Anggota Kelompok:
Agatha Astri R 17/418186/PKU/16678
Andham Dewi 17/418191/PKU/16683
Debby Febriani 17/418216/PKU/16708
Mohammad Fikri 17/418297/PKU/16789
Kami yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Minat Perilaku dan
Promosi Kesehatan, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pekerjaan tugas laporan
UPAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN LANSIA MELALUI PENINGKATAN
KAPASITAS KADER POSYANDU LANSIA DUSUN NGLABAN, DESA SINDUHARJO,
NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA adalah benar-benar hasil pekerjaan kami dan
bukan hasil pekerjaan menyalin, atau meniru keseluruhan maupun sebagian hasil
pekerjaan teman atau orang lain.
Apabila kami sengaja maupun tidak sengaja melakukan hal tersebut di atas maka
kami bersedia menerima sanksi yang berupa: dianggap tidak mengerjakan tugas
tersebut. Selain itu jika ada 2 naskah yang sama tidak keseluruhan atau sebagian,
keduanya dianggap tidak mengumpulkan tugas.
1. Agatha Astri R ( )
2. Andham Dewi ( )
3. Debby Febriani ( )
4. Mohammad Fikri ( )
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
penyertaan-Nya yang dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan laporan
akhir program promosi kesehatan dengan judul “Upaya Pemeliharaan Kesehatan Lansia
Melalui Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu Lansia.” Laporan ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Evaluasi Program Promosi
Kesehatan.
Selama proses penyusunan laporan akhir ini, kami banyak mendapatkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Ibu Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari., Msi., PhD selaku Ketua Minat Perilaku dan
Promosi Kesehatan Universitas Gadjah Mada serta koordinator mata kuliah Evaluasi
Program Promosi Kesehatan.
2. Bapak Drs. Subagya, M.M. selaku Camat Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
3. Bapak Sudarja selaku Lurah Desa Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
4. Ibu drg. Isah Listiyani selaku Kepala Puskesmas Ngaglik I.
5. Bapak R. Sunar Wibowo selaku Kepala Dukuh Nglaban.
6. Bapak dr. M. Indriyanto Cahyandaru selaku narasumber dari Puskesmas Ngaglik I.
7. Ibu Gunarti, Amd. Kep. selaku penanggung jawab kesehatan lansia di Puskesmas
Ngaglik I.
8. Ibu-Ibu kader Padukuhan Nglaban.
9. Masyarakat Padukuhan Nglaban.
10. Syafriani, SKM, MPH selaku pembimbing lapangan.
11. Seluruh dosen dan staff akademik Peminatan Perilaku dan Promosi Kesehatan
Universitas Gadjah Mada.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
selanjutnya. Semoga laporan akhir program promosi kesehatan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membaca.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR .......................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
I. Latar Belakang .......................................................................... 1
II. Rumusan Masalah .................................................................. 3
III. Tujuan dan Manfaat Program ................................................ 3
1. Tujuan ......................................................................... 3
2. Manfaat Program ........................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4
I. Landasan Teori ........................................................................ 4
1.1 Posyandu Lansia ...................................................... 4
1.2 Kader Posyandu Lansia ........................................... 5
1.3 Konsep Lanjut Lansia ............................................... 6
1.4 Kerangka Kirkpatrick ................................................ 10
1.5 Model PRECEDE PROCEED .................................. 11
II. Kerangka Konsep .................................................................. 13
III. Hipotesis ............................................................................... 13
IV. Pernyataan Penelitian ........................................................... 13
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 14
I. Desain Penelitian .................................................................... 14
II. Lokasi Penelitian ................................................................... 15
III. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 15
BAB 4 REVIU DAN PENYESUAIAN PROGRAM .................................. 16
I. Rencana Program Promosi Kesehatan .................................. 16
II. Pelaksanaan Program ........................................................... 21
1.1 Penyuluhan Lansia ................................................... 21
1.2 Senam Lansia .......................................................... 22
1.3 Pelatihan Kader Posyandu Lansia ........................... 23
III. Evaluasi Program ................................................................. 24
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 26
I. Hasil Evaluasi ........................................................................ 26
1.1 Hasil Evaluasi Penyuluhan Lansia .......................... 26
iii
1.2 Hasil Evaluasi Senam Lansia .................................. 27
1.3 Hasil Evaluasi Pelatihan Kader ............................... 28
1.3.1 Peningkatan pengetahuan kader ............. 28
1.3.2 Peningkatan keterampilan kader .............. 32
1.3.3 Evaluasi reaksi peserta pelatihan ............. 32
1.4 Jumlah Kehadiran Lansia di Posyandu Lansia ......... 34
1.5 Faktor Pemungkin dan Penguat dalam
Pelaksanaan Posyandu Lansia ............................... 35
1.5.1 Faktor Pemungkin (Enabling Factor) ........ 35
1.5.2 Faktor Penguat (Reinforcing Factor) ........ 36
II. Pembahasan ......................................................................... 37
2.1 Pengetahuan kader mengenai penyakit tidak
menular pada lansia dan upaya pencegahannya ..... 38
2.2 Keterampilan kader dalam pengisian KMS lansia .... 39
2.3 Pengetahuan dan kesadaran lansia tentang
pentingnya pemantauan kesehatan rutin ................. 40
2.4 Partisipasi lansia dalam posyandu lansia
dan senam lansia ..................................................... 41
2.5 Pelaksanaan Posyandu Lansia ditinjau
berdasarkan Model Precede Procede ...................... 42
BAB 6 PENUTUP ................................................................................... 44
I. Kesimpulan .............................................................................. 44
II. Saran dan Rekomendasi ........................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 45
LAMPIRAN
1. Logbook Kegiatan
2. Dokumentasi Kegiatan
3. Media Poster Bahasa Indonesia
4. Media Poster Bahasa Jawa
5. Banner Edukasi Kesehatan Lansia 1
6. Banner Edukasi Kesehatan Lansia 2
7. Surat Izin Kegiatan
8. Surat Permohonan Narasumber
9. Daftar Hadir Lansia Posyandu Lansia Nglaban
10. Daftar Hadir Kader Posyandu Lansia Nglaban
11. Daftar Hadir Pelatihan Kader
12. TOR Pelatihan Kader
13. Lembar pre-test dan post-test
14. Lembar ceklis observasi KMS Lansia
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Penduduk lanjut usia atau yang biasa disebut dengan lansia, adalah penduduk
yang berumur 60 tahun atau lebih. Indonesia sendiri termasuk dalam lima besar
negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan data
sensus penduduk Indonesia, jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2010 adalah
18,1 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2014 adalah sebanyak 18,781 juta jiwa.
Jumlah tersebut semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut proyeksi dari
Bappenas diperkirakan jumlah usia lanjut akan mencapai 36 juta jiwa pada tahun
2025.
Lansia merupakan salah satu usia yang rentan terhadap berbagai penyakit.
Adapun risiko masalah kesehatan pada lansia, jika diurutkan dari kasus tertingi
antara lain: gangguan sendi; hipertensi / darah tinggi; katarak; stroke; gangguan
mental emosional; penyakit jantung; dan diabetes mellitus/ penyakit gula darah.
(Riskesdas, 2007). Tidak hanya tingginya morbiditas, melainkan juga mortalitas
akibat penyakit tersebut. Penyebab kematian pada laki-laki lansia antara lain karena
stroke (20,6%), penyakit saluran nafas bawah kronik (10,5 %), Tuberkulosis Paru
(TB) (8,9 %), hipertensi (7,7 %), NEC (7,0 %), penyakit jantung iskemik (6,9 %),
penyakit jantung lain (5,9 %), diabetes mellitus (4,9 %), penyakit hati (4,4 %),
pnemonia (3,8 %). Sementara pada perempuan lanjut usia juga tidak jauh berbeda
yaitu stroke (24,4 %), hipertensi (11,2 %), NEC (9,6 %), penyakit saluran pernafasan
bawah kronik (6,6 %), diabetes mellitus (6,0 %), penyakit jantung iskemik (6,0 %),
penyakit jantung lain (5,9%), TB (5,6 %), pnemonia (3,0 %) dan penyakit hati (2,2%).
Mengingat banyaknya jumlah lansia serta tingginya morbiditas dan mortalitas,
pemerintah telah mengeluarkan komitmen dalam mengupayakan kesehatan
penduduk usia lanjut. Hal tersebut tertuang dalam UU Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, UU Nomor 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan
Sosial, UU Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah RI
Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia, Rencana Aksi Nasional Kesejahteraan Lanjut Usia tahun 2010-
2014 yang disusun dibawah koordinasi Kementerian Koordinasi Kesejahteraan
Rakyat dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52. Tahun 2004 Tentang
Komisi Nasional Lanjut Usia.
1
Pemerintah memiliki Program Kesehatan Lanjut Usia yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya
guna serta tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Salah satu program yang mendukung kesehatan lansia adalah Posyandu Lansia.
Program tersebut merupakan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
dimana pemberntukan dan pelaksanaannya merupakan inisiatif sendiri dari
masyarakat/desa. Dalam Posyandu Lansia terdapat pelayanan penimbangan berat
badan, pengukuran tekanan darah, serta cek gula darah dan kolesterol.
