Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan ekonomi yang semakin cepat dan banyaknya persaingan dalam
menentukan kebijaksanaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Disamping
itu, dengan persaingan yang semakin ketat antar perusahaan menuntut manajemen
perusahaan untuk melakukan perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Pada dasarnya setiap
perusahaan mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Ada perusahaan pada
keuntungan maksimal dan ada yang tidak, misalnya dalam bentuk sosial. Tujuan
perusahaan berbeda-beda, namun salah satu tujuan yang selalu ada pada perusahaan
adalah profitabilitas. Dalam hal profitabilitas menjadi tujuan akhir yang berguna bagi
perusahaan unuk mencapai tujuan.
Perusahaan yang sedang berkembang ataupun mengalami pertumbuhan tidak
dapat hanya dilihat dari hasil ekspansi atau perkembangan gedung saja, karena bisa
saja perusahaan tersebut membiayai ekspansi melalui utang perusahaan. Jika kita
melihat hal tersebut dari sisi luarnya seperti gedung atau tanah maka perusahaan
tersebut tergolong perusahaan yang menguntungkan. Jika kita melihat laporan
keuangan perusahaan tersebut ternyata bisa baik atau buruk. Untuk mengetahui
perkembangan suatu perusahaan yang sebenarnya perlu suatu analisis, sehingga bisa
diketahui apakah kinerja perusahaan sudah baik atau belum.
Alat yang sering digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan merupakan objek dari analisis keuangan. Dalam laporan
keuangan ada tiga jenis laporan, yaitu (1) neraca yang memberikan informasi
mengenai kekayaan, utang dan modal, (2) Laporan rugi/laba, yang memberi informasi

1
mengenai aktivitas perusahaan , dan (3) laporan arus kas, yang memberi informasi
mengenai aliran kas masuk dan aliran kas keluar perusahaan.
Hasil analisis laporan keuangan perusahaan dapat dilihat kekuatan dan kelemahan
perusahaan dengan membandingkan rasio-rasio laporan keuangan dari satu
perusahaan dengan perusahaan sejenis pada periode yang sama. Adanya analisis
tersebut sangat membatu manajemen dalam menilai kebijakan yang telah dijalani
perusahaan sehingga dapat membantu pengambilan keputusan untuk periode yang
akan datang. Disamping itu manajemen dapat pula mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keuangan perusahaan.
Sebagai perusahaan telekomunikasi terkemuka, PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk merupakan perusahaan yang sangat maju, berkembang dan terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan
perusahaan dengan menganalisis laporan keuangan menggunakan analisis rasio
keuangan pada PT Telekomunikasi Indonesia,. Sehingga dapat dikatakan rasio
profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan PT
Telekomunikasi Indonesia, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan
uraian di atas, peneliti memberikan judul dalam penelitian ini yaitu: “ANALISIS
RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PADA PT
TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK”

1.2 Pembatasan Masalah


1. Kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Dinilai dengan
mennggunakan Analisis Rasio Likuiditas, Analisis Rasio Solvabilitas, Analisis
Rasio Aktivitas, dan Analisis Rasio Profitabilitas periode tahun 2014-2018.
2. Rasio yang digunakan yaitu Rasio Likuiditas (Current Ratio, Cash Ratio), Rasio
Solvabilitas (Debt to Equity Ratio, Debt to Total Asset Ratio), Rasio Aktivitas
(Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover), Rasio Profitabilitas (Margin
Laba Kotor, Margin Laba Bersih, Return on Equity).

2
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis menitik beratkan pada
permasalahan “bagaimana kinerja PT Telekomunikasi Indonesia, jika diukur dengan
analisis laporan keuangan mengunakan perhitungan rasio yang meliputi:
1. Bagaimana tingkat rasio likuditas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ?
2. Bagaimana tingkat rasio solvabilitas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ?
3. Bagaimana tingkat rasio rentabilitas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ?
4. Bagaimana kondisi keuangan dan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengtahui tingkat rasio likuditas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
2. Mengetahui tingkat rasio solvabilitas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
3. Mengetahui tingkat rasio rentabilitas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
4. Unntuk memberi penilaian terhadap kondisi keuangan dan kinerja PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi Perusahaan
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
perusahaan dalam upaya memperbaiki kinerja keuangan perusahaan, sehingga
dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
2. Bagi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
pengembangan ilmu pengetahuan di lingkungan Univesitas Buana Perjuangan
Karawang.
3. Bagi Penulis

3
Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi salah satu wadah untuk
memperdalam dan menerapkan pengetahuan penulis dalam ilmu manajemen dan
ilmu lainnya yang terkait, yang sudah diperoleh selama ini untuk memecahkan
persoalan-persoalan nyata dilapangan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Keuangan


2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 (2015:1), “Laporan keuangan adalah penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Laporan ini
menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.
Menurut Kieso, dkk (2007:2) pengertian laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
Laporan keuangan merupakan sarana yang bisa digunakan oleh entitas untuk
mengkomunikasikan keadaan terkait dengan kondisi keuangannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan baik yang berasal dari internal entitas
maupun eksternal entitas.
Pengertian Laporan Keuangan menurut PSAK No.1 (2015:2) adalah sebagai
berikut :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan labarugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalamberbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagianintegral dari
laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul daninformasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya,informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapanpengaruh
perubahan harga.

5
Menurut Farid danSiswanto (2011:2) yang dimaksud dengan laporan
keuangan adalah “Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu
memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang
bersifat financial”.
Pengertian laporan keuangan menurutMunawir (2007:2) adalah sebagai
berikut:
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yangdapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingandengan
data atau efektivitas perusahaan tersebut.

Pengertian Laporan Keuangan menurut Baridwan (2004:17) adalah “Laporan


keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu
ringkasan dari transaksi-transaksi keunangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.”
Sedangkan menurut Warren dan Fees (2009:24) “Laporan keuangan adalah
setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan bagi pemakai. Laporan
akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut laporan keuangan.”

2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan


Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa laporan utama maupun
laporan pendukung. Jenis-jenis laporan keuangan disesuaikan dengankegiatan usaha
perusahaan yang bersangkutan dan pihak yang keterkaitan untuk memerlukan
informasi keuangan pada suatu perusahaan tertentu.
Jenis laporan keuangan menurut Harahap (2004:106), menyatakan bahwa:
Jenis laporan keuangan terdiri dari jenis laporan keuangan utamadan pendukung,
seperti; Daftar Neraca, Perhitungan Laba Rugi,Laporan Sumber dan Penggunaan
Dana, Laporan Arus Kas, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Laba Ditahan,
Laporan Perubahan Modal, dan Laporan Kegiatan Keuangan.

6
Menurut Munawir (2007:13) menyatakan bahwa:
Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, dan
Laporan Perubahan Modal atau Laba yang Ditahan, walaupun dalam prakteknya
sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan
lebih lanjut. Misalnya, Laporan Perubahan Modal Kerja, Laporan Arus Kas,
Perhitungan Harga Pokok, maupun daftar-daftar lampiran yang lain.

