Skripsi Revisi Bab 1-4
Skripsi Revisi Bab 1-4
PENDAHULUAN
1
mengenai aktivitas perusahaan , dan (3) laporan arus kas, yang memberi informasi
mengenai aliran kas masuk dan aliran kas keluar perusahaan.
Hasil analisis laporan keuangan perusahaan dapat dilihat kekuatan dan kelemahan
perusahaan dengan membandingkan rasio-rasio laporan keuangan dari satu
perusahaan dengan perusahaan sejenis pada periode yang sama. Adanya analisis
tersebut sangat membatu manajemen dalam menilai kebijakan yang telah dijalani
perusahaan sehingga dapat membantu pengambilan keputusan untuk periode yang
akan datang. Disamping itu manajemen dapat pula mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keuangan perusahaan.
Sebagai perusahaan telekomunikasi terkemuka, PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk merupakan perusahaan yang sangat maju, berkembang dan terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan
perusahaan dengan menganalisis laporan keuangan menggunakan analisis rasio
keuangan pada PT Telekomunikasi Indonesia,. Sehingga dapat dikatakan rasio
profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan PT
Telekomunikasi Indonesia, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan
uraian di atas, peneliti memberikan judul dalam penelitian ini yaitu: “ANALISIS
RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PADA PT
TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK”
2
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis menitik beratkan pada
permasalahan “bagaimana kinerja PT Telekomunikasi Indonesia, jika diukur dengan
analisis laporan keuangan mengunakan perhitungan rasio yang meliputi:
1. Bagaimana tingkat rasio likuditas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ?
2. Bagaimana tingkat rasio solvabilitas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ?
3. Bagaimana tingkat rasio rentabilitas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ?
4. Bagaimana kondisi keuangan dan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk?
3
Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi salah satu wadah untuk
memperdalam dan menerapkan pengetahuan penulis dalam ilmu manajemen dan
ilmu lainnya yang terkait, yang sudah diperoleh selama ini untuk memecahkan
persoalan-persoalan nyata dilapangan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Menurut Farid danSiswanto (2011:2) yang dimaksud dengan laporan
keuangan adalah “Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu
memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang
bersifat financial”.
Pengertian laporan keuangan menurutMunawir (2007:2) adalah sebagai
berikut:
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yangdapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingandengan
data atau efektivitas perusahaan tersebut.
6
Menurut Munawir (2007:13) menyatakan bahwa:
Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, dan
Laporan Perubahan Modal atau Laba yang Ditahan, walaupun dalam prakteknya
sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan
lebih lanjut. Misalnya, Laporan Perubahan Modal Kerja, Laporan Arus Kas,
Perhitungan Harga Pokok, maupun daftar-daftar lampiran yang lain.
7
pengukuran laba adalah penghasilan dan beban. Laporan laba rugi minimal
mencakup pos-pos sebagai berikut:pendapatan; beban keuangan; bagian laba
atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas; beban pajak; laba
atau rugi neto.
3. Laporan perubahan ekuitas
Dalam laporan ini menunjukkan Seluruh perubahan dalam ekuitas untuk
suatu periode, termasuk di dalamnya pos pendapatan dan beban yang diakui
secara langsung dalam ekuitasuntuk periode tersebut, pengaruh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode
tersebut. Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik termasuk jumlah
investasi, penghitungan dividen dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama
suatu periode.
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara
kasentitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama
satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
5. Catatan atas laporan keuangan
Yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi
penjelasan lainnya. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai
tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas
laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
8
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi.
9
2.2 Analisis Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Dwi Pratowo, analisis keuangan merupakan suatu proses yang penuh
pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil
operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk
menentukan estimasi dan prediksi yang paling mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang (2011:56).
Menurut Jumingan, Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang
menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan
keuangan (2008:118).
Dilihat dari pengertian-pengertian analisis laporan keuangan di atas dapat
disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk memperoleh
informasi mengenai posisi keuangan yang bertujuan menilai dan mengukur kinerja
perusahaan pada masa mendatang.
