Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

PERBAIKAN PEMBELAJARAN MELALUI


PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI KELAS IV SEMESTER 2
SDN SUMBERMULYO 03 KECAMATAN WINONG
KABUPATEN PATI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan


Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
Pada Program S1 PGSD UT

Disusun Oleh :

Nama : SUNARTI
NIM : 813811387
Masa Ujian : 2009.1
Pokjar : Winong

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ SEMARANG
2009
PENERAPAN TEORI BRUNER UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SUMBERMULYO 03
KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI

Disusun Oleh :

Nama : SUNARTI
NIM : 813811387
Masa Ujian : 2009.1
Pokjar : Winong

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ SEMARANG
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan pemantapan Kemampuan Profesional
melalui Penelitian Tindakan Kelas untuk mata pelajaran IPA Kelas IV dan mata
pelajaran IPS kelas IV dapat terselesaikan.
Laporan ini penulis susun jauh dari sempurna, sudah barang tentu banyak
kekurangan, dan banyak mengalami kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan,
motivasi dari berbagai pihak akhirnya dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kepala UPBJJ-UT Semarang yang telah berkenan memberi
kesempatan membuka Program S1 PGSD di Kabupaten Pati.
2. Dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan
waktunya untuk membimbing penyusunan laporan ini.
3. Kepala Sekolah Dasar Negeri Sumbermulyo 03 yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian sebagai bahan penyusunan
laporan ini.
4. Teman sejawat yang telah berkenan menjadi observer dalam
pelaksanaan penelitian ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang ikut membantu dan mendorong terselesaikannya penyusun laporan ini.
Walaupun laporan ini telah penulis susun dengan segala usaha dan
kemampuan yang ada pada penulis untuk menghasilkan laporan yang baik, namun
penulis menyadari sedalam-dalamnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangan
dan kekeliruan di luar kemampuan penulis.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan dengan segala kerendahan hati
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat positif. Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas semua kebaikan kepada kita semua,
Amin. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pati, 30 Mei 2009

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i


HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………… 2
C. Analisis Masalah …………………………………………. 2
D. Rumusan Masalah ……………………………………….. 3
E. Tujuan Penelitian ………………………………………… 3
F. Manfaat Penelitian ………………………………………. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Bruner dan Teorinya ……………………......................... 5
B. Ciri Khas Pembelajaran Menurut Bruner ………………... 7
C. Belajar Penemuan ………………………………………... 10
D. Penerapan dalam Pembelajaran IPA …………………….. 13
E. Perubahan Kenampakan Bumi …………………………… 15
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian ………………………………………… 17
B. Deskripsi Per Siklus …………………………………….. 17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus ……………………………………... 24
B. Pembahasan dari Per Siklus ……………………………… 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………. 36
B. Saran dan Tindak Lanjut …………………………………. 37
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 38
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 SURAT PERNYATAAN …………………………………… 39
Lampiran 2 FORMAT KESEDIAAN TEMAN SEJAWAT ……………. 40
Lampiran 3 SILABUS …………………………………………………… 41
Lampiran 4 RENCANA PEMBELAJARAN
4.1. RENCANA PEMBELAJARAN AWAL …………………… 42
4.2. RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS I…. 54
4.3. RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS II… 68
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. JADWAL RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN ……………………………………….. 17
Tabel 4.1 HASIL TES FORMATIF MATA PELAJARAN IPA PRA
SIKLUS …………………………………………………… 24
Tabel 4.2 ANALISIS NILAI PEMBELAJARAN IPA PRA SIKLUS 25
Tabel 4.3 HASIL TES FORMATIF MATA PELAJARAN IPA 27
SIKLUS I ………………………………………………….
Tabel 4.4 ANALISIS NILAI PEMBELAJARAN IPA SIKLUS I 28
Tabel 4.5 HASIL TES FORMATIF MATA PELAJARAN IPA
SIKLUS II ………………………………………………… 29
Tabel 4.6 ANALISIS NILAI PEMBELAJARAN IPA SIKLUS II …. 30
Tabel 4.7 HASIL TES FORMATIF MATA PELAJARAN IPA
DARI PRA SIKLUS SAMPAI SIKLUS II ………………. 32
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 HASIL TES FORMATIF IPA PRA SIKLUS ……………. 26
Diagram 4.2 HASIL TES FORMATIF IPA SIKLUS I ………………… 28
Diagram 4.3 HASIL TES FORMATIF IPA SIKLUS II ……………….. 31
Diagram 4.4 PENINGKATAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR
DARI PRA SIKLUS SAMPAI SIKLUS II ……………….. 32
Diagram 4.5 TINGKAT KETUNTASAN BELAJAR PRA SIKLUS,
SIKLUS I DAN SIKLUS II ………………………………. 34

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan
masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Tetapi pada kenyataanya Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dianggap sulit. Materi pelajaran IPA pada
umumnya adalah menghafal istilah-istilah yang pada umumnya jarang di
sekitarnya, sehingga jarang dikenal siswa. Tahun Pelajaran 2008/2009 Semester
I Mata Pelajaran IPA nilai rata-rata 65.
Lebih khusus lagi dapat peneliti lihat pada hasil tes formatif Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV Semester II dengan materi
perubahan kenampakan bumi, dari 15 siswa hanya 4 siswa yang mencapai target
ketuntasan belajar atau mendapat nilai 75 ke atas, sedangkan 11 siswa belum
mencapai target ketuntasan belajar dan hasilnyapun belum memuaskan.
Sekolah Dasar Negeri Sumbermulyo 03 berada di sebuah desa yang jauh
dari pusat keramaian kota dan masyarakatnya hidup di daerah perantauan
sehingga siswa tidak diawasi langsung oleh orang tuanya sendiri.
Melihat hasil yang diperoleh siswa menunjukkan rendahnya tingkat
penguasaan siswa terhadap materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Maka
peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas. Dalam Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Karena dalam pembelajaran awal hasil formatif belum mencapai KKM, siswa
yang tuntas belum mencapai 75%. Dari analisis butir soal dan masukan
teman sejawat maka pembelajaran dilanjutkan ke siklus I. Karena dalam
pembelajaran siklus I hasil formatif belum mencapai KKM, siswa yang tuntas
belum 75%. Dari analisis butir soal dan masukan teman sejawat maka
pembelajaran dilanjutkan ke siklus II. Dengan tujuan supaya penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran IPA lebih meningkat. Di samping untuk
memperbaiki pembelajaran ini juga ditujukan untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional pada S1 PGSD
A. Identifikasi Masalah.
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran IPA dengan materi perubahan
kenampakan bumi di kelas IV Semester II, ternyata guru mengalami beberapa
masalah yang sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa dalam memahami
materi ini. Hal ini terlihat pada hasil tes formatif siswa sebagian besar belum
mencapai target ketuntasan. Dari 12 siswa hanya 3 siswa yang mencapai target
ketuntasan belajar, sedangkan 9 siswa belum mencapai hasil yang memuaskan.
Selama pelajaran berlangsung siswa terkesan tidak memperhatikan
penjelasan guru, memperhatikan suasana di luar kelas ataupun melamun. Pada
saat guru melontarkan pertanyaan, siswa tidak merespon dengan jawaban yang
diharapkan guru.
Dari hasil tersebut peneliti meminta bantuan teman sejawat dan dosen
pembimbing untuk mengatasi kekurangan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari
hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran
antara lain:
a. Siswa kurang mendalami materi pemrubahan
kenampakan bumi.
b. Siswa kurang tertarik pada pelajaran IPA.
c. Siswa tampak pasif karenai guru aktif sendiri dalam
pembelajaran.
d. Siswa tidak merespon pertanyaan yang diberikan guru.
e. Siswa tidak berani bertanya walaupun kurang jelas pada
materi yang diajarkan.

