggu (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Kurnia pada tahun 2013 tentang
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi dinyatakan
bahwa ASI merupakan makanan yang higienis, murah, mudah
diberikan, dan sudah tersedia bagi bayi. ASI menjadi satu-satunya
makanan yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya
agar menjadi bayi yang sehat. Komposisinya yang dinamis dan sesuai
dengan kebutuhan bayi menjadikan ASI sebagai asupan gizi yang
optimal bagi bayi. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif akan semakin
baik status gizi bayinya daripada ibu yang tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi yang berusia (Kurnia 2013).

Peran bidan dalam asuhan pada bayi baru lahir selain pemberian
ASI eksklusif adalah perawatan tali pusat. Menurut penelitian Hasbiah
(2015), tentang lama lepas tali pusat berdasarkan metode perawatan
tali pusat bayi baru lahir rata-rata lama lepasnya tali pusat dengan
menggunakan kasa steril lebih cepat lepas dibandingkan dengan
menggunakan povidon iodine 10%, dikarenakan pada tali pusat yang
dirawat dengan menggunakan kasa steril lebih cepat mengering dan
lepas. Pada perawatan dengan menggunakan antiseptik povidon
iodine 10% dapat menghilangkan flora disekitar umbilikus dan
menurunkan jumlah leukosit yang akan melepaskan tali pusat
sehingga dapat menunda atau memperlama pelepasan tali pusat
pada bayi baru lahir. Pemberian bethadine sebaiknya dikeringkan
sehingga tidak menyebabkan tali pusat lembab dan basah.

Dari hasil peninjauan tersebut maka perawatan bayi baru lahir


sangatlah penting dilakukan karena dengan perawatan yang baik
akan mengurangi angka kematian bayi. Maka penulis tertarik
mengambil judul “asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir By.Ny”A”
Usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, makalah kami merumuskan
masalah yaitu bagaimana asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis
yang dilakukan pada By.Ny”A” Usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari 2 yaitu :

1.3.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan bayi
baru lahir pada By.Ny”A” Usia 8 jam dengan asuhan normal di
BPM Hj.Fauziah Hatta sesuai standar pelayanan kebidanan
bayi baru lahir dengan menggunakan metode SOAP.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melaksanakan pengumpulan data subjektif pada
By.Ny”A” Usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta”
b. Mampu melaksanakan pengumpulan data objektif pada
By.Ny”A” Usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta”
c. Mampu menganalisis dan menentukan diagnosa pada
By.Ny”A” Usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta”
d. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
secara kontinyu dan berkesinambungan (continuity of care)
pada By.Ny”A” Usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta”
e. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan
pada By.Ny”A” Usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta”

1.4 Manfaat
1. Bagi Lahan Praktik
Pemeriksaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dapat
digunakan sebagai masukan bagi BPM setempat dalam rangka
pemberian penyuluhan oleh tenaga kesehatan khususnya untuk
bidan untuk menghimbau kepada masyarakat betapa pentingnya
melakukan asuhan pada bayi baru lahir dan sebagau bahan
perbandingan tentang pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan keadaan normal.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan pengetahuan yang didapat di tempat
praktik secara nyata yang mungkin berbeda dari pengetahuan dan
proses belajar pada pendidikan yang dapat digunakan sebagai
maksud dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
mahasiswa yang berguna dimasa mendatang dan sebagai
reperensi tentang pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir normal.
3. Bagi mahasiswa
Sebagai salah satu persyaratan untuk mengumpulkan tugas
selama dinas di BPM Hj.Fauziah Hatta dan juga sebagai sarana
evaluasi dan pengetahuan serta pengalaman untuk mendiagnosa
dan memberikan asuhan kebidanan yang tepat dengan
menggunakan manejemen kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


2.1.1 Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai Appearance menangis kuat.
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau Color,
Pulse, Gremace, Activity,Respiration (APGAR) > 7 dan tanpa
cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak
pada ibu menuju kemandirian fisiologi (Rukiyah dan Yulianti,
2010).

2.1.2 Tanda-tanda bayi baru lahir normal


Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
antara lain Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke
merah-merahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung >
100x/menit, Gremace (reaksi terhadap rangsangan), menangis
atau batur/bersin, Activity (tonus otot), gerak aktif, Respiration
(usaha napas), bayi terlalu ingin (kurang dari 36°C). Segera
setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan kering
yang sudah disiapkan diatas perut ibu.Apabila tali pusat pendek,
maka letakan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa
tempat tersebut dalam keadaan bersih dan kering. Segara
lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir antara lain :
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
c. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan
ataukah ada sianosis ?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang
menangis kuat, bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan.
Apabila salah satu penilaian tidak ada pada bayi, bayi tidak
dikatakan lahirnormal/fisiologis (Rukiyah dan Yulianti,
2010). Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak
mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-
tanda infeksi pada talipusat seperti, tali pusat merah,
bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat
berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua, tidak ada
lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan
kuat, tidak terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk,
lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis
terus-menerus (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Tabel 2.1 Tanda APGAR

Nilai 0 1 2
Appearance Seluruh badan Warna kulit tubuh Warna kulit tubuh,
color (warna biru atau pucat normal merah muda, tangan dan kaki
kulit) tetapi tangan dan normal merah muda,
kaki kebiruan tidak ada sianosis

Pulse (heart Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit


rate)
Atau frekuensi
Jantung
Grimace Tidak ada respon Meringis atau Meringis atau bersin
(reaksi terhadap terhadap stimulasi menangis lemah atau batuk saat
rangsangan) ketika distimulasi stimukasi saluran
nafas
Activity Lemah atau tidak Sedikit gerakan Bergerak aktif
(tonus otot) ada

Respiration Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat,


(usaha nafas) teratur pernafasan baik dan
teratur
Sumber : (Rukiyah & Yulianti, 2010)

2.1.3 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal


a. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
b. Berat badan 2.500-4000 gram.
c. Panjang badan 48-52 cm.
d. Lingkar dada 30-38 cm.
e. Lingkar kepala 33-35 cm.
f. Lingkar lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120-16 x/menit.
h. Pernafasan 40-60 x/menit.
i. Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan
yang cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
telah sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan
m. Gerak aktif.
n. Bayi lahir langsung menangis kuat.
o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan
baik
p. Refleks sucking dan swallowing (isap dan menelan) sudah
terbentuk dengan baik.
q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
r. Refleks grapsing (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia
Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis yang berlubang.Pada
perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam
24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Maryanti,
2011).

2.1.4 Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus
diwaspadai, dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan
penganan agar tidak mengancam nyawa bayi. Beberapa tanda
bahaya pada bayi baru lahir tersebut, antara lain pernafasan
sulit atau lebih dari 60 kali per menit, retraksi dinding dada saat
inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari 38°C atau terlalu
dingin suhu kurang dari 36°C.

Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat,


memar atau sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama)
juga merupakan tanda bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda
bahaya pada bayi baru lahir yang lain yaitu pemberian ASI sulit
(hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah), tali
pusat merah, bengkak keluar cairan, bau busuk, berdarah, serta
adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat,
merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan
sulit.

Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda


bahaya, antara lain mekoneum tidak keluar setelah 3 hari
pertama kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam pertama,
muntah, terus menerus, distensi abdomen, faeses
hijau/berlendir/darah. Bayi menggigil atau menangis tidak
seperti biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus,
tidak bias tenang, menangis terus menerus, mata bengkak dan
mengeluarkan cairan juga termasuk tanda-tanda bahaya pada
bayi baru lahir (Muslihatun, 2010).

2.1.5 Rencana Asuhan Bayi Baru lahir


Menurut Muslihatun (2010), rencana asuhan pada bayi baru
lahir adalah sebagai berikut :

a. Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir
(dalam waktu 30 menit) atau dalam 3 jam setelah masuk
rumah sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda
karena masalah tertentu. Bila bayi dirawat di rumah sakit,
upayakan ibu mendampingi dan tetap memberikan ASI.

b. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit 1
jam setelah lahir) dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung
zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah
dicerna dan efesien, mencegah berbagai penyakit infeksi.
Berikan ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi
tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap payudara
ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam
tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pasca
persalinan.

Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :

1) Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang


malam (minimal 8 kali dalam 24 jam) setiap bayi
menginginkan. Bila bayi melepaskan isapan dari satu
payudara, berikan payudara lain.
2) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak
melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak
memberikan minuman lain selain ASI, tidak
menggunakan dot atau empeng.
3) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6
bulan pertama.
4) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan
payudara ibu dengan benar.
5) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut
bayi membuka lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat
sekeliling dan bergerak.
6) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan
tubuh lurus menghadap payudara, hidung dekat puting
susu.
7) Cara melekatkan : menyentuhkan putting pada bibir,
tunggu mulut bayi terbuka lebar, gerakan mulut kearah
puting sehingga bibir bawah jauh dibelakang areola.
8) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh
payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat
keluar, areola di atas mulut bayi lebih luas dari pada di
bawah mulut bayi, bayi menghisap pelan kadang
berhenti.
9) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif,
apabila minum baik.

d. Buang Air Besar (BAB)


Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-
hari pertama kehidupannya adalah berupa mekoneum.
Mekoneum adalah ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir
yang diakumulasi dalam usus sejak masa janin, yaitu pada
usia kehamilan 16 minggu. Warna mekoneum adalah hijau
kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas mucus sel epitel, cairan
amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu.
Mekoneum ini keluar pertama kali dalam waktu 24 jam
setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari
setelah lahir. Mekoneum yang telah keluar 24 jam
menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi. Jika
mekoneum tidak keluar, bidan atau petugas harus mengkaji
kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon. Warna
feses bayi berubah menjadi kuning pada saat berumur4-5
hari, bayi yang diberi ASI, feses menjadi lebih lembut,
berwarna kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi
susu formula, feses cenderung berwarna pucat dan agak
berbau. Warna feses akan menjadi kuning kecoklatan setelah
bayi mendapatkan makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya
satu kali dalam sehari. Pemberian ASI cenderung membuat
frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering. Pada hari ke 4-5
produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup
maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih dalam sehari.
c. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam
setelah lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8
kali/hari. Pada awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30
ml/hari, meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada akhir
minggu pertama.Warna urine keruh/merah muda dan
berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika
dalam 24 jam bayi tidak BAK, bidan atau petugas kesehatan
harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra.

d. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir
menghabiskan waktunya untuk tidur. Macam tidur bayi adalah
tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari
hanya 15%waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga,
yaitu untuk menangis, gerakan motorik, sadar dan
mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan bayi
untuk tidur.

e. Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan
terjadinya infeksi. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada
kulit bayi, keutuhan kullit harus senantiasa dijaga. Verniks
kaseosa bermanfaat untuk melindungi kulit bayi, sehingga
jangan dibersihkan pada saat memandikan bayi. Untuk
menjaga kebersihan kulit bayi, bidan atau petugas kesehatan
harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain
yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering.
Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama)
cenderung meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk
menghindari terjadinya hipotermi, sebaiknya memandikan
bayi setelah suhu tubuh bayi stabil (setelah 24 jam).
f. Perawatan Tali Pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat
merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan
biasa terjadi infeksi lokal. Perlu perawatan tali pusat sejak
manajemen aktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi.
Sisa tali pusat harus dipertahankan dalam keadaan terbuka
dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian popok
sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika tali pusat
terkena kotoran/feses, maka tali pusat harus dicuci dengan
sabun dan air mengalir, kemudian keringkan.

g. Keamanan Bayi
Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan
mengalami kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya
kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan pada bayi,
sebaiknya tidak membiarkan bayi sendiri tanpa ada yang
menunggu. Tidak membiarkan bayi sendirian dalam air atau
tempat tidur, kursi atau meja. Tidak memberikan apapun
lewat mulut selain ASI karena bayi biasa tersedak.
Membaringkan bayi pada alas yang cukup keras pada
punggung/sisi badannya. Hati-hati menggunakan bantal
dibelakang kepala dan ditempat tidurnya karena dapat
menutupi muka.

h. Pemijatan Bayi
Tujuan dan manfaat pemijatan bayi diantaranya
menguatkan otot bayi, membuat bayi lebih sehat, membantu
pertumbuhan bayi, meningkatkan kesanggupan belajar, dan
membuat bayi tenang.
Adapun cara pemijatan bayi yaitu :

1) Peregangan
Sementara bayi telentang, pegang kedua kaki dan
lututnya bersama-sama dan tempelkan lutut sampai
perutnya (Peringatan : Gerakan ini bisa membuat
membuang gas). Selain itu, pegang kedua kaki dan
lututnya dan putar dengan gerakan melingkar, kekiri dan
ke kanan, untuk melemaskan pinggulnya. Ini juga
membuat menyembuhkan sakit perut.

2) Cara Pijat Kaki Bayi


Pegang kedua kaki bayi dengan satu tangan dan tepuk
tepuk sepanjang tungkainya dengan tangan yang lain.
Usap turun naik dari jari-jari kakinya sampai ke pinggul
kemudian kembali. Kemudian, pijat telapak kakinya dan
tarik setiap jari jemarinya. Gunakan jempol Anda untuk
mengusap bagian bawah kakinya mulai dari tumit sampai
ke kaki dan pijat di sekeliling pergelangan kakinya dengan
pijatan-pijatan kecil melingkar.

3) Cara Pijat Perut Bayi


Gunakan ujung jari tangan Anda, buat pijatan-pijatan
kecil melingkar. Gunakan pijatan I Love U. Gunakan 2
atau 3 jari yang membentuk huruf I-L-U dari arah bayi. Bila
dari posisi kita membentuk huruf I – L – U terbalik. Berikut
tahapan memijat:

 Urut kiri bayi dari bawah iga ke bawah (huruf I)


 Urut melintang dari kanan bayi ke kiri bayi, kemudian
turun
ke bawah ( huruf L)
 Urut dari kanan bawah bayi, naik ke kanan atas bayi,
melengkung membentuk U dan turun lagi ke kiri bayi.
Semua gerakan berakhir di perut kiri bayi.
4) Cara Pijat Lengan Bayi
Pegang pergelangan tangan bayi dengan satu tangan
dan tepuk-tepuk sepanjang lengannya dengan tangan
yang lain. Pijat turun naik mulai dari ujung sampai ke
pangkal lengan, kemudian pijat telapak tangannya dan
tekan, lalu tarik setiap jari. Ulangi pada lengan yang lain.

5) Cara Pijat Punggung Bayi


Telungkupkan bayi di atas lantai atai di atas kedua kaki
Anda dan gerak-gerakan kedua tangan Anda naik turun
mulai dari atas punggungnya sampai ke pantatnya.
Lakukan pijatan dengan membentuk lingkaran kecil di
sepanjang tulang punggungnya. Lengkungkan jari-jemari
anda seperti sebuah garfu dan garuk punggungnya ke
arah bawah.

6) Cara Pijat di Kepala dan Wajah Bayi


Angkat bagian belakang kepalanya dengan kedua
tangan anda dan usap-usap kulit kepalanya dengan ujung
jari Anda. Kemudian, gosok-gosok daun telingannya dan
usap-usap alis matanya, kedua kelopak matanya yang
tertutup, dan mulai daripuncak tulang hidungnnya
menyebrang ke kedua pipinya. Pijat dagunya dengan
membuat lingkaran-lingkaran kecil.

i. Menjemur Bayi
Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagi
kesehatan. Hal tersebut juga berlaku bagi bayi-bayi. Setelah
dilahirkan, fungsi hatinya belum sempurna dalam proses
pengolahan bilirubin. Dimana kadar bilirubin dalam darah si
bayi sangat tinggi dan hal inilah yang menyebabkan bayi
mengalami suatu proses fisiologis yang menyebabkannya
bayi kuning. Untuk mengatasinya, ada cara alami untuk
mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menjemurnya dibawah
matahari pagi. Sinar matahari pagi telah dipercaya mampu
memberikan efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah
satunya adalah untuk menurunkan kadar bilirubin yang
terlalu tinggi yang menjadi penyebab bayi kuning pasca
dilahirkan ke dunia. Jadi melakukan penjemuran pada bayi
yang baru lahir di pagi hari adalah hal yang sangat penting.

Manfaat menjemur bayi adalah sebagiberikut :

 Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah


 Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat
 Untuk memberi efek kehangatan pada bayi
 Menghindarkan bayi dari stress.
j. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
Hal penting dalam menciptakan hubungan saling percaya
antara bidan dan pasien antara lain :

1. Hak pasien untuk mengetahui informasi

2. Kewajiban moral

3. Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien

4. Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga

5. Memenuhi kebutuhan bidan

2.1.6 Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir


a. 24 jam setelah pulang awal
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan
dengan berat badan lahir dan berat badan pada saat
pulang.
2) Jaga selalu kehangatan bayi
3) Komunikasikan kepada orangtua bayi bagaimana
caranya merawat tali pusat.
b. 1 minggu setelah pulang

1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat


badan saatini dengan berat badan saat bayi lahir. Catat
penurunan dan penambahan ulang BB bayinya.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi
4) Kaji keadekuaatan suplai ASI 4 minggu setelah kelahiran
5) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan
pengukuran pada kelahiran dan pada usia 6 minggu.
6) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
7) Perhatikan nutrisi bayi
8) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi (Anggung, 2012).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi


belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai Appearance menangis kuat. Kehangatan
tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau Color, Pulse, Gremace,
Activity,Respiration (APGAR) > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah
dan Yulianti, 2010). Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai
beberapa antara lain Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke
merah-merahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung >
100x/menit, Gremace (reaksi terhadap rangsangan), menangis atau
batur/bersin, Activity (tonus otot), gerak aktif, Respiration (usaha
napas), bayi terlalu ingin (kurang dari 36°C).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka perlu adanya upaya


meningkatkan pelayanan yang lebih baik, oleh karena itu penulis
menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Bagi ibu
Tingkatkan pemberian nutrisi ASI pada ibu, susui bayi setiap saat
bayi ingin menyusu atau 2 jam sekali

2. Bagi Tenaga Kesehatan


a. Sebaiknya dalam melakukan penanganan untuk kasus bayi
gawat darurat bidan menggunakan penilaian segera pada bayi
seperti yang tertera dalam buku Acuan Persalinan Normal
(APN), karena jika bidan menggunakan penilaian APGAR di
khawatirkan bayi tidak akan mendapatkan pertolongan sesuai
kebutuhan segera.
b. Berikan konseling pada ibu tentang perawatan bayi prematur
di rumah dan jadwal imunisasi bagi bayi.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan Lahan Praktik dapat menigkatkan pelayanan
asuhan kebidanan pada bayi baru klahir normal.

4. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan institusi pendidikan masih melakukan kerjasama
dengan BPM Hj.Fauziah Hatta karena banyak kasus yang
ditemukan termasuk kasus mengenai bayi baru lahir dan dalam
pemberian asuhan kebidanan memerlukan berbagai sumber
kepustakaan untuk menambah pengetahuan dan materi tentang
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir prematur.