10
dimiliki atau Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan
aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio ini digunakan pada posisi
jangka pendek yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan menyediakan
alat-alat yang paling likuid guna menjamin pengembalian hutang jangka pendek
yang telah jatuh tempo dengan mengetahui angka perbandingan dari rasio ini,
maka akan diketahui sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini tidak bicara masalah solvabilitas
(kewajiban jangka panjang), dan biasanya relatif tidak penting dibandingkan rasio
solvabilitas, tatapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan
mempengaruhi solvabilitas perusahaan.
Untuk menilai likuiditas perusahaan menggunakan rasio:
a. Current Ratio
Current Ratio adalah perbadingan antara jumlah aktiva lancar dengan
hutang lancar. Secara matematis dapat dirumuskan:
Current Ratio = Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar
b. Cash Ratio
Cash Ratio yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan untuk
membayar kewajiban yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia
didalam perusahaan dan efek yang segera dapat dicarikan
11
Cash Ratio = Aktiva Lancar + Efek x 100%
Hutang Lancar
12
b. Debt to Total Assets Ratio
Yaitu perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang
jangka panjang) dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan berapa bagian
keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
13
Total Asset Turnover = Penjualan
Total Aktiva
b. Profit Margin
Rasio laba bersih digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih
yang dicapai dari sejumlah penjualan tertentu. Rasio ini yang umumnya
14
digunakan dan dibandingkan dengan rasio terdahulu mengingat laba yang
dihasilkan merupakan laba bersih perusahaan.
Gross Profit Margin = Laba Bersih x 100%
Penjualan
c. Return On Equity
Merupakan rasio pengukuran terhadap yang dicapai bagi pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham referend)
atas modal diinvestasikan pada perusahaan. Semakin tinggi ROE maka
semakin tinggi pula penghasilan yang diterima pemilik perusahaan yang
berarti pula semakin baik kedudukannya dalam perusahaan.
Gross Profit Margin = Laba Bersih x 100%
Modal Sendiri
15
Margin laba atas penjualan (Profit margin on sales), rasio dasar
menghasilkan laba (Retunr on total ratio), pengambilan atas total aktiva
(retunr on common equity), tingkat pengambilan atas saham biasa (retunr
on common equity).
16
2.4.2 Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Munawir (2010:64) pengertian kinerja keuangan adalah “Prestasi
kerja yang telah diperoleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dan terutang
dalam laporan keuangan yang bersangkutan.”
Menurut Fahmi (2011:2) mengemukakan bahwa“Kinerja keuangan adalah
suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik
dan benar.”
Sedangkan menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja
keuangan ialah “penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya.”
Dari definisi pengertian kinerja keuangan di atas, dapat diambil kesimpulan
sederhana bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada
suatu periode yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
18
Sedangkan data kuantitatif yang berbentuk angka atau data yang diangkakan.
sebagai data kuantitatif dalam penelitian ini adalah laporan keuangan periode 2014
sampai dengan 2018 dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang diakses melalui
website resmi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. : www.telkom.co.id
19
Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan digunakan suatu alat analisis
yang berupa rasio-rasio keuangan atau laporan keuangan yang mengukur atau
mengidentifikasi tingkat kinerja perusahaan. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan dua pendekatan analisis yaitu:
Dalam hal ini peneliti menggunakaan analisis rasio dalam empat kelompok besar
(variabel empat besar) antara lain:
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Current Ratio = Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar
b. Cash Ratio
Cash Ratio = Kas dan Setara Kas x 100%
Hutang Lancar
2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Equity Ratio
20
Debt to Equity Ratio = Total Hutang x 100%
Modal Sendiri
b. Debt to Total Asset Ratio
Debt to Total Assets Ratio = Total Hutang x 100%
Total Aktiva
3. Rasio Aktivitas
a. Total Asset Turnover .