Dusun Nglaban merupakan salah satu dusun dalam wilayah desa Sinduharjo,
Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis komunitas yang
dilakukan dengan metode wawancara dengan bidan desa, tokoh-tokoh masyarakat
serta melakukan FGD dengan kader posyandu di Desa Nglaban, ditemukan
permasalahan kesehatan utama yaitu masalah hipertensi pada lansia. Dusun
Nglaban telah memiliki Posyandu Lansia yang aktif dilaksanakan setiap bulan.
Adapun jumlah lansia di Dusun Nglaban yang terdata adalah kurang lebih 70 jiwa.
Berdasarkan data kunjungan posyandu lansia yang dilakukan pada tanggal 10 April
2017, didapatkan data bahwa dari 70 lansia di Dusun Ngaban hanya terdapat 19
lansia yang mengikuti posyandu. Dari 19 lansia yang memeriksakan tekanan
darahnya, 11 diantaranya masuk dalam kategori hipertensi. Bahkan terdapat lansia
yang tekanan darahnya mencapai 204/108 mmHg namun tidak ada keluhan dan
pada saat diberikan edukasi lansia tersebut menyampaikan bahwa kondisi tersebut
sudah biasa dialaminya.
Berdasarkan FGD kader, hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan kedua
posyandu adalah partisipasi masyarakat yang belum terlalu baik. Hasil wawancara
dan FGD menunjukkan bahwa kurang terdapatnya kesadaran dalam diri lansia untuk
melakukan kontrol kesehatan sebagai langkah awal deteksi dini penyakit maupun
pengobatan. Selain itu, kegiatan senam lansia masih belum dilakukan dengan efektif
karena kader merasa kurang mampu untuk memimpin senam lansia. Keterbatasan
media seperti video senam juga menjadi hambatan dalam pelaksanaan senam
lansia. Pelaksanaan posyandu lansia yang bersamaan dengan posyandu balita juga
menjadi salah satu tantangan. Pelaksanaan kedua posyandu dalam waktu dan
tempat yang bersamaan membuat pelaksanaan posyandu kurang berjalan efektif dan
kondusif. Selain itu, pembagian kerja antara kader posyandu balita dan kader
posyandu lansia masih belum berjalan baik sehingga ketika posyandu berjalan, dapat
terjadi kekurangan sumber daya atau beban kerja yang tumpang tindih. Oleh karena
itu diperlukan peningkatan kapasitas kader dalam pengelolaan posyandu lansia,
2
peningkatan efektivitas kegiatan posyandu lansia, serta peningkatan kesadaran
lansia atas pentingnya pemantauan kesehatan rutin hipertensi.
2. Manfaat Program
2.1 Manfaat bagi kader posyandu lansia
a. Peningkatan pengetahuan kader mengenai penyakit tidak menular pada
lansia dan upaya pencegahannya
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader tentang pemanfaatan
dan cara pengisian KMS Lansia
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. LANDASAN TEORI
1.1 Posyandu Lansia
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu lansia merupakan wadah
pelayanan yang ditujukan kepada masyarakat lanjut usia. Bentuk pelayanan
posyandu lansia, antara lain meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti
senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
4
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia menggunakan sistem pelayanan 3
meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Meja 1, meliputi kegiatan pendaftaran lansia, pengukuran tinggi badan dan
penimbangan berat badan.
2. Meja 2, meliputi kegiatan pencatatan berat badan, tinggi badan, Indeks Massa
Tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengukuran tekanan darah,
pengobatan sederhana dan rujukan kasus.
3. Meja 3, meliputi kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
5
Peran dan tugas kader posyandu usia lanjut antara lain: (Depkes RI, 2003 dan
Kementerian Kesehatan RI, 2010)
1) Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada masyarakat
2) Menyiapkan peralatan sebelum pelaksanaan posyandu
3) Melakukan pendaftaran masyarakat lanjut usia yang hadir di posyandu
4) Melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan
5) Melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana (pemeriksaan tekanan darah)
dan pelayanan lainnya
6) Mencatat hasil penimbangan, pengukuran tinggi badan, dan pemeriksaan
kesehatan pada KMS lansia
7) Melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai
dengan kemampuan kader
8) Melakukan kunjungan rumah pada masyarakat usia lanjut yang memiliki kendala
untuk hadir langsung pada posyandu lansia
6
2) Sistem persyarafan
Pada lansia akan terjadi pengecilan syaraf panca indera sehingga dapat
terjadi gangguan pendengaran, munculnya kekeruhan pada kornea
mata, hilangnya daya akomodasi dan penurunan lapang pandang mata,
penurunan respon terhadap nyeri, penurunan kekuatan otot pernafasan
sehingga kemampuan membau juga berkurang.
3) Sistem gastrointestinal
Pada lansia akan terjadi penurunan selera makan, berkurangnya
produksi air liur (saliva), dan penurunan peristaltik usus sehingga sering
terjadi konstipasi.
4) Sistem genitourinaria
Ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal
menurun.
5) Sistem musculoskeletal
Tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh, persendian kaku dan
tendon mengerut.
6) Sistem Kardiovaskuler
Akan terjadi penurunan fungsi pompa jantung, pembesaran jantung,
serta penebalan dan kekakuan katup jantung. Tekanan darah pada
lansia juga akan meningkat karena hilanya distensibilitas arteri jantung.
b. Perubahan intelektual
Akibat terjadinya proses penuaan maka lansia akan mengalami
penurunan fungsi otak kanan sehingga lansia akan mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi, mengingat, berkonsentrasi, dan kesulitan
mengenali wajah seseorang.
7
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan kondisi di mana terjadi penurunan massa dan
kepadatan tulang. Osteoporosis dapat terjadi karena terganggunya
produksi vitamin D maupun terjadi percepatan kehilangan massa tulang.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi di mana tekanan darah sistolik sama atau
lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg.
Kondisi ini dapat terjadi karena terjadi penurunan elastisitas pembuluh
arteri. Apabila hipertensi tidak segera diatasi maka dapat memicu
terjadinya stroke, arteriosclerosis, gagal jantung, dan gagal ginjal.
d. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan kondisi di mana tubuh mengalami gangguan
dalam memproduksi insulin sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa
dalam darah. Obesitas, pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik
dan olah raga merupakan faktor risiko DM. Beberapa gejalanya adalah
sering haus dan lapar, sering buang air kecil, mudah lelah, berat badan
terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang sukar sembuh.
e. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan penyempitan pembuluh darah jantung sehingga
aliran darah menuju jantung terganggu. Hipertensi dan obesitas
merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada lansia.
Gejala umum yang sering terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, dan
kehilangan kesadaran.
f. Stroke
Stroke merupakan keadaan yang timbul karena terjadinya gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
otak. sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian (Smeltzer, 2012). Seseorang yang mengalami stroke seringkali
mengalami gejala seperti nyeri kepala hebat, pandangan kabur,
merasakan kelemahan pada anggota gerak, bicara tidak jelas, dan
kehilangan keseimbangan.
8
olahraga. Menurut Direktorat Bina Kesehatan Komunitas (2010) manfaat
olahraga pada lansia adalah dapat menyehatkan jantung, otot, tulang,
mencegah obesitas, mengurangi kecemasan, membuat lansia lebih mandiri,
serta meningkatkan sosialisasi dengan lingkungannya.
a. Program Olahraga
Program olahraga dapat dilakukan dengan mengikuti kaidah sebagai
berikut:
1) Baik, bila olahraga:
a) Dimulai sejak diini sampai lanjut usia
b) Dilakukan di mana saja dengan memperhatikan lingkungan yang
sehat, aman, dan nyaman
c) Dilakukan secara bertahap mulai dari pemanasan-peregangan 10-
15 menit, diikuti dengan latihan inti 20 menit, dan diakhiri dengan
pendinginan 5-10 menit.
2) Benar, bila olahraga dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kondisi
tubuh lansia.sebelum melakukan program latihan, sebaiknya lansia
melakukan pengukuran kebugaran jasmani untuk mengidentifikasi
terjadinya kelainan yang merupakan indikasi untuk tidak melakukan
olahraga tertentu.
3) Teratur, bila olahraga dilakukan 3-5 kali dalam seminggu untuk
mencapai hasil yang optimal.
9
4) Senam lansia
Kelebihan: hampir seluruh otot tubuh ikut bergerak, dapat menjaga
kelenturan tubuh, dapat dilakukan di dalam ruangan atau di tempat
terbuka.
Tahap 1. Reaksi
Pada tahap ini evaluator akan menilai reaksi dari peserta pelatihan baik
perasaan, pemikiran, keinginan terkait pelaksanaan pelatihan. Untuk meilai reaksi
perlu ditentukan tujuan dari pembuatan pelatihan kemudian membuat lebar penilaian
sebagai alat penunjang dalam melakukan observasi. Pada tahap ini berbagai cara
pengukuran dapat digunakan baik kuantitatif melalui kuesioner maupun kualitatif
menggunakan wawancara.