5. Bagi Masyarakat
Ibu hamil dan keluarga sebaiknya membaca dan mengerti isi
buku KIA, karena dalama buku KIA terdapat informasi penting dalam
kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir.
Sehingga diharapkan dapat mencegah hal-hal yang tidak di
inginkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kepmenkes RI (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta. Kurnia, (2013).
2. Kementerian kesehatan RI (2016). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Kementerian Kesehatan dan JICA.
3. Kurnia, (2013). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status
Gizi Bayi.
4. Maryanti, dwi, dkk. (2011) Buku Ajaran Neonatus Bayi dan Balita.
Jakarta: TIM.
5. Muslihatun, W. F (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Fitrayama
6. Prawirohardjo, Sarwono. (2010) Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakrarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
7. Soepardin, Suryani, Hajjah. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta:
EG.
8. Vivian Nanny Lia, Dewi. (2013) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta: Salemba Medika.
9. Wijaya, M.A, (2010). Kondisi Angka KematianBalita Neonatal
(AKN) Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita
(AKBAL), Angka Kematian Ibu di Indonesia.
Perawatan Pijat Bayi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi -bayi prematur yang dipijat secara teratur setiap hari
menunjukkan perkembangan fisik dan emosional yang lebih
baik ketimbang bayi-bayi yang tidak dipijat. Selain itu berat
badan bayi prematur yg dipijat akan mengalami peningkatan
berat badan 20 hingga 40 persen dibandingkan yang tidak
dipijat dan hal ini telah dibuktikan oleh para ahli di Fakultas
Kedokteran Universitas Miami pada tahun 1986. Dipimpin oleh
Tiffany M Field PhD.
Selain itu, katanya, bayibayi yang dipijat selama lima hari
saja, daya tahan tubuhnya akan mengalami peningkatan
sebesar 40 persen dibanding bayi-bayi yang tidak dipijat. Pijat
bayi ternyata bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisik
dan emosional bayi. Jika dilakukan oleh ayah misalnya, maka
pijat bayi itu bisa meningkatkan produksi ASI (Air Susu Ibu)
pada tubuh ibu dan disebut ''pemberdayaan ayah,''. Tapi
bagaimana penjelasannya?
Ketika seorang ayah berinisiatif memijat si bayi, hal itu akan
menimbulkan perasaan positif pada istri. Inisiatif suami ini
membuat istri merasa disayang, nyaman, dan perasaan positif
lainnya. Dan perasaan seperti ini akan merangsang produksi
hormon oksitosin. Untuk diketahui, hormon ini sangat berguna
untuk memperlancar produksi ASI. Penelitian menunjukkan, 80
persen produksi hormon oksitosin dipengaruhi oleh kondisi
psikis ibu. Selain itu, pijat bayi akan membuat bayi cepat
lapar. Makin banyak ASI disedot oleh bayi (menyusui), maka
produksi ASI makin meningkat. Ini karena dalam proses
produksi ASI berlaku hukum supply and demand. Artinya, makin
banyak ASI dikeluarkan, makin banyak pula ASI diproduksi.
Begitu pula sebaliknya.

B. Tujuan Penulisan
Pendidikan kesehatan ini ditujukan agar ibu mampu
memahami konsep dasar, tata cara pemijatan bayi dan mampu
mendemontrasikan serta mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pijat Bayi adalah suatu rangsangan, sentuhan, kasih sayang dan
komunikasi verbal yang diberikan pada bayi.
B. Manfaat Pijat Bayi
Para ahli di Fakultas Kedokteran Universitas Miami pada tahun
1986. Dipimpin oleh Tiffany M Field PhD membuktikan bahwa pijatan
teratur setiap hari pada bayi -bayi prematur menunjukkan perkembangan
fisik dan emosional serta terjadi peningkatan berat badan 20 hingga 40
persen dibandingkan yang tidak dipijat. Adapun manfaat lain dari
pemijatan bayi adalah :
a) Meningkatkan berat badan bayi
b) Meningkatkan pertumbuhan
c) Meningkatkan daya tahan tubuh
d) Meningkatkan Konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih
lelap
e) Membina Kasih Sayang orang tua dengan anak
f) Meningkatkan produksi ASI
g) Memperbaiki pola tidur bayi
h) Menenangkan bayi rewel
i) Membantu sistem pencernaan
j) Meningkatkan berat badan bayi
k) Meningkatkan Konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih
lelap
C. Waktu Pemijatan
Pemijatan dapat dilakkan kapan saja dengan catatan bayi dalam
keadaan rileks dan ibu mempunyai cukup waktu selama 15 menit atau
lebih untuk melakukan pemijatan tanpa adanya gangguan. Bayi tidak
dalam keadaan diare dan ada selang waktu dengan jam makan atau bayi
tidak dalam keadaan kenyang atau lapar. Waktu terbaik untuk melakukan
pemijatan adalah pagi hari, saat orang tua dan anak memulai hari baru
dan malam hari, sebelum tidur, ini sangat baik untuk membantu anak tidur
nyenyak.
D. Cara Pemijatan Berdasarkan Usia Bayi
Pijatan yang diberikan harus disesuaikan dengan usia bayi, pijatan
kemudian dapat divariasikan. Namun yang harus menjadi catatan bagi ibu
adalah, jangan paksakan suatu gerakan jika bayi menunjukkan tanda tidak
suka terhadap jenis pijatan tersebut.
Pilih jenis pijatan yang disukai bayi dan aman untuk usianya.
a) Usia Bayi 0-1 Bulan Disarankan lebih kepada gerakan yang
mengusap - usap halus, sebelum tali pusat bayi lepas sebaiknya
tidak dilakukan pemijatan didaerah perut.
b) Usia Bayi 1-3 Bulan Disarankan gerakan halus disertai tekanan
ringan dalam waktu yang singkat.
c) Usia Bayi 3 Bulan-3 Tahun Disarankan seluruh gerakan dilakukan
dengan tekanan dan waktu yang semakin meningkat.
E. Peralatan dan Tempat Pemijatan
Peralatan yang harus dipersiapkan ketika akan memulai aktivitas
pemijatan adalah:
a) Alas yang tebal dan aman bagi bayi, dan
b) Baby oil (minyak bayi) Untuk melakukan pijatan, pilihlah tempat
yang hangat bagi bayi, Karena selama melakukan pemijatan, bayi
dalam keadaan tanpa pakaian.
Hal ini dilakukan untuk menghindari hipotermi pada bayi.
F. Tata Cara Melakukan Pemijatan
Mengingat manfaatnya yang tidak kecil, sudah sepantasnya para
orangtua menerapkan terapi sentuhan ini pada bayi mereka. Bagaimana
caranya, ikuti tips berikut. Sebelum mulai memijat, lakukan beberapa
langkah persiapan, yaitu:
a) Mencuci tangan.
b) Hindari kuku dan perhiasan yang bisa menggores kulit bayi.
c) Ruang untuk memijat usahakan hangat dan tidak pengap.
d) Bayi selesai makan atau tidak berada dalam keadaan lapar.
e) Usahakan tidak diganggu dalam waktu lima belas menit untuk
melakukan proses pemijatan.
f) Baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih.
g) Ibu/ayah duduk dalam posisi nyaman.
h) Sebelum memijat, mintalah izin kepada bayi dengan cara membelai
wajahnya sambil mengajak bicara.
Setelah melakukan persiapan itu, pemijatan bisa dimulai. Berikut ini
contoh cara memijat beberapa bagian tubuh bayi:
a) Wajah
Letakkan ibu jari diantara alis mata si bayi. Pijat dengan ibu
jari secara lembut pada alis dan di atas kelopak mata. Pijat dari
pertengahan alis turun ke bawah melalui samping lipatan hidung.
Pijat atas bibir dan bawah bibir ke arah samping. Kemudian pijat
mulai dari dagu ke arah belakang telinga bayi menuju rahan bawah.
b) Dada
Buat gerakan ke atas sampai dengan bawah leher lalu ke
samping kiri-kanan di atas tulang selangka membentuk gambar
jantung lalu kembali ke ulu hati. Gerakan diagonal di dada (huruf X)
dari kiri ke kanan.
c) Perut
Pijat perut bayi dari atas ke bawah seperti gerakan
mengayuh sepeda. Pijat perut mulai bagian kiri atas ke bawah
dengan jari-jari tangan membentuk huruf I lalu L terbalik. Dan
jalankan jemari anda dari kiri ke kanan scara perlahan-lahan.
d) Tangan
Peras dan putar dengan kedua tangan dengan lembut mulai
dari pundak ke pergelangan tangan. Pijat telapak tangan dengan
ibu jari mulai telapak hingga jari-jari. Usap punggung tangan dari
arah pergelangan ke jari-jari dengan lembut. Peras sekeliling
pergelangan tangan dengan ibu jari dan telunjuk.
e) Kaki
Mulailah dengan memegang kaki bayi pada pangkal paha
seperti cara memegang pemukul softball. Gerakkan tangan ke
bawah secara bergantian seperti memerah susu dan putar. Pegang
pangkal paha dengan tangan secara bersamaan memeras dan
memutar kaki bayi dengan lembut dari pangkal paha ke arah mata
kaki. Kemudian, telapak kaki diurut dengan dua ibu jari secara
bergantian mulai dari tumit ke seluruh telapak kaki. Pijat jari kaki
satu-persatu dengan memutar menjauhi telapak, diakhiri tarikan
lembut di tiap ujung jari. Lalu, peras dan putar pergelangan kaki
dengan ibu jari dan jari lain. Usap kaki bayi dengan tekanan lembut
dari pangkal paha hingga akhir.
f) Punggung
Tengkurapkan melintang. Pijat punggung dengan gerakan
maju mundur sepanjang punggung mulai dari pantat hingga leher.
Buat gerakan melingkar dengan jari-jari mulai batas punggung
sampai dengan pantat dan tutup dengan menekan punggung bayi
dari leher ke pantat dengan jari-jari terbuka sebagai tanda bahwa
pijatan hari ini telah selesai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pijat Bayi adalah suatu rangsangan, sentuhan, kasih sayang
dan komunikasi verbal yang diberikan pada bayi.
Pijatan pada bayi memberikan banyak manfaat, seperti hal
di atas, untuk itu para orang tua harus banyak mengetahui cara
pemijatan bayi dengan cara yang baik dan benar agar tidak
memberikan suatu kesalahan. Begitu pula dengan perawat,
harus mengetahui teknik pemijatan bayi yang berguna untuk
penyuluhan bagi masyarakat awam yang balum paham akan
pemijatan bayi selain itu juga bermanfaat saat kita mempunyai
seorang anak.