Total Aktiva
4. Rasio Profitabilitas
a. Return On Investment
Gross ROI = Laba Bersih x 100%
Total Aktiva
b. Profit Margin
Gross Profit Magin = Laba Bersih x 100%
Penjualan
c. Return On Equity
Gross Profit Magin = Laba Bersih x 100%
Modal Sendiri
21
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
22
perusahan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) dan perusahaan Negara
Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Pada tahun 1974 Perusahaan Negara
Telekomunikasidisesuaikan menjadi perusahaanUmum Telekomunikasi
(PERUMTEL)yang menyelenggarakan jasa Telekomunikasi Nasional dan
Internasional. Pada tahun 1980 Indonesia mendirikan suatu badan usaha untuk jasa
Telekomunikasi Internasional yang bernamaPT. Indonesian Satelite Corporation
(INDOSAT) yang terpisah dari PERUMTEL. Pada tahun 1989 pemerintah Indonesia
mengeluarkan UU No.3/1989 mengenai Telekomunikasi, yang isinya tentang peran
swasta dalam penyelenggaraan Telekomunikasi.
Pada tahun 1991 PERUMTEL berubah bentuk menjadi perusahaan perseroan
(Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP No.25/ 1991 sampai sekarang.
Perubahan di lingkungan PT. TELKOM Indonesia, Tbk terus berlanjut mulai dari
perusahan jawatan sampai perusahaanpublik. Perubahan-perubahan besar terjadi pada
tahun 1995 meliputi (1) Restrukturisasi Internal; (2) Kerjasama Internal; (3)Intial
Publik Offering(IPO). Jenis usaha PT. TelekomunikasiIndonesia, Tbk.adalah
penyelenggara jasa Telekomunikasi dalam negeri dan bidang usaha terkait seperti
jasa sistem Telepon Bergerak (STBS) sirkuit pelanggan, teleks, penyewaan
transpoder satelit,VSAT(Verry Small Apenture Terminal) dan jasa nilai tambah
tertentu. Pada tanggal 1Juli 1995 organisasi PT. TelekomunikasiIndonesia,
Tbk.berhasil menrekstruktur jenis jasa telekomunikasi menjadi tujuh divisi regional
dan satu divisi network yang keduanya mengelola bidang usaha utama. Divisi
regional sebagai pengganti struktur WITEL yang memiliki daerah teritorial tertentu,
namun hanya menyelenggarakan jasa telepon lokal dan mendapat bagian dari jasa
SLJJ dan SLI. Divisinetworkmenyelenggarakan jasa Telekomunikasi jarak jauh.PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk, (Telkom) Saat ini sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia (53,6%), dan 46,4% dimiliki oleh Publik, Bank of New York,
dan Investor dalam Negeri. Telkom mempunyai 13 anak perusahaan. Telkom telah
melayani lebih dari 151,9 juta pelanggan yang terdiri dari seluler(Telkomsel) lebih
dari 125 juta dan pelanggan tetap 25,8 juta.Perusahaan ini menyediakan berbagai
23
layanan komunikasi lainnya termasuk interkoneksi jaringan telepon, multimedia, data
dan layanan terkait komunikasi internet, sewa transponder satelit, sirkit langganan,
televisi berbayar dan layanan VoIP.
Perusahaan yang memiliki visi menjadi perusahaan yang unggul dalam
penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media, Edutainment dan Services
(“TIMES”) di kawasan regional ini telah mendominasi lebih dari 60 persen pangsa
pasar broadband Indonesia.Telkom sudah memiliki lebih dari 19 juta pelanggan
broadband. Telkom memiliki kapasitas gateway internet lebih dari 106,4 Gbps.
Perusahaan ini selalu berusaha memastikan kecukupan gateway internet guna
memenuhi kebutuhan konsumen baik darifixed broadband maupunmobile
Broadband.Telkom berfokus pada layanan TIMES dan berkomitmen mempelopori
masyarakat digital di Indonesia. Telkom mempunyai grand strategy menuju
sustainable competitive growth dengan sasaran pertumbuhan organik meliputi
layanan konsumer, layanan enterprise, dan layanan wholesale dan internasional, yang
didukung oleh 10 juta sambungan POTS dan 5 juta sambungan Speedy. Serta
pertumbuhan inorganik yang diraih dengan pengembangan bisnis baru, pengelolaan
portofolio strategis, serta membangun sinergi antara perusahaan dan entitas.