10
Tahap 2. Pembelajaran
Tahap ini dilakukan untuk mengukur proses belajar dalam pelatihan yang
melihat keberhasilan pemberian materi pelatihan. Pada tahap ini akan menilai
pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta sebelum dan sesudah pelatihan
dilakukan. Hasil ini akan menggambarkan sejauh mana materi pelatihan yang
dilakukan dapat diterima oleh peserta pelatihan.
Tahap 3. Perilaku
Pada tahap ini akan menilai perilaku apa yang terjadi setelah diberikan
pelatihan. Perubahan perilaku dapat terjadi selesai pelatihan karena ada kesempatan
untuk itu, tetapi dapat saja tidak terjadi perubahan karena tidak pernah ada
kesempatan. Untuk itu perlu penentuan waktu yang disepakati oleh peserta dan
evaluator untuk menilai perubahan perilaku yang ingin dilihat. Perlu dipahami jika
tidak ada perubahan perilaku pada tahap ini maka tidak aka nada hasil akhir yang
nyata dari pelatihan yang teah diberikan.
Tahap 4. Hasil
Pada tahap ini akan menjawab hasil akhir apa yang diharapkan dari pelatihan
yang dilakukan. Untuk itu perlu adanya penilaian pengetahuan maupun keterampilan
peserta peserta baik sebelum maupun sesudah pelaihan dilakukan. Perlu adanya
kesepakatan waktu dari evaluator dan peserta pelatihan untuk melihat hasil dari
pelatihan.
Pada tahap 1 dan 2 akan memberikan hasil evaluasi yang bersifat formative
dan pada tahap 3 dan 4 menghasilkan informasi yang bersifat summative yang
menggambaran dampak dari pelatihan yang dilihat pasca pelatihan kepada
organisasi ataupun evaluator program (Instructional System Development, 2004).
11
PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational,
Enviromental, Development) merupakan bagian implementasi dan evaluasi yang
meliputi tahap 6-9, yaitu:
6) Implementasi
7) Evaluasi proses
8) Evaluasi dampak
9) Evaluasi hasil
12
II. KERANGKA KONSEP
Faktor Pemudah
Perilaku:
Pelatihan Kader (Predisposing Factor):
Penyelenggaraan
1) Pengetahuan Kader
posyandu lansia
2) Keterampilan Kader
Faktor Pemungkin
(Enabling Factor):
1) Dana dusun
2) Fasilitas dan peralatan
3) Waktu dan tempat
Faktor Penguat
(Reinforcing Factor):
1) Struktur organisasi
2) Penghargaan eksternal
3) Kebijakan
III. HIPOTESIS
1. Terdapat pengaruh pelatihan kader terhadap peningkatan pengetahuan kader
mengenai penyakit tidak menular pada lansia dan upaya pencegahannya
2. Terdapat peningkatan keterampilan kader dalam pengisian KMS lansia
3. Terdapat peningkatan partisipasi lansia dalam posyandu lansia dan senam lansia
13
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
I. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dimana peneliti
mengamati satu kelompok utama dan melakukan intervensi tanpa ada kelompok
kontrol. Pengamatan tersebut bertujuan untuk menguji dampak suatu intervensi
terhadap hasil. Rancangan penelitian pre-eksperimental dalam studi ini
menggunakan pendekatan one-group pre-test post-test dan one shot case study.
Pendekatan one-group pre-test post-test dilakukan untuk mengukur
pengetahuan kader mengenai PTM dan pencegahannya serta pengetahuan tentang
posyandu lansia. Pretest dilakukan sebelum pelaksanaan pelatihan sedangkan post
test dilakukan setelah pelatihan berlangsung.
O1_________________X_________________O2
14
b. Kemampuan kader dalam pengisian KMS
Kemampuan kader dalam pengisian KMS diukur dengan lembar ceklis
observasi yang diukur sebanyak 1 kali setelah pelatihan
c. Jumlah kunjungan lansia
Data kunjungan lansia diperoleh dari catatan kehadiran posyandu lansia
15
BAB 4
IMPLEMENTASI DAN RENCANA EVALUASI
16
Tabel 1. Rencana Awal Kegiatan
Nama
No Deskripsi Kegiatan Sasaran Tempat/Waktu pelaksanaan Media
Kegiatan
1 Penyuluhan Dilaksanakan setiap Lansia - Frekuensi: 1 kali Banner edukasi kesehatan
pelaksanaan posyandu - Waktu: tanggal 10 Mei pukul lansia
Lansia 16.00 WIB Powerpoint
- Tempat: Rumah Kepala Poster
Dukuh
- Frekuensi: 3 kali (Mei, Juli, Banner edukasi kesehatan
Agustus) lansia
Dilaksanakan setiap
Senam - Waktu: tanggal 10 setiap Power Point
2 pelaksanaan posyandu Lansia
Lansia bulan, pukul 16.00 WIB Poster edukasi
Lansia
- Tempat: Rumah Kepala Video dan audio senam
Dukuh lansia
3 Pelatihan Materi: Kader Powerpoint
Kader 1) Penyakit Tidak Posyandu
Menular pada lansia Lansia Waktu: 2 hari di Bulan Agustus Modul kader
2) Pengisian KMS KMS Lansia
3) Demonstrasi senam Tempat: Puskesmas Ngaglik I Poster edukasi
lansia Video dan Audio Senam
Lansia
4 Studi Kunjungan ke posyandu Kader Banner Posyandu
Banding lansia di dusun lain untuk Posyandu Tempat: Posyandu Lansia
Posyandu mengambil lesson Lansia Gondokusuman
Lansia learned dan inspirasi
inovasi dalam Waktu: Agustus
penyelenggaraan
posyandu lansia
17
Tabel 2. Realisasi dan Penyesuaian Kegiatan
18
3 Pelatihan Materi: Kader Modul Pada awalnya pelatihan akan dilakukan pada
Kader 1) Penyakit Tidak Posyandu Waktu: Pelatihan 01 September 2017 dan telah berkoordinasi
Menular pada Lansia Kader dengan kader serta petugas puskesmas yang
lansia a. 07 September bertindak sebagai narasumber. Karena
2) Pengisian KMS 2018 pukul Powerpoint narasumber berhalangan hadir dan ada
3) Demonstrasi 08.00- 12.00 kesibukan akreditasi Puskesmas, maka
senam lansia WIB Video dan pelatihan diundur ke tanggal 07 September
4) Pendampingan b. 10 September Audio 2018.
teknis kader 2018 pukul Senam
lansia (untuk 08.00 – 09.00 Lansia Pelaksanaan pelatihan tidak dilaksanakan di
pengisian KMS WIB Puskesmas karena sedang dilakukan renovasi
lansia dan KMS bangunan Puskesmas sehingga pelatihan
penggunaan Tempat: Lansia kemudian dilaksanakan di rumah Bapak
alat Rumah Kepala Banner kepala Dukuh.
pemeriksaan Dukuh Poster
gula darah, Terdapat perubahan waktu untuk
kolesterol, dan pendampingan teknis kader untuk pengisian
asam urat) KMS yang dilakukan oleh fasilitator. Hal ini
dikarenakan pihak kader berhalangan apabila
dilakukan dalam 1 hari pelatihan.
19
3 Studi Kunjungan ke Kader - - - Studi banding tidak dilakukan karena
banding posyandu lansia di Posyandu adanya keterbatasan waktu dari pihak
dusun lain untuk Lansia kader maupun fasilitator. Pelaksanaan
mengambil lesson program yang bersamaan dengan bulan
learned dan puasa, Idul Fitri, dan 17an membuat kader
inspirasi inovasi memiliki banyak kesibukan yang tidak
dalam dapat dikesampingkan.
penyelenggaraan - Selain itu fasilitator yang bekerjasama
posyandu lansia dengan bidan desa di Puskesmas juga
belum menemukan lokasi studi banding
yang memiliki karakteristik tempat yang
sama dengan di pedukuhan Nglaban.
- Meskipun studi banding tidak terlaksana,
namun pada saat pelatihan kader
berkesempatan untuk melihat
pelaksanaan posyandu lansia yang baik
melalui pemutaran video tentang
penyelenggaraan posyandu Lansia
Mawar dari pemateri.
20
II. PELAKSANAAN PROGRAM
Tahapan pelaksanaan program terdiri atas persiapan dan pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan terdiri atas 3 (tiga) kegiatan, yaitu :
1. Penyuluhan Lansia
a. Persiapan
1) Merencanakan kegiatan dan pembagian peran bersama kader
2) Mendata ulang jumlah lansia, membuat dan menyebarkan undangan
3) Menyusun materi penyuluhan yang relevan dengan masalah di lapangan
4) Membuat daftar kebutuhan, sarana dan prasarana (laptop, LCD, layar, kabel
penyambung, microphone, pointer, kamera) media penyuluhan (Banner
edukasi kesehatan lansia, power point, poster)
b. Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan saat dilaksanakannya posyandu lansia bertempat di
Rumah Kepala Dusun pada tanggal 10 Mei 2018. Fasilitator dan kader sudah
terlebih dahulu mempersiapkan makanan ringan yang sehat sebagai snack (ubi
jalar rebus, kacang tanah rebus, dan pisang rebus), kemudian melakukan setting
ruangan (karpet, posisi layar dan LCD, mengatur posisi duduk lansia). Pada
pukul 16.00 WIB beberapa lansia sudah mulai berkumpul dan sudah dilayani di
posyandu (pendaftaran, pengukuran, dan pencatatan), maka penyuluhan sudah
dapat dilaksanakan. Fasilitator sebagai MC membuka acara dengan menyapa
lansia dan menyampaikan maksud dan tujuan dari kegiatan penyuluhan.