B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat
mengetahui dan mengerti tentang asuhan Pijat Bayi sehingga
dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin pada setiap
BBL agar keadaan Bayi tetap sehat.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/USER/Downloads/360646482-MAKALAH-PIJAT-BAYI.pdf
Perawatan Tumbuh Kembang Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi
secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak
orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan
“perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain.
Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk
yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri,akan tetapi bisa dibedakan
untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini
kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap
secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki
kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka
kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi
teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut:

1. Apa yang yang dimaksud dengan pertumbuhan dan


perkembangan?
2. Apa saja pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah?
1.3 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas keperawatan anak tentang tumbuh


kembang anak usia sekolah 7-12 th.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak usia
sekolah.

1.4 Manfaat

Memberikan wawasan tentang Pertumbuhan dan


perkembanganusia sekolah(6-12 th). Serta dapat menambah dan
meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya di
bidang keperawatan anak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

2.1.1. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan


besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah
diri dan menyintesis protein-protein baru.Menghasilkan
penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian. 

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai


hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung
secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari
konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang
herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

2.1.2. Pengertian Perkembangan

Perkembangan (development), adalah perubahan secara


berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,
meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran.
(wong, 2000).

Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh


Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip
orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan
kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi,
artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses
diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari
penghayatan totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan
menjadi semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka
keseluruhan.

2.2 Proses Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur


7 sampai 12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-
anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca,
menulis dan berhitung.Secara formal mereka mulai memastiki
dunia yang lebih luas dengan budayanya.Pencapaian prestasi
menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri
sendiri bertambah pula.

2.2.1.Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah berat


badan bertambah 2-4 kg/tahun, tinggi bertambah 5-7 cm/tahun, gigi
permanen pada usia 10 tahun dengan jumlah 20 gigi, geraham
pertama tumbuh pada usia 7 tahun bersamaan dengan ke-4
geraham pertama, gigi susu tumbuh 4 gigi/tahun selama 5 tahun
berikutnya geraham kedua tumbuh usia 14 tahun, geraham ketiga
tumbuh menjelang usia 20 tahun.

2.2.2. Perkembangan menurut DDST

1) Motorik kasar : Perkembangan jasmani berupa koordinasi


gerakan tubuh seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung,
melempar, dan menangkap, serta menjaga
keseimbangan.Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan
keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia
4tahun, anak sangat mnyenangi kegiatan fisik yang
mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi.
Pada usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan
berbahaya bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan
lomba seperti balapan sepeda, atau kegiatan lain yng
mengandung bahaya

2) Motorik halus : Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-


7 tahun, koordinasi gerakan berkembang secara pesat, pada
masa ini anak sudah mampu mengkoordinasikan gerakan
visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerkan mata dengan
tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat
dilihat saat anak menulis dan menggambar.

3) Bahasa : tidak begitu egosentrik, dalam orientasi dapat


mempertimbangkan pandangan orang lain, mengerti semua
bagian pembicaraan termasuk kata sifat, keterangan,
penghubung, dan kata depan.

4) Kognitif mulai berfikir logis, dan terarah, mempertimbangkan


ssejumlah alternatif dan menemukan pemecahan terbaik,
memahami konsep dulu, sekarang dan yang akan datang,
memahami konsep fungsi berat dan volume.

5) Personal Sosial

Moral dan konvensional : ditentukan oleh aturan anak


mengembangkan rasa kejujuran dan keadilan yang tinggi.Anak
belajar mengembangkan kemampuan dan kompetisi untuk
belajar interaksi sosial dan berhasil sekolah.

Kepercayaan : anak belajar membedakan natural dan


supernatural, anak belajar membentuk pribadi tentang Tuhan.
Psikososial :

Fase laten (7-12 tahun) selama periode ini anak


menggunakan energi fisik dan psikologis yang merupakan media
untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya melalui
aktivitas fisik maupun sosialnya, pada awal fase laten anak
perempuan lebih menyukai teman dengan jenis perempuan dan
anak laki-laki dengan jenis laki-laki, pertanyaan anak tentang sex
semmakin banyak mengarah pada sistem reproduksi, dalam hal ini
orangtua harus bijaksana dalam merespon yaitu menjawabnya
dengan jujur dan hangat, peran ibu dan ayah sangat penting dalam
melakukan pendekatan dengan anak, pelajari apa yang sedang
difikirkan anak berkaitan dengan sex.

Perkembangan Psikososial anak usia sekolah (7-12 th)


menurut Erickson adalah “Industri versus inferiority / tahap rajin vs
rendah diri”.anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing
dengan anak lainnya melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam
kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui perrmainan
yang dilakukannya bersama. Perasaan sukses dicapai anak
dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk berinteraksi sosial
lebih luas dengan teman di lingkungannya dapat memfasilitas
perkembangan perasaan sukses tersebut. Perasaan tidak adekuat
dan rasa inferior atau rendah diri akan berkembang apabila anak
terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak tidak
berhasil memenuhinya secara utuh.  Harga diri yang kurang akan
menjadi dasar yang kurang untuk penguasaan tugas-tugas di fase
remaja dan dewasa. Pujian dan penguatan dari orang tua atau
orang dewasa lainnya terhadap prestasi yang dicapainya menjadi
begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam
melakukan sesuatu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar
sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri
dan menyintesis protein-protein baru.Menghasilkan penambahan
jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian. Dan
Perkembangan (development), adalah perubahan secara
berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,
meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran.
(wong, 2000).

B. Saran
Demikian yang dapat saya tuliskan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini.Tentunya masih
banyak kekurangannya,karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penulis berharap para pembaca bersedia
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://denoyhary/2011/11/konsep-tumbuh-kembang-anak-usia-sekolah.html

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

http://semi-yanto/2011/07/pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia.html

Soetjiningsih, SpAk, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC.

http://community.um.ac.id/showthread.php?75057-Hakikat-pertumbuhan-
dan-perkembangan-peserta-didik
Perawatan Stunting beserta Askep teoritis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang
pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD
dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat di
diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang,
akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting merupakan
pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi
(ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak
pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti
jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih
tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit.
Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi
mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002).
Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang
menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan
fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian. Di Indonesia,
diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini
berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan
memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan
jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007).
Hasil Riskesdas 2010, secara 2 nasional prevalensi
kependekan pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6
% yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek. Desa
Sidowarno merupakan salah satu desa di Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Klaten menunjukkan peningkatan angka kejadian
stunting, yang prevalensi anak pendek dan sangat pendek (TB/U)
diatas prevalensi nasional yaitu 20,32 % pada hasil laporan
tahunan 2010 dan meningkat pada tahun 2012 sebesar 23,97 %.
Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan
yang tidak mencukupi dan penyakit infeksi. Terdapat dua
kelompok utama zat gizi yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro
(Admin, 2008).
Zat gizi makro merupakan zat gizi yang menyediakan energi
bagi tubuh dan diperlukan dalam pertumbuhan, termasuk di
dalamnya adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan zat
gizi mikro merupakan zat gizi yang diperlukan untuk menjalankan
fungsi tubuh lainnya, misalnya dalam memproduksi sel darah
merah, tubuh memerlukan zat besi. Termasuk di dalamnya adalah
vitamin dan mineral. Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu
faktor saja tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-
faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Ada
tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makan tidak
seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan
yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air) riwayat
berat lahir badan rendah (BBLR) dan riwayat penyakit (UNICEF,
2007).
Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan
ke dalam tiga tingkatan yaitu tingkatan masyarakat, rumah tangga
(keluarga) dan individu. Pada tingkat rumah tangga (keluarga),
kualitas dan kuantitas 3 makanan yang tidak memadai, tingkat
pendapatan, pola asuh makan anak yang tidak memadai,
pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai menjadi faktor
penyebab stunting, dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor
pada tingkat masyarakat (UNICEF, 2007). Konsekuensi defisiensi
zat gizi makro selama masa anak-anak sangat berbahaya.
Kekurangan protein murni pada stadium berat dapat menyebabkan
kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun. Kekurangan
protein juga sering ditemukan secara bersamaan dengan
kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan
marasmus (Almatsier, 2004).
Protein sendiri memiliki banyak fungsi, diantaranya
membentuk jaringan tubuh baru dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh, memperbaiki
serta mengganti jaringan yang rusak atau mati, menyediakan
asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan
dan metabolism (Karsin ES, 2004).
Pangan dan gizi merupakan salah satu faktor yang terkait
erat dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dengan mutu gizi seimbang
lebih mampu berpartisipasi dalam pembangunan. Masalah pangan
dan gizi merupakan masalah yang kompleks dan saling berkaitan
satu dengan yang lainnya. Beberapa metode pendekatan yang
dilakukan dalam menentukan penilaian keadaan pangan dan gizi
dapat dilakukan dengan cara menilai konsumsi dan kebiasaan
makan serta menilai status gizi pada suatu daerah atau kelompok
tertentu. Tiap daerah mempunyai masalah pangan dan gizi yang
berbeda dengan daerah lainnya. Wilayah tempat penduduk
bermukim turut menentukan pola konsumsi masyarakat tersebut
(Augustyn, 2002).
Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator
yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan
penduduk. Kemampuan daya beli masyarakat yang menurun akan
mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga di Kabupaten Klaten.
Menurut data Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Klaten,
selama lima tahun terakhir persentase pengeluaran untuk
makanan selalu lebih besar daripada persentase pengeluaran
bukan makanan. Di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Klaten merupakan salah satu desa Di Kecamatan
Wonosari yang memiliki persentase pengeluaran untuk pangan
terbesar di Kecamatan Wonosari.
Pada tahun 2010, perbandingan pengeluaran pangan dan
bukan pangan sebesar 53,80% berbanding 46,20%. Keadaan ini
tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya bahwa proporsi
pengeluaran makanan masih diatas 50% bila dibandingkana
dengan pengeluaran bukan pangan. Berdasarkan kondisi ini dapat
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sidowarno
masih mempunyai pendapatan rendah, sebagian besar
pendapatannya masih banyak digunakkan untuk mencukupi
kebutuhan makanan. Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik
melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
pengeluaran pangan dengan tingkat asupan makan. Oleh karena
itu, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan
antara Pengeluaran Pangan dengan Tingkat Asupan Makan pada
Balita Pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Klaten”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan maka, perumusan masalah pada penelitian ini adalah
apakah ada hubungan antara pengeluaran pangan dengan tingkat
asupan makan pada balita pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan
Wonosari, Kabupaten Klaten ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengeluaran
pangan dengan tingkat asupan makan pada balita pendek di
Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan besar pengeluaran pangan keluarga balita
pendek di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Klaten.
b. Mendeskripsikan tingkat asupan makan balita pendek di
Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
c. Menganalisis hubungan antara pengeluaran pangan dengan
tingkat asupan makan pada balita pendek di Desa
Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.

