A. Farmakologis
a) Beta blockers
- Mekanisme kerjanya adalah dengan menginhibisi efek
adrenergic.
- Indikasi penggunaan ialah untuk mengontrol symptoms,
merupakan terapi pilihan pada tiroiditis, merupakan 1st line
terapi sebelum tindakan pembedahan, iodine radioaktif, dan
obat anti tiroid, serta dapat digunakan sebagai terapi jangka
pendek dalam kehamilan.
- Kontraindikasi dan komplikasi : amati penggunaan pada pasien
lansia dan pasien dengan riwayat penyakit jantung, PPOK, atau
asma.
Berdasarkan penelitian American Thyroid Association, maka
direkomendasikan untuk memberikan terapi beta-blocker pada pasien
lansia dengan tirotoksikosis atau pada pasien tirotoksik dengan resting
heart rate lebih dari 90 bpm atau dengan riwayat penyakit
kardiovaskular. Selain itu, pemberian beta blocker direkomendasikan
pada seluruh pasien dengan tirotoksikosis simptomatis.
b) Iodida
- Memblok konversi T4 menjadi T3 dan menginhibisi sekresi
hormone
- Indikasinya adalah menurunkan secara cepat kadar hormone
tiroid, merupakan obat yang dapat digunakan pada preoperative
ketika medikasilain tidak infektif atau terdapat kontraindikasi,
dapat digunakan selama masa kehamilan jika obat anti-tiroid
lain tidak dapat ditoleransi, dapat digunakan bersama obat anti-
tiroid untuk terapi amiodarone-induced hypertiroidism.
- Kontraindikasi dan komplikasi: peningkatan pelepasan
hormone dengan penggunaan yang memanjang, efek samping
yang sering dijumpai antara lain konjungtivitis, acneform rash,
sialadenitis.
c) Obat Antitiroid
- Mekanisme : PTU dapat memblok konversi T4 menjadi T3
dalam jumlah besar di perifer.
- Indikasi : merupakan 1st line terapi jangka panjang pada
Grave’s disease (di Eropa, Jepang, dan Australia), PTU
merupakan pilihan terapi pada pasien hamil dengan Grave’s
disease berat; merupakan pilihan terapi Grave’s disease pada
anak dan dewasa yang menolak menjalani terapi radioaktif
iodine; pretreatment pada lansia pasien dengan penyakit
jantung sebelum pembedahan atau menjalani terapi radioaktif;
dapat digunakan selama menyusui.
- Kontraindikasi : angka kekambuhan sangat tinggi, terutama
pada perokok, pasien dengan ukuran goiter yang besar, dan
pasien dengan thyroid-stimulating antibody level pada
pengobatan fase lanjut. Efek samping yang sering muncul
antara lain polyarthritis (1-2%), agranulositosis (0.1-0.5%),
PTU dapat menyebabkan peningkatan enzim transaminase
(30%), dan hepatitis imunoalergik (0.1-0.2%), methimazole
dapat menyebabkan cholestasis dan abnormalitas kongenital,
namun jarang. Efek samping minor (<5%) adalah rash, demam,
efek gastrointestinal, dan arthralgia.
d) Radioaktif
- Mekanisme : terkonsentrasi pada kelenjar tiroid dan
menghancurkan jaringan tiroid
- Indikasi : memiliki high cure rates pada terapi single-dose
(80%), merupakan terapi pilihan pada Grave’s disease di US,
multinodular goiter, nodul toksik, dan pasien dengan usia > 40
tahun, serta pada pasien yang mengalami relapse dengan terapi
obat antitiroid.
- Kontraindikasi : pasien hamil atau sedang menyusui, dapat
menyebabkan suara serak, flushing, dan penurunan
pengecapan, serta radiation thyroiditis (1%), dapat
menimbulkan eksaserbasi Grave’s ophthalmopathy.
Membutuhkan pre-terapi dengan menggunakan obat anti-tiroid
pada pasien dengan riwayat sakit jantung.
e) Pembedahan (Subtotal Tiroidektomi)
- Mekanisme : mengurangi massa tiroid
- Indikasi : terapi pilihan pada pasien hamil dan anak-anak
dengan yang timbul efek samping dalam penggunaan obat anti
tiroid, nodul toksik pada pasien dengan usia < 40 tahun, dan
goiter yang besar dengan gejala hebat. Dapat menjadi pilihan
pada pasien yang menolak terapi radioaktif, atau gagal dalam
menjalani terapi anti-tiroid, serta dapat dilakukan dengan
indikasi kosmetik.
- Komplikasi dan kontraindikasi : risiko hipotiroid (25%),
relapse hipertiroid (8%), hipoparatiroid temporer atau
permanen, paralisis laring (<1%), morbiditas lebih tinggi.
Kondisi pasien pre-operatif diharuskan mencapai kondisi
eutiroid, sehingga membutuhkan pre-terapi dengan obat anti-
tiroid dan iodide untuk menghindari terjadinya krisis tirotoksis.
B. Nonfarmakologis
Pada terapi nonfarmakologi, penderita hipertiroid dapat diedukasi
untuk diet tinggi kalori dengan memberikan kalori 2600-3000 kalori per
hari baik dari makanan main dari suplemen, konsumsi protein tinggi 100-
125 gr (2,5 gr/kg BB) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein
jaringan seperti susu dan telur, olah raga teratur, serta mengurangi rokok,
alkohol, dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme.
Referensi :
1. Jeri R Reid dan Stephen Wheeler. 2005. Hyperthyroidism :
Diagnosis and Treatment. American Family Physician Vol 72,
number 4; August 15,2005
2. Rebecca S Bahn, et al. 2011. Hypertiroidism and Other Causes Of
Thyrotoxicosis Management Guidelines of The American Thyroid
Association and American Association of Clinical Endocrinology.
Hyperthyroidism Management Guidelines, Endocr Pract, May 24,
2011; 17 (No.3)