Menurut PSAK No.1(2015:3) adalah sebagai berikut:


Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara
misalnya, Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di
samping itu juga termasuk skedul informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan
geografisserta pengungkapan perubahan harga.
Menurut SAK ETAP (2009), laporan keuangan yang lengkap meliputi:
1. Neraca
Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahan yang
dihasilkanpada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan
perusahaan pada akhir periode tersebut. Neraca minimal mencakup pos-pos
berikut: kas dan setara kas; piutang usaha dan piutang lainnya; persediaan;
properti investasi; aset tetap; aset tidak berwujud; utang usaha dan utang
lainnya; aset dan kewajiban pajak; kewajiban diestimasi; ekuitas.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi menyajikan hubungan antara penghasilan dan beban dari
entitas. Laba sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar
untuk pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi atau laba per
saham. Unsur-unsur laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan

7
pengukuran laba adalah penghasilan dan beban. Laporan laba rugi minimal
mencakup pos-pos sebagai berikut:pendapatan; beban keuangan; bagian laba
atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas; beban pajak; laba
atau rugi neto.
3. Laporan perubahan ekuitas
Dalam laporan ini menunjukkan Seluruh perubahan dalam ekuitas untuk
suatu periode, termasuk di dalamnya pos pendapatan dan beban yang diakui
secara langsung dalam ekuitasuntuk periode tersebut, pengaruh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode
tersebut. Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik termasuk jumlah
investasi, penghitungan dividen dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama
suatu periode.
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara
kasentitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama
satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
5. Catatan atas laporan keuangan
Yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi
penjelasan lainnya. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai
tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas
laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan(PSAK) No. 1(2015:3) adalah :

8
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi.

Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen


atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka
mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi: “asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban
termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik
dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta
informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu
pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal
waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2.1.4 Pengguna Laporan Keuangan


Pengguna laporan keuangan menurut Dwi Martani, dkk, (2012:33) adalah:
1. Investor Menilai entitas dan kemampuan entitas membayar deviden di masa
mendatang. Investor dapat memutuskan untuk membeli atau menjual saham
entitas.
2. KaryawanKemampuan memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan
kesempatankerja.
3. Pemberian jaminanKemampuanmembayar utang dan bunga yang akan
memengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman.
4. Pemasok dan kreditur lain Kemampuan entitas membayar liabilitas pada saat
jatuh tempo.
5. PelangganKemapuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya.
6. Pemerintah Menilai bagaimana alokasi sumber daya.
7. MasyarakatMenilai tren dan perkembangan kemakmuran entitas.

9
2.2 Analisis Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Dwi Pratowo, analisis keuangan merupakan suatu proses yang penuh
pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil
operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk
menentukan estimasi dan prediksi yang paling mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang (2011:56).
Menurut Jumingan, Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang
menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan
keuangan (2008:118).
Dilihat dari pengertian-pengertian analisis laporan keuangan di atas dapat
disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk memperoleh
informasi mengenai posisi keuangan yang bertujuan menilai dan mengukur kinerja
perusahaan pada masa mendatang.

2.3 Analisis Rasio Keuangan


Analisis laporan keuangan terhadap suatu perusahaan digunakan untuk
mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan terutama bagi pihak
manajemen. Hasil analisis dapat digunakan untuk melihat kelemahan perusahaan
selamaperiode waktu berjalan. Sedangkan hasil yang cukup baik harus dipertahankan
pada waktu mendatang.
Dalam manganalisis dan menilai posisi keuangan dan potensi perusahaan,
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah menghitung rasio likuiditas, rasio
leverage rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

2.3.1 Analisis Rasio Likuiditas


Rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-
hutang jangka pendek (maksimum satu tahun) dengan jumlah aktiva lancar yang

10
dimiliki atau Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan
aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio ini digunakan pada posisi
jangka pendek yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan menyediakan
alat-alat yang paling likuid guna menjamin pengembalian hutang jangka pendek
yang telah jatuh tempo dengan mengetahui angka perbandingan dari rasio ini,
maka akan diketahui sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini tidak bicara masalah solvabilitas
(kewajiban jangka panjang), dan biasanya relatif tidak penting dibandingkan rasio
solvabilitas, tatapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan
mempengaruhi solvabilitas perusahaan.
Untuk menilai likuiditas perusahaan menggunakan rasio:
a. Current Ratio
Current Ratio adalah perbadingan antara jumlah aktiva lancar dengan
hutang lancar. Secara matematis dapat dirumuskan:
Current Ratio = Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar

Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan


untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva yang
dimilikinya
Current ratio dikatakan baik jika angka rasio ini lebih besar dari 2.
Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan dalam
menjamin setiap rupiah utang-utangnya dengan jaminan aktiva lancarnya.

b. Cash Ratio
Cash Ratio yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan untuk
membayar kewajiban yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia
didalam perusahaan dan efek yang segera dapat dicarikan

11
Cash Ratio = Aktiva Lancar + Efek x 100%
Hutang Lancar

2.3.2 Analisis Rasio Solvabilitas


Analisis rasio solvabilitas merupakam kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan,
baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan
dikatakan solvable apabila perusahaan mempunyai aktiva atau kekayaan yang
cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya.
Harahap (2006:303) menyatakan bahwa “Rasio solvabilitas adalah rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang-
hutangnya dengan aktiva yang dimilikinya jika perusahaan tersebut
dilikuidasi”.Rasio ini mengukur perbandingan dan yang disediakan oleh
pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio
ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang. Rasio ini juga menunjukkan indikasi keamanandaripemberi pinjaman atau
bank, bisajuga rasioini menghitung seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak
yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga.
Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan adalah:
a. Debt to Equity Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menjamin hutang dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi rasio
ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman (hutang) yang digunakan
dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan aktiva yang dimiliki.

Debt to Equity Ratio = Total Hutang x 100%


Modal Sendiri

12
b. Debt to Total Assets Ratio
Yaitu perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang
jangka panjang) dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan berapa bagian
keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Debt to Total Assets Ratio = Total Hutang x 100%


Total Aktiva

2.3.3 Analisis Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan


penggunaan dana-dana perusahaan. Rasio aktivitas disebut juga dengan rasio
efektivitas yang memperlihatkan pemakaian dana perusahaan. Rasio ini berkaitan
dengan kegiatan perusahaan yang di ukur dengan kegiatan penjualan dan
pendapatan perusahaan dalam operasinya. Rasio aktivitas adalah rasio yang
dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar keefektifan perusahaan
dalam menggunakan sumber-sumber dananya.Rasio ini melihat pada beberapa
aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva tersebut pada kegiatan
tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan
mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva
tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain
yang lebih produktif.

a. Total Asset Turnover

Rasio perputaran total aktiva, dimana rasio tersebut mengukur


perputaran dari semua aktiva perusahaan dalam rangka penghasilan penjualan.

13
Total Asset Turnover = Penjualan
Total Aktiva

b. Fixed Asset Turnover

Rasio ini mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan penjualan berdasarkan Aktiva Tetap yang dimiliki oleh
perusahaan.
Fixed Asset Turnover = Penjualan
Total Aktiva Tetap

2.3.4 Analisis Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah hubungan dengan penilaian tehadap kinerja perusahaan


dalam menghasilkan laba. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Profitabilitas suatu
perusahaan menunjukkan perbandingan laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas sangat penting untuk menguatkan kondisi
perusahaan.
a. Return On Investment
Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang
dicapai dari total aktiva.
Gross ROI = Laba Bersih x 100%
Total Aktiva

b. Profit Margin
Rasio laba bersih digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih
yang dicapai dari sejumlah penjualan tertentu. Rasio ini yang umumnya

14
digunakan dan dibandingkan dengan rasio terdahulu mengingat laba yang
dihasilkan merupakan laba bersih perusahaan.
Gross Profit Margin = Laba Bersih x 100%
Penjualan

c. Return On Equity
Merupakan rasio pengukuran terhadap yang dicapai bagi pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham referend)
atas modal diinvestasikan pada perusahaan. Semakin tinggi ROE maka
semakin tinggi pula penghasilan yang diterima pemilik perusahaan yang
berarti pula semakin baik kedudukannya dalam perusahaan.
Gross Profit Margin = Laba Bersih x 100%
Modal Sendiri

