Disusun Oleh :
Nama : SUNARTI
NIM : 813811387
Masa Ujian : 2009.1
Pokjar : Winong
Disusun Oleh :
Nama : SUNARTI
NIM : 813811387
Masa Ujian : 2009.1
Pokjar : Winong
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan pemantapan Kemampuan Profesional
melalui Penelitian Tindakan Kelas untuk mata pelajaran IPA Kelas IV dan mata
pelajaran IPS kelas IV dapat terselesaikan.
Laporan ini penulis susun jauh dari sempurna, sudah barang tentu banyak
kekurangan, dan banyak mengalami kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan,
motivasi dari berbagai pihak akhirnya dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kepala UPBJJ-UT Semarang yang telah berkenan memberi
kesempatan membuka Program S1 PGSD di Kabupaten Pati.
2. Dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan
waktunya untuk membimbing penyusunan laporan ini.
3. Kepala Sekolah Dasar Negeri Sumbermulyo 03 yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian sebagai bahan penyusunan
laporan ini.
4. Teman sejawat yang telah berkenan menjadi observer dalam
pelaksanaan penelitian ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang ikut membantu dan mendorong terselesaikannya penyusun laporan ini.
Walaupun laporan ini telah penulis susun dengan segala usaha dan
kemampuan yang ada pada penulis untuk menghasilkan laporan yang baik, namun
penulis menyadari sedalam-dalamnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangan
dan kekeliruan di luar kemampuan penulis.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan dengan segala kerendahan hati
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat positif. Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas semua kebaikan kepada kita semua,
Amin. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pati, 30 Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
B. Analisa Masalah
Melalui diskusi dengan teman sejawat dan dosen pembimbing terungkap
bahwa ketidakberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran disebabkan
beberapa faktor diantaranya sebagai berikut :
a. Guru kurang tepat memilih metode. Dalam PTK ini menggunakan
metode percobaan. Karena dengan melakukan percobaan siswa dapat
menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan akan lebih
bermakna, berguna dan mudah diingat oleh siswa.
b. Guru tidak menggunakan alat peraga sehingga penjelasan abstrak,
anak sulit menerima dan sulit memahami.
c. Guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran.
d. Guru kurang memotivasi siswa.
e. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang menjadikan penyebab
ketidakberhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran IPA tentang
perubahan kenampakan bumi maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimana Penerapan Metode Percobaan dapat
Meningkatkan Kemampuan Siswa memahami Perubahan Kenampakan Bumi
Terhadap Siswa Kelas IV di SD Negeri Mintorahayu 01 Kecamatan Winong
Kabupaten Pati?
2. Apakah Penerapan Metode Percobaan untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa memahami Perubahan Kenampakan Bumi Terhadap
Siswa Kelas IV di SD Negeri Mintorahayu 01 Kecamatan Winong
Kabupaten Pati?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai peneliti dalam kegiatan perbaikan
pembelajaran, yang juga merupakan pengalaman peneliti sebagai guru di SD
adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan dampak penggunaan metode percobaan dalam
upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam materi perubahan
kenampakan bumi.
b. Menganalisa dampak strategi pembelajaran terhadap hasil
pembelajaran.
c. Mendeskripsikan penggunaan media di sekitar siswa dalam upaya
pemahaman materi perubahan kenampakan bumi.
d. Memenuhi tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional pada program S1 PGSD.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas ini antara lain :
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan tingkat penguasaan materi.
b. Mengembangkan kreativitas siswa.
c. Menghilangkan pengetahuan siswa yang
bersifat verbalisme.
2. Bagi guru
a. Dapat memperbaiki pembelajaran yang
dikelolamya.
b. Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Bagi peneliti sendiri akan bermanfaat untuk
bekal dalam mengajar, juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan melalui kegiatan penelitian
3. Bagi sekolah
a. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
proses pembelajaran sehngga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
b. Sebagai referensi terhadap sesama rekan guru
untuk menyelesaikan masalah pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain.
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu
tentang "discovery" yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri.
Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-
penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut "kurikulum spiral
kurikulum". Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi
materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang
kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat
muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang siswa belajar dengan cara
menemukan struktur konsep-konsep yang dipelajari. Siswa membentuk
konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan
perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa
menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang
lama melalui pembelajaran penemuan.