24
lebih dini dan men-deliver layanan melebihi ekspektasi mereka. Peningkatan bisnis
broadband dan digital dilakukan dengan menghadirkan layanan broadband yang
handal dan berkualitas tinggi, didukung oleh layanan digital yang inovatif sesuai
dengan perkembangan lifestyle dan ekspektasi pelanggan. Sedangkan lean operation
diimplementasikan untuk mengefisienkan proses secara digital yang didukung oleh
organisasi dan kepemimpinan yang memiliki digital culture yang efektif, agile dan
kolaboratif.
MISI : Misi Telkom adalah “Lead Indonesian Digital Innovation and
Globalization”, dimana Telkom menjadi pelopor inovasi di Indonesia untuk menjadi
pemain global terkemuka. Telkom berperan aktif dalam pengembangan ekosistem
digital yang mendorong berbagai inovasi dan meningkatkan daya saing industri
digital di Indonesia.
4.1.3 ARTI DAN MAKNA LOGO PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA,
TBK.
Berikut adalah logo dari Perseroan beserta penjelasannya.
Gambar 2.2
Arti dan Makna Logo PT. Telekomunikasi Indonesia
Logo Merah Putih merupakan logo terbaru Perseroan yang baru diperkenalkan
pada saat HUT RI yang ke-68 Tahun 2013. Logo baru ini mencerminkan komitmen
25
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa
Indonesia.
Penampilan logo barutersebut mencakup perubahan logo secara menyeluruh
dan terintegrasi dengan empat aspek dasar perusahaan, yaitu transformasi bisnis,
infrastruktur, sistem dan model operasi serta sumber daya manusia.
Logo ini merupakan cerminan dari “brand value” baru yang selajutnya disebut
dengan “Life in Touch” dan diperkuat dengan tag line baru pengganti “committed
2U” yakni “the world in your hand”.
Tagline: The World In Your Hand
Bermakna “Dunia dalam Genggaman Anda” menyampaikan pesan bahwa PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk akan membuat segalanya menjadi lebih mudah dan
lebih menyenangkan dalam mengakses dunia.
Dan berikut adalah filosofi dari warna logo baru PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk:
1. Merah berarti Berani, Cinta, Energi, dan Ulet. Mencerminkan spirit perseroan
untuk selalu optimis dan berani dalam menghadapi tantangan.
2. Putih berarti Suci, Damai, Cahaya, dan BersatuMencerminkan semangat
Telkom untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa.
3. Hitam merupakan Warna Dasar yang melambangkan kemauan keras.
4. Abu merupakan Warna Transisi yang melambangkan teknologi. Dengan tetap
mengacu kepada filosofi Telkom Corporate, yaitu Always The Bestsebagai
keyakinan dasar untuk selalu memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan
yang dilakukan dan senantiasa memperbaiki hal-hal yang biasa menjadi
sebuah kondisi yang lebih baik, dan pada akhirnya akan membawanya
menjadi yang terbaik.
26
melakukan usaha di bidang penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi,
informatika serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan
untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi berdaya saing kuat
untuk mendapat/mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan
menerapkan prinsip Perseroan Terbatas. Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan
usaha Telkom yaitu:
USAHA UTAMA
1. Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan/menjual dan
meningkatkan layanan jasa telekomunikasi dan informatika dalam arti yang
seluas luasnya dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Melakukan investasi termasuk penyertaan modal pada perusahaan lainnya
sejalan dengan dan untuk mencapai maksud dan tujuan Perseroan.
USAHA PENUNJANG
1. Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya
yang dimiliki Perseroan, antara lain pemanfaatan aktiva tetap dan aktiva
bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan,
fasilitas pemeliharaan dan perbaikan.
2. Bekerja sama dengan pihak lain dalam rangka optimalisasi sumber daya
informatika, komunikasi atau teknologi yang dimiliki oleh pihak lain pelaku
industri informatika, komunikasi dan teknologi, sejalan dengan dan untuk
mencapai maksud dan tujuan Perseroan.
