Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengujian bahan adalah suatu proses dimana setiap sampel material yang
diambil diuji di dalam laboratorium. Pengujian ini adalah hal terpenting yang harus
dilakukan dalam suatu proyek pembangunan baik itu proyek pembangunan gedung,
jalan, jembatan, bangunan air, dan yang lainnya. Tujuan dari pengujian bahan adalah
untuk mengetahui kelayakan material yang akan digunakan dalam suatu
pembangunan dan untuk menentukan jumlah tiap takaran material pada saat
pencampuran demi mencapai persyaratan yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaan pengujian bahan sangat dibutuhkan ketelitian, terampil,
dan mahir dalam pengoprasian alat sehingga pengujian dapat mencapai hasil yang
bagus. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya membutuhkan tenaga yang telah ahli.
Untuk membentuk tenaga-tenaga ahli tersebut, maka wajib dilaksanakan pelatihan
berupa praktek laboraturium, khusus bagi para mahasiswa dan mahasiswi teknik sipil
guna untuk menjadi bekal penting bagi setiap mahasiswa dan mahasiswi nantinya
dalam dunia kerja.

1.2 TUJUAN
Tujuan dilaksanakan praktek ini adalah sebagai berikut :
a. Agar mahasiswa dan mahasiswi mengetahui tahapan pengujian material.
b. Agar mahasiswa dan mahasiswi bisa secara mandiri untuk melakukan material.

1
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK

2.1 JOB 1. PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL

A. Tujuan

1. Mahasiswa / mahasiswi dapat melakukan pengujian berat jenis aspal.


2. Mahasiswa / mahasiswi dapat menghitung besarnya berat jenis aspal.
3. Mahasiswa / mahasiswi dapat mengetahui kegunaan berat jenis aspal dalam pekerjaan
konstruksi jalan.

B. Dasar teori

Berat jenis aspal digunakan untuk mengetahui volume aspal dalam 1 m 2,


sehingga kita dapat menghitung jumlah aspal ( volume aspal ) yang digunakan dalam
pelebaran jalan, selain itu berat jenis aspal merupakan salah satu data yang diperlukan
untuk menganalisa aspal. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat isi aspal
pada suhu kamar dengan berat isi kering air suling pada 4 0 C yang isinya sama
dengan isi aspal. Berat jenis aspal diisyaratkan oleh SNI adalah min. 1,0 Mg/ m3. Berat
jenis aspal dinyatakan dengan rumus :

(C− A)
BJ =
( B−A ) – ( D−C)

Keterangan :

BJ = Berat jenis aspal

A = Berat piknometer ( gr )

B = Berat piknometer berisi air suling ( gr )

C = Berat piknometer berisi aspal ( gr )

D = Berat piknometer berisi aspal dan air suling ( gr )

2
C. Alat

Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Termometer
2. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian 250 C ± 0,10 C
3. Piknometer 30 ml
4. Bejana gelas kapasitas 1000 ml

D. Bahan

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Air suling sebanyak 1000 ml


2. Benda uji adalah aspal padat ± 100 gr

E. Langkah kerja
1. Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang
tidak terendam 40 mm, kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak
perendam sehingga perendaman sekurang – kurangnya 100 mm, aturlah suhu bak
perendam 250 C.
2. Bersihkan, keringkan, dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg.
3. Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air suling
kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan. Letakkan piknometer ke dalam bejana
dan tekanlah penutup sehingga rapat. Kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam
bak perendam selama sekurang – kurangnya 30 menit, kemudian angkatlah dan
keringkan dengan lap, timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg.
4. Panaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 100 gr, sampai menjadi cair dan
aduklah untuk mencegah pemanasan setempat. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30
menit pada suhu 1110 C di atas titik lembek aspal.
5. Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾
bagian.
6. Biarkan piknometer sampai dingin, selama tidak kurang dari 40 menit dan timbanglah
dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg.

3
7. Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan,
diamkan agar gelembung – gelembung udara keluar.
8. Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di dalamnya dan
kemudian tekanlah penutup hingga rapat, masukkan dan diamkan bejana ke dalam
bak perendam selama sekurang – kurangnya 30 menit, angkat keringkan dan
timbanglah piknometer.
F. Data pengujian

Berat piknometer (A) 38,2 gr


Berat piknometer + air (B) 63,1 gr
Berat piknometer + benda uji (C) 47,2 gr
Berat piknometer + benda uji + air (D) 63,3 gr

(C− A) ( 47,2−38,2) 9
BJ = = =
( B−A ) – (D−C) ( 63,1−38,2 ) – ( 63,3−47,2) 8,8
= 1,023 gr

G. Keselamatan kerja

1. Perhatikan dan baca standar pelaksanaan kegiatan.


2. Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran kerja serta
langkah – langkah kerjanya.
3. Cek kondisi piknometer.
4. Isi piknometer dengan aspal yang sudah terlebih dahulu dibentuk seperti bola dan
masukkan dalam oven.
5. Pada saat piknometer dikeluarkan dari oven, tempatkan piknometer diatas kain
( jangan tempatkan piknometer diatas tempat yang dingin seperti keramik saat
piknometer dalam keadaan panas ).
6. Masukkan air saat piknometer dingin.
7. Semua peralatan tidak boleh digunakan untuk main – main dan tidak boleh diletakkan
sembarangan.
8. Pakai sepatu, sarung tangan, masker dan pakaian kerja pada waktu praktek.
9. Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan dan bersihkan alat – alat.

4
2.2 JOB 2. PENGUJIAN TITIK LEMBEK

A. Tujuan
1. Mahasiswa / mahasiswi dapat melakukan titik lembek aspal.
2. Mahasiswa / mahasiswi dapat menghitung besarnya titik lembek aspal.
3. Mahasiswa / mahasiswi dapat mengetahui kegunaan titik lembek aspal dalam
pekerjaan konstruksi jalan.
B. Dasar teori
Titik lembek aspal adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu,
mendesak turun suatu lapisan aspalyang tertahan dalam cincin berukuran tertentu
sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak dibawah cincin pada
ketinggian tertentu, sebagai akibat dari pemanasan dengan kecepatan tertentu. Apabila
suhu titik lembek suatu aspal terlalu tinggi, maka aspal tersebut kurang peka terhadap
suhu, dan aspal tersebut kurang elastis. Aplikasi pengujian titik lembek dilapangan
adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan komposisi pencampuran, penghamparan dan
pemadatan aspal. Tempratur atau suhu pada saat pencampuran, penghambatan dan
pemadatan aspal dilakukan diatas suhu titik lembek aspal tersebut. Jika dilakukan
dibawah suhu titik lembeknya, maka pencampuran susah dilaksanakan dan
kemungkinan terjadi retak atau susah mencapai derajat kepadatan yang maksimum.
Nilai titik lembek ada kaitannya dengan nilai penetrasi yang disebut penetration index
( PI ), dengan rumus sebagai berikut :
(20−500 A)
PI =
(1+50 A)
(log800−log . pen)
Keterangan : A =
( TL−25)
TL = titik lembek
Pen = angka penetrasi
C. Alat
1. Termometer
2. Cincin kuningan
3. Bola baja diameter 9,53 mm, berat 3,50 ± 0,05 gr
4. Alat pengarah bola
5. Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5 cm dengan
tinggi sekurang – kurangnya 12 cm, kapasitas 800 ml