B. Analisa Masalah
Melalui diskusi dengan teman sejawat dan dosen pembimbing terungkap
bahwa ketidakberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran disebabkan
beberapa faktor diantaranya sebagai berikut :
a. Guru kurang tepat memilih metode. Dalam PTK ini menggunakan
metode percobaan. Karena dengan melakukan percobaan siswa dapat
menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan akan lebih
bermakna, berguna dan mudah diingat oleh siswa.
b. Guru tidak menggunakan alat peraga sehingga penjelasan abstrak,
anak sulit menerima dan sulit memahami.
c. Guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran.
d. Guru kurang memotivasi siswa.
e. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang menjadikan penyebab
ketidakberhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran IPA tentang
perubahan kenampakan bumi maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimana Penerapan Metode Percobaan dapat
Meningkatkan Kemampuan Siswa memahami Perubahan Kenampakan Bumi
Terhadap Siswa Kelas IV di SD Negeri Mintorahayu 01 Kecamatan Winong
Kabupaten Pati?
2. Apakah Penerapan Metode Percobaan untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa memahami Perubahan Kenampakan Bumi Terhadap
Siswa Kelas IV di SD Negeri Mintorahayu 01 Kecamatan Winong
Kabupaten Pati?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai peneliti dalam kegiatan perbaikan
pembelajaran, yang juga merupakan pengalaman peneliti sebagai guru di SD
adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan dampak penggunaan metode percobaan dalam
upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam materi perubahan
kenampakan bumi.
b. Menganalisa dampak strategi pembelajaran terhadap hasil
pembelajaran.
c. Mendeskripsikan penggunaan media di sekitar siswa dalam upaya
pemahaman materi perubahan kenampakan bumi.
d. Memenuhi tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional pada program S1 PGSD.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas ini antara lain :
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan tingkat penguasaan materi.
b. Mengembangkan kreativitas siswa.
c. Menghilangkan pengetahuan siswa yang
bersifat verbalisme.
2. Bagi guru
a. Dapat memperbaiki pembelajaran yang
dikelolamya.
b. Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Bagi peneliti sendiri akan bermanfaat untuk
bekal dalam mengajar, juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan melalui kegiatan penelitian
3. Bagi sekolah
a. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
proses pembelajaran sehngga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
b. Sebagai referensi terhadap sesama rekan guru
untuk menyelesaikan masalah pembelajaran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Bruner dan Teorinya


Jerome Bruner (dalam Slameto:1995;97) dilahirkan pada tahun 1915.
Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak membantu
dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah
pendidikan. Bruner sependapat dengan Piaget bhawa perkembangan kognitif
anak-anak adalah melalui tingkatan-tingkatan tertentu. Walau demikian,
Bruner lebih menegaskan pembelajaran secara penemuan yaitu mengolah apa
yang diketahui siswa itu kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada
prinsip konstruktivisme).
Bruner bertugas sebagai profesor psikologi di Universitas Harvard di
Amerika Serikat dan dilantik sebagi konsultan di Pusat Pengajaran Kognitif
dan tahun 1961 sampai 1972, dan memegang peranan penting dalam struktur
Projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu, Bruner menjadi seorang
profesor Psikologi di Universitas Oxford di England.
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli
psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah ekletik.
Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi,
belajar dan berfikir. Dasar pemikiran teorinya, memandang, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner berpendapat, bahwa belajar itu meliputi tiga proses
kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar
yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua
prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model
mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu disesuaikan pada
kebutuhan bagi orang itu.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang
ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respon dari sifat
stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang
menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu “sistem simpanan” yang
sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan
kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada
orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan
lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan
meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan
masalah.
Bruner berpendapat bahwa seorang siswa belajar dengan cara menemukan
struktur konsep-konsep yang dipelajari. Siswa membentuk konsep dengan
mengelompokkan benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan.
Selain itu, pengajaran didasarkan kepada stimulus siswa terhadap konsep itu
dengan pengetahuan yang ada. Misalnya, siswa membentuk konsep segiempat
dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk
bersisi empat ke dalam kategori segiempat dan memasukkan bentuk-bentuk
bersisi tiga ke dalam kategori segitiga.
Dalam teori belajamya Jerome Burner berpendapat bahwa kegiatan belajar
akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan
atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap.
Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh
pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap
memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta
ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal
yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi
pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

Ciri Khas Pembelajaran Menurut Bruner


1. Empat Tema tentang Pendidikan
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan.
Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk
untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan,
dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner
kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih
sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-
ketrampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.
Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-
formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui
apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak.
Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar
dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

2. Model dan Kategori


Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi.
Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu
proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin
bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif,
perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu
sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya
dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang
disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the
world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap
model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari
lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang
mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun
suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.