27
4.1.5 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
28
4.2 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.2.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuditas digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (Hery,
2015:175).
1. Current Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan (Hery, 2015:178)
= 33.762.000.000
31.786.000.000 x 100%
= 106%
= 47.912.000.000
35.413.000.000 x 100%
29
= 135%
= 47.701.000.000
39.762.000.000 x 100%
= 119%
= 47.561.000.000
45.376.000.000 x 100%
= 104%
Tahun 2018 = Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar
= 43.268.000.000
46.261.000.000 x 100%
= 93%
30
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. dilihat dari sisi rasio lancarnya,
secara umum dari tahun 2014 sampai 2018 perusahaan ini berada dalam
posisi yang baik. Pada tahun 2014 sebesar 106% yang artinya setiap
Rp.1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp.1,6 aktiva lancar. Pada tahun
2015 sebesar Rp. 135% disebabkan jumlah aktiva lancar meningkat dan
bisa melunasi utang lancar, yang artinya setiap Rp.1,00 hutang lancar
dapat dijamin dengan Rp.1,35 aktiva lancar yang membuat kepercayaan
kreditur semakin bertambah untuk memberikan pinjaman jangka pendek
kepada perusahaan, hal ini disebabkan pertambahan aktiva lancar dengan
berkurangnya hutang lancar, semakin tinggi rasio ini belum tentu
perusahaan dikatakan baik.(Hery,2015:179). Pada tahun 2016 sebesar
119%, disebabkan besarnya aktiva lancar menurun dari tahun sebelumnya,
yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 1,19
Aktiva lancar. Apabila dari tahun 204-2018 nilai curent ratio
PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk. menggambarkan bahwa posisi kinerja
keuangan perusahan berada pada kondisi illikuid karena nilai aktiva lancar
sebagai jaminan atas hutang lancarnya lebih kecil, maka ditahun 2017
perhitungan current ratio sebesar 104% yang artinya setiap Rp.1,00 hutang
lancar dapat dijamin dengan Rp.1,4 aktiva lancar, hal ini menggambarkan
bahwa kondisi perusahaan berada pada tingkat yang baik, karena besarnya
nilai aktiva lancar sebagai jaminan atas hutang lancarnya lebih besar yang
disebabkan meningkatnya piutang usaha. Dan , di tahun 2018 menurun
sebesar Rp. 93% yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dapat dijamin
sebesar Rp 0,93 aktiva lancar, dimana rasio lancar yang rendah dapat
dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar hutang
(Kashmir,2008:135). Dalam praktik, standar rasio lancar yang baik dalam
perusahaan berkisar pada angka 2:1 atau 200%, besaran rasio ini sering
dianggap sebagai ukuran yang baik atau memuaskan bagi tingkat
likuiditas perusahaan. Artinya, dengan hasil perhitungan rasio sebesar itu,
31
perusahaan sudah dikatakan baik dalam perlunasan hutang
(Hery,2015:179).
2. Cash Ratio Rasio ini merupakan seberapa besar uang kas atau setara kas
yang tersedia untuk membayar hutang (Hery, 2015:183)
= 17.672.000.000
31.786.000.000 x 100%
= 55,5%
= 28.117.000.000
35.413.000.000 x 100%
= 79,3%
= 29.767.000.000
39.762.000.000 x 100%
= 74%
= 25.145.000.000
45.376.000.000 x 100%
= 55,4%
32
Hutang Lancar
= 17.439.000.000
46.261.000.000 x 100%
= 37,6%
33
dilihat dari Cash Ratio PT. Telekomunikasi, Tbk. dapat dikatakan tidak baik
karena tidak dapat menutupi hutang lancar dengan kas yang dimiliki
perusahaan.