Fasilitator mulai melakukan penyuluhan dengan menjelaskan materi
tentang hipertensi (pengertian, gejala – gejala, cara pencegahan (CERDIK), cara
pengobatan serta perawatan dan aturan makan untuk penderita hipertensi). Topik
hipertensi diambil dikarenakan banyaknya lansia yang mengidap tekanan darah
tinggi.
Metode yang dilakukan yaitu presentasi dan diskusi (tanya jawab). Peserta
penyuluhan (lansia di Dusun Nglaban) terlihat antusias dan tertarik dengan materi
yang disampaikan, terlihat dari banyaknya pertanyaan dari peserta. Fasilitator
sebagai notulen mencatat jalannya kegiatan penyuluhan dan merangkum
kegiatan. Fasilitator sebagai penanggungjawab dokumentasi melakukan
pendokumentasian berupa pengambilan foto dan video. Fasilitator menanyakan
pendapat, kritik, masukan dan saran dari lansia dan kader mengenai proses
penyuluhan dan isi materi penyuluhan yang baru dilakukan untuk proses
evaluasi..
21
2. Senam Lansia
a. Persiapan
1. Merencanakan kegiatan dan pembagian peran bersama dengan kader, PKK,
karang taruna Nglaban
2. Mempersiapkan video dan audio senam yang akan dijadikan media pengiring
senam
3. Bekerjasama dengan PKK dan Karang Taruna Nglaban mengenai penyediaan
sarana dan prasarana (laptop, LCD, layar, kabel penyambung, microphone,
kamera)
b. Pelaksanaan
Senam lansia dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali. Senam yang pertama
diselenggarakan pada saat posyandu lansia pada tanggal 10 Mei 2018 di Rumah
Kepala Dukuh. Acara dimulai pada pukul 17.00 WIB setelah pelaksanaan
posyandu. Senam lansia dipimpin oleh mahasiswa dan satu orang kader sebagai
instruktur senam. Jumlah peserta yang hadir adalah 23 orang lansia
Senam yang ke-2 dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26 Agustus
2018 bertempat di depan Rumah Kepala Dusun Nglaban. Rangkaian kegiatan
dimulai pada pukul 06.00 dan berakhir pada pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini
merupakan kerjasama dengan kegiatan Dusun dan dihadiri oleh warga Dusun
Nglaban. Acara diawali dengan jalan santai, dilanjutkan dengan senam, serta
pemeriksaan kesehatan. Kegiatan dihadiri oleh total 71 warga.
Pada pelaksanaan senam, instruktur senam menjelaskan gerakan –
gerakan dan tahapan – tahapan dalam senam (pemanasan, gerakan inti dan
pendinginan), memperagakan gerakan senam dan menghitung gerakan, peserta
(para lansia) mengikuti dengan melihat instruktur atau tayangan video senam
dilayar. Fasilitator melakukan pendampingan, membantu lansia yang kesulitan
dalam menirukan gerakan senam dan memberikan semangat. Salah seorang
fasilitator melakukan pendokumentasian berupa pengambilan foto dan video.
Diakhir pelaksanaan, fasilitator menanyakan pendapat, kritik, masukan dan saran
dari lansia dan kader mengenai proses kegiatan senam yang baru dilakukan dan
gerakan – gerakan senam . untuk proses evaluasi.
22
3. Pelatihan Kader Posyandu Lansia
a. Persiapan
Pada awal perencanaan kegiatan dijadwalkan pada bulan Agustus 2018,
namun tidak dapat dilaksanakan karena bertepatan dengan momen 17 Agustus
dimana masyarakat Nglaban memiliki banyak acara Dusun. Kegiatan kemudian
direncanakan pada 01 September 2018. Dalam perencanaan kegiatan, fasilitator
berkoordinasi dengan kader serta petugas puskesmas Ngaglik I yang bertindak
sebagai narasumber. Pelatihan pada awalnya akan dlaksanakan di Puskesmas
Ngaglik I, tetapi karena puskesmas sedang dalam proses renovasi bangunan,
maka pelatihan dipindahkan di Rumah Kepala Dukuh. Pelaksanaan pelatihan
kembali mengalami perubahan dikarenakan narasumber berhalangan hadir dan
ada kesibukan akreditasi Puskesmas. Oleh karena itu, pelatihan diundur ke
tanggal 07 September 2018.
Sebelum penyelenggaraan pelatihan, fasilitator mempersiapkan berbagai
hal, seperti ; menghubungi narasumber untuk memastikan kesiapannya,
menyusun modul, menyusun kuesioner pre-test dan post-test, mempersiapkan
sarana dan prasarana (laptop, LCD, layar, kabel penyambung, microphone,
pointer, kamera, seminar kit), memesan snack dan makan siang dan melakukan
setting ruangan. Beberapa hari sebelum hari pelaksanaan, narasumber dan
kader peserta pelatihan diingatkan kembali mengenai jadwal pelatihan.
b. Pelaksanaan
Sebelum pelatihan dimulai dengan pengisian pre-test oleh peserta
pelatihan. Kegiatan dibuka oleh Bapak Kepala Dukuh Nglaban. Metode yang
digunakan saat pelatihan adalah presentasi materi, diskusi dan tanya jawab.
Materi yang disampaikan yaitu mengenai posyandu lansia, penyakit tidak
menular (PTM) dan KMS lansia. Narasumber dalam pelatihan adalah Bu Gunarti
dan dr. Indriyanto dari Puskesmas Ngaglik I. Narasumber menjelaskan materi
mengenai posyandu lansia, penyakit tidak menular dan KMS. Peserta diberikan
kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi. Diskusi dipimpin oleh seorang
moderator. Penjelasan mengenai KMS juga disertai dengan praktek pengisian
kartu KMS. Kader dibimbing langsung oleh pemateri saat belajar mengisi KMS.
Demonstrasi senam lansia juga diperagakan dalam pelatihan. Praktek
Senam lansia dimulai dengan penjelasan singkat mengenai manfaat senam
lansia. Selanjutnya peserta pelatihan ditayangkan video senam lansia. Setelah
melihat video tersebut, fasilitator akan memandu peserta untuk mempraktikkan
senam lansia.
23
Pendampingan teknis pengisian KMS dilakukan pada tanggal 10
September 2018 sebelum pelaksanaan posyandu lansia oleh fasilitator.
Fasilitator menjelaskan ulang tentang teknik pengisian KMS lansia kemudian
kader melakukan simulasi pengisian KMS. Evaluasi dilakukan pada saat
pelaksanaan posyandu. Fasilitator mengobservasi dan menilai keterampilan
kader dalam pengisian KMS lansia.
Terdapat tambahan pendampingan teknis kader yang dilakukan oleh
fasilitator dan dari pihak kader sendiri juga menginginkan untuk dilakukan
pelatihan menggunakan alat pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol
yang alatnya sebenarnya sudah tersedia di rumah bapak dukuh sejak tahun
2014, namun karena tidak ada kader yang dapat mengoperasikan maka alat
tersebut tidak pernah digunakan.
24
2 Peningkatan Peningkatan Kuantitatif - Pre dan post test - Kuesioner
kapasitas pengetahuan untuk melihat - Pedoman
kader kader melalui peningkatan Wawancara
posyandu pelatihan pengetahuan kader
lansia (Materi: PTM tentang PTM dan
dan pelaksanaan
posyandu posyandu lansia
lansia) Kualitatif - Untuk melihat respon
dan tanggapan kader
terhadap manfaat
pelatihan
Pelatihan Kuantitatif Observasi untuk Lembar
pengisian menilai kemampuan checklist
KMS lansia kader melakukan observasi
pengisian KMS lansia
Framework evaluasi pada program ini menggunakan teori dari Kirk Patrick yang
memfokuskan pada empat poin penilaian yaitu dengan menilai reaksi sasaran terhadap
program, proses belajar (learning level), perubahan perilaku, serta hasil akhir terhadap
program yang telah dilakukan (Sopacua & Budijanto, 2007). Metode evaluasi kuantitatif
digunakan untuk mengukur adanya peningkatan ataupun penurunan pengetahuan kader
setelah diadakan penyuluhan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai pre dan post test,
serta observasi pengisian KMS oleh kader. Evaluasi kuantitatif juga digunakan untuk
mengetahui peningkatan partisipasi lansia dalam posyandu lansia melalui absensi
kehadiran lansia setiap bulannya. Metode evaluasi kualitatif digunakan untuk mengetahui
respon sasaran terhadap pelaksanaan program dengan melakukan observasi selama
kegiatan berlangsung serta wawancara kepada beberapa kader dan lansia yang menjadi
sasaran program.
