FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KESADARAN :
Pengertian kompleks yang dapat didefinisikan
sebagai : kondisi waspada dengan kesiagaan terus
menerus terhadap diri dan lingkungannya.
Cortex
Pengemban kewaspadaan
Penggalak kewaspadaan
ARAS
cerebellum
pons
Medula spinalis
Cortex cerebral
Thalamus
Brain stem
reticular activating
system
Kesadaran:
• Kuantitatif (level of consciousness) : jumlah “input”
susunan saraf pusat menentukan derajat
kesadaran.Pemeriksaan dengan penilaian GCS
• Kualitatif (content of consciousness) : cara
pengolahan “input” itu sehingga menghasilkan pola-
pola “output” susunan saraf pusat menentukan
kualitas kesadaran, contoh: tingkah laku, perasaan
hati, orientasi, jalan pikiran, kecerdasan, daya ingat
kejadian
1. Compos mentis : sadar penuh, orientasi mengenai
diri, waktu dan tempat baik, menjawab dengan
baik dan sesuai.
2. Somnolen : keadaan mengantuk, kesadaran dapat
pulih bila dirangsang dengan stimulus suara,
namun tertidur kembali jika stimulus dihentikan
3. Sopor/stupor:kantuk yang dalam, dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat/nyeri,
namun kesadarannya segera menurun lagi
4. Coma: tidak ada respon terhadap rangsang internal
maupun external meskipun stimulus kuat
• Derajad kesadaran ditentukan oleh banyaknya
neuron penggerak atau neuron pengemban
kewaspadaan yang aktif
• Tinggi atau rendah tingkat kesadaran
bergantung pada seberapa banyak jumlah
neuron yang aktif dan didukung oleh proses
biokimia untuk menjaga kelangsungan
kehidupan neuron tersebut.
Dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1.Gangguan pada ARAS dan kedua hemisfer cerebri.
2.Gangguan pada pusat kognitif, dimana gangguan ini
lebih mempengaruhi fungsi mental, ekspresi,
psikologis, melibatkan sensasi, emosi dan proses
berpikir (confusion, delirium, ilusi, halusinasi)
1. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal atau
lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk (gangguan metabolik,
intoksikasi, infeksi sitemis, hipertermia, epilepsi)
2. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelaianan fokal atau
lateralisasi disertai dengan kakuk kuduk (perdarahan
subarahnoid, meningitis, ensefalitis)
3. Gangguan kesadaran disertai dengan kelainann fokal (tumor
otak, perdarahan intraserebral, infark serebri, abses serebri)
• Suatu keadaan tidak bisa dibangunkan yang sifatnya
tidak berespon (Plum & Poner, 1996)
• Penurunan kesadaran yang paling berat, ditandai
dengan kondisi penurunan kesadaran yang tidak
menghasilkan reaksi sama sekali terhadap
rangsangan dari luar.
• Secara medis mencakup seluruh aspek gejala2
Neurologis dan tanda-tanda EEG
• Disfungsi otak difus : merupakan proses metabolik
atau submikroskopik yang menekan aktivitas
neuronal (ggn metabolik, toksik, kejang, meningitis,
viral encephalitis, hipoksia dll)
• Efek langsung pada batang otak : stroke batang
otak,perdarahan thalamus dan batang otak atas, dan
traumatic injury
• Efek kompresi pada batang otak : tumor, abses,
perdarahan intraserebral, subdural maupun epidural
Patofisiologi Koma:
Orientasi baik 5
Verbal
Bingung 4
Bisa membentuk kata tetapi tdk mampu ucapkan kalimat 3
Mengeluarkan suara yang tidak berarti 2
Tidak ada suara 1
Menurut perintah 6
Motorik
Dapat melokalisir rangsang setempat 5
Menolak rangsang nyeri pada anggota gerak 4
Menjauhi rangsang nyeri (fleksi) 3
Ekstensi spontan 2
Tidak ada gerakan samasekali 1
• Kaku kuduk (Rigiditas Nuchae)
• Test Kernig : penderita posisi berbaring
terlentang, dalam posisi tungkai fleksi di sendi
lutut lalu di fleksikan di sendi panggul
kemudian tungkai bawah kita luruskan /
ekstensikan. Positif (+) jika tungkai
kontralateral fleksi sejenak di sendi panggul
dan lutut
• Test Brudzinski I (neck sign): penderita
berbaring posisi terlentang, satu tangan
diletakkan dibawah kepala pasien dan
difleksikan leher sambil menahan dada
pasien ke bawah. Positif (+) jika secara
refleks timbul fleksi bilateral di sendi panggul
dan lutut.
• Test Brudzinski II (Contralateral leg sign) :
penderita berbaring terlentang, salah satu
tungkainya diangkat (fleksi sendi panggul)
dalam posisi ekstensi pada sendi lutut. Positif
(+) jika timbul gerakan refleks pada tungkai
kontra lateral berupa fleksi di sendi panggul
dan lutut
• Test Brudzinski III (cheek sign): Penderita
posisi berbaring terlantang lalu dilakukan
penekanan di bawah zygomatikus atau pipi
yang akan diikuti dengan refleks fleksi sendi
siku dengan hentakan ke atas dari lengan (an
upward jerking of the arm)
• Test Brudzinski IV (symphysis sign) :
Penderita posisi berbaring terlentang lalu
dilakukan penekanan symphisis pubis. Positif
(+) didapatkan fleksi kedua extremitas
bawah di sendi panggul.