5
6. Dudukan benda uji
7. penjepit
D. Bahan
1. Air suling
2. Es batu
3. Benda uji adalah aspal 25 gr yang dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
a. Panaskan contoh perlahan – lahan sambil diaduk terus – menerus hingga cair
merata, dengan ketentuan pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan –
lahan agar gelembung – gelembung udara tidak masuk.
b. Suhu titik lembeknya untuk aspal tidak melebihi 1110 C di atas titik lembeknya.
c. Waktu untuk pemanasan ter tidak melebihi 30 menit sedangkan untuk aspal
tidak melebihi 2 jam.
d. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang dan letakkan kedua cicin
di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dengan campuran talk dan
glycerol.
e. Tuangkan contoh kedalam dua buah cincin, diamkan pada suhu sekurang –
kurangnya80 C dibawah titik lembeknya sekurang – kurangnya selama 30 menit.
f. Setelah dingin ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.
E. Langkah kerja
1. Pasang dan aturlah kedua benda uji diatas dudukannya dan letakkan pengarah
bola diatasnya, kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut kedalam bejana
gelas.
2. Isilah bejana dengan air suling, dengan suhu (5 ±1)0 C, sehingga tinggi

permukaan air berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm.


3. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini di antara kedua

benda uji (± 12,7 mm dari tiap cincin ), periksa dan aturlah jarak antara
permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
4. Letakkan bola – bola baja yang bersuhu 50 C diatas dan ditengah permukaan
masing – masing benda uji yang bersuhu 50 C menggunakan penjepit dengan
memasang kembali pengarah bola, tahan temperatur 50 C ± 10C selama 15 menit.

6
5. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 50 C per menit. Kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata – rata dari awal
dan akhir pekerjaan ini, untuk 3 menit yang pertama perbedaan kecepatan
pemanasan tidak boleh melebihi 0 , 50 C .
6. Apabila kecepatan pemanasan melebihi maka pekerjaan di ulang.
7. Apabila dari suatu pekerjaan duplo pebedaan suhu dalam cara pengujian ini
melebihi 10 C maka pekerjaan di ulang.
F. Data pengujian

suhu yang di amati Nomor Contoh


(°C) suhu titik
NO waktu (detik)
lembek
I II I II
1 0        
2 5 0 00' 29''    
G. Keselamatan
3 kerja
10 01' 27'' 03' 20''    
4
1. Perhatikan dan baca15standar pelaksanaan
03' 51''kegiatan yang
02' 06''
ada.    
5 20 05' 50'' 01' 55''    
2. P e r h a t i k a n
6 25 07' 40'' 03' 35''    
7 30 09' 43'' 07' 35''    
8 35 13' 15'' 07' 35''    
9 40 25' 55'' 12' 17''    
40 40
Rata-rata titik lembek ( ̊C )
40
langkah – langkah kerjanya.
3. Cek alat pemanas dan bejana gelas.
4. Letakkan pelat asbes diatas pemanas sebelum bejana gelas diletakkan diatas pemanas.
5. Semua peralatan tidak boleh digunakan untuk main – main dan tidak boleh diletakkan
sembarangan.
6. Pakai sepatu, sarung tangan, masker dan pakaian kerja pada waktu praktek.
7. Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan dan bersihkan alat – alat dengan menggunakan
minyak tanah yang telah dipanaskan.

2.3 JOB 3. PENGUJIAN PENETRASI ASPAL

A. Tujuan
1. Mahasiswa / mahasiswi dapat melakukan pengujian penetrasi aspal

7
2. Mahasiswa / mahasiswi dapat menghitung besarnya penetrasi aspal
3. Mahasiswa / mahasiswi dapat mengetahui kegunaan penetrasi aspal dalam
pekerjaan konstruksi jalan.
B. Dasar teori
Hydrocarbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang umumnya disebut
bitumen. Aspal yang umumnya digunakan saat ini berasal dari residu proses destilasi
minyak bumi dan disamping itu mulai banyak pula digunakan aspal alam yang berasal
dari pulau buton. Aspal minyak yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan
merupaan hasil residu destilasi minyak bumi, sering disebut juga aspal semen. Aspal
semen bersifat mengikat agregat pada campuran aspal beton dan memberikan lapisan
kedap air, serta tahan terhadap pengaruh asam, basa dan garam. Ini berarti jika
dibuatkan lapisan dengan mempergunakan aspal sebagai pengikat dengan mutu yang
baik dapat memberikan lapisan kedap air dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan
reaksi kimia yang lain.
Berdasarkan cara diperolehnya aspal dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu :
1. Aspal alam, dapat dibedakan atas :
 Aspal gunung
 Aspal danau
2. Aspal buatan, dapat dibedakan atas :
 Aspal minyak, hasil penyulingan minyak bumi ( aspal keras, aspal
dingin, aspal emulasi ).
 Tar, hasil penyulingan batu bara.
Aspal merupakan hasil produksi dari bahan – bahan alam, sehingga sifat –
sifat aspal selalu diperiksa di laboratorium dan aspal yang memenuhi syarat – syarat
yang telah ditetapkan. Salah satu pemeriksaan yang harus dilakukan adalah
pemeriksaan penetrasi aspal yang bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal.
Prosedur pemeriksaan meliputi PA – 0301 – 74 atau ASSHTO T49 – 80.
Pemeriksaan dilakukan dengan memasukan jarum penetrasi berdiameter 1 mm dengan
menggunakan beban seberat 50 gr sehingga diperoleh beban gerak seberat 100 gr
( berat jarum + beban ) selama 5 detik pada temperatur 250 C. Besarnya penetrasi
diukur dan dinyatakan dalam angka yang merupakan kelipatan 0,1 mm.

8
Adapun hubungan aspal dengan nilai penetrasi dalam pelaksanaan adalah
terhadap :
a. Lokasi penggunaan aspal.
Untuk daerah dengan suhu udara tahunan rata – rata lebih besar dari 24 0 C,
maka aspal yang digunakan harus dari jenis aspal keras pen 40 atau pen 60
yang telah memenuhi persyaratan dalam spesifikasi. Khusus untuk daerah
dengan suhu udara tahunan rata – rata 24 0 C dapat digunakan aspal keras pen
80.
b. Jenis konstruksi yang akan dibuat.
c. Kepadatan lalulintas.

Temperatur pada saat pencampuran, penghamparan dan pemadatan dilakukan


diatas suhu titik lembek, karena jika dilakukan dibawah suhu titik lembek
pencampuran susah dilakukan sehingga kemungkinan terjadinya keretakan atau susah
untuk mencapai derajat kepadatan maksimal.

Menurut SKBI 2.4.26.1987 tentang petunjuk pelaksanaan Lapis Aspal Beton


( laston ) untuk jalan raya khususnya untuk persyaratan aspal keras.

Cara Persyaratan
Jenis pemeriksaan satuan
Pen 60 Pen 80
pemeriksaan (MPBJ)
Min Max Min Max
Penetrasi (suhu PA.0301-76 60 79 80 99 0,1 mm
250 C 5 detik)

Toleransi angka range penetrasi :

Hasil penetrasi 0 – 49 50 – 149 150 – 249 250


Toleransi 2 4 6 8

C. Alat
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa gesekan
dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2. Pemegang jarum seberat ( 47,5 ± 0,05 ) gr yang dapat dilepas dengan mudah dari
alat penetrasi.