25
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. HASIL EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan metode campuran untuk mendapatkan data:
1) Evaluasi kegiatan Penyuluhan Lansia
2) Evaluasi kegiatan Senam Lansia
3) Evaluasi kegiatan Pelatihan Kader
4) Jumlah kunjungan lansia melalui tinjauan dokumen buku absensi dan register
posyandu lansia
5) Faktor pemungkin dan penguat pelaksanaan posyandu lansia melalui tinjauan
dokumen dan wawancara kepada kader, kepala dukuh, dan Puskesmas Ngaglik I
26
Wawancara juga dilakukan kepada beberapa lansia untuk mengumpulkan
data tentang respon dan tanggapan lansia mengenai penyuluhan kesehatan yang
telah dilakukan tersebut. Lansia mengatakan bahwa mereka merasa senang
dengan diadakannya penyuluhan kesehatan sehingga menjadi tahu akan
pentingnya kesehatan dan berupaya untuk mencegah hipertensi dengan
mengubah pola makan yang sehat. Setelah pelaksanaan penyuluhan, beberapa
lansia secara personal berkonsultasi tentang masalah kesehatannya yang terkait
dengan hipertensi kepada fasilitator. Mereka menyampaikan bahwa kelelahan
setelah bekerja (lansia di dusun Nglaban banyak yang bekerja di sawah),
kurangnya istirahat, serta tidak rutin mengkonsumsi obat membuat mereka sering
merasakan tanda dan gejala hipertensi.
27
Hasil wawancara dengan kader posyandu lansia menunjukkan bahwa
sebenarnya mereka telah mengetahui bahwa senam lansia ini baik dilakukan
untuk menjaga kesehatan para lansia, tetapi karena tidak dimilikinya media video
senam menjadi kendala bagi kader untuk menghapal gerakan senam lansia.
28
Jumlah kader yang menjadi peserta pelatihan adalah 11 orang. Kader
termuda berusia 34 tahun dan kader tertua berusia 62 tahun. Rata-rata usia
kader adalah 47,6 dengan median 45. Pendidikan terakhir kader yaitu 2 orang
menamatkan SD, 7 orang menamatkan SMA, dan 2 orang Perguruan Tinggi.
Sebanyak 4 orang kader (36,3%) merupakan kader baru dengan lama
menjadi kader dibawah 5 tahun, sedangkan 7 orang kader (63,7%) telah
menjadi kader selama lebih dari 5 tahun. Semua kader baru mendapatkan
pelatihan tentang posyandu lansia sebanyak 1 kali.
8
7
6
5
Skor
4
3
2
1
0
Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang
Posyandu Lansia PTM
Pre-Test 4 5,4
Post-Test 4,7 7,4
PTM = = = 37%
29
1) Pengetahuan kader tentang posyandu lansia
. swilk pre_posyandu
. swilk post_posyandu
positive 0 0 19.5
negative 6 39 19.5
zero 3 6 6
all 9 45 45
Berdasarkan hasil uji wolcoxon signed rank test, diketahui nilai z adalah -
2.41 dengan p value sebesar 0.015 (<0.05) sehingga Ho ditolak. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara pre-test dan post-
test mengenai pengetahuan kader tentang posyandu lansia.
30
2) Pengetahuan kader tentang PTM pada lansia dan pencegahannya
. swilk pre_ptm
. swilk post_ptm
Nilai p>z pada pre-test tentang pengetahuan mengenai PTM pada lansia adalah
0.68 (>0.5) sehingga data terdistribusi normal. Sedangkan nilai p>z pada post-test
tentang pengetahuan mengenai PTM pada lansia adalah 0.06 (<0.5) sehingga dapat
disimpulkan data tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu dilakukan uji wilcoxon signed
rank test.
. signrank pre_ptm= post_ptm
positive 0 0 22.5
negative 9 45 22.5
zero 0 0 0
all 9 45 45
Berdasarkan hasil uji wolcoxon signed rank test, diketahui nilai z adalah -
2.754 dengan p value sebesar 0.0059 (<0.05) sehingga Ho ditolak. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara pre-test dan post-
test mengenai pengetahuan kader tentang PTM pada lansia dan cara
pencegahannya.
31
1.3.2 Peningkatan keterampilan kader
Pengukuran keterampilan kader mengenai pengisian KMS Lansia dilakukan
dengan lembar ceklis observasi. Penilaian terdiri dari 18 aspek yang kemudian
dinilai dengan skor (0-tidak melakukan; 1-melakukan dengan cukup baik; 2-
melakukan dengan baik). Skor total penilaian keterampilan adalah 36. Rata-rata
skor keterampilan adalah 22,8 dengan skor terendah 15 dan skor tertinggi 30. Skor
dikelompokkan berdasarkan:
a. Keterampilan baik
Menggunakan batas 75%-100% yaitu skor 27-36
b. Keterampilan cukup baik
Menggunakan batas 50%-74,9% yaitu skor 18-26
c. Keterampilan kurang baik
Menggunakan batas dibawah 50%yaitu skor <18
32
wawasan pengetahuan kader untuk pelaksanaan posyandu lansia yang lebih baik
kedepannya. Kader juga mengatakan bahwa perlu adanya pemantauan untuk
melihat kesesuaian pelaksanaan posyandu lansia dengan materi pelatihan yang
telah diberikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:
“Bagus sih itu, nambah banget wawasan. Karena ada
sumbernya yang bisa datang langsung bisa ditanya dapat
jawabannya langsung itu bisa untuk acuan kita kedepan.” (Bu
W)
33
1.4 Jumlah Kehadiran Lansia di Posyandu Lansia
Posyandu Lansia di Nglaban memiliki buku absensi lansia sebagai
pencatatan kehadiran. Berikut ini jumlah kehadiran lansia setiap bulannya:
Jumlah Persentase
Posyandu
Kehadiran Kehadiran Keterangan
Lansia
Lansia Lansia
April 2018 20 orang 28,6% Total populasi lansia adalah
Mei 2018 23 orang 32,8% 70 orang
Juni 2018 - -
Posyandu Lansia pada bulan
Juli 2018 29 orang 41,4%
Juni tidak dilaksanakan
Agustus 2018 31 orang 44,2%
karena berdekatan dengan
September 2018 33 orang 47,1% Idul Fitri
34
dilakukan intervensi, jumlah lansia yang hadir adalah 20 orang (28,5%). Jumlah
kehadiran meningkat menjadi 23 orang (32,8%) di bulan Mei, 29 orang (41,4%) di
bulan Juli, 31 orang (44,2%) di bulan Agustus, dan 33 orang (47,14%) di bulan
September.
35
diselenggarakan pada tanggal 10 setiap bulan pada pukul 15.30 WIB.
Selain itu juga terdapat puskesmas keliling (pusling) setiap 3 (tiga) bulan
sekali pada pagi hari pukul 10. 00 WIB. Pemilihan waktu pagi hari untuk
puskesmas keliling adalah mempertimbangan jam kerja pegawai
puskesmas. Sedangkan pemilihan waktu sore hari saat tidak bersama
puskesmas adalah dikarenakan kesibukan para kader (kader bekerja) dan
banyaknya lansia yang masih beraktivitas (bekerja di sawah, menjadi
buruh bangunan) mencari nafkah dari pagi hingga sore hari.
36
II. PEMBAHASAN
Dalam menghadapi tantangan peningkatan jumlah usia lanjut maka perlu
adanya pelayanan yang dapat mengatasi masalah kesehatan lansia serta
meningkatkan kualitas hidup lansia. (Demartoto, 2007 dalam Zakir, 2017).
Posyandu lansia merupakan salah satu wadah dalam Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat yang bertujuan memberikan kemudahan kepada masyarakat
khususnya usia lanjut dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Sumarnonugroho (1984) mengatakan bahwa pendekatan institusional dalam
upaya kesehatan lansia adalah melalui posyandu lansia yang merupakan
lembaga swadaya masyarakat yang khusus melayani usia lanjut. Bentuk
pelayanan posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat Lanjut Usia
(KMS Lansia) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini)
atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Kegiatan lain yang dapat
dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan
santai untuk meningkatkan kebugaran.
Posyandu Lansia di Nglaban telah terbentuk sejak Desember 2016.
Meskipun sudah berjalan dengan rutin setiap bulannya, cakupan kunjungan lansia
masih cukup rendah yaitu <30%. Pelayanan posyandu lansia di Nglaban
dilaksanakan dengan sistem 3 meja, yaitu registrasi, pemeriksaan antropometri
dan tekanan darah, pencatatan, serta Pemberian Makanan Tambahan. Variasi
kegiatan lain antara lain senam lansia dan menyanyi bersama, namun belum
dijalankan dengan rutin. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan SDM serta
kendala waktu dan tempat pelaksanaan posyandu lansia yang bersamaan dengan
posyandu balita.
Berdasarkan penelitian dari Zakir (2017), ada hubungan antara peran kader
dengan pemanfaatan posyandu lansia, sehinga dapat disimpulkan kader memiliki
peran penting dalam pengoptimalan pelayanan di posyandu lansia. Kader
posyandu lansia sendiri baru dipilih dan dilantik pada tahun 2017. Kader
memerlukan pembinaan dan pelatihan untuk peningkatan kemampuan supaya
lansia dapat percaya pada potensi kader sehingga berdampak pada kunjungan
posyandu lansia (Depkes RI, 2004 dalam Fatmah, 2014).