Weston dan Bigham (2001:95), mengelompokkan rasio menjadi beberapa


bagian yaitu sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Rasio Lancar (current Ratio), Rasio Cepat (Quik/Acit Ratio)
2. Rasio Pengelolaan Aktiva
Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio), jangka waktu
penagihan (Days Sales Ousttanding=DSO), Peputaran Aktiva Tetap (Fixd
Assets Turover Ratio), Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover).
3. Rasio Pengelolaan Utang ( Leverage)
Rasio utang (Deb Ratio), Rasio Kemampuan Membayar Bunga (Time
Interest Earned), Rasio Kemampuan Membayar Beban Tetap (Fixed
Change Coverage Ratio).
4. Rasio Profitabilitas

15
Margin laba atas penjualan (Profit margin on sales), rasio dasar
menghasilkan laba (Retunr on total ratio), pengambilan atas total aktiva
(retunr on common equity), tingkat pengambilan atas saham biasa (retunr
on common equity).

2.4 Kinerja Keuangan


2.4.1 Pengertian Kinerja
Pengertian Kinerja menurut Mahsun (2006:26) adalah:
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi, organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi. Sedangkan pengukuran kinerja (performance measurement) adalah
suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadapa tujuan dan sasaran
yangtelah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi
penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas
barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan
dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan
dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai
tujuan.

Selain itu, pengertian kinerja menurut Wirawan (2009: 5) adalah:


Hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuanstrategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Kinerja
adalah keluaran yang dihasilkan oleh fugsi-fungsi atau indikator-indikator
suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.

16
2.4.2 Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Munawir (2010:64) pengertian kinerja keuangan adalah “Prestasi
kerja yang telah diperoleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dan terutang
dalam laporan keuangan yang bersangkutan.”
Menurut Fahmi (2011:2) mengemukakan bahwa“Kinerja keuangan adalah
suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik
dan benar.”
Sedangkan menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja
keuangan ialah “penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya.”
Dari definisi pengertian kinerja keuangan di atas, dapat diambil kesimpulan
sederhana bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada
suatu periode yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan.

2.4.3 Manfaat Pengukuran Kinerja


Keuangan Menurut Mulyadi (2007:416), pengukuran kinerja keuangan
dimanfaatkan oleh manajemen untuk:
1. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan
secara umum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan seperti:
promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan
adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriftif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dinyatakan dalam skala numerik.
Sedangkan pendekatan deskriftif merupakan kegiatan mengumpulkan, mengelola dan
kemudian menyajikan data observasi agar pihak lain dapat dengan mudah
memperoleh gambaran mengenai sifat (karakteristik) objek dari data penelitian.

3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


3.2.1 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data PT Telekomunikasi Indonesia, jenis data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif yang digunakan yaitu struktur organisasi dan gambaran
umum perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia.

18
Sedangkan data kuantitatif yang berbentuk angka atau data yang diangkakan.
sebagai data kuantitatif dalam penelitian ini adalah laporan keuangan periode 2014
sampai dengan 2018 dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang diakses melalui
website resmi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. : www.telkom.co.id

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode
dokumentasi, yaitu dengan cara mencari data, mengumpulkan, mempelajari,
mengklasifikasikan dan menggunakan data yang sudah ada mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transip, buku, surat kabar, agenda dan sebagainya yang
masih berkaitan dengan perusahaan.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian


3.3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam studi kasus ini adalah pihak PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
3.3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah bagian atau unsur-unsur yang diteliti, dimana dalam
penelitian ini objek penelitiannya adalah neraca dan laporan rugi laba PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

3.4 Variabel Penelitian dan Pengukurnya


Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan dari perusahaan
tersebut yang diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio leverage, rasio
aktivitas dan rasio profitabilitas

3.5 Teknik Analisis Data

19
Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan digunakan suatu alat analisis
yang berupa rasio-rasio keuangan atau laporan keuangan yang mengukur atau
mengidentifikasi tingkat kinerja perusahaan. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan dua pendekatan analisis yaitu:

1. Analisis Kuantitatif, yaitu mengklasifikasi kemudian menghitung,


membandingkan dan menganalisa data yang ada menggunakan bantuan rasio-
rasio atau pertimbangan antara satu jumlah tertentu dalam satuan-satuan
hitungan.
2. Analisis Kualitatif, yaitu analisis dengan menggunakan pertimbangan selain
angka-angka yang ada dengan bantuan teori dan kenyataan pada praktek yang
terjadi. Adapun data yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dianalisis
dengan menggunakan analisis time series, yaitu analisis yang dilakukan
dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial suatu perusahaan dari satu
periode ke periode lainnya. Perbandingan antara rasio yang dicapai saat ini
dengan rasio dimasa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami
kemajuan atau kemunduran.

Dalam hal ini peneliti menggunakaan analisis rasio dalam empat kelompok besar
(variabel empat besar) antara lain:
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Current Ratio = Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar
b. Cash Ratio
Cash Ratio = Kas dan Setara Kas x 100%
Hutang Lancar
2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Equity Ratio

20
Debt to Equity Ratio = Total Hutang x 100%
Modal Sendiri
b. Debt to Total Asset Ratio
Debt to Total Assets Ratio = Total Hutang x 100%
Total Aktiva
3. Rasio Aktivitas
a. Total Asset Turnover .

Total Asset Turnover = Penjualan

Total Aktiva

b. Fixed Asset Turnover

Fixed Asset Turnover Turnover = Penjualan

Total Aktiva Tetap

4. Rasio Profitabilitas
a. Return On Investment
Gross ROI = Laba Bersih x 100%
Total Aktiva
b. Profit Margin
Gross Profit Magin = Laba Bersih x 100%
Penjualan
c. Return On Equity
Gross Profit Magin = Laba Bersih x 100%
Modal Sendiri

21
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


4.1.1 SEJARAH PERUSAHAAN
PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk. adalah Suatu Badan Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa Telekomunikasi. PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.menyediakan sarana dan jasa layanan Telekomunikasi dan informasi
kepada masyarakat luas sampai kepelosokdaerah di seluruh Indonesia. Sejarah PT.
Telekomunikasi, Tbk.di Indonesia pertama kali berawal dari sebuah badan usaha
swasta penyediaan layanan pos dan telegrap yang didirikan kolonial Belanda pada
tahun 1882. Pada tahun 1905 pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan
Telekomunikasi sebanyak tiga puluh delapan perusahaan. Pada tahun 1906
pemerintah Hindia Belanda membentuk suatu jawatan Pos, Telegrap dan
Telepon(Post, Telegraph en Telephone Dienst/ PTT).
Pada tahun 1961 status jawatan diubah menjadi perusahaan Negara Pos dan
Telekomunikasi (PN Postel).Pada tahun 1965 pemerintah memisahkannya menjadi