3. Belajar Sebagai Proses Kognitif


Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh
informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan Bruner (dalam Udin S, Winata Putra, dkk,2007:3.13).
Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi
sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat
sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang
dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang
mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi,
transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah
dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem
keterampilan untuk menyatakan kemampuanny secara sempuma. Ketiga
sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of
presentation) oleh Bruner. Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan
cara simbolik.
Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif.
Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa
menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian
kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya
seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan
disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep,
tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu.
Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian
simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan
proposisi atau pemyataan daripada objek-objek, memberikan struktur
hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-
kemungkinan altematif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran
penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan
"prinsip-prinsip" timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan
jungkat-jungkit. la tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus
duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan
timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran.
"Bayangan" timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku
pelajaran. Akhimya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan
bahasa tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara
matematik dengan menggunakan Hukum Newton tentang momen.

4. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain.
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu
tentang "discovery" yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri.
Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-
penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut "kurikulum spiral
kurikulum". Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi
materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang
kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat
muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang siswa belajar dengan cara
menemukan struktur konsep-konsep yang dipelajari. Siswa membentuk
konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan
perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa
menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang
lama melalui pembelajaran penemuan.

Belajar Penemuan
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari
Jerome Bruner(dalam Udin S Winata Putra, dkk, 2007:3.18) yang dikenal
dengan nama belajar penemuan {discovery learning). Bruner menganggap
bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka
untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan. Diantaranya adalah:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama
dapat diingat.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek
transfer yang lebih baik.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Asumsi umum tentang teori belajar kognitif : a. Bahwa pembelajaran
baru berasal dari proses pembelajaran sebelumnya. b. Belajar melibatkan adanya
proses mformasi (active learning), c.Pemaknaan berdasarkan hubungan. d.Proses
kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif
ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang
telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan
Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang
berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang
memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menumt Ausubel, konsep tersebut
dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman
belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual,
yaitu:
1. Enactive, dimana seorang peserta didik
belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek, siswa melakukan
aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami lingkungan.
2. Iconic, dimana belajar terjadi melalui
penggunaan model dan gambar
3. symbolic yang mendeskripsikan
kapasitas dalam berfikir abstrak, siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak
yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilkukan dengan
pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini samakin
dominan.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah
ditunggu sampai siswa mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting
bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan pada siswa.
Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan
jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap
perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini
adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif
kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas (Burner, Ausubel, dan Gagne),
temyata teori kognitif melibatkan hal-hal mental atau pemikiran seseorang
individu. Teori ini ada kaitan dengan ingatan jangka pendek dan ingatan jangka
panjang. Sesuatu pengetahuan yang diperolehi melalui pengalaman atau
pendidikan formal akan disimpan dan disusun melalui proses pengumpulan
pengetahuan supaya dapat digunakan kemudian.
Penerapan model Kognitif dalam Pembelajaran :
Belajar Karakteristik Teori Penerapan dalam Pembelajaran
Kognitif Model ini sangat 1. Menentukan tujuan-tujuan
Bruner membebaskan peserta instruksional
didik untuk belajar 2. Memilih materi pelajaran
sendiri. Teori
ini 3. Menentukan topik-topik yang akan
mengarahkan peserta dipelajari peserta didik dipeserta
didik untuk belajar didik.
secara discovery
4. Mencari contoh-contoh, tugas,
learning.
ilustrasi dan sebagainya yang dapat
digunakan peserta didik untuk bahan
belajar.
5. Mengatur topik peserta didik dari
konsep yang paling kongkrit ke yang
abstrak, dari yang sederhana ke
kompleks
6. Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
Bermakna Dalam aplikasinya 1. Menentukan tujuan-tujuan
Ausubel menuntut peserta instruksional.
didik belajar secara 2. Mengukur kesiapan peserta
deduktif (dari umum didik (minat, kemampuan, struktur
ke khusus) dan lebih kognitif)baik melalui tes awal,
mementingkan aspek interview, pertanyaan dll.
struktur kognitif 3. Memilih materi pelajaran dan
peserta didik mengaturnya dalam bentuk penyajian
konsep-konsep kunci
4. Mengidentifikasikan prinsip-
prinsip yang harus dikuasai peserta
didik dari materi tersebut.
5. Menyajikan suatu pandangan
secara menyelurh tentang apa yang
harus dikuasai peserta didik.
6. Membuat dan menggunakan
"advanced organizer" paling tidak
dengan cara membuat rangkuman
terhadap materi yang baru disajikan,
dilengkapi dengan uraian singkat
yang menunjukkan relevansi
(keterkaiatan) materi yang sudah
diberikan dengan yang akan
diberikan
7. Mengajar peserta didik untuk
memahami konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang sudah
ditentukan dengan memberi fokus
pada hubungan yang terjalin antara
konsep yang ada
8. Mengevaluasi proses dan hasil
belajar

Penerapan dalam Pembelajaran IPA


Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan
pada siswa, ditinjau dari segi metode, tujuan serta peranan guru khususnya
dalam pembelajaran IPA.

Metode dan Tujuan


Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring.
Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan
belajar sepenuhnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara
yang dapat melatih kemampuan intelektual siswa dan merangsang
keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang
dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan.
Jadi kalau kita mengajar sains (IPA) misalnya, kita bukan akan
menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains,
melainkan kita ingin membuat siswa kita berfikir secara matematis bagi
dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan.
Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk.

Peranan Guru
Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan
adalah:
a. Merencanakan
pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-
masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b. Menyajikan materi
pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang
berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengn pengalaman siswa.
Akibatnya timbulah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang
berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para
siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan
mencoba menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah itu.
c. Guru harus
menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah
melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan
(learning by doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal.
Pengetahuan disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu
konsep. Simbolik adalah menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
d. Bila siswa
memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru
hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan
yang akan dipelajan, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila
diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru hendaknya memberikan umpan
balik pada waktu yang tepat.
e. Menilai hasil belajar
merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar
belajar penemuan ialah mempelajarai generalisasi-generalisasi dengan
menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di lapangan, penilaian hasil
belajar penemuan meliputi pemahaman tentang konsep dasar, dan
kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situasi baru dan
situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.
Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses
pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan
pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar
dan penerapannya pada situasi yang baru.