1.4 Manfaat
1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai faktor yang mampengaruhi tingkat asupan
makan pada balita dan 6 diharapkan dapat menambah
pengetahuan sehingga asupan makan balita menjadi lebih baik
dan status gizi balita menjadi optimal.
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi data dasar mengenai tingkat asupan makan
pada balita dan nantinya dari Instansi Pelayanan Kesehatan
yang terkait menyelesaikan permasalahan gizi kurang yang
terjadi di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten
Klaten.
3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan kreatifitas peneliti untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi tingkat asupan makan pada balita
khususnya pada balita pendek.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada
pembahasan mengenai hubungan antara pengeluaran pangan
dengan tingkat asupan makan pada balita pendek.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Stunting
2.1.1. Definisi
Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan
anak yang terlalu rendah. Stunting atau terlalu pendek berdasarkan
umur adalah tinggi badan yang berada di bawah minus dua standar
deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard
(WHO, 2012).
2.1.2. Faktor – Faktor Penyebab Stunting
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO
(2013) membagi penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4
kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan
tambahan / komplementer yang tidak adekuat, menyusui, dan
infeksi.
Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor
maternal dan faktor lingkungan rumah. Faktor maternal berupa
nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi,
tinggi badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilah pada usia remaja,
kesehatan mental, Intrauterine growth restriction (IUGR) dan
kelahiran preterm, Jarak kehamilan yang pendek, dan hipertensi.
Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan aktivitas anak yang
tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasukan air
yang tidak adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang kurang,
alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak sesuai, edukasi
pengasuh yang rendah.
Faktor kedua penyebab stunting adalah makanan
komplementer yang tidak adekuat yang dibagi lagi menjadi tiga,
yaitu kualitas makanan yang rendah, cara pemberian yang tidak
adekuat, dan keamanan makanan dan minuman. Kualitas makanan
yang rendah dapat berupa kualitas mikronutrien yang rendah,
keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber makanan
hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan
makanan komplementer yang mengandung energi rendah. Cara
pemberian yang tidak adekuat berupa frekuensi pemberian
makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak aadekuat
ketika Universitas Sumatera Utara 6 sakit dan setelah sakit,
konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian makan yang
rendah dalam kuantitas. Keamanan makanan dan minuman dapat
berupa makanan dan minuman yang terkontaminasi, kebersihan
yang rendah, penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak
aman.
Faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting adalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang salah bisa karena inisiasi yang
terlambat, tidak ASI eksklusif, penghentian menyusui yang terlalu
cepat.
Faktor keempat adalah infeksi klinis dan subklinis seperti
infeksi pada usus : diare, environmental enteropathy, infeksi cacing,
infeksi pernafasan, malaria, nafsu makan yang kurang akibat
infeksi, inflamasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Nasikhah (2012) pada anak usia 24 – 36 bulan di Semarang
menunjukkan terdapat beberapa faktor risiko yang paling
berpengaruh untuk terjadinya stunting, yaitu tinggi badan orang tua
yang rendah, pendidikan ayah yang rendah, dan pendapatan
perkapita yang rendah. Mamiro (2005) juga melakukan penelitian
yang serupa kepada anak usia 3 – 23 bulan di Tanzania
menunjukkan bahwa malaria, berat badan lahir rendah (BBLR),
pendapatan keluarga yang rendah, dan indeks massa tubuh (IMT)
ibu yang rendah berperan sebagai faktor risiko terjadinya stunting
pada anak. Berat badan lahir rendah dan indeks massa tubuh ibu
yang rendah merupakan dua faktor risiko terkuat untuk penyebab
stunting.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Senbanjo (2011)
pada anak usia 5 – 19 tahun di Abeokuta Nigeria ditemukan
beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya stunting, yaitu
anak yang bersekolah di sekolah pemerintah, keluarga poligami,
pendidikan orang tua yang rendah, dan juga kelas sosial yang
rendah. Pendidikan ibu yang rendah merupakan faktor risiko
terjadinya stunting yang paling tinggi dibanding dengan faktor risiko
lainnya. Menurutnya hal tersebut bisa disebabkan karena ibu
dengan pendidikan yang tinggi cenderung memiliki finansial yang
lebih baik dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Hal
tersebut membuat keluarga di kelas sosial yang lebih tinggi dan
memiliki status gizi keluarga yang lebih baik, sedangkan menurut
penelitian Olukamakaiye (2013) terhadap anak sekolah di Nigeria,
asupan makanan mempengaruhi kejadian stunting.
Penelitiannya menunjukkan bahwa anak dengan rendahnya
Universitas Sumatera Utara 7 keanekaragaman jenis makanan
yang dikonsumsi menjadi faktor risiko terjadinya stunting.
Olukamakaiye juga mendukung bahwa anak dari sekolah
pemerintah lebih banyak yang menderita stunting dibanding
dengan sekolah swasta. Hal tersebut dikarenakan malnutrisi yang
disebabkan oleh keanekaragaman jenis makanan yang rendah.
2.1.3. Dampak Stunting
Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan
hidup anak. WHO (2013) membagi dampak yang diakibatkan
oleh stunting menjadi dua yang terdiri dari jangka pendek dan
jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting adalah di
bidang kesehatan yang dapat menyebabkan peningkatan
mortalitas dan morbiditas, di bidang perkembangan berupa
penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa, dan di
bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran untuk biaya
kesehatan. Stunting juga dapat menyebabkan dampak jangka
panjang di bidang kesehatan berupa perawakan yang pendek,
peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan
penurunan kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan
berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang
ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja.
Menurut penelitian Hoddinott et al. (2013) menunjukkan
bahwa stunting pada usia 2 tahun memberikan dampak yang
buruk berupa nilai sekolah yang lebih rendah, berhenti sekolah,
akan memiliki tinggi badan yang lebih pendek, dan berkurangnya
kekuatan genggaman tangan sebesar 22%. Stunting pada usia 2
tahun juga memberikan dampak ketika dewasa berupa
pendapatan perkapita yang rendah dan juga meningkatnya
probabilitas untuk menjadi miskin. Stunting juga berhubungan
terhadap meningkatnya jumlah kehamilan dan anak dikemudian
hari, sehingga Hoddinott menyimpulan bahwa pertumbuhan yang
terhambat di kehidupan awal dapat memberikan dampak buruk
terhadap kehidupan, sosial, dan ekonomi seseorang.
Dampak stunting terhadap prestasi sekolah juga didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Perignon et al. (2014)
terhadap anak usia 6 – 16 tahun di Kamboja. Perignon
menemukan bahwa anak yang mengalami stunting moderate
Universitas Sumatera Utara 8 dan severe memiliki kecerdasan
kognitif yang lebih rendah dibanding dengan anak yang normal.
Stunting juga dapat mempengaruhi kadar hemoglobin anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mamiro (2005)
terhadap anak di Tanzania menunjukkan bahwa anak yang
mengalami stunting memiliki kadar hemoglobin darah yang
rendah.
2.1.4. Metode Pengukuran
Pengukuran antropometri berdasarkan tinggi badan menurut
umur berguna untuk mengukur status nutrisi pada populasi,
karena pengukuran pertumbuhan tulang ini mencerminkan
dampak kumulatif yang mempengaruhi status nutrisi yang
menyebabkan terjadinya stunting dan juga mengacu sebagai
malnutrisi kronis (Alderman, 2011). Cara pengukuran
antropometri pada anak dengan menggunakan grafik standar
panjang / tinggi badan menurut umur menurut WHO pada
Training Course on Child Growth Assessment yang diterbitkan
pada tahun 2008. Data ini menggunakan Z-score sebagai cut-off
point untuk menentukan status antropometri anak yang disusun
dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Indikator Pertumbuhan WHO
Z – score Panjang / Tinggi badan menurut umur > 3 Very tall >2
Normal >1 Normal 0 (median) Normal <-1 Normal <-2 Stunted <-
3 Severely Stunted Sumber : Training Course on Child Growth
Assessment (WHO, 2008) Universitas Sumatera Utara 9 2.1.5.
Epidemiologi Menurut data Riskesdas (2013) prevalensi pendek
secara nasional pada balita adalah 37,2% yang terdiri dari
sangat pendek sebesar 18% dan pendek 19,2%. Terdapat 20
provinsi dengan prevalensi diatas nasional (37,2%) dengan yang
tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur, terendah di Jambi,
dan Sumatera Utara menempati urutan ke – 8 tertinggi. Gambar
2.1 Kecenderungan Prevalensi Status Gizi TB/U <-2 SD Menurut
Provinsi, Indonesia 2007, 2010, dan 2013 Sumber : Riskesdas,
2013 Prevalensi pendek secara nasional pada anak usia 5 – 12
tahun adalah 30,7% dengan sangat pendek sebesar 12,3% dan
pendek sebesar 18,4%. Terdapat 15 provinsi di Indonesia
dengan prevalensi sangat pendek diatas prevalensi nasional
(12,3%) dan Sumatera Utara termasuk salah satu dari provinsi
tersebut dengan prevalensi pendek dan sangat pendek diatas
37%. Universitas Sumatera Utara 10 Gambar 2.2 Prevalensi
Pendek Anak Umur 5–12 Tahun Menurut Provinsi, Indonesia
2013 Sumber : Riskesdas, 2013 Prevalensi nasional pendek
pada remaja usia 13 – 15 tahun adalah 35,1% dengan sangat
pendek sebesar 13,8% dan pendek sebesar 21,3%. Terdapat 16
provinsi dengan prevalensi sangat pendek diatas prevalensi
nasional (13,8%). Sumatera Utara juga termasuk salah satu dari
provinsi tersebut dan prevalensi tertinggi terdapat di papua.
Prevalensi pendek dan sangat pendek di Sumatera pada usia 13
– 15 tahun adalah diatas 40%. Gambar 2.3 Prevalensi Pendek
Remaja Umur 13–15 Tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2013
Sumber : Riskesdas, 2013 Universitas Sumatera Utara 11
Prevalensi pendek secara nasional di Indonesia pada remaja
rentang usia 16 – 18 tahun adalah 31,4% dengan sangat pendek
sebesar 7,5% dan pendek sebesar 23,9%. Sebanyak 17 provinsi
dengan pervalensi pendek diatas prevalensi nasional (23,9%)
dan Sumatera Utara juga termasuk dari salah satu provinsi
tersebut. Gambar 2.4 Prevalensi Pendek Remaja Umur 16–18
Tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2013 Sumber : Riskesdas,
2013
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan
anak yang terlalu rendah. Stunting atau terlalu pendek
berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah
minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child
growth standard (WHO, 2012). Stunting dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. WHO (2013) membagi penyebab terjadinya
stunting pada anak menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga
dan rumah tangga, makanan tambahan / komplementer yang tidak
adekuat, menyusui, dan infeksi. Stunting dapat memberikan
dampak bagi kelangsungan hidup anak. WHO (2013) membagi
dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri
dari jangka pendek dan jangka panjang