Belajar Penemuan
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari
Jerome Bruner(dalam Udin S Winata Putra, dkk, 2007:3.18) yang dikenal
dengan nama belajar penemuan {discovery learning). Bruner menganggap
bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka
untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan. Diantaranya adalah:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama
dapat diingat.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek
transfer yang lebih baik.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Asumsi umum tentang teori belajar kognitif : a. Bahwa pembelajaran
baru berasal dari proses pembelajaran sebelumnya. b. Belajar melibatkan adanya
proses mformasi (active learning), c.Pemaknaan berdasarkan hubungan. d.Proses
kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif
ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang
telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan
Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang
berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang
memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menumt Ausubel, konsep tersebut
dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman
belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual,
yaitu:
1. Enactive, dimana seorang peserta didik
belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek, siswa melakukan
aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami lingkungan.
2. Iconic, dimana belajar terjadi melalui
penggunaan model dan gambar
3. symbolic yang mendeskripsikan
kapasitas dalam berfikir abstrak, siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak
yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilkukan dengan
pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini samakin
dominan.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah
ditunggu sampai siswa mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting
bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan pada siswa.
Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan
jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap
perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini
adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif
kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas (Burner, Ausubel, dan Gagne),
temyata teori kognitif melibatkan hal-hal mental atau pemikiran seseorang
individu. Teori ini ada kaitan dengan ingatan jangka pendek dan ingatan jangka
panjang. Sesuatu pengetahuan yang diperolehi melalui pengalaman atau
pendidikan formal akan disimpan dan disusun melalui proses pengumpulan
pengetahuan supaya dapat digunakan kemudian.
Penerapan model Kognitif dalam Pembelajaran :
Belajar Karakteristik Teori Penerapan dalam Pembelajaran
Kognitif Model ini sangat 1. Menentukan tujuan-tujuan
Bruner membebaskan peserta instruksional
didik untuk belajar 2. Memilih materi pelajaran
sendiri. Teori
ini 3. Menentukan topik-topik yang akan
mengarahkan peserta dipelajari peserta didik dipeserta
didik untuk belajar didik.
secara discovery
4. Mencari contoh-contoh, tugas,
learning.
ilustrasi dan sebagainya yang dapat
digunakan peserta didik untuk bahan
belajar.
5. Mengatur topik peserta didik dari
konsep yang paling kongkrit ke yang
abstrak, dari yang sederhana ke
kompleks
6. Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
Bermakna Dalam aplikasinya 1. Menentukan tujuan-tujuan
Ausubel menuntut peserta instruksional.
didik belajar secara 2. Mengukur kesiapan peserta
deduktif (dari umum didik (minat, kemampuan, struktur
ke khusus) dan lebih kognitif)baik melalui tes awal,
mementingkan aspek interview, pertanyaan dll.
struktur kognitif 3. Memilih materi pelajaran dan
peserta didik mengaturnya dalam bentuk penyajian
konsep-konsep kunci
4. Mengidentifikasikan prinsip-
prinsip yang harus dikuasai peserta
didik dari materi tersebut.
5. Menyajikan suatu pandangan
secara menyelurh tentang apa yang
harus dikuasai peserta didik.
6. Membuat dan menggunakan
"advanced organizer" paling tidak
dengan cara membuat rangkuman
terhadap materi yang baru disajikan,
dilengkapi dengan uraian singkat
yang menunjukkan relevansi
(keterkaiatan) materi yang sudah
diberikan dengan yang akan
diberikan
7. Mengajar peserta didik untuk
memahami konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang sudah
ditentukan dengan memberi fokus
pada hubungan yang terjalin antara
konsep yang ada
8. Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
Peranan Guru
Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan
adalah:
a. Merencanakan
pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-
masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b. Menyajikan materi
pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang
berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengn pengalaman siswa.
Akibatnya timbulah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang
berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para
siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan
mencoba menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah itu.
c. Guru harus
menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah
melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan
(learning by doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal.
Pengetahuan disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu
konsep. Simbolik adalah menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
d. Bila siswa
memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru
hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan
yang akan dipelajan, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila
diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru hendaknya memberikan umpan
balik pada waktu yang tepat.
e. Menilai hasil belajar
merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar
belajar penemuan ialah mempelajarai generalisasi-generalisasi dengan
menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di lapangan, penilaian hasil
belajar penemuan meliputi pemahaman tentang konsep dasar, dan
kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situasi baru dan
situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.
Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses
pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan
pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar
dan penerapannya pada situasi yang baru.
A. Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri Sumbermulyo 03
Kecamatan Winong, Kabupaten Pati pada mata pelajaran IPA kelas IV Semester
II.