22
perusahan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) dan perusahaan Negara
Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Pada tahun 1974 Perusahaan Negara
Telekomunikasidisesuaikan menjadi perusahaanUmum Telekomunikasi
(PERUMTEL)yang menyelenggarakan jasa Telekomunikasi Nasional dan
Internasional. Pada tahun 1980 Indonesia mendirikan suatu badan usaha untuk jasa
Telekomunikasi Internasional yang bernamaPT. Indonesian Satelite Corporation
(INDOSAT) yang terpisah dari PERUMTEL. Pada tahun 1989 pemerintah Indonesia
mengeluarkan UU No.3/1989 mengenai Telekomunikasi, yang isinya tentang peran
swasta dalam penyelenggaraan Telekomunikasi.
Pada tahun 1991 PERUMTEL berubah bentuk menjadi perusahaan perseroan
(Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP No.25/ 1991 sampai sekarang.
Perubahan di lingkungan PT. TELKOM Indonesia, Tbk terus berlanjut mulai dari
perusahan jawatan sampai perusahaanpublik. Perubahan-perubahan besar terjadi pada
tahun 1995 meliputi (1) Restrukturisasi Internal; (2) Kerjasama Internal; (3)Intial
Publik Offering(IPO). Jenis usaha PT. TelekomunikasiIndonesia, Tbk.adalah
penyelenggara jasa Telekomunikasi dalam negeri dan bidang usaha terkait seperti
jasa sistem Telepon Bergerak (STBS) sirkuit pelanggan, teleks, penyewaan
transpoder satelit,VSAT(Verry Small Apenture Terminal) dan jasa nilai tambah
tertentu. Pada tanggal 1Juli 1995 organisasi PT. TelekomunikasiIndonesia,
Tbk.berhasil menrekstruktur jenis jasa telekomunikasi menjadi tujuh divisi regional
dan satu divisi network yang keduanya mengelola bidang usaha utama. Divisi
regional sebagai pengganti struktur WITEL yang memiliki daerah teritorial tertentu,
namun hanya menyelenggarakan jasa telepon lokal dan mendapat bagian dari jasa
SLJJ dan SLI. Divisinetworkmenyelenggarakan jasa Telekomunikasi jarak jauh.PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk, (Telkom) Saat ini sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia (53,6%), dan 46,4% dimiliki oleh Publik, Bank of New York,
dan Investor dalam Negeri. Telkom mempunyai 13 anak perusahaan. Telkom telah
melayani lebih dari 151,9 juta pelanggan yang terdiri dari seluler(Telkomsel) lebih
dari 125 juta dan pelanggan tetap 25,8 juta.Perusahaan ini menyediakan berbagai

23
layanan komunikasi lainnya termasuk interkoneksi jaringan telepon, multimedia, data
dan layanan terkait komunikasi internet, sewa transponder satelit, sirkit langganan,
televisi berbayar dan layanan VoIP.
Perusahaan yang memiliki visi menjadi perusahaan yang unggul dalam
penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media, Edutainment dan Services
(“TIMES”) di kawasan regional ini telah mendominasi lebih dari 60 persen pangsa
pasar broadband Indonesia.Telkom sudah memiliki lebih dari 19 juta pelanggan
broadband. Telkom memiliki kapasitas gateway internet lebih dari 106,4 Gbps.
Perusahaan ini selalu berusaha memastikan kecukupan gateway internet guna
memenuhi kebutuhan konsumen baik darifixed broadband maupunmobile
Broadband.Telkom berfokus pada layanan TIMES dan berkomitmen mempelopori
masyarakat digital di Indonesia. Telkom mempunyai grand strategy menuju
sustainable competitive growth dengan sasaran pertumbuhan organik meliputi
layanan konsumer, layanan enterprise, dan layanan wholesale dan internasional, yang
didukung oleh 10 juta sambungan POTS dan 5 juta sambungan Speedy. Serta
pertumbuhan inorganik yang diraih dengan pengembangan bisnis baru, pengelolaan
portofolio strategis, serta membangun sinergi antara perusahaan dan entitas.

4.1.2 VISI DAN MISI PERUSAHAAN


VISI : “Be the King of Digital in the Region” merupakan visi Telkom
dengan sasaran untuk menjadi salah satu dari 10 (sepuluh) perusahaan Asia Pasifik
dengan kapitalisasi pasar terbesar di industri telekomunikasi pada tahun 2020. Untuk
mewujudkan visi tersebut, terdapat 3 program utama yang dijalankan selama tahun
2018, yaitu Delivering Best Customer Experience, Expanding Digital Business dan
Intensifying Smart Inorganic. Telkom bertransformasi menuju Digital
Telecommunication Company dengan paradigma peningkatan pelayanan pelanggan,
penguatan bisnis broadband dan digital dan implementasi lean operation.
Peningkatan pelayanan kepada pelanggan dilakukan dengan merumuskan experience
dalam setiap journey pelanggan, sehingga dapat memahami kebutuhan pelanggan

24
lebih dini dan men-deliver layanan melebihi ekspektasi mereka. Peningkatan bisnis
broadband dan digital dilakukan dengan menghadirkan layanan broadband yang
handal dan berkualitas tinggi, didukung oleh layanan digital yang inovatif sesuai
dengan perkembangan lifestyle dan ekspektasi pelanggan. Sedangkan lean operation
diimplementasikan untuk mengefisienkan proses secara digital yang didukung oleh
organisasi dan kepemimpinan yang memiliki digital culture yang efektif, agile dan
kolaboratif.
MISI : Misi Telkom adalah “Lead Indonesian Digital Innovation and
Globalization”, dimana Telkom menjadi pelopor inovasi di Indonesia untuk menjadi
pemain global terkemuka. Telkom berperan aktif dalam pengembangan ekosistem
digital yang mendorong berbagai inovasi dan meningkatkan daya saing industri
digital di Indonesia.
4.1.3 ARTI DAN MAKNA LOGO PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA,
TBK.
Berikut adalah logo dari Perseroan beserta penjelasannya.

Gambar 2.2
Arti dan Makna Logo PT. Telekomunikasi Indonesia

Sumber : PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

Logo Merah Putih merupakan logo terbaru Perseroan yang baru diperkenalkan
pada saat HUT RI yang ke-68 Tahun 2013. Logo baru ini mencerminkan komitmen

25
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa
Indonesia.
Penampilan logo barutersebut mencakup perubahan logo secara menyeluruh
dan terintegrasi dengan empat aspek dasar perusahaan, yaitu transformasi bisnis,
infrastruktur, sistem dan model operasi serta sumber daya manusia.
Logo ini merupakan cerminan dari “brand value” baru yang selajutnya disebut
dengan “Life in Touch” dan diperkuat dengan tag line baru pengganti “committed
2U” yakni “the world in your hand”.
Tagline: The World In Your Hand
Bermakna “Dunia dalam Genggaman Anda” menyampaikan pesan bahwa PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk akan membuat segalanya menjadi lebih mudah dan
lebih menyenangkan dalam mengakses dunia.
Dan berikut adalah filosofi dari warna logo baru PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk:
1. Merah berarti Berani, Cinta, Energi, dan Ulet. Mencerminkan spirit perseroan
untuk selalu optimis dan berani dalam menghadapi tantangan.
2. Putih berarti Suci, Damai, Cahaya, dan BersatuMencerminkan semangat
Telkom untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa.
3. Hitam merupakan Warna Dasar yang melambangkan kemauan keras.
4. Abu merupakan Warna Transisi yang melambangkan teknologi. Dengan tetap
mengacu kepada filosofi Telkom Corporate, yaitu Always The Bestsebagai
keyakinan dasar untuk selalu memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan
yang dilakukan dan senantiasa memperbaiki hal-hal yang biasa menjadi
sebuah kondisi yang lebih baik, dan pada akhirnya akan membawanya
menjadi yang terbaik.