Perubahan Kenampakan Bumi


Perubahan Kenampakan Buni merupakan perubahan permukaan bumi
baik yang disebabkan peristiwa alam maupun yang dikarenakan tindakan
manusia, serta dampak yang ditimbulkan baik menguntungkan atau merugikan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan kenampakan bumi antara
lain :
a. Pasang surut, angin, hujan. Ini karena faktor alam.
Pasang surut menyebabkan permukaan bumi tergenang air atau kering.
Angin dapat menyebabkan korasi, menumbangkan pepohonan, rumah. Hujan
menyebabkan erosi, tanah longsor.

b. Kebakaran hutan, penambangan pasir, penambangan bahan galian,


pembuatan batu-bata. Ini karena tindakan mausia.
Kebakaran hutan menyebabkan perubahan kenampakan bumi yang subur
menjadi tandus, yang hijau menjadi gersang. Penambangan pasir, bahan
galian dan pembuatan batu-bata akan merubah kenampakan bumi menjadi
berlubang-lubang dan menjadi gersang.
Perubahan kenampakan bumi berdampak positif dan negatif bagi
kehidupan manusia. Dampak positif akibat faktor yang mempengaruhi
perubahan-perubahan kenampakan bumi, misalnya :
a. Pasang surut dapat
dimanfaatkan sarana berlabuh dan berlayar kapal pada dermaga.
b. Angin dapat
dimanfaatkan perahu layar sebagai energi pembangkit listrik.
c. Hujan dapat
dimanfaatkan untuk pengairan sawah, pembangkit listrik, perikanan.
Adapun dampak negatif yang dotimbulkan misalnya :
a. Gelombang pasang surut akan terjadi pengikisan pantai atau batu karang.
b. Angin yang terlalu kencang anak mengikis tanah sehingga menjad tandus,
atau angin dapat menumbangkan pepohonan / rumah.
c. Hujan yang terus menerus mengakibatkan banjir, erosi, tanah longsor.
Upaya untuk meminimalisisr dampak negatif adalah :
a. Menanam pohon bakau
b. Penataan dan pengerukan saluran iar serta menyediakan cukup resapan air
c. Melakukan penghijauan
d. Membuat tanggung-tanggul pemecah gelombang.
Pada materi perubahan kenampakan bumi dengan penerapan teori Bruner
dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami perubahan kenampakan bumi
dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri Sumbermulyo 03
Kecamatan Winong, Kabupaten Pati pada mata pelajaran IPA kelas IV Semester
II.
SD Negeri Sumbermulyo 03 berada di sebuah desa yang jauh dari pusat
keramaian kota dan masyarakatnya hidup didaerah perantauan sehingga siswa
tidak diawasi langsung oleh orang tuanya sendiri. Sebagian besar siswanya
berasal dari masyarakat tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Adapun rencana pelaksanaan penelitian seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

No Hari, Tanggal Kelas Kompetensi Dasar Siklus Waktu


Mendeskripsikan
Selasa, Pra
1. IV perubahan 07.00-08.10
06 Januari 2009 Siklus
kenampakan bumi.
Mendeskripsikan
Selasa,
2. IV perubahan I 07.00-08.10
13 Januari 2009
kenampakan bumi.
Mendeskripsikan
Selasa,
3. IV perubahan II 07.00-08.10
20 Januari 2009
kenampakan bumi

B. Deskripsi Per Siklus


Untuk memudahkan dalam mengadakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), guna mengatasi permasalahan tentang pemahaman penguasaan konsep
mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi, maka penulis merencanakan
perbaikan pembelajaran dalam 2 siklus.
Pada masing-masing siklus dilaksanakan melalui 4 tahap dalam PTK
yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengumpulan data dan tahap
refleksi seperti yang tampak pada skema di bawah ini :
Gambar Skema Siklus
B.1 Pra Siklus
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan penulis bersama guru senior SD Negeri
Sumbermulyo 03 membuat rencana pembelajaran, lembar kerja siswa,
lembar tes formatif, lembar pengamatan, dan menyiapkan media
pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pada pra siklus dilaksanakan di kelas IV SD
Negeri Sumbermulyo 03 pada hari Selasa, 6 Januari 2009 dari pukul
07.00-08.10 dengan dibantu teman sejawat sekaligus sebagai pengamat
dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada pelaksanaan pra siklus penulis
mengadakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : mengajukan tanya jawab
sebagai kegiatan awal tentang koperasi, membahas materi pelajaran,
memberi tugas kepada siswa untuk kerja kelompok dan menyimpulkan
materi pembelajaran dan memberikan tes formatif sebagai alat ukur
tentang penguasaan materi.
Dalam tahap pelaksanaan instrumen yang digunakan adalah
lembar kerja siswa sebagai bahan penulis untuk melaksanakan analisis
hasil pekerjaan siswa.
3. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, penulis laksanakan sejak
pelaksanaan berlangsung dibantu teman sejawat sebagai pengamat dalam
pembelajaran berlangsung. Dengan cara mengisi lembar pengamatan
yang sudah tertera pada lembar pengamatan seperti yang terlampir.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini merupakan tahap untuk merenungkan hasil
yang telah dikumpulkan oleh teman sejawat melalui lembar pengamatan.
Dari hasil temuan teman sejawat bahwa dalam penyampaian materi
masih terdapat hal-hal yang kurang memuaskan. Hal ini terlihat pada
beberapa aspek yang masih kurang diantaranya :
a. Materi sulit dipahami.
b. Penggunaan alat peraga kurang menarik.
c. Kurang efesien dalam penggenaan waktu.
d. Tugas untuk siswa kurang menantang.
Dengan adanya kekurangan dalam pembelajaran Pra Siklus maka
menghasilkan hasil yang dicapai oleh siswa masih jauh dari kurang
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, maka akhirnya perlu
diadakan perbaikan pembelajaran.