37
2.1 Pengetahuan kader mengenai penyakit tidak menular pada lansia dan upaya
pencegahannya
Pelaksanaan posyandu lansia di Nglaban dilakukan dengan sistem 3 meja,
meskipun demikian, pelayanan meja 3 yang berupa pelayanan
konseling/penyuluhan atau pojok gizi/Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
masih belum dilakukan dengan optimal. Pelayanan konseling/penyuluhan masih
sangat jarang dilakukan oleh kader karena keterbatasan SDM dan fasilitas saat
posyandu. Hal ini dapat disiasati dengan melakukan pendidikan kesehatan
perorangan oleh kader saat melakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia.
Pendidikan kesehatan perorangan dapat dilakukan apabila kader memiliki
pengetahuan yang baik mengenai posyandu lansia, penyakit pada lansia, serta
cara pencegahannya.
Menurut Green dan Kreuter (2015) dalam Porter (2015) pengetahuan
merupakan faktor pencetus (presdisposing factor) untuk mempermudah
seseorang untuk bersikap dan berperilaku tertentu. Hasil pelatihan menunjukkan
adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan sebelum dan setelah pelatihan.
Adapun pengetahuan tersebut adalah pengetahuan tentang posyandu lansia serta
PTM pada lansia dan cara pencegahannya. Pelatihan tentang pengetahuan
mengenai konsep posyandu lansia diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
kader mengenai posyandu lansia secara menyeluruh. Selain pengetahuan tentang
posyandu lansia, kader dalam program ini juga diberikan materi mengenai
Penyakit Tidak Menular yang dapat timbul pada lansia serta upaya
pencegahannya. Terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan sebelum dan
setelah pelatihan tentang PTM pada lansia.
Berdasarkan analisis kebutuhan yang peneliti lakukan sebelum menentukan
intervensi, ditemukan hasil bahwa baik kader dan lansia masih belum memahami
pentingnya pemantauan kesehatan rutin serta bagaimana tindak lanjut setelah
dilakukan pemantauan kesehatan tersebut. Hal ini mempengaruhi kunjungan
lansia pada posyandu lansia karena lansia tidak mengetahui apa manfaat dari
pengecekan kesehatan rutin. Dengan pemahaman mengenai konsep penyakit
dan pemantauan kesehatan rutin, diharapkan kader mampu melakukan
pendidikan kesehatan kepada lansia sehingga dapat mempengaruhi kunjungan
lansia. Pemahaman yang baik dapat meningkatkan pelayanan kader dalam
menyelengarakan posyandu lansia seperti yang dikemukakan Sucipto (2009)
38
dalam Laraeni (2014), bahwa pengetahuan yang baik akan memotivasi kader
untuk memberikan pelayanan yang baik.
39
lansia. Kader diberikan pengetahuan mengenai manfaat pengisian KMS dan
diajarkan cara mengisi KMS lansia. Hal ini tentu saja sangat memudahkan kader
dalam memantau kesehatan para lansia agar dapat menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan.
Kemampuan kader dalam pengisian KMS diukur dengan lembar ceklist
observasi yang diukur sebanyak 1 kali setelah pelatihan. Pendampingan teknis
pengisian KMS dilakukan pada tanggal 10 September 2018 sebelum pelaksanaan
posyandu lansia yang dilakukan oleh fasilitator. Fasilitator menjelaskan ulang
tentang teknik pengisian KMS lansia kemudian kader melakukan simulasi
pengisian KMS. Evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan posyandu. Fasilitator
mengobservasi dan menilai keterampilan kader dalam pengisian KMS lansia.
Pada saat pelaksanaan posyandu lansia tanggal 10 September 2018 yang lalu
sudah terlihat adanya perbedaan, yakni sudah mulai dilakukannya pencatatan
menggunakan KMS lansia.
2.3 Pengetahuan dan kesadaran lansia tentang pentingnya pemantauan kesehatan rutin
Lansia di Dusun Nglaban banyak yang memiliki riwayat Hipertensi tetapi
kurang memperhatikan permasalahan kesehatan yang dialaminya. Hal tersebut
dapat terjadi karena persepsi lansia tentang sehat sakit yang kurang tepat. Banyak
lansia di Nglaban yang menganggap bahwa kondisi sehat adalah masih kuat
melaksanakan segala sesuatu dengan mandiri dan masih dapat mengelola
sawahnya meskipun mereka memiliki suatu resiko penyakit. Kondisi sakit menurut
lansia adalah saat di mana mereka sudah tidak mampu untuk bangun dari tempat
tidur, dan merasakan sakit di seluruh badannya. Berdasarkan hal tersebut, penting
bagi petugas kesehatan dan kader yang terlibat untuk memberikan informasi
kesehatan yang sesuai, akurat, dan mudah dimengerti oleh lansia.
Usaha peningkatan pengetahuan dan kesadaran lansia di Dusun Nglaban
dilakukan melalui pemberian penyuluhan terutama tentang hipertensi serta upaya
pencegahannya dengan CERDIK (Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok,
Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress).
Penyampaian materi oleh fasilitator dikemas dengan lebih banyak menampilkan
gambar visual disertai penjelasan-penjelasan yang mudah dimengerti sehingga
dapat menarik perhatian lansia serta mempermudah lansia untuk memahami
informasi yang disampaikan.
Penyuluhan yang dilakukan pun telah mendorong kenginan lansia untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kesehatannya yaitu dengan mengajukan
40
pertanyaan serta diskusi terhadap pengalaman yang pernah dialaminya. Hal
tersebut menunjukkan lansia mulai sadar bahwa mereka memiliki faktor-faktor
resiko yang dapat menyebabkan permasalahan kesehatan apabila tidak segera
diatasi. Penyuluhan yang dilakukan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi
kesehatan, tetapi juga untuk memotivasi lansia menerapkan hidup sehat. Secara
persuasif lansia juga diajak untuk dapat memantau kesehatannya yaitu dengan
mengunjungi posyandu lansia sehingga tekanan darah, berat badan, dan IMT
dapat selalu terpantau serta menindaklanjuti apabila terdapat keluhan kesehatan
(Janusz, dkk. 2013).
Padukuhan Nglaban telah menyediakan suatu wadah bagi kelompok lanjut
usia melalui pembentukan posyandu lansia sejak tahun 2016 untuk mendukung
usaha peningkatan kesehatan lansia. Melalui pelayanan berbasis masyarakat ini
diharapkan lansia di Dusun Nglaban dapat memanfaatkannya secara maksimal
dengan melakukan pemantauan kesehatan rutin. Pemberian penyuluhan pada
lansia dapat dilakukan tidak hanya dalam kelompok, tetapi dapat pula berupa
pendidikan kesehatan individu terutama pada saat pemeriksaan kesehatan
dengan memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan, beserta pantangan dan
anjuran untuk hidup sehat (Gbenga, dkk. 2013).
41
tekanan darah lansia sehingga sangat penting untuk dimasukkan ke dalam
rangkaian kegiatan posyandu lansia (Izhar, 2017).
Seluruh program tersebut bertujuan untuk meningkatkan partisipasi lansia
untuk datang memeriksakan diri ke posyandu lansia. Hal tersebut perlu dilakukan
karena banyak lansia yang berpendapat bahwa pelayanan posyandu lansia yang
dilakukan selama ini belum komprehensif sesuai dengan standar 3-5 meja
pelaksanaan posyandu pada umumnya. Pemeriksaan terhadap lansia hanya
sebatas pengukuran tekanan darah dan pencatatan hasil. Penyuluhan kesehatan
dan senam lansia tidak dilakukan sehingga posyandu dianggap kurang penting
dan kurang menarik untuk diikuti oleh lansia. Pengetahuan lansia terkait
kesehatan dapat mempengaruhi kesadarannya untuk memeriksakan
kesehatannya di posyandu lansia. Kurangnya pengetahuan dan informasi akan
mempengaruhi sikap lansia terhadap pelayanan posyandu lansia sehingga
berdampak pada partisipasi dalam mengikuti posyandu lansia. Penerimaan positif
pada lansia terhadap pelayanan posyandu juga dapat meningkatkan partisipasi
aktif lansia. Sikap tersebut mampu mendorong lansia untuk mengakses informasi
kesehatan di posyandu lansia sesuai yang dibutuhkannya (Wahyuni, dkk. 2016).
42
waktu yang bersamaan di sisi lain juga menjadi hambatan bagi kader untuk
melakukan pelayanan yang optimal. Hal ini berdampak pada pelaksanaan
penyuluhan dan senam lansia yang masih berjalan belum rutin. Dari hasil evaluasi
pelatihan, beberapa kader termasuk ketua kader dan Ibu Dukuh mengatakan
sedang mempertimbangkan untuk melakukan pemisahan waktu antara posyandu
balita dan lansia.