SD Negeri Sumbermulyo 03 berada di sebuah desa yang jauh dari pusat
keramaian kota dan masyarakatnya hidup didaerah perantauan sehingga siswa
tidak diawasi langsung oleh orang tuanya sendiri. Sebagian besar siswanya
berasal dari masyarakat tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Adapun rencana pelaksanaan penelitian seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Tabel 4.1. Hasil tes formatif Mata Pelajaran IPA Pra Siklus
ANALISIS HASIL
ANALISIS PER BUTIR
PENILAIAN
SOAL
No NAMA ANAK KETUNTASAN
Nilai BELAJAR Nomor Soal
Tuntas Belum 1 2 3 4 5 6
1. Dewi Haryanti 80 + + + + + -
2. Fauzi Teguh P 40 X + + + + - -
3. Linda Siti Sugiati 70 X + + + + - -
4. Puji Tri Sutrisno 50 X + + + + - -
5. Widi Nugroho 60 X + + + + - -
6. Wahyu Rizki Putra 60 X + + - + + -
7. Anisa Nurul H 90 + + + + + +
8. Aprilia Maharani 40 X + + + + - -
9. Joko Umbaran 60 X + + - + + -
No NAMA ANAK ANALISIS HASIL
ANALISIS PER BUTIR
PENILAIAN
Nilai KETUNTASAN SOAL
BELAJAR Nomor Soal
Tuntas Belum 1 2 3 4 5 6
10. Moch. Taufik h 80 + + + + - +
11. Seh. Alif Sobri 50 X + + + + - -
12. Ulya Haryanti 60 X + + - + + -
13. Yunia Elvi Yanti 60 X + + + + - -
14. Ita Indah Wati 80 + + + + - +
15. Afif Irfan Maulana 40 X + + + + - -
Jumlah 920 4 11
Jumlah nomor benar 15 15 12 15 5 3
Jumlah nomor salah 0 0 3 0 10 12
Presentase (%) benar 100 100 80 100 33 20
Berdasarkan data diatas dapat penulis ubah dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.2. Analisis Nilai Pembelajaran Pra Siklus
No Nilai Siswa Banyaknya Siswa Nilai x Banyaknya Siswa
1. 100 - -
2. 90 1 90
3. 80 3 240
4. 70 1 70
5. 60 5 300
6. 50 2 100
7. 40 3 120
8. 30 - -
9. 20 - -
10
10 - -
.
JUMLAH 15 920
Nilai rata-rata : 61,33
Nilai tertinggi : 90
Nilai terendah : 40
Tingkat ketuntasan : 26, 67%
Belum Tuntas : 73, 33%
Diagram 4.1. Hasil Tes Formatif IPA Pra Siklus
Melihat diagram diatas, dapat diketahui bahwa yang mendapat nilai
40 ada 3 siswa, nilai 50 ada 2 siswa, nilai 60 ada 5 siswa, 70 ada 1 siswa,
nilai 80 ada 3 siswa, nilai 90 ada 1 siswa. Siswa yang tuntas ada 4 siswa
dari 15 siswa (26,67%). Sedangkan siswa yang belum tuntas ada 11 siswa
dari 15 siswa (73,33%). Karena pada pembelajaran Pra siklus siswa yang
tuntas kurang dari 75% maka dilanjutkan ke siklus I.
2. Pembelajaran Siklus I
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 13 Januari 2009 dengan obyek siswa kelas IV semester II SD
Negeri Sumbermulyo 03 Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Dengan
dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti
melaksanakan sesuai rencana. Skenario pembelajaran berlangsung
dengan baik. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil
belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil perbaikan
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut :
3. Pembelajaran Siklus II
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 20 Januari 2009 dengan obyek siswa kelas IV semester II SD
Negeri Sumbermulyo 03 Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Dengan
dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti
melaksanakan sesuai rencana. Skenario pembelajaran berlangsung dengan
baik. Pad akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar
untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil perbaikan pembelajaran
siklus II adalah sebagai berikut :
Banyak Siswa
Rata- Nilai Nilai Tingkat
Siklus Belum
Tuntas rata Tertinggi Terendah Ketuntasan
Tuntas
Pra Siklus 4 11 61,33 90 40 26,67%
Apabila ketuntasan haisl belajar Mata Pelajaran IPA dari Pra Siklus sampai
siklus II disajikan dalam bentuk diagram, maka akan terlihat seperti di bawah
ini :
2. Siklus I
Pada perbaikan pembelajaran Siklus I dengan memperbanyak alat
peraga sehingga anak lebih tertarik pada materi. Hasil evaluasi yang
diperoleh dari 15 siswa ada 9 siswa atau 60% siswa yang tuntas belajar,
sedangkan 6 siswa atau 40% belum tuntas belajar. Nilai rata-rata yang
diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus I dibandingkan sebelum
perbaikan pembelajaran nilai rata-rata hanya 61,33.