9
3. Pemberat dari ( 50 ± 0,05 ) gr atau ( 100 ± 0,05 ) gr masing – masing dipergunakan
untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
4. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel tanda ( grade ) 1400 C atau HRC 54 – 60.

Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung dengan berat jarum 2,5 ± 0,05 gr.
5. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang
rata.
6. Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat menahan suhu

250 C dengan ketelitian ± 0,10 C, bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang –
lubang terletak 50 mm dan diatas dasar bejana dan tidak kurang 100 mm dibawah
permukaan air dalam bejana.
7. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi, tempat tersebut
mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukkup untuk merendam
benda uji tanpa bergerak.
8. Pengatur waktu :
 Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan atau manual di perlukan stop watch
dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesaiahan tertinggi per
60 detik.
 Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak
boleh melebihi 0,1 detik.
 Termometer, termometer bak perendam harus ditera.
D. Bahan
Benda uji adalah aspal keras atau ter sebanyak ± 100 gr yang dipersiapkan
dengan cara sebagai berikut :
1. Panaskan contoh perlahan – lahan serta aduklah hingga cukup cair untuk dapat
dituangkan, pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 600 C diatas titik
lembek dan untuk aspal tidak lebih dari 90 0 C diatas titik lembek.
2. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit, aduklah perlahan – lahan
agar udara tidak masuk kedalam contoh.
3. Setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam tempat contoh dan diamkan
hingga dingin, tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka
penetrasi ditambah 10 mm, buatlah dua benda uji ( duplo ).

10
4. Tutup benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 –
1,5 jam untuk benda uji kecil, dan 1,5 – 2 jam untuk yang besar.
E. Langkah kerja
1. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air tersebut
kedalam bak perendam yang bersuhu 250 C, diamkan dalam bak tersebut selama 1
– 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 – 2 jam untuk benda uji besar.
2. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan bersihkan
jarum penetrasi dengan toluen atau pelarut lain kemudian keringkan jarum tersebut
dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada pemegang jarum.
3. Letakkan pemberat 50 gr di atas jarum untuk memperoleh beban beban sebesar
( 100 ± 0,1 gr ).
4. Pindahkan benda uji dari bak perendam kebawah alat penetrasi.
5. Turunkan jarum perlahan – lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan
benda uji, kemudian aturlah angka 0 diarloji penetrometer sehingga jarum
penunjuk berimpit dengannya.
6. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stop watch selama ( 5 ± 0,1 )

detik, bila pembacaan stop watch lebih dari ( 5 ± 1 ) detik, hasil tersebut tidak
berlaku.
7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah penetrasi yang berimpit dengan jarum
penunjuk, buatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan
berikutnya.
9. Lakukan pekerjaan 1 – 8 diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama,
dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari tepi
dinding lebih dari 1 cm.

F. Data pengujian

No contoh I
penetrasi pada pengamatan 1 0,1 mm 41
penetrasi pada pengamatan 2 0,1 mm 43
Rata-rata penetrasi 0.1 mm 42

11
H. Keselamatan kerja
1. Perhatikan dan baca standar pelaksanaan kegiatan.
2. Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran kerja serta
langkah – langkah kerja.
3. Cek alat penetrasi.
4. Olesi jarum penetrasi dengan pelumas sebelum pelaksanaan pengujian.
5. Semua peralatan tidak boleh digunakan untuk main – main dan tidak boleh diletakkan
sembarang.
6. Pakai sepatu, sarung tangan, masker dan pakaian kerja pada waktu praktek.
7. Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan dan bersihkan alat – alat dengan menggunakan
minyak tanah yang telah dipanaskan.

2.4 JOB 4. PENGUJIAN DUKTILITAS ASPAL


A. Tujuan
1. Mahasiswa / mahasiswi dapat melakukan pengujian duktilitas aspal.
2. Mahasiswa / mahasiswi dapat menghitung besarnya duktilitas aspal.

12
3. Mahasiswa / mahasiswi dapat mengetahui kegunaan duktilitas aspal dalam
pekerjaan konstruksi jalan.
B. Dasar teori
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran apakah suatu aspal
dalam pemakaiannya punya sifat liat, sifat ini dipengaruhi oleh beberapa sifat kimia
dari aspal, antara lain kadar parafin.
Apabila aspal terlalu banyak mengandung parafin, maka aspal menjadi kurang
baik dan akhirnya mudah retak karena dipengaruhi oleh sifat parafin itu sendiri. SKBI
2.4.26.1987 mengisyaratkan bahwa daktilitas standar untuk aspal yang digunakan
dalam campuran laston adalah seperti tabel berikut :

Cara Persyaratan
Jenis pemeriksaan pemeriksaan Satuan
Pen 60 Pen 80
(MPBJ)
Min Max Min Max
Penetrasi (suhu 250
C, 5 cm / menit) PA.0306 – 76 100 - 100 - Cm
*Berdasarkan thin film oven test (AASHTO T – 179).

Duktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarak
terpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras yang di tarik sebelum
putus pada suhu 250 C dan dengan kecepatan 50 mm / menit.

C. Alat
1. Termometer.
2. Cetakkan duktilitas kuningan.
3. Bak perendam isi 10 liter, yang menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan
ketelitian 0,10 C, dan benda uji dapat terendam sekurang – kurangnya 100 cm
dibawah permukaan air , bak tersebut diperlengkapi dengan pelat dasar
berlubang yang diletakkan 50 mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan
benda uji.
4. Mesin uji, ketentuan sebagai berikut :
 Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap.
 Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama
pemeriksaan.

13
5. Bahan methyl alkohol teknik atau glycerin teknik.
D. Bahan
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gr yang dipersiapkan sebagai berikut :
1. Lapisi semua bagian dalam sisi – sisi cetakan duktilitas dan bagian atas pelat dasar
dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau glycerin dan
kaolin atau amalgan, kemudian pasanglah cetakan duktilitas di atas pelat dasar.
2. Panaskan contoh aspal sehingga cair dan dapat di tuang, untuk menghindarkan
pemanasan setempat, lakukan dengan hati – hati. Pemanasan dilakukan sampai
suhu antara 800 C - 1000 C di atas titik lembek, kemudian contoh di saring dengan
saringan no. 50 dan setelah di aduk, di tuang dalam cetakan.
3. Pada waktu mengisi cetakan, contoh di tuang hati – hati dari ujung ke ujung
hingga penuh berlebihan.
4. Dinginkan pada suhu ruang selama 30 – 40 menit lalu pindahkan seluruhnya
kedalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan selama 30
menit, kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang
panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
E. Langkah kerja
1. Diamkan benda uji pada suhu 250 C dalam bak perendam selama 85 – 95 menit,
kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi – sisi cetakannya.
2. Pasanglah benda uji pada alat mesin dan tariklah benda uji secara teratur dengan
kecepatan 50 mm/menit sampai benda uji putus, perbedaan kecepatan atau kurang
dari 5% masih diizinkan. Bacalah jarak antara pemegang benda uji, pada saat
benda uji putus ( dalam cm ), selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu
terendam sekurang – kurangnya 25 mm dalam air dan suhu harus dipertahankan
tetap (250 C ± 0,50 C ).
3. Apabila benda uji menyentuh dasar messin uji atau terapung pada permukaan air
maka pengujian dianggap tidak normal. Untuk menghindari hal semacam inimaka
berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambah
methyl alkohol atau glycerin, apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah
dilakukan 3 kali maka dilaporkan bahwa pengujian duktilitas bitumen tersebut
gagal.
F. Data pengujian
PENGUJIAN DUKTILITAS ASPAL