Kader posyandu lansia baru dibentuk pada tahun 2017, meskipun demikian
kader posyandu Nglaban telah memiliki struktur organisasi serta alur komunikasi
melalui grup Whatsapp. Hal tersebut memudahkan kader dalam melakukan
koordinasi. Hal lain yang menjadi penguat dan memotivasi kader adalah adanya
dukungan dari pihak puskesmas. Pelaksanaan pelatihan dalam penelitian ini
melibatkan pihak Puskesmas Ngaglik I, hal ini menjadi penyemangat dilihat dari
antusiasme kader dalam mengikuti pelatihan. Komunikasi lebih lanjut juga terjalin
antara kader posyandu dengan pihak puskesmas, dilihat dari adanya permintaan
untuk posyandu keliling di bulan September yang disetujui oleh pihak puskesmas.
Puskesmas Ngaglik I juga mengungkapkan apresiasi terhadap keaktifan
posyandu lansia di Dusun Nglaban. Selain apresiasi dari puskesmas, apresiasi
dari kelurahan juga menjadi motivasi bagi kader. Pada bulan Agustus 2018 Dusun
Nglaban memenangkan juara II dalam Lomba Dusun Berprestasi di mana
posyandu lansia merupakan salah satu aspek penilaian.
43
BAB 6
PENUTUP
I. KESIMPULAN
1. Pelatihan kader posyandu lansia tentang konsep posyandu lansia dan penyakit
tidak menular pada lansia serta upaya pencegahannya dapat meningkatkan
pengetahuan dan kapasitas kader dalam menyelenggarakan posyandu lansia.
2. Pelatihan serta pendampingan teknis dalam pengisian KMS lansia dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemanfaatan KMS
lansia.
3. Pelaksanaan senam lansia dan penyuluhan kesehatan pada lansia dapat
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran lansia tentang pentingnya
pemantauan kesehatan rutin sehingga berdampak pada peningkatan partisipasi
lansia dalam posyandu lansia.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Smeltzer C, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Sopacua, E. and Budijanto, D. (2007) ‘Evaluasi 4 Tahap dari Kirkpatrick Sebagai Alat
dalam Evaluasi Pasca Pelatihan’, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 10(4), pp.
371–379. Available at: https://media.neliti.com/media/publications/21049-ID-
evaluasi-4-tahap-dari-kirkpatrick-sebagai-alat-dalam-evaluasi-pasca-pelatihan.pdf
Sumarnonugroho, 1984. Sistim Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta. PT
Hanindita.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia.
Wahyuni, I.D. dkk. (2016) 'Analisis Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan
Kesehatan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekar Jaya Kabupaten Ogan
Komering Ulu', Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(2):96-107.
Zakir, M. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Kencana. Jurnal Keperawatan, 10(1), 64-69. Retrieved from http://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/319
46
LAMPIRAN
LOGBOOK KEGIATAN
Wawancara Pak Dukuh Pelaksanaan Program Wawancara Lansia terkait kesehaan dan
Kesehatan di Padukuhan Nglaban Pelaksanaan Posyandu Lansia
POSTER DAN BANNER
TERM OF REFERENCE
PELATIHAN KADER TENTANG PENGELOLAAN POSYANDU LANSIA
PADUKUHAN NGLABAN, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA
JUMAT, 07 SEPTEMBER 2018
Latar Belakang
Berdasarkan data Puskesmas Ngaglik 1, hipertensi merupakan penyakit terbesar
kedua dalam daftar 10 penyakit terbesar pada tahun 2016. Hal ini sejalan dengan
ditemukannya keluhan masyarakat terkait tekanan darah tinggi di Padukuhan Nglaban,
terutama pada lansia. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan ataupun deteksi dini
PTM adalah melalui kegiatan UKBM adalah Posyandu Lansia. Posyandu Lansia di
Padukuhan Nglaban mulai dibentuk dan dilaksanakan pertama kali pada 10 Desember
2016. Adapun kegiatan yang berjalan rutin yaitu pemeriksaan dan pencatatan kesehatan,
serta senam lansia yang masih belum berjalan rutin, Peningkatan kapasitas kader perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pelaksanaan posyandu lansia di
Padukuhan Nglaban.
Tujuan Kegiatan
a. Meningkatkan pengetahuan kader tentang kesehatan lansia dan upaya
pencegahannya
b. Meningkatkan pengetahuan kader dalam manajemen pengelolaan posyandu lansia
c. Meningkatkan keterampilan/kemampuan kader mengenai pengisian KMS Lansia
d. Meningkatkan keterampilan kader dalam melakukan senam lansia
Materi
1) Penyakit Tidak Menular pada Lansia dan Pencegahannya
- Pengertian Penyakit Tidak Menular
- Jenis PTM pada Lansia
- Penyebab/Faktor Risiko PTM pada lansia
- Cara pencegahan PTM pada lansia
PENANGGUNG
WAKTU DURASI ACARA
JAWAB
07.30-08.00 30’ Registrasi Peserta Tim UGM
08.00-08.05 5’ Persiapan Acara pembukaan MC
08.05-08.10 5’ Pembukaan oleh MC MC
08.10-08.20 10’ Menyanyikan Lagu Indonesia Raya MC
08.20-08.25 5’ Laporan Ketua Panitia Ketua Panitia
Ibu Dukuh
08.25-08.30 5’ Kata Sambutan dari Ibu Dukuh
Nglaban
Presentasi Materi Sesi 1
Topik:
Puskesmas
08.30-08.50 20’ Penyakit Tidak Menular pada Lansia dan
Ngaglik 1
Pencegahannya
Nama :
Alamat (RT/RW) :
Usia :
Pendidikan terakhir :
SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Motivasi Kader
Jawaban
Pernyataan Setuju Netral Tidak
Setuju
Motivasi Intrinsik
1. Saya melaksanakan tugas posyandu lansia karena ada keinginan
untuk mengabdi kepada masyarakat.
2. Menambah pengetahuan kesehatan adalah alasan saya menjadi kader
3. Saya menjadi kader posyandu hanya untuk mengisi waktu luang.
4. Saya bertanggung jawab penuh terhadap tugas saya sebagai kader.
5. Saya membutuhkan buku pedoman dari petugas kesehatan tentang
materi tugas kader.
6. Saya berharap diikutkan dalam pelatihan keterampilan bidang
kesehatan yang mendukung posyandu lansia.
7. Saya merasa keberatan jika saya diberikan tugas baru di luar tugas
rutin sebagai kader posyandu lansia.
Motivasi Ekstrinsik
1. Saya menginginkan insentif berupa uang transport dan seragam kader
dalam melaksanakan tugas.
2. Ditunjuk oleh Pak Dukuh/ Ketua RW/ Ketua PKK adalah alasan saya
menjadi kader.
3. Suami atau keluarga mendukung saya untuk menjadi kader posyandu.
4. Saya membutuhkan kondisi lingkungan yang baik dan nyaman untuk
mendukung pelaksanaan posyandu.
5. Saya menginginkan ada pertemuan rutin antara pembina posyandu
(tenaga kesehatan) dengan kader yang lain dalam pelaksanaan tugas.
6. Saya menginginkan semua lansia hadir dan mengikuti posyandu lansia
secara rutin.
Berilah Tanda Silang (X) pada kolom (Benar) atau (Salah) sesuai jawaban yang Anda
anggap tepat
No Pernyataan Benar Salah
1. Pada pelayanan Posyandu Lansia sistem 3 meja, meja ke-3
adalah penyuluhan atau konseling dan pelayanan pojok gizi
2. Keluarga lansia bukan merupakan sasaran posyandu lansia
3. Usia pra lansia (45-59 tahun) adalah salah satu sasaran dari
posyandu lansia
4. Salah satu tugas kader posyandu lansia adalah mendiagnosa
penyakit lansia dan membuatkan resep obat
5. Tujuan posyandu lansia adalah untuk membentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
Berilah Tanda Silang (X) pada kolom (Benar) atau (Salah) sesuai jawaban yang Anda
anggap tepat
No Pernyataan Benar Salah
1. Penyakit Tidak Menular dapat disebarkan oleh kuman atau virus
2. Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang berlangsung
dalam waktu yang lama
3. Konsumsi makanan instan dan berpengawet dapat
menyebabkan penyakit tidak menular
4. Untuk mendeteksi obesitas atau kelebihan berat badan dapat
melalui Indeks Massa Tubuh dan lingkar perut
5. Hipertensi atau darah tinggi adalah apabila tekanan darah
melebihi 120/80 mmHg
6. Sering merasa lapar, haus dan banyak minum merupakan gejala
tekanan darah tinggi
7. Pemeriksaan kesehatan/deteksi dini hanya dapat dilakukan
apabila seseorang merasakan gejala penyakit
8. Anjuran konsumsi buah dan sayur yang baik adalah 3 porsi
sayur dan 2 porsi buah
9. Lanjut usia sebaiknya menghindari makanan yang mengandung
lemak tidak jenuh
10. Gangguan kejiwaan/emosional tidak dapat meningkatkan
peluang seseorang terkena penyakit tidak menular
Catatan:
Pesan dan kesan selama menjadi kader posyandu
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
..................................................................................................................................