Setiap pasien koma dikelola menurut pedoman:
• Airways : bebaskan jalan nafas cek saturasi
oksigen
• Breathing : beri bantuan nafas
• Circulation : menjaga tekanan darah (MAP 50-150)
• Hentikan kejang jika terjadi kejang
• Periksa keseimbangan cairan pasang kateter
• Pemasangan pipa NGT (nasogastric tube)
• Cari penyebab penurunan kesadaran
Tekanan IntraKranial yang meninggi
– Merupakan kedaruratan neurologis
– Salah satu tandanya adalah gangguan kesadaran
Tatalaksana untuk menghindari kecacatan sekunder
– Perlu memahami mekanismenya
– Dicari penyebabnya
– Lakukan penanganan segera
ETIOLOGI
Neurologis : Non Neurologis :
• Diabetik encephalopati
• Stroke • Asidosis laktat
• Tumor • Hypertensi maligna
• Infeksi • Keracunan karbon
monoksida
• Abses • Sindroma Reye
• Trauma • Gigitan reptil atau serangga
• Trombolisis sinusdural • Obat tetracyclin ,
doxycicline
GEJALA TANDA
• Nyeri kepala • Edema papil
• Muntah proyektil • Kelumpuhan saraf kranial III, VI
• Pengelihatan kabur • Reflek Babinski positif bilateral
• Kejang • Kekakuan ekstrimitas
• Hypertensi
• Disorientasi
• Bradicardi
• kelesuan
• Pernafasan tidak teratur
• Perubahan diameter pupil
• Gangguan kesadaran
Tatalaksana umum
• Mengatur posisi kepala lebih tinggi 15°-30°
• Mengatasi kejang
• Menghilangkan rasa cemas dan gelisah
• Mengatasi nyeri
• Menjaga suhu tubuh < 37,5° C
• Koreksi kelainan metabolik dan elektrolit
• Atasi hipoksia (menghindari metabolisme anaerob
timbunan asam laktat akibat sisa metabolisme asidosis
laktat edema otak dan peninggian TIK)
• Hindari peninggian tekanan abdominal : batuk, mengedan,
suction berlebihan, muntah
Tatalaksana Khusus
• Mengurangi efek masa (pembedahan)
• Mengurangi volume LCS : memasang kateter
intraventrikuler, lumbal punksi, kateter lumbal
• Mengurangi volume darah intraventrikuler
• Mengurangi edema dan volume cairan interstisial :
pemberian manitol (Dosis : 0,5 -1,5 gr/kg BB diguyur
diloading 0,25-0,5 gr/kg BB setiap 4-6 jam)
pemberian jangan melebihi 3 hari.
• Dexamethason digunakan untuk mengurangi edema
pada tumor dan meningitis
• Komplikasi : hipoksia, edema otak, herniasi tentorial,
sepsis, septic shock, bronchopneuminia, stress ulcer
• Koma yang bersifat struktural prognosis bersifat
ad malam, begitu juga dengan insufisiensi batang
otak
• Tanda-tanda prognosis buruk: tidak ada refleks pupil
dan gerak bola mata, tidak ada refleks kornea, atonia
anggota gerak, tidak ada refleks visual, auditori dan
somatosensorik
• The Conference of Medical Royal Colleges
United Kingdom tahun 1976 : bahwa diagnosis
kematian otak ditetapkan sebagai kehilangan
fungsi batang otak secara menyeluruh dan
irreversibel
• Tiga temuan penting dalam kematian otak
adalah koma, tidak adanya refleks batang otak
dan apnea
• Kriteria Harvard
– Tidak bereaksi terhadap stimulus noksius yang
intensif
– Hilangnya kemampuan bernafas spontan
– Hilangnya refleks batang otak dan spinal
– Hilangnya aktivitas postural
– EEG datar (flat)
Pupil 1
Mid-Brain not working
Doll’s head and caloric
induced eye movement 2
Mid-Brain and Pons
not working
Corneal reflex 3
Pons not working
Hal ini ditandai dengan sakit kepala berat, mual, muntah dan
tanda-tanda neurologis fokal yang berhubungan dengan
edema subkortikal, biasanya melibatkan area oksipital,
temporal, parietal dan struktur fossa poterior
Pada Ensefalopati hipertensi dengan papiledema
didapatkan bukti adanya disfungsi otak difus seperti
sakit kepala berat, muntah, penglihatan kabur, kejang
dan koma.
Kejang adalah gejala yang paling umum, terutama
pada bayi dan anak-anak kecil dengan hipertensi
ensefalopati
Esefalopati diabetik adalah malfungsi otak
akibat diabetes melitus, baik kondisi
hipoglikemik maupun hiperglikemik.
Komplikasi ini dapat berupa gangguan
memori, demensia, kejang, koma atau
kematian.
Kunci pengobatan ensefalopati apapun adalah
memahami penyebab dasar dan selanjutnya
merancang skema pengobatan untuk mengurangi
atau menghilangkan penyebab dan mengurangi
gejala/ keluhan.
Ada satu jenis ensefalopati yang sulit atau tidak
mungkin untuk diobati; yaitu ensefalopati statis
(terjadi perubahan status mental atau kerusakan
otak yang permanen).