14
Nomor contoh
Pengamatan 1 Cm >100

G. Keselamatan kerja
1. Perhatikan dan baca standar pelaksanaan kegiatan.
2. Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran kerja serta
langkah – langkah kerjanya.
3. Cek alat duktilitas.
4. Semua peralatan tidak boleh digunakan untuk main – main dan tidak boleh diletakkan
sembarangan.
5. Pakai sepatu, sarung tangan, masker dan pakaian kerja pada waktu praktek.
6. Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan dan bersihkan alat – alat dengan menggunakan
minyak tanah yang telah dipanaskan.
7. Cabut kabel listrik dari kontak setelah selesai praktikum.

2.5 JOB V
RENCANA CAMPURAN ASPAL PANAS ( FORMULA CAMPURAN RENCANA =
FCR ATAU DESIGN MIX FORMULA = DMF) DARI BIN DINGIN SERTA
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

A. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan campuran aspal panas
15
2. Mehasiswa dapat menghitung komposisi campuran aspal panas
3. Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan campuran aspal panas dalam pekerjaan
konstruksi jalan
4. Mahasiswa dapat melakukan pengujian marshall
5. Mahasiswa dapat menghitung besarnya volumetrik campuran
6. Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan sifat aspal dalam pekerjaan konstruksi aspal.

B. Dasar Teori
Campuran aspal beton panas adalah campuran antara agregat dan aspal dalam
keadaaan panas, dengan atau tanpa bahan tambahan. Agregat dan aspal memiliki
karakteristik yang berbeda – beda yang ditunjukan oleh parameter seperti berat jenis,
penyerapan, gradiasi, abrasi, penetrasi, duktilitas, dan lain sebagainya. Biasanya agregat
diperoleh dari tempat yang terdekat dari lokasi pencampuran.
Kadangkala agregat yang digunakan menggunakan campuran agregat yang
diperoleh dari tempat berbeda dan instalasi pencampurannya pun berbeda sehingga tidak
perna ada satu formula tetap untuk satu jenis asapal beton yang dinginkan. Metode
pencampuran yang digunakan diIndonesia adalah metode rancangan berdasarkan
pengujian empiris menggunakan alat Marshall. Perencanaan dengan metode Marshall
ditemukan ileh Marshall
Metode ini terdiri dari dua tahap yakni :
1. Menguji sifat agregat dengan aspal yang akan dipergunakan sebagai bahan dasar
campuran. Bahan dasar campuran ini harus memenuhi spesifikasi yang dipilih
2. Membuat rancangan campuran di laboratorium yang menghasilkan rumus campuran
rancangan yaitu DMF ( Design Mix Formula )
Persyaratan dari metode marshall konvensional adalah sifat cempuran sesui kondisi
lalulintas yang akan dilewati. Misalnya untuk kondisi lalulintas berat perencanaan
marshall menetapkan pemadatan benda uji 2×7 tubukan batas rongga dalam campuran 3%
sampai 5%. kondisi seperti ini sulit menjamin campuran tahan terhadap kerusakan alur
plastis, oleh karena itu motode marshall konvensional belum cukup menjamin kinerja
campuran beraspal yang digunakan untuk lalu lintas berat dan padat dengan suhu tinggi.
Maka sejak tahun1995 Bina Marga telah menyempurnakan konsep spesifikasi campuran
berasapal panas dengan pendekatan kepadatan mutlak ( No.023/T/BM/1999 dan
spesifikasi Depkimpraswil 2007), kepadatan mutlak dimaksudkan sebagai kepadatan

16
tinggi ( maksimum) yang dicapai sehingga campuran tersebut praktis tidak dapat menjadi
lebih padat lagi
 Yang dimaksud dengan :
1. Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai
terjadi alir ( flow ) yang diyatakan killogram.
2. Alir ( flow ) adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi
akibat suatu beban, dinyatakan dalam mm.
3. Kinerja campuran beraspal sangat ditentuka oleh volumetrik campuran dalam
keadaan padat, yang terdiri dari : rongga udara dalam campuran ( VIM ), rongg
diantara aggerat ( VMA ), rongga terisi aspal ( VFA ).
4. VMA adalah volume rongga diantara butir butir agregat dalam campuran padat
yang meliputi rongga udara ( VIM ) dan volume aspal efektif , VMA dinyatakan
persen terhadap volume total.
5. VIM adalah kantung kantung udara diantara agregat yang diselimuti aspal, VIM
dinyatakan dalam persen terhadap volume total campuran.
6. VFA adalah bagaian dari VMA yang disi oleh kandungan aspal efektif dan
diyatakan dalam perbandingan antara ( VMA – VIM ) terhadap VMA

Untuk memahami besaran besaran volumetrik, terlebih dahulu harus memahami konsep
mengenai berat jenis yang digunakan dalam perencanaan campuran beraspal.

Pemeriksaan marshal test dimaksudkan untuk menentukan ketahanan atau stabilitas


terhadap kelelehan plastis ( flow ). Ketahanan atau stabilitas adalah kemampuan suatu
campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadinya kelelehan plastis yang
dinyatakan dalam kilogram.kelelehan plastis adalah suatu keadaan perubahan bentuk dari
suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban batas tumbuk yang dinyatakan
dalam mm. Sedangkan kadar aspal minimum adalah kadar aspal yang didapat dengan cara
marshall test terhadap benda uji yang digunakan dengan jumlah tumbukan yang
disesuaikan dengan klasifikasi lalu lintas
 Tahap Mix Design :
a) Pemeriksaan bahan
b) Penentuan proporsi
c) Persiapan bahan
d) Pembuatan benda uji
e) Evaluasi