B. Saran
1. Bagi pemerintah
Perlu diadakan program promosi kesehatan yang dimulai
dari masyarakat bawah dengan pendekatan keluarga, untuk
menanggulangi masalah stunting yang masih sangat tinggi di
Indonesia.
2. Bagi masyarakat
Perlunya menerapkan pemberian ASI eksklusif bagi
anak-anak dan menjaga sanitasi lingkungan hidup.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS STUNTING

A. Pengkajian
Penulis pada bab ini, akan menguraikan pembahasan tentang
asuhan keperawatan keluarga Tn.S dengan masalah gizi
kurang pada An.R dari tahap pengkajian sampai evaluasi.
Pengkajian merupkan tahap awal dalam proses keperawata
untuk memeperoleh informasi serta mengukur keaadan klien
dan keluarga dengan norma kesehatan keluarga
B. Diagnose keperawatan keluarga.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang di dapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah
keperawatan (problem/P) yang berkenaan pada individu dalam
keluarga yang sakit berhubungan dengan etiologi (E) yang
berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga (Abi
muhlisin,2012) maupun social yang merupakan kesaggupan
untuk mengatasi masalah. (Friedman, 2010) 1. Diagnosa
keperawatan. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan khususnya masalah gizi kurang. Diagnosa ini penulis
angkat karena pada saat pengkajian penulis mndapatkan data
dari Ny.E mengatakan An.R pernah dirawata dengan diagnosa
gizi kurang.
C. Perecanaan.
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan guna memecahkan masalah
kesehatan dan masalah perawatan yang didentifikasi (Abi
Muhlisin, 2012). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan denngan ketidakmampua kelurga merawat
anggota kelurga yang mengalami gizi kurang. Tujuan umum
untuk diagosa pertama ini adalah kebutuhan nutrisi dapat
dipenuhi.Penulis menyusun rencana tujuan umum tersebut
karena menurut penulis jika kurang gizi tidak segera di tangani,
maka dapat membahayakan kesehatan klien.Tujuan penulis
tetapkan untuk mengatasi etiologi pada kelurga Tn.S tentang
ketidakmampuan kelurga Tn.S mengenal msalah kesehatan
khususnya kurang gizi.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat
kepada keluarga berdasarkan perencanaan yang mengacu
pada diagnosa yang telah ditegakkan dan dibut sebelumnya
(Abi Muhlisin, 2012). Penulis melakukan implementasi
keperawatan pada tanggal 3 dan 4 mei 2013. Dalam melakukan
implementasi keperawatan pada Tn.S penulis tidak melakukan
implementasi selama 24 jam penuh, tapi setiap kali kunjungan
dilakukan 30 menit dan dilakukan sebanyak 4 kali kunjungan.
E. EVALUASI
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan,
dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya, evaluasi
disusun dengan menggunakan SOAP secara operasinal (Abi
Muhlisin, 2012). Evaluasi dilaksanakan pada hari sabtu tanggal
4 mei 2013, didapatkan data subyektif keluarga Tn.S
mengatakan gizi kurang adalah keadaan kurang gizi tingkat
berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein
dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup
lama.
DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/12893/2/BAB%201%20PENDAHULUAN
%20YENIZAR%20DWI%20PUTRI.pdf
http://eprints.ums.ac.id/39825/2/BAB%20I.pdf
http://eprints.ums.ac.id/25957/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Perawatan Demam Berdarah beserta Askep teoritis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk
Aedes (Stegomyia). Selama dua dekade terakhir, frekuensi kasus
dan epidemi penyakit demam dengue (dengue fever, DF), demam
berdarah (dengue hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok
dengue (dengue syok syndrom, DSS) menunjukkan peningkatan
yang dramatis di seluruh dunia. The World Health Report 1996,
menyatakan bahwa”kemunculan kembali penyakit infeksisus
merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah diraih
sampai sejauh ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan
dan kemakmuran sia-sia belaka”. Laporan tersebut lebih jauh
menyebutkan bahwa” penyakit infeksius tersebut berkisar dari
penyakit yang terjadi di daerah tropis (seperti malaria dan DHF
yang sering terjadi di negara berkembang) hingga penyakit yang
ditemukan di seluruh dunia (seperti hepatitis dan penyakit menular
seksual [PMS], termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang disebarkan
melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah besar penduduk
dunia baik di negara miskin maupun kaya.

Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46


mengajukan suatu resolusi tentang pengendalian dan pencegahan
dengue yang menekankan bahwa pengokohan pencegahan dan
pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal maupun nasional
harus menjadi salah satu prioritas dari Negara Anggota WHO
tempat endemiknya penyakit. Resolusi tersebut juga meminta: (1)
strategi yang dikembangkan untuk mengatasi penyebaran dan
peningkatan insiden dengue harus dapat dilakukan oleh negara
terkait, (2) peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat, (3)
mengencarkan promosi kesehatan, (4) memperkuat riset, (5)
memperluas surveilens dengue, (6) pemberian panduadalam hal
pengendalian vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya eksternal
untuk pencegahan penyakit harus menjadi prioritas.