4.1.4 KEGIATAN USAHA


Anggaran Dasar terakhir dengan akta No.35 tanggal 15 Mei 2018 menetapkan
maksud dan tujuan kegiatan usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, yaitu

26
melakukan usaha di bidang penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi,
informatika serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan
untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi berdaya saing kuat
untuk mendapat/mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan
menerapkan prinsip Perseroan Terbatas. Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan
usaha Telkom yaitu:
USAHA UTAMA
1. Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan/menjual dan
meningkatkan layanan jasa telekomunikasi dan informatika dalam arti yang
seluas luasnya dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Melakukan investasi termasuk penyertaan modal pada perusahaan lainnya
sejalan dengan dan untuk mencapai maksud dan tujuan Perseroan.

USAHA PENUNJANG
1. Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya
yang dimiliki Perseroan, antara lain pemanfaatan aktiva tetap dan aktiva
bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan,
fasilitas pemeliharaan dan perbaikan.
2. Bekerja sama dengan pihak lain dalam rangka optimalisasi sumber daya
informatika, komunikasi atau teknologi yang dimiliki oleh pihak lain pelaku
industri informatika, komunikasi dan teknologi, sejalan dengan dan untuk
mencapai maksud dan tujuan Perseroan.

27
4.1.5 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

28
4.2 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.2.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuditas digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (Hery,
2015:175).
1. Current Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan (Hery, 2015:178)

Tahun 2014 = Aktiva Lancar x 100%


Hutang Lancar

= 33.762.000.000
31.786.000.000 x 100%

= 106%

Tahun 2015 = Aktiva Lancar x 100%


Hutang Lancar

= 47.912.000.000
35.413.000.000 x 100%

29
= 135%

Tahun 2016 = Aktiva Lancar x 100%


Hutang Lancar

= 47.701.000.000
39.762.000.000 x 100%

= 119%

Tahun 2017 = Aktiva Lancar x 100%


Hutang Lancar

= 47.561.000.000
45.376.000.000 x 100%

= 104%
Tahun 2018 = Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar

= 43.268.000.000
46.261.000.000 x 100%

= 93%

Berikut perhitungan Current Ratio PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk.


Tahun 2014-2018

Tabel 5.1 Perhitungan Current Ratio Tahun 2014-2018


Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Current Ratio
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 33.762.000.000 31.786.000.000 106%
2015 47.912.000.000 35.413.000.000 135%
2016 47.701.000.000 39.762.000.000 119%
2017 47.561.000.000 45.376.000.000 104%
2018 43.268.000.000 46.261.000.000 93%
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 5.1 perhitungan current ratio PT.


Telekomunikasi Indonesia, Tbk. tahun 2011-2015 yaitu:

30
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. dilihat dari sisi rasio lancarnya,
secara umum dari tahun 2014 sampai 2018 perusahaan ini berada dalam
posisi yang baik. Pada tahun 2014 sebesar 106% yang artinya setiap
Rp.1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp.1,6 aktiva lancar. Pada tahun
2015 sebesar Rp. 135% disebabkan jumlah aktiva lancar meningkat dan
bisa melunasi utang lancar, yang artinya setiap Rp.1,00 hutang lancar
dapat dijamin dengan Rp.1,35 aktiva lancar yang membuat kepercayaan
kreditur semakin bertambah untuk memberikan pinjaman jangka pendek
kepada perusahaan, hal ini disebabkan pertambahan aktiva lancar dengan
berkurangnya hutang lancar, semakin tinggi rasio ini belum tentu
perusahaan dikatakan baik.(Hery,2015:179). Pada tahun 2016 sebesar
119%, disebabkan besarnya aktiva lancar menurun dari tahun sebelumnya,
yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 1,19
Aktiva lancar. Apabila dari tahun 204-2018 nilai curent ratio
PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk. menggambarkan bahwa posisi kinerja
keuangan perusahan berada pada kondisi illikuid karena nilai aktiva lancar
sebagai jaminan atas hutang lancarnya lebih kecil, maka ditahun 2017
perhitungan current ratio sebesar 104% yang artinya setiap Rp.1,00 hutang
lancar dapat dijamin dengan Rp.1,4 aktiva lancar, hal ini menggambarkan
bahwa kondisi perusahaan berada pada tingkat yang baik, karena besarnya
nilai aktiva lancar sebagai jaminan atas hutang lancarnya lebih besar yang
disebabkan meningkatnya piutang usaha. Dan , di tahun 2018 menurun
sebesar Rp. 93% yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dapat dijamin
sebesar Rp 0,93 aktiva lancar, dimana rasio lancar yang rendah dapat
dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar hutang
(Kashmir,2008:135). Dalam praktik, standar rasio lancar yang baik dalam
perusahaan berkisar pada angka 2:1 atau 200%, besaran rasio ini sering
dianggap sebagai ukuran yang baik atau memuaskan bagi tingkat
likuiditas perusahaan. Artinya, dengan hasil perhitungan rasio sebesar itu,

31
perusahaan sudah dikatakan baik dalam perlunasan hutang
(Hery,2015:179).

2. Cash Ratio Rasio ini merupakan seberapa besar uang kas atau setara kas
yang tersedia untuk membayar hutang (Hery, 2015:183)

Tahun 2014 = Kas dan Setara Kas x 100%


Hutang Lancar

= 17.672.000.000
31.786.000.000 x 100%

= 55,5%

Tahun 2015 = Kas dan Setara Kas x 100%


Hutang Lancar

= 28.117.000.000
35.413.000.000 x 100%

= 79,3%

Tahun 2016 = Kas dan Setara Kas x 100%


Hutang Lancar

= 29.767.000.000
39.762.000.000 x 100%

= 74%

Tahun 2017 = Kas dan Setara Kas x 100%


Hutang Lancar

= 25.145.000.000
45.376.000.000 x 100%

= 55,4%

Tahun 2018 = Kas dan Setara Kas x 100%

32
Hutang Lancar

= 17.439.000.000
46.261.000.000 x 100%

= 37,6%

Berikut perhitungan Cash Ratio PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk.


Tahun 2014-2018

Tabel 5.2 Perhitungan Cash Ratio Tahun 2014-2018


Tahun Kas dan Setara Kas Hutang Lancar Cash Ratio
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 17.672.000.000 31.786.000.000 55,5%
2015 28.117.000.000 35.413.000.000 79,3%
2016 29.767.000.000 39.762.000.000 74%
2017 25.145.000.000 45.376.000.000 55,4%
2018 17.439.000.000 46.261.000.000 37,6%
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 5.2 perhitungan cash ratio PT.Telekomunikasi


Indonesia, Tbk. tahun 2014-2018 yaitu:
Jika dilihat dari cash rationya, PT. Telekomunikasi, Tbk. tidak mampu
melunasi hutang. Berdasarkan perhitungan cash ratio pada tahun 2014 sampai
2018 belum bisa melunasi hutang lancar dengan kas dan setara kas yang
disebabkan karena meningkatnya jumlah hutang lancar jika dilihat dari rata
rata keseluruhan dibawah rata-rata kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban lancarnya akan benar-benar terlihat. Pada tahun 2018 cash ratio
sebesar 37,6% yang artinya perusahaan hanya memiliki kas dan setara kas
untuk membayar kewajiban lancarnya sebesar Rp. 0,37 dari total hutang atau
setiap Rp.1,00 hutang lancar dapat dijamin sebesar Rp. 0,37 oleh kas. Angka
cash ratio mempunyai nilai nilai Rp1,00 atau 100% yang artinya setiap hutang
bisa dilunasi apabila kas mampu menutupi hutang lancar. Kondisi keuangan,

33
dilihat dari Cash Ratio PT. Telekomunikasi, Tbk. dapat dikatakan tidak baik
karena tidak dapat menutupi hutang lancar dengan kas yang dimiliki
perusahaan.