= 54.770.000.000
86.125.000.000 x 100%
= 63,5%
= 72.745.000.000
93.428.000.000 x 100%
= 77,8%
= 74.067.000.000
105.544.000.000 x 100%
= 70,1%
34
= 86.354.000.000
112.130.000.000 x 100%
= 77%
= 88.893.000.000
117.303.000.000 x 100%
= 75,7%
35
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari
perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah
rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya (Kashmir, 2008:159). Rasio Hutang terhadap Ekuitas yang
optimal pada suatu perusahaan adalah sekitar 100%, dimana Jumlah Hutang
adalah sama dengan Jumlah Ekuitas. Pada tahun 2018 utang kembali
meningkat sebesar 75,7%yang artinya bahwa kreditor menyediakan Rp.0,75
pada tahun 2018 untuk setiap Rp.1,00 yang disediakan pemegang saham yang
disebabkan meningkatnya jumlah hutang dan jumlah modal yang dimiliki,
memberi pinjaman kepada debitur yang meiliki tingkat debt to equity yang
tinggi menimbulkan resiko bagi kreditor untuk menanggung resiko yang lebih
besar pada saat debitur mengalami kegagalan keuangan. Hal ini tentu saja
tidak menguntungkan kreditor. Dengan kata lain, akan lebih aman bagi
kreditor apabila memberikan pinjaman kepada debitur yang memiliki tingkat
debt to equity ratio yang rendah karena hal ini berarti bahwa akan semakin
besar jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan
utang(Hery,2015:198).
= 54.770.000.000
140.895.000.000 x 100%
= 38,8%
= 72.745.000.000
166.173.000.000 x 100%
36
= 43,7%
Tahun 2016 = Total Hutang x 100%
Total Aktiva
= 74.067.000.000
179.611.000.000 x 100%
= 41,2%
= 86.354.000.000
198.484.000.000 x 100%
= 43,5%
= 88.893.000.000
206.196.000.000 x 100%
= 43,1%
37
Berdasarkan tabel 5.4 debt to total asset ratio PT. Telekomunikasi
Indonesia,Tbk. tahun 2014-2018 yaitu:
Rasio menggambarkan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. berada dalam
kondisi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari rasio hutang terhadap total aktiva
pada tahun 2014 sebesar 38,8% yang artinya setiap Rp.1,00 aset, Rp.0,38 nya
dibiayai oleh hutang dan Rp.0,62 nya dibiayai oleh modal (Hery, 2015:196),
hal ini disebabkan aset tidak tetap menurun dari tahun sebelumnya dan diikuti
menurunnya hutang jangka panjang yang menyebabkan mengurangi
kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman dari kreditor
karena dikhawatirkan bahwa perusahaan tidak mampu melunasi utang-
utangnya dengan total aset yang dimiliki. Semakin tinggi rasionya, semakin
besar pula risiko yang terkait dengan operasional perusahaan. Sedangkan rasio
utang yang rendah mengindikasikan pembiayaan konservatif dengan
kesempatan untuk meminjam di masa depan tanpa risiko yang signifikan
(Kashmir,2008:156). Pada tahun 2016 sebesar 41,2% yang artinya setiap
Rp.1,00 aset, Rp.0,41 nya dibiayai oleh hutang dan Rp.0,59 dibayai oleh
modal (Hery,2015:196), pada tahun tersebut dapat menggambarkan bahwa
manajemen perusahaan dalam kondisi yang solvabel karena dapat mengurangi
jumlah hutang yang dimiliki, semakin kecil rasio ini menggambarkan bahwa
sedikitnya aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. Jadi perusahaan ini
masih bisa dikatakan dalam keadaan yang solvabel karena rata rata dari tahun
2014-2018 masih dibawah 50%.
38
Total Aktiva
= 89.696.000.000
140.895.000.000
= 0,63 kali
= 102.470.000.000
166.173.000.000
= 0,61 kali
= 116.333.000.000
179.611.000.000
= 0,64 kali
= 128.256.000.000
198.484.000.000
= 0,64 kali
= 130.784.000.000
206.196.000.000
= 0,63 kali
39
Tahun Penjualan Total Aktiva TA Turnover
(Rp) (Rp) (c)=(a)/(b)
(a) (b)
2014 89.696.000.000 140.895.000.00 0,63 kali
0
2015 102.470.000.000 166.173.000.00 0,61 kali
0
2016 116.333.000.000 179.611.000.00 0,64 kali
0
2017 128.256.000.000 198.484.000.00 0,64 kali
0
2018 130.784.000.000 206.196.000.00 0,63 kali
0
Sumber : Data diolah
40
memiliki kelebihan total aset, dimana total aset yang belum dimanfaatkan
secara maksimal dalam mencapai penjualan(Kashmir,2008:185).