17
 Hubungan suhu pemanasan terhadap :
1. Bahan
a) Jika suhu terlalu tinggi : maka film yang menyelimuti agregat telalu tipis sehimgga
menyebabkan ikatannya terlalu lemah
b) Jika suhu terlalu dingin : maka campuran aspal tidak homogen
2. Campuran
a) Jika suhu terlalu panas : ada beberapa sifat fisik aspal yang hilang. Aspal terlalu
encer sehingga tidak dapat menyelimuti agreagat secara merata, atau lapisan yang
menyelimuti agregar sangat tipis karena spal tersebut akan bergerak kelapisan yang
paling rendahh. Maka lapisan pekerasan tersebut tidak lagi homogeny
b) Jika suhu terlalu rendah maka aspal tersebut sulit untuk dipadatka dan keadaan
optimum tidak akan tercapai yang mengakibatkan turunnya stabilitas
3. Pemadatan
Jika pada saat pemadatan suhu campuran terlalu tinggi akan mengakibatkan rongga
pada campuran tinggi.
Jika pada saat pemadatan suhu campuran terlalu rendah akan mengakibatkan lapisan
tersebut tidak stabil ketika dipadatkan
 Berat jenis
1. Berat jenis bulk / curah agregat
Berat jenis curah gabungan agregat ditentukan sebagai berikut:
2. Berat jenis semu ( Gsa ) dihitung dengan formula
3. Berat jenis efektif agregat
Jika berdasarkan berat jenis maksimum campuran ( Gmm ), berat jenis efektef agregat
dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut :
Dimana :
Gse = berat jenis efektif agregat
Pmm = persen total campuran lepas/persen terhadap total camapuran
Pb = kadar aspal, persen aspal terhadap berat total campuran
Gmm = berat jenis maksimum campuran ( tidak ada rongga ),( SNI 03-6757-2002)
Gb = berat jenis aspal
4. Berat jenis maksimum campuran ( Gmm )
Besarnya nilai Gmm adalah berat jenis maksimum campuran dimana rongga udara
dalam campuran dianggap nol, yang dihitung secara teoritis dengan rumus :

18
Besarnya nilai berat jenis maksimum ( Gmm ) didapat dari hasil pengujian pada kadar
aspal melalui pengujian berdasarkan standar ( SNI 03-6757-2002 ).
Nilai Gmm pada kadar lainnya dapat dihitung dengan persamaan :

Dengan mensubtitusikan berat, volume dan berat jenis, maka diperoleh :

Dimana :
Gmm = berat jenis maksimum
Pmm = persen berat terhadap total campuran ( = 100% )
Ps = kadar agregat total, persen agregat terhadap berat total campuran
Pb = kadar aspal total, persen aspal terhadap berat total campuran
Vs = volume efektif agregat
Vb = volume aspal
Gse = berat jenis efektif agregat
Gb = berat jenis aspal
5. Penyerapan aspal ( aspal yang diserap agregat )
Jumlah aspal yang diserap yang diserap oleh agregat biasanya dinyatakan dalam
presentase berat terhadap berat total agregat. Dengan demikian perdefinisi banyak
aspal uang diserap agregat dapat dinyatakan dengan persamaan :

Dimana :
Pbabs = banyaknya aspal yang terserap oleh agregat/penyerapan aspal
Gse = berat jenis efektif agregat
Gse =berat jenis bulk/curah agregat
Gbt =berat jenis aspal.

Kadar aspal efektif yang menyelimutu agregat


Kadar aspal efektif ( Pbe ) campuran beraspal adalah kadar aspal total dikurangi
jumlah aspal yang diserap oleh agregat. Kadar aspal efektif ini akan menyelimuti
permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan menentukan kinerja
campuran.
Persamaan untuk menghitung kadar aspal efektif, adalah :

Dimana : Pbe = kadar aspal efektif

19
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memulai proses perencanaan
campuran beraspal panas, sebagai berikut :
a) Data – data hasil pengujian
b) Penyesuaian gradiasi campuran
c) Penentuan gradiasi agregat gabungan
d) Hitung perkiraan kadar aspal rencana (pb)
agregat, ditambah dengan kadar aspal yang akan terserap masuk kedalam pori masing-
masing butir agregat
Dimana kadar spal campuran telah ditetapkan dalam spesifikasi sifat campuran, maka
untuk rancangan campuran dilaboratorium dipergunakan kadar sapal tengah/ideal dari
rentang kadar aspal dalam spesifikasi campuran.Kadar aspal tengah dapat ditentukan
dengan mempergunakan rumus atau persamaan, yaitu yang dikenal dengan perkiraan
kadar aspal rencana (pb) dari persamaan :
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045(%FA) + 0,18 (%FF)
Dimana, Pb : kadar aspal rencana awal, adalah persen terhadap berat campuran
CA : agregat kasar, adalah % terhadap agregat tertahan # no.8
FA : agregat halus, adalah % terhadap agregar lolos # no.8 dan tertahan #
no.200
FF : bahan pengisi ( bila perlu )
K : konstantan untuk Laston : 0,5 – 1,0 dan Lataston : 2,0 – 3,0
kadar aspal yang diperoleh dibulatkan mendekati angka 0,5 % yang terdekat. Misal dari
perhitungan didapat 6,3% maka dibulatkan menjadi 6,5%, atau bila didapat 5,7% maka
dibulatkan mennjajdi 5,5,%
e) Lakukan pembuatan benda uji Marshall sesuai SNI 06-2489-1991 sehingga diperoleh
hasil sesuai persyaratan dengan ketentuan :
f) Lakukan pengujian dengan alat Marshall sesuai SNI untuk memperoleh : kepadatan,
stabilitas , kelelehan, hasil bagi marshall presentasi sisa perendaman. sesuai prosedur
pengujiannya, sebelumnya lakukan mulai dari penimbangan bahan didalam oven,
penambahan aspal kedalam agregat yang telah dipanaskan dan pengadukan campuran
agregat dan aspal dalam alat pencampur mekanis ataupun manual.
g) Lakukan pengujian untuk memperoleh Bj Maks (Gmm)
h) Kemudian hitung besaran volumetrik campuran, yaitu rongga diantara agregat
(VMA), rongga dalam campuran (VIM), dan rongga terisi aspal (VFA)

20
i) Untuk mencari VIM pada kepada mutlak, buat minimum 3 contoh uji tambahan
denagan kadar aspal pada VIM 6%
j) Padatkan sampai mencapai kepadatan mutlak
k) Gambarkan grafik hubungan antara kadar aspal dengan hasil pengujian : kepadatan,
stabilitas, kelelehan, VMA, VFA, VIM dari hasil uji Marshall, VIM dari hasil uji PRD
l) gambarkan batas spesifikasi kadalam grafik dan tentukan rentang kadar aspal yang
memenuhi persyaratan
m) periksa kadar aspal rencana yang diperoleh yang berada pada tengah kadar aspal yang
memenuhi persyaratan
n) Gambarkan seluruh hasilnya

C. Alat
1. Tiga buah cetakan benda uji yang berfdiameter 10,16 dan tinggi
7,62cm lengkap dengan pelat alas dan leher sambung
2. Mesin penumbul manual atau otomatis lengkap dengan : 1 penumbuk
yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder, dengan berat
4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 c,
3. Landasan pemadatan terdiri dari balok kayu ( jati atau yang sejenis )
berukuran 20,32 × 20,32 × 45,72cm dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 ×
30,48 × 2,54 cm dan dijangkarkan pada lanta beton di keempat bagian sudutnya
4. Alat pengeluaran benda uji :
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan
benda uji dipakai sebuah alat extruder yang berdiameter 10cm.
5. Alat marshall lengkap dengan :
a. Kepala penakan ( breaking head ) berbentuk lengkung
b. Cincin penguji ( proving ring ) kapasitas 2500 kg dan 5000 kg dilengkapi arloji
( dial ) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm
6. Arloji pengukur alir ( flow) denga ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya
7. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai
200°C (±3°C )
8. Bak perenda ( water bath ) dilengkapi dengan pengatur suhu 20 - 60°C (± 1°C
)