4.2.2 Rasio Solvabilitas


Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk sejauh mana aktiva
perusahaan dibayai oleh hutang (Kashmir, 2008:151)
1. Debt to Equity Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal (Hery, 2015:198)

Tahun 2014 = Total Hutang x 100%


Modal

= 54.770.000.000
86.125.000.000 x 100%

= 63,5%

Tahun 2015 = Total Hutang x 100%


Modal

= 72.745.000.000
93.428.000.000 x 100%

= 77,8%

Tahun 2016 = Total Hutang x 100%


Modal

= 74.067.000.000
105.544.000.000 x 100%

= 70,1%

Tahun 2017 = Total Hutang x 100%


Modal

34
= 86.354.000.000
112.130.000.000 x 100%

= 77%

Tahun 2018 = Total Hutang x 100%


Modal

= 88.893.000.000
117.303.000.000 x 100%

= 75,7%

Berikut perhitungan Debt To Equity Ratio PT.Telekomunikasi Indonesia,


Tbk. Tahun 2014-2018
Tabel 5.3 Perhitungan Debt To Equity Ratio Tahun 2014-2018
Tahun Total Hutang Modal DtER
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 54.770.000.000 86.125.000.000 63,5%
2015 72.745.000.000 93.428.000.000 77,8%
2016 74.067.000.000 105.544.000.000 70,1%
2017 86.354.000.000 112.130.000.000 77%
2018 88.893.000.000 117.303.000.000 75,7%
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 5.3 debt to equity ratio PT. Telekomunikasi


Indonesia, Tbk. tahun 2014-2018 yaitu:
Jika dilihat dari debt to equity ratio, secara umum PT.Telekomunikasi
Indonesia, Tbk. juga berada dalam posisi yang baik. Pada tahun 2014 angka
debt to equity sebesar 63,5% yang artinya bahwa kreditor menyediakan
Rp.0,63 untuk setiap Rp.1,00 yang disediakan pemegang saham (Kashmir,
2015:159), hal ini disebabkan menurunnya hutang dan meningkatnya jumlah
ekuitas. Debt to equity menunjukan persentase penyediaan dana oleh
pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin

35
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari
perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah
rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya (Kashmir, 2008:159). Rasio Hutang terhadap Ekuitas yang
optimal pada suatu perusahaan adalah sekitar 100%, dimana Jumlah Hutang
adalah sama dengan Jumlah Ekuitas. Pada tahun 2018 utang kembali
meningkat sebesar 75,7%yang artinya bahwa kreditor menyediakan Rp.0,75
pada tahun 2018 untuk setiap Rp.1,00 yang disediakan pemegang saham yang
disebabkan meningkatnya jumlah hutang dan jumlah modal yang dimiliki,
memberi pinjaman kepada debitur yang meiliki tingkat debt to equity yang
tinggi menimbulkan resiko bagi kreditor untuk menanggung resiko yang lebih
besar pada saat debitur mengalami kegagalan keuangan. Hal ini tentu saja
tidak menguntungkan kreditor. Dengan kata lain, akan lebih aman bagi
kreditor apabila memberikan pinjaman kepada debitur yang memiliki tingkat
debt to equity ratio yang rendah karena hal ini berarti bahwa akan semakin
besar jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan
utang(Hery,2015:198).

2. Debt to Total Assets Ratio merupakan Rasio untuk menunjukkan berapa


bagian keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Tahun 2014 = Total Hutang x 100%
Total Aktiva

= 54.770.000.000
140.895.000.000 x 100%

= 38,8%

Tahun 2015 = Total Hutang x 100%


Total Aktiva

= 72.745.000.000
166.173.000.000 x 100%

36
= 43,7%
Tahun 2016 = Total Hutang x 100%
Total Aktiva

= 74.067.000.000
179.611.000.000 x 100%

= 41,2%

Tahun 2017 = Total Hutang x 100%


Total Aktiva

= 86.354.000.000
198.484.000.000 x 100%

= 43,5%

Tahun 2018 = Total Hutang x 100%


Total Aktiva

= 88.893.000.000
206.196.000.000 x 100%

= 43,1%

Berikut perhitungan Debt To Asset Ratio PT.Telekomunikasi Indonesia,


Tbk. Tahun 2014-2018

Tabel 5.4 Perhitungan Debt To Asset Ratio Tahun 2014-2018


Tahun Total Hutang Total Aktiva DtAR
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 54.770.000.000 140.895.000.000 38,8%
2015 72.745.000.000 166.173.000.000 43,7%
2016 74.067.000.000 179.611.000.000 41,2%
2017 86.354.000.000 198.484.000.000 43,5%
2018 88.893.000.000 206.196.000.000 43,1%
Sumber : Data diolah

37
Berdasarkan tabel 5.4 debt to total asset ratio PT. Telekomunikasi
Indonesia,Tbk. tahun 2014-2018 yaitu:
Rasio menggambarkan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. berada dalam
kondisi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari rasio hutang terhadap total aktiva
pada tahun 2014 sebesar 38,8% yang artinya setiap Rp.1,00 aset, Rp.0,38 nya
dibiayai oleh hutang dan Rp.0,62 nya dibiayai oleh modal (Hery, 2015:196),
hal ini disebabkan aset tidak tetap menurun dari tahun sebelumnya dan diikuti
menurunnya hutang jangka panjang yang menyebabkan mengurangi
kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman dari kreditor
karena dikhawatirkan bahwa perusahaan tidak mampu melunasi utang-
utangnya dengan total aset yang dimiliki. Semakin tinggi rasionya, semakin
besar pula risiko yang terkait dengan operasional perusahaan. Sedangkan rasio
utang yang rendah mengindikasikan pembiayaan konservatif dengan
kesempatan untuk meminjam di masa depan tanpa risiko yang signifikan
(Kashmir,2008:156). Pada tahun 2016 sebesar 41,2% yang artinya setiap
Rp.1,00 aset, Rp.0,41 nya dibiayai oleh hutang dan Rp.0,59 dibayai oleh
modal (Hery,2015:196), pada tahun tersebut dapat menggambarkan bahwa
manajemen perusahaan dalam kondisi yang solvabel karena dapat mengurangi
jumlah hutang yang dimiliki, semakin kecil rasio ini menggambarkan bahwa
sedikitnya aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. Jadi perusahaan ini
masih bisa dikatakan dalam keadaan yang solvabel karena rata rata dari tahun
2014-2018 masih dibawah 50%.