Untuk menanggapi resolusi WHA dalam pencegahan dan


pengendalian dengue, strategi global untuk operasionalitas
kegiatan pengendalian vektor dikembangkan berdasarkan
komponen utama seperti, tindakan pengendalian nyamuk yang
selektif terpadu dengan partisipasi masyarakat dan kerja sama
antarsektor, persiapan kedaruratan, dll. Salah satu penopang
utama dalam strategi global adalah peningkatan surveilans yang
aktif dan didasarkan pada pemeriksaaan laboratorium yang akurat
terhadap DF/DHF dan vektornya. Agar berjalan lancar, setiap
negara endemik harus memasukkan penyakit DHF menjadi salah
satu jenis penyakit yang harus dilaporkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep penyakit demam berdarah ?
2. Bagaimana model terjadinya penyakit demam berdarah ?
3. Bagaimana perjalanan penyakit demam bedarah ?
4. Bagaimana tahap-tahap penyakit demam berdarah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep penyakit demam berdarah
2. Mengetahu model terjadinya penyakit demam berdarah
3. Mengetahui perjalanan penyakit demam berdarah
4. Mengetahui tahap-tahap penyakit demam berdarah
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian demam berdarah


DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit
yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty ). Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue
Haemoragic Fever ( DHF ). DHF / DBD adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke
dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang
betina. (Suriadi : 2001). Demam dengue adalah penyakit yang
terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari
pertama terinfeksi virus ( Arif Mansjur : 2001).
Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut:
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty
dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam.
Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu
penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk
aedes aegepty (Seoparman, 1996).

B. Penyebab penyakit demam berdarah

Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus )


melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

a) Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan


sehari-hari.
b) Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c) Penyedaiaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk


karena antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan
penularan karena jarak terbang Aedes Aegypti 40-100 m. Aedes
Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple
biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu
singkat, (Noer, 1999).

C. Cara penularan penyakit demam berdarah


Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypty betina.
1. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap
darah orang :
a) Yang sakit DBD atau
b) Yang tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus
Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus
dengue)
c) Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat
pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain
di tempat yang ada nyamuk Aedes Aegypti.
2. Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar
ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya.
3. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus
itu akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.
4. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya
anak-anak), ia akan segera menderita DBD.
5. Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue,
seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain.
6. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya
dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
7. Tanda-tanda Penyakit Demam Berdarah Dengue

D. Tahap penyakit demam berdarah


Tahap penyakit demam berdarah meliputi demam biasa,
demam berdarah klasik, demam berdarah dengue atau hemoragik dan
sindrom syok dengue, yakni sebagai berikut :
1) Demam berdarah (klasik)
Gejala demam berdarah yang terjadi berbeda-beda
tergantung pada usia pasien. Pada bayi dan anak-anak ditandai
dengan ruam yang muncul. Pada usia remaja dan dewasa,
penyakit demam berdarah ditandai dengan sakit kepala parah,
demam tinggi dan nyeri dibelakang mata, nyeri pada tulang dan
sendi, muntah dan mual dan ruam pada kulit.
2) Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue atau sering disingkat menjadi DBD
biasanya ditinjukkan dengan gejala seperti penderita demam
berdarah klasik dan empat gejala utama lainnya yakni demam
tinggi, pendarahan hebat dan diikuti pembesaran hati serta sistem
sirkulasi udara yang memiliki kegagalan. Diagnosis lainnya pada
DBD adalah kerusakan pembuluh darah, kerusakan pembuluh
limfa,pendarahan di bawah kulit seperti memarkebiruan,
trombositopenia dan jumlah sel darah merah merah yang
meningkat.
3) Sindrom syok dengue
Sindrom syok dengue adalah tingkat yang paling tinggi dari
infeksi virus dengue. Hal ini ditandai dengan pasien akan
mengalami seluruh gejla penyakit demam berdarah klasik dan
demam berdarah dengue dan kebocoran cairan yang terjadi
dipembuluh darah, perdarahan dan syok yang menyebabkan
tekanan darah rendah dan berlangsung demam selama 2-7 hari.
Awal terjadinya akan ditandai dengan tubuh dingin, sakit perut dan
sulit tidur.

E. Tanda dan gejala penyakit demam berdarah


Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang
terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan
berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
a) Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
b) Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahan.
c) Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam
(konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan
kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan
lain-lainnya.
d) Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
e) Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
f) Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi
penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni),
terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal
(Hemokonsentrasi).
g) Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,
muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare,
menggigil, kejang dan sakit kepala.
h) Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
i) Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan
pegal/sakit pada persendian.
j) Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah.

F. Cara pengobatan penyakit demam berdarah


Pada banyak kasus yang terjadi, DBD sering berujung pada
kematian. Banyaknya kasus kematian yang terjadi sering kali
diakibatkan karena ketidak tahuan dan lampannya penanganan
terhadap penderita sehingga begitu penderita di bawa ke Rumah Sakit
kondisinya sudah parah.

Sebenarnya tidak ada pengobatan yang spesifik ataupun vaksin


untuk demam berdarah. Bila anda pikir sesorang terkena demam
berdarah, berikan mereka cairan sebanyak mungkin, bawa mereka ke
puskesmas terdekat, dan hindarkan mereka dari nyamuk untuk
menghindari yang lain terjangkiti juga. Penyakit ini dapat berlangsung
hingga 10 hari, dan pemulihannya dapat memakan maktu 1 minggu
hingga 4 minggu.

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk


mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi keadaan syok / presyok,
yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu
dilakukan pemberian cairan melalui infus.

Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau


pemberian antipiretika Jika anda mengalami panas tinggi yang
berkepanjangan (lebih dari 1 hari) dan tidak sembuh dengan meminum
obat, cobalah mendatangi rumah sakit terdekat dan cek darah anda.
Apabila anda menemukan trombosit anda sudah di batas bawah
normal (batas normal: 150.000-500.000), berhati-hatilah.

Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah


sakit, tapi butuh kemauan yang kuat untuk melakukannya. Cara itu
adalah sbb:
a. Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari
(lebih banyak lebih baik)
b. Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas
c. Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman
ion tambahan (tapi banyak juga yang tidak menganjurkannya)
d. Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk
meningkatkan trombosit (ada juga yang menyarankan: daun
angkak, daun jambu, dsb)
e. Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam
kuantitas yang banyak (meskipun biasanya minat makan akan
menurun drastis).

Sebenarnya, semua usaha di atas bertujuan untuk menambah


daya tahan tubuh terhadap serangan demam berdarah, karena pada
dasarnya demam berdarah tidak perlu obat tertentu (dan memang
tidak ada obat untuk itu). Ketahanan tubuh dapat dilihat dari jumlah
leukosit dalam darah. Ketika leukosit mulai meningkat (membaik),
maka biasanya trombosit yang kemudian akan bertambah.

G. Cara pencegahan penyakit demam berdarah


Saat ini, metode utama yang digunakan untuk mengontrol dan
mencegah terjadinya demam berdarah dengue adalah dengan
melakukan pemberantasan terhadap nyamuk Aedes aegypti sebagai
penyebar virus dengue.
Nyamuk Aedes aegypti ini dapat berada di dalam rumah
ataupun luar rumah. Di dalam rumah biasanya nyamuk tersebut suka
bersembunyi di tempat yang gelap seperti di lemari, gantungan baju, di
bawah tempat tidur dll. Sedangkan apabila di luar rumah nyamuk
Aedes aegypti tersebut menyukai tempat yang teduh & lembab.
Nyamuk betinanya biasanya akan menaruh telur-telurnya pada wadah
air di sekitar rumah, sekolah, perkantoran dll, dimana telur tersebut
dapat menetas dalam waktu 10 hari.
Oleh sebab itu, lakukan 3 M
1. Menguras : Menguras tempat penampungan air secara rutin,
seperti bak mandi dan kolam. Sebab bisa mengurangi
perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri. Atau memasukan
beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam. Sebab ikan
akan memakan jentik nyamuk.
2. Menutup : Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan tempat air
sebaiknya anda menutupnya agar nyamuk tidak bisa meletakan
telurnya kedalam tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam
berdarah sangat menyukai air yang bening.
3. Mengubur. Kuburlah barang – barang yang tidak terpakai yang
dapat memungkinkan terjadinya genangan air.
 
BAB III
PEMBAHASAN

A. Model terjadinya penyakit demam berdarah


1. Agent
Nyamuk Aedes aegypti merupakan pembawa virus dari
penyakit Demam Berdarah. Cara penyebarannya melalui nyamuk
yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi virus demam
berdarah. Virus ini akan terbawa dalam kelenjar ludah si nyamuk.
Kemudian nyamuk ini menggigit orang sehat. Bersamaan dengan
terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus demam berdarah
juga berpindah ke orang tersebut dan menyebabkan orang sehat
tadi terinfeksi virus demam berdarah.
2. Host/pejamu
Manusia tergigit oleh nyamuk Aedes yang telah memiliki virus
DBD di dalam tubuhnya, virus DBD menginfasi kedalam tubuh.
Ketika sistem imun melemah, virus ini aktif berkembang biak dan
memulai infasi dan menginfeksi trombosit.
3. Lingkungan
Bak penampungan air yang tidak pernah dikuras dan tanpa
penutup merupakan lokasi perkembang biakan nyamuk Aedes
Aegypty. Semakin banyak genangan air, maka semakin
meningkat populasi nyamuk Aedes Aegypty.

Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada di


genangan air bersih dan di daerah yang banyak pohon seperti di
taman atau kebun. Genangan air pada pot bunga mungkin
menjadi salah satu tempat favorit nyamuk yang dapat terlupakan
oleh Anda. Jangan menggantung baju karena dapat sebagai
tempat berkembangnya nyamuk.
B. Berjalanan alamiah penyakit demam berdarah
1. Fase prepatogenesis
Fase Susepteble : agent (nyamuk aedes aegypti) sudah
terinfeksi virus dangue dari host yang satu yang menderita penyakit
DBD tetapi agent belum menularkan virus dangue pada host yang
lain, sehingga host tersebut belum terinfesi virus dangue
2. Fase fatogenesis
a) Fase presimtomatis : host sudah terinfeksi virus dangue tetapi
gejalanya belum tampak namun apabila dilakukan pemeriksaan
diagnostik maka akan didapat peningkatan leukosit dan
penurunan trombosit
b) Fase klinis : infeksi virus semakin meluas, muncul tanda-dan
gejala DBD
Masa inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang
virus dengue. Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai
tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat
Celsius)
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik
(puspura) perdarahan
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam
(konjungtiva),
mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran berupa
lendir bercampur darah (melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium hari ke 3 – 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 terjadi peningkatan nilai
Hematokrit diatas 20% dari nilai normal.
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,
muntah.
Fase ketidakmampuan : apabila pengobatan berhasil, maka
penderita akan sembuh sempurna tetapi apabila penyakit tidak
ditangani dengan segera atau pengobatan yang dilakukan tidak
berhasil maka akan mengakibatkan kematian.