21
9. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1
gram
10. Pengukur suhu dari logam ( metal thermometer ) berkapasitas 250°C dan
100°C dengan ketelitian 1 % dari kapasitas
11. Perlengkapan lain :
a. Panci – panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal
b. Sendok pengaduk dan spatula
c. Kompor atau pemanas ( hote plate)
d. Sarung tangan dari sbes, sarung tangan dari karet, dan pelindung
e. Pernapasan ( masker)
D. Bahan
 Benda uji adalah agregat yang dipersiapkan :
1. Agregat yang telah dikeringkan pada suhu 105°C - 110°C minimum
selama 4 jam, keluarkan dari alat pengering ( oven ) dan tunggu sampai beratnya tetap
2. Agregat dipisahkan sesuai dengan fraksi melalui penyaringan
3. Panaskan aspal sampai tingkat kekentalan ( viscositas) yang
disyaratkan baik untuk penkerjaan pencampuran maupun pemadatan
4. Pencampuran dilakukan sebagai berikut :
a. untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira – kira 63,5 mm ± 1,27mm
b. panaskan panci pencampur beserta agregat kira – kira 28°C diatas suhu pencampuran
untuk aspal padat, bial menggunakan aspal cair pemanasan sampai 14°C diatas suhu
pencampuran
c. tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti pada tabel 1
sebanyak yang dibutuhkan kedalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut,
kemudian aduklah dengan cepat pada suhu tertentu sampai agregat terselimuti aspal
secara merata

5. pemadatan, dilakukan sebagai berikut :


a. bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan
seksama dan panaskan smapai suhu antara 93,3°C – 148,9°C
b. letakan cetakan diatas landasan pemadat tahan denga pemegang cetakan

22
c. letakan selembar kertas sairing atau kertas penghiap yang sudah digunting menurut
ukuran cetakan kedalam dasar cetakan
d. masukan seluruh campuran kedalam cetakan dan tusuk – tusuk campuran keras –
keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pingirannya dan
10 kali bagian tengahnya
e. lakukan pemadatan alat penumbuk sebanyak
 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat
 50 kali tumbukan untuk lalu lintas sedang
 35 kali tumbukan untuk lalu lintas ringan
Dengan tinggi jatuh 475,2 mmselama pemadatah harus diperhatikan agar sumbuh
palu pemadat selalu tegak lurus pada alat cetakan
6. Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalukan dan pasang kembali pelat alas
berikut leher sambng pada cetakan yang dibalikan tadi
7. Terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikan ini tumbuklah
dengan jumlah yang sama sesuai..........
8. Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar
bendauji pada permukaanujumg ini
9. Kemudian dengan hati – hati keluarkan dan letakan benda uji diatas
permukaan yang rata dan biarkan selama 24 jam pada suhu ruang
10. Bila diperlukan pendinginan yang cukup cepat dapat dipergunakan
kipas angin meja
 Persiapan pengujian
a. Bersihkan benda uji dari korotan yang menempel
b. Berilah tanda oengenal pada masing masing benda uji
c. Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 gram
d. Timbang bena uji
e. Rendam dalam air selama 30 menit pada suhu ruang
f. Timbang dalam air untul mendapatkan isi
g. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaaan jenuh
h. Bersihkan batang penuntun ( guide rod ) dan permukaan dalam dari kepala penekan,
sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur bebas( bila dikehendaki kepala
penekan direndam bersama – sama benda uji pada suhu 21,1 – 37,8 °C untuk
mengurangi lengketnya benda uji terhadap permukaan dama kepala penekan)

23
d. Langkah Kerja
Cara uji dilakukan sebagai berikut :
Waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendaan atau oven
sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 10 detik
a. Rendamlah benda uji dalam bak perendam ( water bath ) selama 30 – 40 menit dengan
suhu tetap 60°C (1°C) untuk benda uji yang menggunakan aspal padat, untuk benda ui
yang menggunakan aspal cair masukan benda uji kedalam oven selam minimum 2 jam
dengan suhu tetap 25°C (1°C)
b. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dai oven dan letakan kedalam segmen
bawah kepala penekan
c. Pasang segmen atas diatas benda uji, letakan keseluruhannya kedalam mesin penguji
d. Pasang arloji pengukur alir (flow) pada kedudukannya diatas salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung
tangkai arloji (sleeve) dipegeng teguh terhadap segmen atas kepal penekan
e. Sebelum pembebanan diberikan, kepala pembebanan serta benda ujinya dinaikan
sehingga menyentuh alas dinding penguji
f. Atur arloji tekan pada kedudukan agka no
g. Berikan pembebanan benda uji denga kecepatan tetap sekitar 50 mm per menit sampai
pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukan
oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan makskimum ( stability)yang dicapai,
untuk benda uji yang tebalnya tidak sebesar 63,5 mm. Koreksi bebannya dengan
perkalian yang bersangkutan
h. Catat nilai alir (flow) yang ditunjukan oleh jarum arloji pengukur alir pada saat
pembebanan maksimum tercapai

E. Data Hasil Pengujian

24
A). Data Agregar dan Gradiasi Agregat

No spesifikasi
saringa persentasi kelolosan komposisi campuran   gradiasi
n BP 3/4 BP 3/8 Abu
BP BP 3/8 abu % % batu pasir
3/4 % % batu Pasir 20% 10% 51% 19% gabungan ideal
3/4'' 100 100 100 100 20 10 51 19 100 100 100  
1/2'' 84,7 100 100 100 16,94 10 51 19 96,9 93,5 87   100
3/8'' 29,3 98,3 100 100 5,87 9,83 51 19 85,7 71,5 55 - 88
No. 4 2,61 34,11 100 100 0,52 3,41 51 19 73,9        
14,72
No.8 2,23 3,68 82,65 77,5 0,45 0,37 42,15 5 57,7 56 50 - 62
No.16 2,11 3,39 45,39 48,03 0,42 0,34 23,15 9,13 33,0        
No.30 1,99 3,05 32,76 32,45 0,40 0,31 16,71 6,17 23,6 32,5 20 - 45
No.50 1,79 2,76 26,19 24,28 0,36 0,28 13,36 4,61 18,6 25 15 - 35
No.100 1,73 2,42 19,2 18,08 0,35 0,24 9,79 3,44 13,8        
No.200 1,45 1,96 9,25 4,47 0,29 0,20 4,7175 0,85 6,1 8 06-Jan - 10

B). Data perkiaan kadar aspal rencana ( pb)


Pb = 0,035 (%CA) + 0,045(%FA) + 0,18 (%FF) + K
= 0,035 (100 – 73,9 ) + 0,045(73,9– 6,1) + 0,18 (6,1) + 2
= 0,035 (26,1) + 0,045(67,9) + 0,18 (6,1) + 2
= 0,9 + 3,1 + 1,1 + 2 = 7,1 = 7%

C). Daftar Timbangan untuk percobaab Marshall campuran panas AC-WC gradiasi
Semi Senjang

1. Kadar aspal rencana ( 6%, 6,5%, 7%, 7,5%, 8%)

2. kadar aspal rencana (%)