4.2.3 Rasio Aktivitas


1. Total Asset Turnover Rasio ini merupakanrasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva
(Kashmir, 2008:185)
Tahun 2014 = Penjualan

38
Total Aktiva

= 89.696.000.000
140.895.000.000

= 0,63 kali

Tahun 2015 = Penjualan


Total Aktiva

= 102.470.000.000
166.173.000.000

= 0,61 kali

Tahun 2016 = Penjualan


Total Aktiva

= 116.333.000.000
179.611.000.000

= 0,64 kali

Tahun 2017 = Penjualan


Total Aktiva

= 128.256.000.000
198.484.000.000

= 0,64 kali

Tahun 2018 = Penjualan


Total Aktiva

= 130.784.000.000
206.196.000.000

= 0,63 kali

Berikut perhitungan Total Asset Turnover PT.Telekomunikasi Indonesia,


Tbk. Tahun 2014-2018

Tabel 5.5 Perhitungan Total Asset Turnover Ratio Tahun 2014-2018

39
Tahun Penjualan Total Aktiva TA Turnover
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 89.696.000.000 140.895.000.00 0,63 kali
0
2015 102.470.000.000 166.173.000.00 0,61 kali
0
2016 116.333.000.000 179.611.000.00 0,64 kali
0
2017 128.256.000.000 198.484.000.00 0,64 kali
0
2018 130.784.000.000 206.196.000.00 0,63 kali
0
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 5.5 total asset turnover PT. Telekomunikasi Indonesia,


Tbk. tahun 2014-2018 yaitu:
Total asset turnover dilihat dari tahun 2014 sampai 2018 mengalami
ketidakstabilan setiap tahun. Pada tahun 2014 total asset turnover sebesar
0,63 kali yang artinya setiap Rp.1,00 total aset ikut berkontribusi
menciptakan Rp.0,63 penjualan (Kashmir,2008:186). Aktiva dapat lebih
cepat berputar dan menghasilkan laba dan menunjukan efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan sehingga
dapat membatasi pembelian aktiva baru yang dapat mengurangi modal,
yang berarti perusahaan memiliki total aset yang cukup dimana total aset
yang ada sudah dimanfaatkan secara maksimal untuk menciptakan
penjualan. Pada tahun 2015 sampai 2018 sebesar 0,61 kali 0,64 kali dan
63 kali yang artinya setiap Rp.1,00 total aset turut berkontribusi
menciptakan Rp.0,61 Rp.0,64 dan Rp. 0,63 penjualan, disebabkan jumlah
barang yang akan dijual masih belum banyak penjualan. Dalam hal ini
penting bagi perusahaan meningkatkan penjualan atau mengurangi
sebagian aset yang kurang produktif yang berarti perusahaan perusahaan

40
memiliki kelebihan total aset, dimana total aset yang belum dimanfaatkan
secara maksimal dalam mencapai penjualan(Kashmir,2008:185).

2. Fixet Asset Turnover Rasio ini mengukur sejauhmana kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang
dimiliki oleh perusahaan.

Tahun 2014 = Penjualan


Total Aktiva Tetap

= 89.696.000.000
94.809.000.000

= 0,94 kali

Tahun 2015 = Penjualan


Total Aktiva Tetap

= 102.470.000.000
103.700.000.000

= 0,98 kali

Tahun 2016 = Penjualan


Total Aktiva Tetap

= 116.333.000.000
114.498.000.000

= 1 kali

Tahun 2017 = Penjualan


Total Aktiva Tetap

= 128.256.000.000
130.171.000.000

= 0,98 kali

41
Tahun 2018 = Penjualan
Total Aktiva Tetap

= 130.784.000.000
143.248.000.000

= 0,91 kali

Berikut perhitungan Fixed Asset Turnover PT.Telekomunikasi Indonesia,


Tbk. Tahun 2014-2018

Tabel 5.6 Perhitungan Fixed Asset Turnover Ratio Tahun 2014-2018


Tahun Penjualan Aktiva Tetap FA Turnover
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 89.696.000.000 94.809.000.000 0,94 kali
2015 102.470.000.000 103.700.000.00 0,98 kali
0
2016 116.333.000.000 114.498.000.00 1 kali
0
2017 128.256.000.000 130.171.000.00 0,98 kali
0
2018 130.784.000.000 143.248.000.00 0,91 kali
0
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 5.6 fixed asset turnover PT. Telekomunikasi


Indonesia, Tbk. Tahun 2014-2018 yaitu:
Perputaran aset tetap yang tinggi mengindikasikan bahwa fixed assets atau
aktiva tetap digunakan secara efisien dan jumlah penjualan yang dihasilkan
hanya dengan menggunakan jumlah aset yang kecil. Sebaliknya, rasio
perputaran aset tetap yang rendah menunjukan perusahaan tidak
menggunakan asetnya secara efisien dan efektif. Pada tahun 2014 0,94 kali
yang artinya penjulan yang dihasilkan dari total aset yang ia miliki adalah 94.
Semakin tinggi nilainya maka akan semakin baik karena itu artinya

42
perusahaan mampun memaksimalkan aset yang ia miliki untuk menghasilkan
penjualan yang lebih tinggi. Selain itu, penjualan yang tinggi juga akan
berdampak pada tercukupinya kas perusahaan serta nilai laba bersih yang
semakin tinggi pula.

4.2.4 Rasio Profitabilitas


1. Return On Investment Rasio ini menggambarkan hasil atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan.

Tahun 2014 = Laba Bersih x 100%


Total Aktiva

= 21.471.000.000
140.895.000.000 x 100%

= 15,2%

Tahun 2015 = Laba Bersih x 100%


Total Aktiva

= 23.948.000.000
166.173.000.000 x 100%

= 14,4%
Tahun 2016 = Laba Bersih x 100%
Total Aktiva

= 27.073.000.000
179.611.000.000 x 100%

= 15%

Tahun 2017 = Laba Bersih x 100%


Total Aktiva

43
= 30.369.000.000
198.484.000.000 x 100%

= 15,3%

Tahun 2018 = Laba Bersih x 100%


Total Aktiva

= 31.921.000.000
206.196.000.000 x 100%

= 15,4%

Berikut perhitungan Return On Investment PT.Telekomunikasi Indonesia,


Tbk. Tahun 2014-2018

Tabel 5.7 Perhitungan Return On Investment Tahun 2014-2018


Tahun Laba Bersih Total Aktiva ROI
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 21.471.000.000 140.471.000.000 15,2%
2015 23.948.000.000 166.173.000.000 14,4%
2016 27.073.000.000 179.611.000.000 15%
2017 30.369.000.000 198.484.000.000 15,3%
2018 31.921.000.000 206.196.000.000 15,4%
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 5.7 return on investment PT. Telekomunikasi


Indonesia,Tbk. tahun 2014-2018 yaitu:
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva yang
dimiliki perusahaan. Return on investment (ROI) menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang dimiliki.
Pada tabel tesebut menggambarkan bahwa pada tahun 2014 tingkat
pengembalian investasi sebesar 15,2%, kemudian pada tahun 2015 menurun
sebesar 14,4% artinya hasil pengembalian investasi menurun sebesar 0,8%

44
dan ini menggambarkan bahwa manajemen tidak mampu untuk memperoleh
pengembalian investasi yang disebabkan meningkatnya jumlah laba bersih
(Kashmir, 2008:203). Pada tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 15,4%
hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah aset tetap dan aset tidak
lancar dan disebabkan juga aktivitas penjualan yang optimal.

2. Profir Margin Rasio ini digunakan untuk mengukur presentase laba bersih
atas penjualan.
Tahun 2014 = Laba Bersih x 100%
Penjualan

= 21.471.000.000
89.696.000.000 x 100%

= 23,9%

Tahun 2015 = Laba Bersih x 100%


Penjualan

= 23.948.000.000
102.470.000.000 x 100%

= 23,3%

Tahun 2016 = Laba Bersih x 100%


Penjualan

= 27.073.000.000
116.333.000.000 x 100%

= 23,2%

Tahun 2017 = Laba Bersih x 100%


Penjualan

45
= 30.369.000.000
128.256.000.000 x 100%

= 23,6%

Tahun 2018 = Laba Bersih x 100%


Penjualan

= 31.921.000.000
130.784.000.000 x 100%

= 24,4%

Berikut perhitungan Profit Margin PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk.