B.2 . Pembelajaran Siklus I


1. Tahap Perencanaan
Sesuai kesepakatan awal yang penulis susun bersama teman
sejawat, bahwa belum mengadakan kegiatan perbaikan pembelajaran
kami bertemu untuk membahas perangkat rencana perbaikan
pembelajaran (RPP), lembar observasi, dan merencanakan diskusi
untuk merefleksikan setelah pelaksanaan pembelajaran.
Pada hari Selasa tanggal 13 Januari 2009 penulis akan
melaksanakan perbaikan pembelajaran dan dilanjutkan diskusi dan
refleksi. Dalam merencanakan pembelajaran pada siklus I penulis
berdiskusi dengan teman sejawat. Dari hasil diskusi sepakat untuk
menerapkan strategi pembelajaran tentang perubahan kenampakan
bumi.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan di
kelas IV SD Negeri Sumbermulyo 03 pada hari Selasa tanggal 13
Januari 2009 dari pukul 07.00-08.10. Dengan fokus mengaktifkan
siswa untuk memperbaiki nilai yang jelek dan memperbanyak alat
peraga yang digunakan.. Sebagai pengamat dalam melakukan observasi
menekankan pada proses kegiatan belajar mengajar.
3. Tahap Pengumpulan Data
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan diadakan tindakan
perbaikan, maka penulis meminta bantuan pada teman sejawat untuk
mengalamti jalannya perbaikan pembelajaran dengan cara mengisi
lembar pengamatan yang sudah tertera pada lembar pengamatan seperti
yang terlampir.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap yang keempat ini merupakan tahap untuk
merenungkan hasil yang telah dikumpulkan oleh teman sejawat melalui
lembar pengamatan. Dari hasil temuan teman sejawat bahwa dalam
penyampaian materi masih terdapat hal-hal yang kurang memuaskan.
Hal ini terlihat pada beberapa aspek yang masih kurang diantaranya :
a. Belum adanya kerja sama dalam kelompok.
b. Alat peraga terlalu minim.
c. Situasi pada saat pembelajaran belum kondusif.
d. metode kurang sesuai dengan materi.
Adapaun segi kelebihan yang sudah muncul pada pembelajaran
siklus I adalah sudah ada peningkatan penyerapan penguasaan materi
terbukti ada perubahan dari hasil tes formatif pada pembelajaran awal.
Dengan adanya kekurangan dalam pembelajaran diatas maka
menghasilkan hasil yang dicapai oleh siswa masih kurang sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan maka akhirnya perlu diadakan
perbaikan pembelajaran pada siklus yang kedua.

B.3 Pembelajaran Siklus II


1. Tahap Perencanaan
Sesuai kesepakatan awal yang penulis susun bersama dengan
teman sejawat, bahwa sebelum mengadakan kegiatan perbaikan
pembelajaran pada siklus II ini kami bertemu untuk membahas perangkat
rencana perbaikan pembelajaran (RPP), lembar observasi dan
merencanakan diskusi untuk merefleksi setetlah pelaksanaan
pembelajaran.
Pada hari Selasa, tanggal 20 Januari 2009 penulis akan
melaksanakan perbaikan pembelajaran dilanjutkan diskusi dan refleksi.
Dalam merencanakan pembelajaran pada siklus II penulis berdiskusi
dengan teman sejawat. Dari hasil diskusi sepakat untuk membenahi
kekurangann yang ada pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan
menerapkan strategi pembelajaran tentang perubahan kenampakan bumi.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan di
kelas IV SD Negeri Sumbermulyo 03 pada hari Selasa tanggal 20 Januari
2009 dari pukul 07.00-08.10 dengan fokus penerapan metode percobaan
dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang perubahan kenampakan
bumi.
3. Tahap Pengumpulan Data
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pada pelaksanaan
pembelajaran siklus II ini, maka penulis meminta bantuan pada teman
sejawat untuk mengamati jalannya perbaikan pembelajaran dengan cara
mengsisi lembar pegamatan yang sudah tertera pada lembar pengamatan
yang nantinya sebagai bahan analisa tentang hasil yang telah dicapainya
seperti terlampir.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap yang keempat ini merupakan tahap untuk
merenungkan dan menganalisa hasil yang telah dikumpulkan oleh teman-
teman sejawat melalui lembar pengamatan. Dari temuan teman sejawat
bahwa dalam penyampaian perbaikan pembelajaran pada pembelajaran
siklus II semua aspek yang tertera pada lembar pengamatan sudah sesuai
dengan kriteria yang ada, terbukti tingkat penguasaan materi yang
diserap oleh siswa ternyata mencapai hasil yang memuaskan sehingga
pembelajaran diakhiri pada siklus II.
Dari hasil yang diperoleh siswa menunjukkan tingkat
ketuntasan mencapai 86,66%. Adapun secara rinci dapat dilihat pada
hasil penelitian dan pembahasan pada bab berikutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus


Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian selama tiga
siklus yang terdiri dari pembelajaran awal dan dilanjutkan pembelajaran siklus I
dan pembelajaran siklus II. Untuk memudahkan memahaminya penulis akan
menguraikan hasil pembelajaran dari per siklus. Artinya pada setiap siklus akan
ditampilkan hasil penelitian dan dilanjutkan dengan pembahasannya.

1. Pembelajaran Pra Siklus


Sebelum perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA kelas IV
semester II di SD Negeri Sumbermulyo 03 Kecamatan Winong Kabupaten
Pati dengan materi ”Perubahan Kenampakan Bumi” hasilnya kurang
memuaskan.

Tabel 4.1. Hasil tes formatif Mata Pelajaran IPA Pra Siklus
ANALISIS HASIL
ANALISIS PER BUTIR
PENILAIAN
SOAL
No NAMA ANAK KETUNTASAN
Nilai BELAJAR Nomor Soal
Tuntas Belum 1 2 3 4 5 6
1. Dewi Haryanti 80  + + + + + -
2. Fauzi Teguh P 40 X + + + + - -
3. Linda Siti Sugiati 70 X + + + + - -
4. Puji Tri Sutrisno 50 X + + + + - -
5. Widi Nugroho 60 X + + + + - -
6. Wahyu Rizki Putra 60 X + + - + + -
7. Anisa Nurul H 90  + + + + + +
8. Aprilia Maharani 40 X + + + + - -
9. Joko Umbaran 60 X + + - + + -
No NAMA ANAK ANALISIS HASIL
ANALISIS PER BUTIR
PENILAIAN
Nilai KETUNTASAN SOAL
BELAJAR Nomor Soal
Tuntas Belum 1 2 3 4 5 6
10. Moch. Taufik h 80  + + + + - +
11. Seh. Alif Sobri 50 X + + + + - -
12. Ulya Haryanti 60 X + + - + + -
13. Yunia Elvi Yanti 60 X + + + + - -
14. Ita Indah Wati 80  + + + + - +
15. Afif Irfan Maulana 40 X + + + + - -
Jumlah 920 4 11
Jumlah nomor benar 15 15 12 15 5 3
Jumlah nomor salah 0 0 3 0 10 12
Presentase (%) benar 100 100 80 100 33 20