NO komposisi agregat campuran
6% 6,5% 7% 7,50% 8%
1 batu pecah 3/4'' 20% 18,8% 18,7% 18,6% 18,5% 18,4%
2 batu pecah 3/8'' 10% 9,4% 9,4% 9,3% 9,3% 9,2%
3 abu batu 51% 47,9% 47,7% 47,4% 47,2% 46,9%
4 Pasir 19% 17,9% 17,8% 17,7% 17,6% 17,5%
5 Semen            
  total AGG DALAM CAMPURAN (%)            
  TOTAL CAMPURAN (%) 100% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

25
KOMPOSISI CAMPURAN BERAT TIMBANGAN (GR)
KADAR ASPAL RENCANA (%) 6% 6,5% 7% 7,50% 8%
batu pecah 3/8'' 206,8 205,7 204,6 203,5 202,4
batu pecah 3/8'' 103,4 102,9 102,3 101,8 101,2
abu batu 527,3 524,5 521,7 518,9 516,1
Pasir 196,5 195,4 194,4 193,3 192,3
Semen          
BERAT AGG CAMPURAN (GR)          
BERAT ASPAL DALAM CAMPURAN (GR)          
BERAT RENCANA TOTAL CAMPURAN (GR) 1100 1100 1100 1100 1100

komposisi CAMPURAN BERAT TIMBANGAN KOMULATIF(GR)


KADAR ASPAL RENCANA (%) 6% 6,5% 7% 7,50% 8%
batu pecah 3/4'' 206,8 205,7 204,6 203,5 202,4
batu pecah 3/8'' 310,2 308,6 306,9 305,3 303,6
abu batu 837,5 833,1 828,6 824,2 819,7
Pasir 1034,0 1028,5 1023,0 1017,5 1012,0
ASPAL 1100 1100 1100,0 1100 1100

3. Percobaan Marshall Kadar aspal rencana ( 6%, 6,5%,


7%, 7,5%, 8%)

b c d e f g h i j k l m n o p q r
(%) (Gra (Gra (Gram) (Gr (Gram (Gra (Gra (Gr (Gr (K (kg) (kg) (m (kg/ (% (Gra
No m) m) am) ) m) m) am) am) n) m) mm) ) m)
109 477 2,4 19,5 4,9 74, 9, 965, 110 347, 7,
1 6 1088 4 616,7 ,0 2,281 36 2 84 46 47 0 0,1 3,2 03 14 7,74
1097, 110 482 2,4 20,2 5,3 73, 7, 784, 894 212, 7,
2 6,5 5 0 617,0 ,8 2,273 18 2 06 75 7 6 ,5 4,2 97 65 8,40
1091, 109 482 2,4 21,0 5,7 72, 9, 933, 106 328, 8,
3 7 3 3 610,8 ,5 2,262 01 4 82 52 16 4 4,1 3,2 42 14 9,06
109 481 2,3 21,5 5,9 72, 8, 851, 971 324, 8,
4 7,5 1088 0 608,6 ,8 2,258 84 9 31 53 36 9 ,1 3,0 04 64 9,72
1099, 110 489 2,3 22,4 6,4 71, 9, 980, 106 224, 9, 10,3
5 8 4 0 610,7 ,4 2,246 67 2 21 36 62 3 8,5 4,8 71 15 8
Ka Bj
Gm 2,4 GMM Bj agg 2,6 Bj agg 2,6 Aspal 1,0 ABS 0,11
m: 01 : 7 Bulk : 64 Eff : 72 : 23 ASPAL : 494

Keterangan tabel :
b. % aspal terhadap campuran
c. Berat kering ( gram)
d. Berat dalam keadaaan jenuh ( gram)
e. Berat dalam air (gram)

26
f. Volume
Contoh 3. Kadar aspal 7%
= Berat dalam keadaan jenuh – berat dalam air
= 1093 – 1091,3
= 482,5
g. Berat volume / kepadatan
Contoh 3. Kadar aspal 7%
Berat kering(c )
=
volume( f )
1091,3
=
482,5
=2,262
h. Berat jenis maksimum teoritis
i. % rongga terhadap agregat
Contoh 3. Kadar aspal 7%
= 100 - ¿ ¿
=100 – ¿ ¿
= 21,04
j. % rongga terhadap campuran
Contoh 3. Kadar aspal 7%
g
=100 – (100 ׿ )
h
2,262
=100 – (100 ׿ )
2,401
= 5,782
k. % rongga terisi aspal
Contoh 3. Kadar aspal 7%
i− j
= 100 ׿ )
i
21,04−5,782
= 100 ׿ )
21,04
= 72,52
l. Pembacaan arloji stabilitas
m. Stabilitas
Contoh 3. Kadar aspal 7 %

27
Pembacaan arloji x 101,9 kg ( konversi KN ke KG).
= 9,16 kN x 101,9 kg
= 933,4 kg
n. Stabilitas
Contoh 3. Kadar aspal 7%
=stabilitas x koreksi benda uji
= 933,4 kg x 1,14
= 1064,1 kg
o. Kelelehan (mm)
p. Hasil bagi marshall
Contoh 3. Kadar air 7 %
= stabilitas / kelelahan
=1064,1 kg / 3,2 mm
=328,42

q. Kadar aspal efektif (%)


Contoh 3. Kadar aspal 7%
penyerapan aspal
= kadar aspal – x ( 100−berat dalam keadaan jenuh )
100
0,11494
=7%- x ( 100 – 1093,3 )
100
= 8,14 %
r. Tebal flim aspal
Contoh 3. Kadar aspal 7%
1000 x (kadar aspal−penyerapan aspal)
=
luas permukaan x berat jenis aspal x ( 100−kadar aspal )

1000 x (7 %−0,11494)
=
7,9903 x 1,023 x (100−7 %)

= 9.06 gram

4. Parameter Aspal

28
Kadar Kepadata Stabilita Sisa Bagi Kadar Aspal VIM
Aspal n VMA VIM VFB s Marshall Efektif PRD
19,5 74,4
6 2,281 2 5,0 6 1100,09 347,03 7,14  
20,2 73,7
6,5 2,273 2 5,3 5 894,48 212,97 7,65  
21,0 72,5
7 2,262 4 5,8 2 1064,08 328,42 8,14 3,795
21,5 72,5
7,5 2,258 9 5,9 3 971,15 324,04 8,64 3,471
22,4 71,3
8 2,246 2 6,4 6 1068,50 224,71 9,15 3,130

KA ASPAL POT % 5,5 8,5    


Kadar Aapal Efektif % 5,5 5,5    
Kepadatan gr/cc        
VMA % 18 18    
VFB % 68 68    
VIM 4 4 6 6
VIM (PRD) % 3 3    
Stabilitas kg 800 800    
Kelelehan mm 3 3    
HASIL BAGI MARSHALL kg/mm 250 250    
Stabilitas SISA % 90 90    

5. Grafik hubungan antara kadar aspal dah hasil pengujian


Garfik kadar aspal Vs VIM

7.0
6.0 f(x) = 0 x² + 0.66 x + 0.92
5.0
4.0
VIm (%)

3.0
2.0
1.0
0.0
5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
Kadar Aspal (%)

29
Grafik kadar aspal Vs Kepadatan

KADAR ASPAL VS KEPADATAN


2.290
2.280
KEPADATAN (%)