Dari temuan teman sejawat berdasarkan observasi pada siklus I masih
terdapat kekurangan sebagai berikut :
a). Belum ada kerja sama dalam kelompok.
b). Alat peraga belum digunakan secara maksimal.
c). Situasi pada saat pembelajaran belum
kondusif.
d). Penggunaan metode kurang sesuai dengan
materi.
Dengan masih adanya siswa yang gagal dalam perbaikan
pembelajaran siklus I, maka peneliyi masih perlu melaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus II.
3. Siklus II
Pada perbaikan pembelajaran siklus II menggunakan metode
percobaan. Dalam metode percobaan melibatkan seluruh siswa untuk terlibat
langsung dalam pembelajaran, sehingga materi pelajaran akan lebih tahan
lama. Menurut Kolb dalam Suciati (2005 : 42) belajar melalui pengalaman
menekankan pada hubungan yang harmonis antara belajar, bekerja, serta
aktivitas kehidupan dengan pengetahuan itu sendiri.
Peneliti memperoleh hasil pada perbaikan pembelajaran siklus II
dari 15 siswa ada 13 siswa atau 86,67% siswa yang tuntas belajar, sedangkan
2 siswa atau 13,33% siswa yang belum tuntas belajar. Nilai rata-rata juga ada
peningkatan yaitu 83,33. Pada siklus II tingkat ketuntasan belajar siswa
sudah sesuai dengan yang diharapkan. Dari 15 siswa tingkat ketuntasan
mencapai 86,67%, untuk itu peneliti tidak melakukan perbaikan
pembelajaran siklus selanjutnya. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat pada
grafik sebagai berikut di bawah ini :
A. Kesimpulan
Setelah peneliti melaksanakan proses perbaikan pembelajaran IPA melalui
perbaikan pembelajaran siklus I dan perbaikan pembelajaran siklus II dan
diskusi teman sejawat, penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :
a. Metode percobaan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam
penguasaan materi pelajaran.
b. Metode percobaan menekankan pada pembelajaran pengalaman
langsung, sehingga ilmu yang didapat tahan lebih lama dan tidak cepat
hilang.
c. Prosentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang
signifikan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran.
Penerapan teori Bruner melalui metode percobaan pada materi perubahan
kenampakan bumi dapat mengurangi verbalisme pada anak. Agar penanaman
konsep pada anak tepat pada sasaran perlu dilakukan langkah-langkah dalam
percobaan sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan percobaan
b. Guru memberi petunjuk yang jelas dalam melakukan percobaan.
c. Siswa melakukan percobaan
d. Siswa mencatat dari apa yang diamati
e. Membuat kesimpulan
f. Penerapan
Hasil yang diperoleh siswa pada materi Perubahan Kenampakan Bumi
dengan menggunakan metode percobaan hasilnya memuaskan, yaitu :
a. Pada tahap pembelajaran pra siklus ketuntasan mencapai 26,67%.
b. Pada tahap pembelajaran siklus I ketuntasan mencapai 60,00%
c. Pada tahap pembelajaran siklus II ketuntasan mencapai 86,67%
Hal ini menunjukkan bahwa pada materi perubahan kenampakan bumi
menggunakan metode percobaan lebih tepat.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Dari berbagai kesimpulan diatas, beberapa tindakan yang sebaiknya
dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan ketuntasan belajar siswa adalah
sebagai berikut :
a. Guru seyogyanya memperdayakan media
pembelajaran yang ada sehingga pembelajaran tidak membosankan dan
verbalisme tetapi mudah dipahami dan menyenangkan.
b. Dalam mengajar IPA khususnya materi perubahan
kenampakan bumi kelas IV semester II, lebih tepat menggunakan metode
percobaan.
c. Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dalam pembelajaran sehingga siswa dapat belajar lebih secara
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Nono Sutarno, M.Pd, dkk ( 2008) Materi dan Pembelajaran IPA SD, Jakarta :
Universitas Terbuka.
Max Darsono, Prop (2000) Belajar dan Pembelajaran, Semarang : IKIP Semarang
Press.
Udin S. Winata Putra, dkk (2007) Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta :
Universitas Terbuka.
Udin S. Winata Putra, dkk (2003), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas
Terbuka.
SURAT PERNYATAAN
Nama : Sunarti
NIM : 813811387
UPBJJ UT : Semarang
Menyatakan bahwa :
Kepada
Kepala UPBJJ Semarang
Di Semarang
Nama : Sunarti
NIM : 813811387
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SD Negeri Sumbermulyo 03
Alamat Sekolah : Desa Sumbermulyo, Kec. Winong, Kab. Pati
Telepon :-
.
Pati, 5 Januari 2009
Mengetahui Teman Sejawat
Kepala Sekolah
Kusniati Sunarti
NIP. 130290220 NIP. 813811387
Lampiran 3
SILABUS PEMBELAJARAN