C. Tahap-tahap pencegahan
Primer Skunder Tersier
Promosi kesehatan :   Program pemeriksaan   Upayakan pemberian
  Penyuluhan kesehatan berkala seperti cairan yang adekuat
tentang penyakit DBD pemeriksaan lingkungan  Menganjurkan makan
dan cara memelihara tempat tinggal oleh makanan yang bergizi
lingkungan yang baik petugas kesehatan dan usahakan makan
seperti melakukan lingkungan. dalam kuantitas yang
tindakan 3M (menguras,  Melakukan banyak terutama
mengubur, menutup) pemberantasan nyamuk makanan yang banyak
  Upaya untuk dan sarang-sarangnya mengandung protein
pencegahan DBD dengan penyemprotan   Mengusahakan pasien
ditunjukkan pada (foogin) yang dalam masa
pemberantasan nyamuk  Pemberian obat demam pemulihan agar
beserta tempat bedarah. terhindar dari gigitan
perkembangbiakannya   Memberikan jus jambu. nyamuk lagi.
  Melakukan donor darah

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina.
(Suriadi : 2001)
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus )
melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
1. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk
keperlauan sehari-hari.
2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3. Penyedaiaan air bersih yang langka.
DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M,menjaga
sanitasi lingkungan tetap bersih, mengkonsumsi makanan-
makanan bergizi.

B. Saran
Menjaga sanitasi lingkungan tetap sehat dan rutin
melakukan 3M akan menghindari kita terjangkit virus DBD.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DEMAM BERDARAH


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD sering menyerang anak dengan usia
kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua. 19
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan
batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati
dan pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat beberapa faktor predisposisinya. Anak 20 yang menderita
DBD sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

c. Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju
kamar).
d. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
2) Eliminasi alvi (buang air besar)
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD
grade IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urin (bang air kecil)
Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD
grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam
10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak 21 biasanya
sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai
kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m
plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk
abate
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan
grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah
mengental dan oksigen ke otak berkurang.
2) Keadaan umum
Lemah
3) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade
IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg
atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5 oC)
4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata Konjungtiva
anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,
III, IV.
7) Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan
mengalami hyperemia pharing.
9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
10)Dada/thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan
IV.
11)Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
12)Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniquet. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan 24 tekanan
antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada
tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008).
13)Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
14)Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak

3) Diagnosa Keperawatan Masalah keperawatan yang muncul


pada pasien demam berdarah dengue (DBD) adalah sebagai
berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
d. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus Dengue

4) Intervensi dan implementasi


a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
Tujuan : Setelah berikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi
keseimbangan cairan.
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan urine output, Ht normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
a. Mengobservasi tanda-tanda vital
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor
tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun
c. Mengobservasi dan mencatat intake dan output yang akurat
d. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab,
denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)
e. Dorong klien menambah asupan oral, misalnya minum
banyak, 1,5-2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit.
Minum berupa air putih, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau
oralit.
f. Memonitor nilai laboratorium
g. Mempertahankan intake dan output yang adekuat
h. Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena

8. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan


Tujuan :
Setelah berikan asuhan keperawatan diharapkan Capillary refill,
nadi dan tekanan darah dalam batas normal.
Kriteria hasil :
1. Capillary refill pada jari-jari tangan dalam batas normal (< 2 detik)
2. Capillary refill pada jari-jari kaki dalam batas normal (< 2 detik)
3. Tekanan darah sistolik dalam batas normal (< 120 mmHg)
4. Darah diastolic dalam batas normal (< 90 mmHg)
5. Tekanan nadi dalam batas normal (60-100 x/menit)
6. Tidak terjadi edema pada perifer
Intervensi :
a. Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi
denyut nadi, tekanan darah, capillary refill)
b. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu,
kelembaban, warna)
c. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada
ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki).

9. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurangnya asupan makanan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil :
1. Klien mengalami peningkatan nafsu makan
2. Adanya peningkatan berat badan
3. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
4. Tidak ada tanda-tanda mallnutrisi
5. Tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi :
a. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi
anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saaat
selera makan anak meningkat
b. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi
c. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi sering
d. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama,
dengan skala yang sama
e. Membersihkan kebersihan mulut pasien
f. Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
kesembuhan penyakit.

10. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan suhu tubuh
klien dalam batas normal.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Kulit klien tidak teraba hangat
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Beri kompres dingin
3. Anjurkan untuk minum yang banyak
4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap
keringat
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik Menurut soedjas (2011),
mengatakan bahwa fase penyembuhan yang terjadi pada hari ke-
7 atau ke-8, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan
demam sudah turun sebagai bagian dari rekasi tahap ini.

Evaluasi
Pengumpulan data selama tindakan keperawatan, misal (tandatanda
vital, turgor kulit, asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat
badan) di samping menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan
menurut masing-masing diagnosis telah tercapai atau belum.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31858970/Makalah_Lengkap_Demam_
Berdarah_DBD
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/625/1/KTI%20PUTRI
%20ANINGSI.pdf
Andriani, N.W.E., Tjitrosantoso, H., Yamlean, P.V.Y. 2013. Kajian
Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam Berdarah Dengue
(DBD) Pada Penderita Anak yang Menjalani Perawatan Di Rsup Prof.
Dr. R.D Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 2.
(Diakses pada tanggal 15 Juli 2018)
Depkes RI, 2004. Perilaku dan Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti.
Buletin
Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016. Profil Dinkes Kota Kendari
Tahun 2016. Kendari. Sulawesi Tenggara
Dinkes Kota Kendari, 2016. Data Jumlah Kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD) Kota Kendari. Kota Kendari. Sulawesi Tenggara.
Djunaedi, Djoni, 2006, Demam Berdarah. Universitas Muhammadiyah
Malang, Malang. Garna, H., 2012. Divisi Penyakit dan Penyakit Tropis.
Bandung: Universitas Padjajaran. Grace, 2006. Buku Penatalaksanaa
DHF dengan Syok. Edisi 3. Jakarta : EGC
Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keoerawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC, Jilid 1, Yogyakarta : MediAction
Harian (News Later). Edisi Rabu 10 Maret 2004. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta. Kartika, Wijayaningsih Sari. 2013. Asuhan Keperawatan
Anak. Jakarta : Trans Info Media
Kemenkes RI, (2016). Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan
Kemenkes RI, 2010. Penemuan dan Tatalaksana Penderita Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: Dirjen P2L.
Kemenkes RI, (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Depkes RI.
Jakarta
Kemenkes RI, (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Depkes RI.
Jakarta
Perawatan sistem kegawatdaruratan pada anak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan


dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu
awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan
ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan
dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur
uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea,
retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca
persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri. Setiap bayi baru
lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya.
Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti
walaupun denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun,sering
kali memberikan gambaran berbeda tergadap kondisi bayi saat lahir.

Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang


menangani kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tadak
semua tenaga medis memiliki kemampuan dan keterampilan
standart, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang
dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang
pendidikan sebagai profesional ahli.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ?
b. Apa Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan?
c. Apa Prinsip Umum Penanganan Kasus Kegawatdaruratan ?
d. Apa Kunci Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal ?
e. Bagaimana Penanganan Awal dan Penanganan Lanjutan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ( Penanganan Plasenta
Previa dan Penanganan Asfiksia Neonatorum) ?
f. Apa Yang Dimaksud Asfiksia Neonatorum ?

C.    Tujuan
Menguraikan masalah tentang kegawatdaruratan maternal dan neonatal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara
tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan,  2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang
kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa
(Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan
dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus
ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir.
(Saifuddin, 2002).
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan
evaluasi dan  manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis
( ≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali
perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang
bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2006).
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya
membutuhkan sebuat tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi
lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk setiap
kasus-kasus kegawatdaruratan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius
dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak
terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamtkan
jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya
membutuhkan sebuat tim medis yang menangani
kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas
kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus
kegawatdaruratan.
Prinsip umum penanganan kasus kegawatdaruratan:
a. Pastikan jalan napas bebas
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian cairan intravena
d. Pemberian tranfusi darah
e. Pasang kateter kandung kemih
f. Pemberian antibiotika
g. Obat pengurang rasa nyeri
h. Penanganan masalah utama
i. Rujukan

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nwobodo EL. Obstetric emergencies as seen in a tertiary health institution


in
North-Western Nigeria: maternal and fetal outcome. Nigerian Medical
Practitioner. 2006;49(3):54–55.
Waspodo, dkk.. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri
neonatal Esensial Dasar. Jakarta : Depkes RI.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal
dan     Neonatal.
2002. YBSP : Jakarta.
Aliyah Anna, dkk. 1997, Resusitasi Neonatal, Perkumpulan perinatologi
Indonesia (Perinasia): Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta.
Allen Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan,  EGC :
Jakarta.
Aminullah Asril,1994, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta.
http://www.makalah.my.id/2018/02/makalah-kegawatdaruratan.html

Anda mungkin juga menyukai