Anda di halaman 1dari 3

METODE HARGA POKOK RATA-RATA TERTIMBANGDEPARTEMEN SETELAH DEPARTEMEN

PERTAMA

Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen produksi setelah departemen produksi
yang pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu mempakan penjumlahan harga pokok
dari departemen (atau departemen-departemen) sebelumnya dengan biaya produksi yang
ditambahkan dalam departemen yang bersangkutan.

Dalam metode harga pokok rata-rata tettimhang, untuk menghitung harga quok per satuan
kumulatif produk yang dihasilkan departemen setelah departemen produksi pertama, perlu
dihitung rata-rata harga pokok per satuan produk yang berasal dan departemen sebelumnya
dan harga pokok rata-rata yang ditambahkan dalam departemensetelah departemen pettama
yang bersangkutan.

METODE MASUK PERTAMA, KELUAR PERTAMADEPARTEMEN PRODUKSI PERTAMA

Metode masuk pertama, keluar pertama (MPKP) menganggap biaya produksi periode sekarang
pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam
proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam
proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat
penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan

Unit ekuivalensi biaya bahan baku Departemen 1 dihitung dengan memperhatikan tingkat
penyelesaian bahan baku dalam persediaan produk dalam proses awal. Karena tingkat
penyelesaian biaya bahan baku dalam persediaan produk dalam proses awal adalah 100%,
maka biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang sebesar Rp20.200.000 di
Departemen 1 tersebut tidak lagi diserap untuk penyelesaian persediaan produk dalam proses
awal. Dengan demikian biaya bahan baku tersebut hanya digunakan untuk menyelesaikan
31.000 kg (35.000 kg 4.000 kg) produk selesai yang ditransfer ke Departemen 2 dan 9.000 unit
produk yang pada akhir periode masih dalam proses di Departemen 1.

METODE MASUK PERTAMA, KELUAR PERTAMA-DEPARTEMEN SETELAH DEPARTEMEN


PRODUKSI PERTAMA

Dalam departemen produksi setelah departemen produksi pertama, produk telah membawa
harga pokok dari departemen sebelumnya. Produk dalam proses yang membawa harga pokok
dari departemen sebelumnya digunakan pertama kali untuk menetukan harga pokok produk
yang ditransfer ke departmen berikutnya atau ke gudang.

Perhitungan harga pokok produksi kumulatif produk yang dihasilkan Departemen 2 dari contoh
1 tersebut di atas disajikan dalam Gambar 4.17.

TAMBAHAN BAHAN BAKU DALAM DEPARTEMEN PRODUKSI SETELAH DEPARTEMEN PRODUKSl


PERTAMA

Umumnya bahan baku diolah pertama kali dalam departemen pertama. Departemen

produksi berikutnya hanya mengolah lebih lanjut produk hasil departemen pertama dengan
mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Namun, seringkali dalam proses
produksi, bahan baku ditambahkan dalam departemen produksi setelah departemen produksi
pertama. Tambahan bahan baku ini mempunyai dua kemungkinan:
1. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika tambahan bahan baku tidak menambah
jumlah produk yang dihasilkan, maka tambahan ini tidak berpengaruh terhadap perhitungan
unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, dan sebagai akibatnya tidak mempengaruhi
perhitungan harga pokok produksi per saman produk yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya.

2. Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi
tambahan bahan baku tersebut jika terjadi tambahan produk yang dihasilkan dengan adanya
tambahan bahan baku dalam departemen setelah departemen produksi pertama, maka hal ini
akan berakibat diadakannya penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang
diterima dari departemen produksi sebelumnya. Penyesuaian ini dilakukan karena total harga
pokok produk yang berasal dari departemen sebelumnya, yang semula dipikul oleh jumlah
tertentu, sekarang harus dipikul oleh jumlah produk yang lebih banyak sebagai akibat
tambahan bahan baku tersebut Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari
departemen sebelumnya menjadi lebih kecil.

Contoh 2 berikut ikut ini melukiskan tambahan bahan baku yang mengakibatkan tambahan
jumlah produk yang dihasilkan di Departemen 2.

Anda mungkin juga menyukai