Kuesioner Post-Test
Nama Kader :
Berilah Tanda Silang (X) pada kolom (Benar) atau (Salah) sesuai jawaban yang Anda
anggap tepat
No Pernyataan Benar Salah
1. Pada pelayanan Posyandu Lansia sistem 3 meja, meja ke-3 adalah
penyuluhan atau konseling dan pelayanan pojok gizi
2. Keluarga lansia bukan merupakan sasaran posyandu lansia
3. Usia pra lansia (45-59 tahun) adalah salah satu sasaran dari
posyandu lansia
4. Salah satu tugas kader posyandu lansia adalah mendiagnosa
penyakit lansia dan membuatkan resep obat
5. Tujuan posyandu lansia adalah untuk membentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
Berilah Tanda Silang (X) pada kolom (Benar) atau (Salah) sesuai jawaban yang Anda
anggap tepat
No Pernyataan Benar Salah
1. Penyakit Tidak Menular dapat disebarkan oleh kuman atau virus
2. Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang berlangsung dalam
waktu yang lama
3. Konsumsi makanan instan dan berpengawet dapat menyebabkan
penyakit tidak menular
4. Untuk mendeteksi obesitas atau kelebihan berat badan dapat melalui
Indeks Massa Tubuh dan lingkar perut
5. Hipertensi atau darah tinggi adalah apabila tekanan darah melebihi
120/80 mmHg
6. Sering merasa lapar, haus dan banyak minum merupakan gejala
tekanan darah tinggi
7. Pemeriksaan kesehatan/deteksi dini hanya dapat dilakukan apabila
seseorang merasakan gejala penyakit
8. Anjuran konsumsi buah dan sayur yang baik adalah 3 porsi sayur dan
2 porsi buah
9. Lanjut usia sebaiknya menghindari makanan yang mengandung
lemak tidak jenuh
10. Gangguan kejiwaan/emosional tidak dapat meningkatkan peluang
seseorang terkena penyakit tidak menular
Catatan:
Pesan dan kesan selama mengikuti pelatihan
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
..................................................................................................................................
Ceklis Pengisian KMS Posyandu Lansia
Nama Kader:
No Aspek yang dinilai Skor*
1. Mengisi kolom Identitas Pribadi
2. Mengisi Kolom Kunjungan ke- (Tanggal Kunjungan)
3. Mengisi Kolom Kegiatan sehari-hari/Kemandirian
4. Mengisi Kolom Status Mental/Masalah Emosional
5. Status Gizi
a. Melakukan pengukuran tinggi badan dengan benar
b. Melakukan penimbangan berat badan dengan benar
c. Menulis tinggi badan pada kolom yang tersedia
d. Menulis berat badan pada kolom yang tersedia
e. Mengisi kriteria IMT (lebih, normal, kurang) pada kolom yang tersedia
6. Tekanan Darah
a. Menggunakan alat tensimeter
b. Menulis Sistole pada kolom yang tersedia
c. Menulis Diastole pada kolom yang tersedia
d. Mengisi kolom kriteria tekanan darah (tinggi, normal, rendah) pada kolom
yang tersedia
e. Menanyakan konsumsi obat dan menuliskan jawaban pada kolom yang
tersedia
f. Menulis denyut nadi pada kolom yang tersedia
7. Kolom Catatan Keluhan dan Tindakan
a. Menanyakan keluhan yang dirasakan dengan menggunakan tabel
pedoman keluhan
b. Apabila ada, menulis tanggal dan keluhan pada kolom yang tersedia
c. Menentukan dan menuliskan tindakan/kegiatan pada kolom yang tersedia
Total Nilai
Skoring:
0 – Tidak dilakukan
1 – Dilakukan, cukup baik
2 – Dilakukan, baik
MODUL PELATIHAN
KADER POSYANDU LANSIA
Tim Penyusun:
Agatha Astri
Andham Dewi
Debby Febriani
Mohammad Fikri
2
PENYAKIT TIDAK MENULAR
3
Tanda dan Gejala
Seringkali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena
PTM, dan baru diketahui saat sudah parah atau stadium lanjut.
Berikut ini tanda dan gejala dari PTM, yaitu:
1. Berat badan berlebihan/Obesitas
Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2
Lingkar perut > 90cm (laki-laki) dan > 80cm (perempuan)
Mengorok saat tidur
Nyeri pada pinggul dan sendi-sendi tulang
4
5. Gejala Stroke
Merasakan lemah, kesemutan, atau lumpuh pada wajah-
kaki-lengan terutama pada satu sisi tubuh
Pandangan kabur, bicara tidak jelas/pelo
Kehilangan keseimbangan, serta sakit kepala yang hebat
4. Diet sehat
Diharapkan seseorang dapat melakukan diet sehat dengan
menghindari makanan yang mengandung banyak lemak,
mengurangi pemakaian garam dan gula, serta meningkatkan
konsumsi sayur dan buah.
6. Kelola stress
Mens sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat
jiwa yang kuat. Begitu pula sebaliknya, jiwa dan pikiran yang
sehat sangat mendukung kesehatan fisik seseorang. Stress
harus diatasi dan dikelola dengan baik karena dapat
mempengaruhi inividu untuk berperilaku negatif sehingga
dapat merugikan dirinya sendiri.
6
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
9
Siapa saja sasaran posyandu lanjut usia?
1) Sasaran langsung
a. Pra lansia (usia 45-59 tahun)
b. Lansia (usia 60-69 tahun)
c. Lansia risiko tinggi (usia lebih dari 70 tahun)
2) Sasaran tidak langsung
a. Keluarga lansia
b. Masyarakat disekitar lansia
10
KARTU MENUJU SEHAT LANJUT USIA
Petunjuk Pengisian
KMS Lansia
Bagian depan:
1. Nomor urut anggota
posyandu
2. Identitas lengkap pemilik
KMS
11
3. Catatan keluhan & tindakan
Tanyakan pada usia lanjut apakah ada keluhan-keluhan
yang dirasakan
Gunakan tabel keluhan yang tercantum pada halaman luar
bagian tengah KMS sebagai pedoman
Tulislah tanggal dan keluhan pada kolom yang disediakan
Tuliskan tindakan/kegiatan yang diberikan pada lansia saat
kunjungan misal: penyuluhan, pengobatan, anjuran ke
puskesmas.
12
4. Kolom Kolom diisi tanggal kunjungan
keterangan Isilah tanggal dan bulan pada kolom
kunjungan kunjungan pertama & kedua dan seterusnya
dalam pada setiap bulan pada saat posyandu lansia.
satuan Apabila usia lanjut tidak datang pada bulan
bulan tersebut kosongkan kolom untuk bulan
tersebut dan pencatatan berpindah untuk
bulan berikutnya.
13
5. Kolom isian Kategori A: lansia mampu
kemandirian/ hidup/melakukan aktivitas mandiri tanpa
kemampuan bantuan orang lain
lansia dalam Kategori B: lansia hidup/melakukan
aktivitas sehari- aktivitas sebagian dibantu oleh orang lain
hari Kategori C : lansia dalam tidak mampu
beraktivitas/total dibantu orang lain.
14
6. Status Lakukan pemeriksaan status emosional dengan
Mental/ menggunakan pedoman yang ada di lembar
Masalah KMS lansia
Emosional
Lansia Ciptakan lingkungan dan suasana yang
nyaman & agar usia lanjut betah
Sikap ramah dan penuih perhatian akan
kebutuhan usia lanjut secara menyeluruh
sehingga mempermudah hubungan yang
terbuka dan lancar antara usia lanjut dan
petugas kader
Ajukan pertanyaan dengan ramah dan
tanpa menyinggung perasaan
15
8. Status Gizi Timbanglah berat badan tanpa alas kaki
Lansia / dan catat di kolom yang tersedia
Indeks Masa Tentukan indeks massa tubuh dengan
Tubuh (IMT) mencatat tiitk temu antara garis bantu
yang menghubungkan berat badan yang
sudah diukur dengan tinggi badan
Nilai normal IMT usia lanjut berkisar
antara 18.5 – 25
16
KEBUTUHAN OLAHRAGA PADA LANSIA
Program Olahraga
Program olahraga dapat dilakukan dengan mengikuti kaidah
sebagai berikut:
1. Baik, bila olahraga:
a. Dimulai sejak dini sampai lanjut usia
17
b. Dilakukan di mana saja dengan memperhatikan lingkungan
yang sehat, aman, dan nyaman
c. Dilakukan secara bertahap mulai dari pemanasan-
peregangan 10-15 menit, diikuti dengan latihan inti 20
menit, dan diakhiri dengan pendinginan 5-10 menit.
2. Benar, bila olahraga dilakukan sesuai dengan kemampuan dan
kondisi tubuh lansia.sebelum melakukan program latihan,
sebaiknya lansia melakukan pengukuran kebugaran jasmani
untuk mengidentifikasi terjadinya kelainan yang merupakan
indikasi untuk tidak melakukan olahraga tertentu.
3. Teratur, bila olahraga dilakukan 3-5 kali dalam seminggu untuk
mencapai hasil yang optimal.
19
REFERENSI
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2012.
Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
20