= 89.696.000.000
94.809.000.000
= 0,94 kali
= 102.470.000.000
103.700.000.000
= 0,98 kali
= 116.333.000.000
114.498.000.000
= 1 kali
= 128.256.000.000
130.171.000.000
= 0,98 kali
41
Tahun 2018 = Penjualan
Total Aktiva Tetap
= 130.784.000.000
143.248.000.000
= 0,91 kali
42
perusahaan mampun memaksimalkan aset yang ia miliki untuk menghasilkan
penjualan yang lebih tinggi. Selain itu, penjualan yang tinggi juga akan
berdampak pada tercukupinya kas perusahaan serta nilai laba bersih yang
semakin tinggi pula.
= 21.471.000.000
140.895.000.000 x 100%
= 15,2%
= 23.948.000.000
166.173.000.000 x 100%
= 14,4%
Tahun 2016 = Laba Bersih x 100%
Total Aktiva
= 27.073.000.000
179.611.000.000 x 100%
= 15%
43
= 30.369.000.000
198.484.000.000 x 100%
= 15,3%
= 31.921.000.000
206.196.000.000 x 100%
= 15,4%
44
dan ini menggambarkan bahwa manajemen tidak mampu untuk memperoleh
pengembalian investasi yang disebabkan meningkatnya jumlah laba bersih
(Kashmir, 2008:203). Pada tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 15,4%
hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah aset tetap dan aset tidak
lancar dan disebabkan juga aktivitas penjualan yang optimal.
2. Profir Margin Rasio ini digunakan untuk mengukur presentase laba bersih
atas penjualan.
Tahun 2014 = Laba Bersih x 100%
Penjualan
= 21.471.000.000
89.696.000.000 x 100%
= 23,9%
= 23.948.000.000
102.470.000.000 x 100%
= 23,3%
= 27.073.000.000
116.333.000.000 x 100%
= 23,2%
45
= 30.369.000.000
128.256.000.000 x 100%
= 23,6%
= 31.921.000.000
130.784.000.000 x 100%
= 24,4%
46
penjualan bersih yang artinya setiap Rp.1,00 penjualan bersih turut
berkontribusi menciptakan Rp.0,239 laba bersih (Hery, 2015:236) yang
artinya ada peningkatan penjualan tetapi masih menghasilkan laba bersih yang
rendah dan pada tahun berikutnya sebesar 23,3% total penjualan bersih yang
artinya setiap Rp.1,00 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan
Rp0,233 laba bersih (Hery, 2015:236) yang disebabkan menurunnya
penjualan disertai menurunnya laba bersih, semakin tinggi rasio ini maka
kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
kepercayaan kreditor untuk memberi pinjaman pada perusahaan hal ini
dikarenakan pada tahun 2011 dan 2012 jumlah penjualan meningkat dan
menghasilkan laba bersih yang tinggi. Rasio ini menggambarkan berapa besar
presentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan dan rasio yang
besar akan sangat menguntungkan sebuah perusahaan.