Berdasarkan data diatas dapat penulis ubah dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.2. Analisis Nilai Pembelajaran Pra Siklus
No Nilai Siswa Banyaknya Siswa Nilai x Banyaknya Siswa
1. 100 - -
2. 90 1 90
3. 80 3 240
4. 70 1 70
5. 60 5 300
6. 50 2 100
7. 40 3 120
8. 30 - -
9. 20 - -
10
10 - -
.
JUMLAH 15 920
Nilai rata-rata : 61,33
Nilai tertinggi : 90
Nilai terendah : 40
Tingkat ketuntasan : 26, 67%
Belum Tuntas : 73, 33%
Diagram 4.1. Hasil Tes Formatif IPA Pra Siklus
Melihat diagram diatas, dapat diketahui bahwa yang mendapat nilai
40 ada 3 siswa, nilai 50 ada 2 siswa, nilai 60 ada 5 siswa, 70 ada 1 siswa,
nilai 80 ada 3 siswa, nilai 90 ada 1 siswa. Siswa yang tuntas ada 4 siswa
dari 15 siswa (26,67%). Sedangkan siswa yang belum tuntas ada 11 siswa
dari 15 siswa (73,33%). Karena pada pembelajaran Pra siklus siswa yang
tuntas kurang dari 75% maka dilanjutkan ke siklus I.

2. Pembelajaran Siklus I
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 13 Januari 2009 dengan obyek siswa kelas IV semester II SD
Negeri Sumbermulyo 03 Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Dengan
dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti
melaksanakan sesuai rencana. Skenario pembelajaran berlangsung
dengan baik. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil
belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil perbaikan
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran IPA Siklus I


ANALISIS HASIL
ANALISIS PER BUTIR
PENILAIAN
SOAL
No NAMA ANAK KETUNTASAN
Nilai BELAJAR Nomor Soal
Tuntas Belum 1 2 3 4 5 6
1. Dewi Haryanti 90  + + + + + +
2. Fauzi Teguh P 60 X + + - + + -
3. Linda Siti Sugiati 80  + + + + - +
4. Puji Tri Sutrisno 60 X + - + + + -
5. Widi Nugroho 80  + + + - + +
6. Wahyu Rizki Putra 70 X + - + + + +
7. Anisa Nurul H 90  + - + + + +
8. Aprilia Maharani 50 X - + + + + -
9. Joko Umbaran 80  + + - + + +
10. Moch. Taufik h 90  + + + + + +
11. Seh. Alif Sobri 60 X - + + + + -
12. Ulya Haryanti 80  + + + - + +
13. Yunia Elvi Yanti 80  + + + + - +
14. Ita Indah Wati 80  + + + + - +
15. Afif Irfan Maulana 60 X + + - + + -
Jumlah 1110 9 6
Jumlah nomor benar 13 12 12 13 11 10
Jumlah nomor salah 2 3 3 2 4 5
Presentase (%) benar 86 80 80 86 73 66
Berdasarkan data diatas dapat penulis ubah dalam bentuk tabel sebagai
berikut :

Tabel 4.4. Analisis Nilai Pembelajaran Siklus I


No Nilai Siswa Banyaknya Siswa Nilai x Banyaknya Siswa
1. 100 - -
2. 90 3 270
3. 80 6 480
4. 70 1 70
5. 60 4 240
6. 50 1 50
7. 40 - -
8. 30 - -
9. 20 - -
10. 10 - -
JUMLAH 15 1110

Nilai rata-rata : 74,00


Nilai tertinggi : 90
Nilai terendah : 50
Tingkat ketuntasan : 60%
Belum Tuntas : 40%
Diagram 4.2. Hasil Tes Formatif IPA Siklus I

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa yang mendapat nilai 50


ada 1 siswa, nilai 60 ada 4 siswa, nilai 70 ada 1 siswa, nilai 80 ada 6 siswa,
nilai 90 ada 3 siswa.
Siswa yang tuntas ada 9 dari 15 siswa (60%). Sedangkan siswa yang
belum tuntas ada 6 siswa dari 15 siswa (40%). Karena pada pembelajaran
siklus I siswa yang tuntas kurang dari 75% maka dilanjutkan ke siklus II.

3. Pembelajaran Siklus II
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 20 Januari 2009 dengan obyek siswa kelas IV semester II SD
Negeri Sumbermulyo 03 Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Dengan
dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti
melaksanakan sesuai rencana. Skenario pembelajaran berlangsung dengan
baik. Pad akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar
untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil perbaikan pembelajaran
siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran IPA Siklus II

No NAMA ANAK ANALISIS HASIL ANALISIS PER BUTIR


PENILAIAN SOAL
KETUNTASAN
Nilai BELAJAR Nomor Soal
Tuntas Belum 1 2 3 4 5 6
1. Dewi Haryanti 90  + + - + + +
2. Fauzi Teguh P 70 X + + + + + -
3. Linda Siti Sugiati 80  + + + + - +
4. Puji Tri Sutrisno 80  + + + - + +
5. Widi Nugroho 80  + + + + - +
6. Wahyu Rizki Putra 80  + + + - + +
7. Anisa Nurul H 100  + + + + + +
ANALISIS HASIL
PENILAIAN ANALISIS PER BUTIR
SOAL
No NAMA ANAK KETUNTASAN
Nilai BELAJAR Nomor Soal
Tuntas Belum 1 2 3 4 5 6
8. Aprilia Maharani 60 X + + - + + -
9. Joko Umbaran 90  + - + + + +
10. Moch. Taufik h 100  + + + + + +
11. Seh. Alif Sobri 80  + + + - + +
12. Ulya Haryanti 90  + + - + + +
13. Yunia Elvi Yanti 80  + + + + - +
14. Ita Indah Wati 90  + - + + + +
15. Afif Irfan Maulana 80  + + + - + +
Jumlah 1250 13 2
Jumlah nomor benar 15 13 12 11 12 13
Jumlah nomor salah 0 2 3 4 3 2
Presentase (%) benar 100 86 80 73 80 86