Tahun 2014-2018

Tabel 5.8 Perhitungan Profit Margin Tahun 2014-2018


Tahun Laba Bersih Penjualan Profit Margin
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 21.471.000.000 89.696.000.000 23,9%
2015 23.948.000.000 102.470.000.000 23,3%
2016 27.073.000.000 116.333.000.000 23,2%
2017 30.369.000.000 128.256.000.000 23,6%
2018 31.921.000.000 130.784.000.000 24,4%
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 5.8 profit margin PT. Telekomunikasi Indonesia,


Tbk. tahun 2014-2018 yaitu:
Semakin besar rasionya akan menjadi lebih baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang cukup tinggi. Berdasarkan
pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa laba bersih dari tahun 2014 sampai
2018 stabil. Profit margin yang tinggi menunjukan perusahaan menetapkan
harga produknya dengan benar dan berhasil mengendalikan biaya dengan
baik. Pada tahun 2014 angka profit margin mencapai sebesar 23,9% dari total

46
penjualan bersih yang artinya setiap Rp.1,00 penjualan bersih turut
berkontribusi menciptakan Rp.0,239 laba bersih (Hery, 2015:236) yang
artinya ada peningkatan penjualan tetapi masih menghasilkan laba bersih yang
rendah dan pada tahun berikutnya sebesar 23,3% total penjualan bersih yang
artinya setiap Rp.1,00 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan
Rp0,233 laba bersih (Hery, 2015:236) yang disebabkan menurunnya
penjualan disertai menurunnya laba bersih, semakin tinggi rasio ini maka
kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
kepercayaan kreditor untuk memberi pinjaman pada perusahaan hal ini
dikarenakan pada tahun 2011 dan 2012 jumlah penjualan meningkat dan
menghasilkan laba bersih yang tinggi. Rasio ini menggambarkan berapa besar
presentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan dan rasio yang
besar akan sangat menguntungkan sebuah perusahaan.

3. Return On Equity Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri (Kashmir, 2008:204).

Tahun 2014 = Laba Bersih x 100%


Modal

= 21.471.000.000
86.125.000.000 x 100%

= 24,9%

Tahun 2015 = Laba Bersih x 100%


Modal

= 23.948.000.000
93.428.000.000 x 100%

= 25,6%

47
Tahun 2016 = Laba Bersih x 100%
Modal

= 27.073.000.000
105.544.000.000 x 100%

= 25,6%

Tahun 2017 = Laba Bersih x 100%


Modal

= 30.369.000.000
112.130.000.000 x 100%

= 27%

Tahun 2018 = Laba Bersih x 100%


Modal

= 31.921.000.000
119.303.000.000 x 100%

= 27,2%

Berikut perhitungan Return On Equity PT.Telekomunikasi Indonesia,


Tbk. Tahun 2014-2018

Tabel 5.9 Perhitungan Return On Equity Tahun 2014-2018


Tahun Laba Bersih Modal ROE
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 21.471.000.000 86.125.000.000 24%
2015 23.948.000.000 93.428.000.000 25%
2016 27.073.000.000 105.544.000.000 25%
2017 30.369.000.000 112.130.000.000 27%
2018 31.921.000.000 117.303.000.000 27%
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 5.9 return on equity PT. Telekomunikasi Indonesia,


Tbk. Tahun 2014-2018 yaitu:

48
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal yang
dimiliki perusahaan. Berdasarkan tabel return on equity pada tahun 2014
menggambarkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperoleh
sebesar 24% kemudian, tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 25%
artinya pengembalian investasi meningkat 1% dan menggambarkan
kemampuan manajemen untuk memperoleh pengembalian modal seiring
dengan meningkatnya pengembalian investasi (Kashmir, 2008:205) yang
disebabkan jumlah ekuitas yang dapat diartibusikan kepada pemilik entitas
induk dan meningkatnya laba usaha. hal ini berarti bahwa perusahaan mampu
menghasilkan laba Rp.0,25 yang menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,00
modal yang disetor pemegang saham memberikan tingkat pengembalian
sebesar Rp. 0,25 dari modal. Pada tahun 2017 dan 2018 mengalami kenaikan
sebesar 27% dari tahun sebelumnya hal ini disebabkan meningkatnya jumlah
ekuitas yang dapat diartibusikan kepada pemilik entitas induk yang artinya
bahwa setiap Rp.1,00 modal yang disetor pemegang saham memberikan
tingkat pengembalian sebesar Rp.0,27 dari modal yang dimiliki, perusahaan
mampu menghasilkan laba sebesar Rp.0,27 disebabkan pengembalian atas
ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari
setiap rupiah yang tertanam dalam ekuitas.

49
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada
PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk. tahun 2011-2015 maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan rasio likuiditas menggambarkan PT. Telekomunikasi,
Tbk. berada dalam kondisi yang tidak baik. Hal iniberarti perusahaan tidak
mampu memenuhi semua kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar, dan bila

50
dilihat dari cash rationya, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. tidak mampu
melunasi setiap hutang lancarnya, dan hutang lancarnya tidak dijamin dengan
kas dan setara kas. Hal ini berarti PT. Telekomunikasi, Tbk. berada dalam
kondisi keuangan yang kurang baik.
2. Secara keseluruhan rasio solvabilitas debt ratio PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk. berada dalam tingkat yang baik atau solvabel dimana total
hutangnya diatas rata rata dari total aktiva. Selain itu, debt to equity ratio juga
menggambarkan posisi total hutang diatas rata-rata modal sendiri, hal ini
berarti PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.bisa belum mampu karena dapat
menimbulkan konsekuensi bagi kreditor untuk menanggung resiko yang lebih
besar pada saat perusahaan mengalami kegagalan keuangan.
3. Secara keseluruhan rasio aktivitas menggambarkan PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.belum efektif karena masih banyak aset yang belum terjual
secara efektif dan perusahaan mengalami peningkatan penagihan piutang
yang dimiliki tetapi kurang mampu menggunakan aktiva yang dimiliki secara
efektif untuk menghasilkan penjualan.
4. Secara keseluruhan rasio rentabilitas menggambarkan PT. Telekomunikasi,
Tbk menggambarkan hasil yang baik. Hal ini disebabkan adanya kenaikan
pendapatan dan dihasilkannya laba yang cukup baik.

5.2 KETERBATASAN PENELITIAN


Penjelasan mengenai rasio PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. periode tahun
2011-2015 tidak seluruhnya dapat diperoleh oleh peneliti karena laporan keuangan
hanya dipublikasikan melalui website.

5.3 SARAN
Berdasarkan data hasil penelitian, analisis yang telah dilakukan, dan
kesimpulan yang diperoleh maka penulis memberikan saran antara lain sebagai
berikut.

51
1. Untuk meningkatkan likuiditas, perusahaan dapat melakukan dengan cara
mengurangi nilai persediaan atau dengan menekan hutang lancar.
2. Untuk meningkatkan solvabilitas, perusahaan dapat melakukan dengan cara
menambah modal yang dimiliki, sehingga perusahaan dapat melunasi
kewajiban.
3. Untuk meningkatkan aktivitas, perusahaan dapat melakukan dengan
meningkatkan efektifitas penjualan untuk meningkatkan piutang perusahaan.
4. Untuk meningkatkan rentabilitas, perusahaan perlu meningkatkan penjualan
dan mengurangi biaya, sehingga laba yang diperoleh perusahaan dapat lebih
besar.

LAMPIRAN

52
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2014

53
54
55
56
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2015

57
58
59
60
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2016

61
62
63
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2017

64
65
66
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2018

67
68
69

Anda mungkin juga menyukai