3. Return On Equity Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri (Kashmir, 2008:204).
= 21.471.000.000
86.125.000.000 x 100%
= 24,9%
= 23.948.000.000
93.428.000.000 x 100%
= 25,6%
47
Tahun 2016 = Laba Bersih x 100%
Modal
= 27.073.000.000
105.544.000.000 x 100%
= 25,6%
= 30.369.000.000
112.130.000.000 x 100%
= 27%
= 31.921.000.000
119.303.000.000 x 100%
= 27,2%
48
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal yang
dimiliki perusahaan. Berdasarkan tabel return on equity pada tahun 2014
menggambarkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperoleh
sebesar 24% kemudian, tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 25%
artinya pengembalian investasi meningkat 1% dan menggambarkan
kemampuan manajemen untuk memperoleh pengembalian modal seiring
dengan meningkatnya pengembalian investasi (Kashmir, 2008:205) yang
disebabkan jumlah ekuitas yang dapat diartibusikan kepada pemilik entitas
induk dan meningkatnya laba usaha. hal ini berarti bahwa perusahaan mampu
menghasilkan laba Rp.0,25 yang menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,00
modal yang disetor pemegang saham memberikan tingkat pengembalian
sebesar Rp. 0,25 dari modal. Pada tahun 2017 dan 2018 mengalami kenaikan
sebesar 27% dari tahun sebelumnya hal ini disebabkan meningkatnya jumlah
ekuitas yang dapat diartibusikan kepada pemilik entitas induk yang artinya
bahwa setiap Rp.1,00 modal yang disetor pemegang saham memberikan
tingkat pengembalian sebesar Rp.0,27 dari modal yang dimiliki, perusahaan
mampu menghasilkan laba sebesar Rp.0,27 disebabkan pengembalian atas
ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari
setiap rupiah yang tertanam dalam ekuitas.
49
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada
PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk. tahun 2011-2015 maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan rasio likuiditas menggambarkan PT. Telekomunikasi,
Tbk. berada dalam kondisi yang tidak baik. Hal iniberarti perusahaan tidak
mampu memenuhi semua kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar, dan bila
50
dilihat dari cash rationya, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. tidak mampu
melunasi setiap hutang lancarnya, dan hutang lancarnya tidak dijamin dengan
kas dan setara kas. Hal ini berarti PT. Telekomunikasi, Tbk. berada dalam
kondisi keuangan yang kurang baik.
2. Secara keseluruhan rasio solvabilitas debt ratio PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk. berada dalam tingkat yang baik atau solvabel dimana total
hutangnya diatas rata rata dari total aktiva. Selain itu, debt to equity ratio juga
menggambarkan posisi total hutang diatas rata-rata modal sendiri, hal ini
berarti PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.bisa belum mampu karena dapat
menimbulkan konsekuensi bagi kreditor untuk menanggung resiko yang lebih
besar pada saat perusahaan mengalami kegagalan keuangan.
3. Secara keseluruhan rasio aktivitas menggambarkan PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.belum efektif karena masih banyak aset yang belum terjual
secara efektif dan perusahaan mengalami peningkatan penagihan piutang
yang dimiliki tetapi kurang mampu menggunakan aktiva yang dimiliki secara
efektif untuk menghasilkan penjualan.
4. Secara keseluruhan rasio rentabilitas menggambarkan PT. Telekomunikasi,
Tbk menggambarkan hasil yang baik. Hal ini disebabkan adanya kenaikan
pendapatan dan dihasilkannya laba yang cukup baik.
5.3 SARAN
Berdasarkan data hasil penelitian, analisis yang telah dilakukan, dan
kesimpulan yang diperoleh maka penulis memberikan saran antara lain sebagai
berikut.
51
1. Untuk meningkatkan likuiditas, perusahaan dapat melakukan dengan cara
mengurangi nilai persediaan atau dengan menekan hutang lancar.
2. Untuk meningkatkan solvabilitas, perusahaan dapat melakukan dengan cara
menambah modal yang dimiliki, sehingga perusahaan dapat melunasi
kewajiban.
3. Untuk meningkatkan aktivitas, perusahaan dapat melakukan dengan
meningkatkan efektifitas penjualan untuk meningkatkan piutang perusahaan.
4. Untuk meningkatkan rentabilitas, perusahaan perlu meningkatkan penjualan
dan mengurangi biaya, sehingga laba yang diperoleh perusahaan dapat lebih
besar.
LAMPIRAN
52
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2014
53
54
55
56
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2015
57
58
59
60
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2016
61
62
63
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2017
64
65
66
LAPORAN KEUANGAN PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK.
TAHUN 2018
67
68
69