Berdasarkan data diatas dapat penulis ubah dalam bentuk tabel


sebagai berikut :
Tabel 4.6. Analisis Nilai Pembelajaran Siklus II
No Nilai Siswa Banyaknya Siswa Nilai x Banyaknya Siswa
1. 100 2 200
2. 90 4 360
3. 80 7 560
4. 70 1 70
5. 60 1 60
6. 50 - -
7. 40 - -
8. 30 - -
No Nilai Siswa Banyaknya Siswa Nilai x Banyaknya Siswa
9. 20 - -
10. 10 - -
JUMLAH 15 1250

Nilai rata-rata : 83,33


Nilai tertinggi : 100
Nilai terendah : 60
Tingkat ketuntasan : 86,67%
Belum Tuntas : 13,33%

Diagram 4.3. Hasil Tes Formatif IPA Siklus II

Melihat diagram diatas dapat diketahui bahwa yang mendapat nilai


60 ada 1 siswa, nilai 70 ada 1 siswa, nilai 80 ada 7 siswa, nilai 90 ada 4
siswa, nilai 100 ada 2 siswa.
Siswa yang tuntas ada 13 siswa dari 15 siswa (86,67%) sedangkan
siswa yang belum tuntas ada 2 siswa dari 15 siswa ( 13,33%).
Pada siklus II tingkat ketuntasan belajar siswa sudah sesuai dengan
yang diharapkan. Dari 15 siswa tingkat ketuntasan belajar siswa
sudah mencapai 86,67%. Untuk itu, tidak perlu diadakan perbaikan
pembelajaran pada siklus berikutnya.
Agar lebih jelasnya penulis cantumkan data yang di peroleh proses
pembelajaran dan perbaikan sebagai berikut :

Tabel 4.7. Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran IPA


dari Pra Siklus sampai Siklus II

Banyak Siswa
Rata- Nilai Nilai Tingkat
Siklus Belum
Tuntas rata Tertinggi Terendah Ketuntasan
Tuntas
Pra Siklus 4 11 61,33 90 40 26,67%

Siklus I 9 6 74,00 90 50 60,00%

Siklus II 13 2 83,33 100 60 86,67%

Apabila ketuntasan haisl belajar Mata Pelajaran IPA dari Pra Siklus sampai
siklus II disajikan dalam bentuk diagram, maka akan terlihat seperti di bawah
ini :

Diagram 4.4. Hasil Peningkatan ketuntasan Hasil Belajar dari


Pra Siklus sampai Siklus II

B. Pembahasan dari Per Siklus


1. Pra Siklus
Sebelum perbaikan pembelajaran dari 15 siswa yang tuntas belajarnya
4 siswa atau hanya 26,67% dan 11 siswa atau 73,33% belum tuntas. Hal ini
menunjukkan kegagalan dalam pembelajaran. Setelah merefleksi ternyata
kegagalan itu dikarenakan:
a). Materi belum dipahami oleh siswa.
b). Tugas yang diberikan kurang menantang.
c). Penggunaan alat peraga yang kurang menarik.
d). Kurang efesien dalam penggunaan waktu.
Dengan adanya kegagalan dalam pembelajaran pra siklus, maka
peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran siklus I.

2. Siklus I
Pada perbaikan pembelajaran Siklus I dengan memperbanyak alat
peraga sehingga anak lebih tertarik pada materi. Hasil evaluasi yang
diperoleh dari 15 siswa ada 9 siswa atau 60% siswa yang tuntas belajar,
sedangkan 6 siswa atau 40% belum tuntas belajar. Nilai rata-rata yang
diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus I dibandingkan sebelum
perbaikan pembelajaran nilai rata-rata hanya 61,33.
Dari temuan teman sejawat berdasarkan observasi pada siklus I masih
terdapat kekurangan sebagai berikut :
a). Belum ada kerja sama dalam kelompok.
b). Alat peraga belum digunakan secara maksimal.
c). Situasi pada saat pembelajaran belum
kondusif.
d). Penggunaan metode kurang sesuai dengan
materi.
Dengan masih adanya siswa yang gagal dalam perbaikan
pembelajaran siklus I, maka peneliyi masih perlu melaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus II.
3. Siklus II
Pada perbaikan pembelajaran siklus II menggunakan metode
percobaan. Dalam metode percobaan melibatkan seluruh siswa untuk terlibat
langsung dalam pembelajaran, sehingga materi pelajaran akan lebih tahan
lama. Menurut Kolb dalam Suciati (2005 : 42) belajar melalui pengalaman
menekankan pada hubungan yang harmonis antara belajar, bekerja, serta
aktivitas kehidupan dengan pengetahuan itu sendiri.
Peneliti memperoleh hasil pada perbaikan pembelajaran siklus II
dari 15 siswa ada 13 siswa atau 86,67% siswa yang tuntas belajar, sedangkan
2 siswa atau 13,33% siswa yang belum tuntas belajar. Nilai rata-rata juga ada
peningkatan yaitu 83,33. Pada siklus II tingkat ketuntasan belajar siswa
sudah sesuai dengan yang diharapkan. Dari 15 siswa tingkat ketuntasan
mencapai 86,67%, untuk itu peneliti tidak melakukan perbaikan
pembelajaran siklus selanjutnya. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat pada
grafik sebagai berikut di bawah ini :

Diagram 4.5. Diagram Tingkat Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I


dan Siklus II.

Berdasarkan hasil pembelajaran baik sebelum siklus maupun pada


perbaikan pembelajaran siklus I dan perbaikan pembelajaran siklus II,
ternyata sesuai dengan teori belajar Behavioristik yang dipelopori Thorndike
(Dalam Udin S, Winata Putra, dkk,2007:2.9) yang menyatakan belajar
itu lebih bersifat bertahap (incremental) dari hadirnya pemahaman.
(insight). Artinya belajar terjadi melalui langkah-langkah kecil yang
sistematis daripada lompatan besar.
Implementasinya dari teori Thorndike pada proses pembelajaran
adalah bahwa belajar adalah proses tahap demi tahap yang terperinci dari
informasi yang disajikan, kejelasan pra kondisi belajar, proses belajar dan
akhir pembelajaran sangat diperlukan. Berdasarkan teori ini penekanannya
pada penguasaan secara tuntas terhadap apa yang dipelajari.
Hal ini juga sesuai dengan teori belajar bermakna yang di pelopori
oleh David Ausubel. David Ausubel (dalam Udin S, Winata
Putra,dkk,2007:3.20) menyatakan salah satu prinsip belajar bermakna yaitu
advance organizer artinya pengaturan awal. Pada inti kegiatan yaitu proses
penggalian pengalaman masa lalu yang sudah ada pada diri siswa dalam
mengatur kognitif yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan di
sampaikan terutama penguasaan materi bersyarat.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah peneliti melaksanakan proses perbaikan pembelajaran IPA melalui
perbaikan pembelajaran siklus I dan perbaikan pembelajaran siklus II dan
diskusi teman sejawat, penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :
a. Metode percobaan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam
penguasaan materi pelajaran.
b. Metode percobaan menekankan pada pembelajaran pengalaman
langsung, sehingga ilmu yang didapat tahan lebih lama dan tidak cepat
hilang.
c. Prosentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang
signifikan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran.
Penerapan teori Bruner melalui metode percobaan pada materi perubahan
kenampakan bumi dapat mengurangi verbalisme pada anak. Agar penanaman
konsep pada anak tepat pada sasaran perlu dilakukan langkah-langkah dalam
percobaan sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan percobaan
b. Guru memberi petunjuk yang jelas dalam melakukan percobaan.
c. Siswa melakukan percobaan
d. Siswa mencatat dari apa yang diamati
e. Membuat kesimpulan
f. Penerapan
Hasil yang diperoleh siswa pada materi Perubahan Kenampakan Bumi
dengan menggunakan metode percobaan hasilnya memuaskan, yaitu :
a. Pada tahap pembelajaran pra siklus ketuntasan mencapai 26,67%.
b. Pada tahap pembelajaran siklus I ketuntasan mencapai 60,00%
c. Pada tahap pembelajaran siklus II ketuntasan mencapai 86,67%
Hal ini menunjukkan bahwa pada materi perubahan kenampakan bumi
menggunakan metode percobaan lebih tepat.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Dari berbagai kesimpulan diatas, beberapa tindakan yang sebaiknya
dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan ketuntasan belajar siswa adalah
sebagai berikut :
a. Guru seyogyanya memperdayakan media
pembelajaran yang ada sehingga pembelajaran tidak membosankan dan
verbalisme tetapi mudah dipahami dan menyenangkan.
b. Dalam mengajar IPA khususnya materi perubahan
kenampakan bumi kelas IV semester II, lebih tepat menggunakan metode
percobaan.
c. Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dalam pembelajaran sehingga siswa dapat belajar lebih secara
optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani (2008), Pemantapan Kemampuan Profesional, Jakarta : Universitas


Terbuka.

Drs. Nono Sutarno, M.Pd, dkk ( 2008) Materi dan Pembelajaran IPA SD, Jakarta :
Universitas Terbuka.

Max Darsono, Prop (2000) Belajar dan Pembelajaran, Semarang : IKIP Semarang
Press.

Ratna Wilis, Dahar, (1996) Teori-teori Belajar, Jakarta : Erlangga.

Slameto ( 1995), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta : Rineka


Cipta.

Udin S. Winata Putra, dkk (2007) Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta :
Universitas Terbuka.

Udin S. Winata Putra, dkk (2003), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas
Terbuka.

Wardani, IGAK, (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.


Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sunarti
NIM : 813811387
UPBJJ UT : Semarang

Menyatakan bahwa :

Nama : Bekti Santoso, S.Pd


NIP : 130959459
Tempat Mengajar : SD Negeri Sumbermulyo 03 Kec. Winong
Kab. Pati
Guru kelas : VI (Enam)

Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam Pelaksanaan Perbaikan


Pembelajaran yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4501 Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Pati, 6 Januari 2009

Yang Membuat Pernyataan,


Teman sejawat Mahasiswa
Bekti Santoso, S.Pd Sunarti
NIP. 130959459 NIM. 813811387
Lampiran 2

FORMAT KESEDIAAN SEBAGAI TEMAN SEJAWAT DALAM


PENYELENGGARAAN PKP

Kepada
Kepala UPBJJ Semarang
Di Semarang

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Bekti Santoso, S.Pd


NIP : 130959459
Tempat Mengajar : SD Negeri Sumbermulyo 03
Alamat Sekolah : Desa Sumbermulyo, Kec. Winong, Kab. Pati
Telepon :-

Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam pelaksanaan


PKP atas nama :

Nama : Sunarti
NIM : 813811387
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SD Negeri Sumbermulyo 03
Alamat Sekolah : Desa Sumbermulyo, Kec. Winong, Kab. Pati
Telepon :-

Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

.
Pati, 5 Januari 2009
Mengetahui Teman Sejawat
Kepala Sekolah
Kusniati Sunarti
NIP. 130290220 NIP. 813811387
Lampiran 3
SILABUS PEMBELAJARAN

Sekolah : SD Negeri Sumbermulyo 03


Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : IV
Semester : II (Dua)
Standar Kompetensi : 9. Memahami Perubahan Kenampakan Permukaan Bumi dan Benda Langit
Materi
Kegiatan Alokasi
Kompetensi Dasar Pokok/ Indikator Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran Waktu
Pembelajaran
9.1.Mendeskripsikan Perubahan 1.Melakukan 9.1.1.Menjelaskan hal-hal - Tes lisan 2 x 35 1. Buku IPA Kelas IV
perubahan kenampakan percobaan tentang yang mempengaruhi - Tes menit SD.
kenampakan bumi erosi perubahan daratan tertulis 2. Sains untuk SD kelas
bumi 2.Mencari informasi 9.1.2. Menjelaskan pengaruh - Tes unjuk IV
tentang pengaruh gravitasi bulan kerja Penerbit Erlangga,
gravitasi bulan terhadap bumi. Pengarang : Haryanto
terhadap bumi 9.1.3. Menjelaskan pengaruh 3. Sains untuk SD Kelas
air laut pasang dan IV. Penerbit : Tropika,
surut bagi nelayan Pengarang : Abitur A
9.1.4.Menyebutkan cara-cara
mencegah erosi

Anda mungkin juga menyukai