2.270 f(x) = − 0 x² − 0.02 x + 2.38


2.260
2.250
2.240
2.230
2.220
5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
KADAR AIR (%)

Grafik kadar aspal Vs VMA

25.00

20.00 f(x) = − 0 x² + 1.5 x + 10.69

15.00
VMA (%)

10.00

5.00

0.00
5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
KADAR ASPAL (%)

Grafik kadar aspal Vs VFB

76.00
74.00
f(x) = 0.09 x² − 2.77 x + 87.77
72.00
VFB (%)

70.00
68.00
66.00
64.00
5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
KADAR ASPAL (%)

30
Grafik kadar aspal Vs Kadar Aspal Efektif

10.00
kadar aspal efktif (%)

8.00 f(x) = 0 x² + 0.95 x + 1.31

6.00
4.00
2.00
0.00
5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
KADAR AIR (%)

Grafik kadar aspal Vs MQ

400.00
350.00
300.00
f(x) = − 14.39 x² + 174.74 x − 223.46
MQ (kg/mm)

250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
KADAR AIR (%)

Grafik kadar aspal Vs Stabilitas

1200.00
1000.00 f(x) = 98.12 x² − 1370.91 x + 5759.36
STABILITAS (%kg)

800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
KADAR AIR (%)

31
D). Daftar Timbangan untuk percobaan Marshall tiga benda uji

1. Kadar aspal rencana (7%, 7,5%, 8%) untuk mencari tau nilai VIM PRD

N kadar aspal rencana (%)


komposisi agregat campuran
O 7% 7,5% 8%
1 batu pecah 3/4'' 20% 18,6% 18,5% 18,4%
2 batu pecah 3/8'' 10% 9,3% 9,3% 9,2%
3 abu batu 51% 47,4% 47,2% 46,9%
4 Pasir 19% 17,7% 17,6% 17,5%
5 Semen        
  total AGG DALAM CAMPURAN (%)        
  TOTAL CAMPURAN (%) 100% 100,0% 100,0% 100,0%

KOMPOSISI CAMPURAN BERAT TIMBANGAN (GR)


KADAR ASPAL RENCANA (%) 7% 7,5% 8%
batu pecah 3/8'' 204,6 203,5 202,4
batu pecah 3/8'' 102,3 101,8 101,2
abu batu 521,7 518,9 516,1
Pasir 194,4 193,3 192,3
Semen      
BERAT AGG CAMPURAN (GR)      
BERAT ASPAL DALAM CAMPURAN (GR)      
BERAT RENCANA TOTAL CAMPURAN (GR) 1100 1100 1100

BERAT TIMBANGAN
komposisi CAMPURAN
KOMULATIF(GR)
KADAR ASPAL RENCANA (%) 7% 7,5% 8%
batu pecah 3/4'' 204,6 203,5 202,4
batu pecah 3/8'' 306,9 305,3 303,6
abu batu 828,6 824,2 819,7
Pasir 1023,0 1017,5 1012,0
ASPAL 1100 1100 1100,0

2. Percobaan marshall Kadar aspal (7%, 7,5%, 8%) untuk mencari tau nilai VIM PRD

b c d e f g h i j k
N
(% (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra
o
) m) m) m) m) m) m) m) m) m)
109 109 625, 473, 2,30 2,40 19,3 3,79 80,4
1 7 3 8,6 2 4 9 1 8 5 1

32
7, 109 109 623, 472, 2,31 2,38 19,5 3,47 82,2
2 5 5 6,3 8 5 7 4 4 1 4
109 109 625, 471, 2,32 2,36 19,6 3,13 84,1
3 8 7 7,3 6 7 5 7 9 0 0

Grafik kadar aspal vs VIM vs VIM PRD

7.0
6.0 f(x) = 0 x² + 0.66 x + 0.92
5.0
4.0
VIm (%)

3.0 f(x) = − 0.03 x² − 0.18 x + 6.65


2.0
1.0
0.0
5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
Kadar Aspal (%)

E). Hasil kadar aspal yang diperoleh dari percobaan Marshall

1. Kadar aspal yang diperoleh dari kurva dibawah adalah = 7,25 %

kadar aspal 6 6,5 7 7,5 8


                                                 
Kadar Aapal Efektif                                                  
                                                 
                                                 
VMA                                                  
                                                 
                                                 
VFB                                                  
                                                 
                                                 
VIM                                                  
                                                 
                                                 
VIM (PRD)                                                  
                                                 
                                                 
Stabilitas                                                  
                                                 
                                                 
kelelehan                                                  
                                                 
                                                 
HASIL BAGI                                                  
MARSHALL
                                                 

33
2. Tabel hasil percobaan Marshall

Catatan : untuk hasil perhitungan (kadar aspal efektif, stabilitas marshall, marshall
Quotient, rongga dalam campuran (VIM), rongga dalam agregat (VMA), rongga terisi aspal (VFB))
dicari menggunakan rumus persamaan yang terdapat pada grafik masing – masing
Dimana nilai X merupakan nilai kadar aspal hasil percobaan = 7,25
Contoh : perhitungan hasil dari kadar aspal efektif
= y = 0,0035x2 + 0,9511x + 1,3108
= (0,003× (7,252)) +( 0,951×7,25)+ 1,31
= 8,36

SATUA SPESIFIKAS
sifat - sifat N HASIL I
kadar aspal total % 7,25 -
proporsi agregat % 92,75 -
berat jenis aspal - 1,02 -
berat jenis apperent agregat - 10,98 -
berat jenis maksimum campuran (gmm) - 2,40 -
penyerapan aspal % 0,11 Max 1,7
kadar aspal efektif % 8,36 -
berat jenis contoh camp. Padat (gmb) -   -
stabilitas marshall KG 983,41 Min 800
kelelehan marshall mm 3,00 min 3
marshall Quotient kg/mm 286,80 Min 250
rongga dalam campuran (VIM) % 5,72 4-6
rongga dalam agregat (VMA) % 21,32 Min 18
rongga terisi aspal (VFB) % 72,49 Min 68
rongga pada kepadatan mutlak (VIM -Rd) % 3,00 Min 3.0

3. Daftar timbangan untuk kadar aspal hasil rencana 7,25%

kadar aspal rencana


N
komposisi agregat campuran (%)
O
7,25%
1 batu pecah 3/4'' 20% 18,6%
2 batu pecah 3/8'' 10% 9,3%
3 abu batu 51% 47,3%
4 pasir 19% 17,6%
5 semen    
  total AGG DALAM CAMPURAN (%)    
100
 
TOTAL CAMPURAN (%) % 100,0%

34
BERAT TIMBANGAN
KOMPOSISI CAMPURAN
(GR)
KADAR ASPAL RENCANA (%) 7,25%
batu pecah 3/8'' 204,05
batu pecah 3/8'' 102,0
abu batu 520,3
Pasir 193,8
Semen  
BERAT AGG CAMPURAN (GR)  
BERAT ASPAL DALAM CAMPURAN (GR)  
BERAT RENCANA TOTAL CAMPURAN
(GR) 1100

komposisi CAMPURAN BERAT TIMBANGAN KOMULATIF(GR)


KADAR ASPAL RENCANA (%) 7,25%
batu pecah 3/4'' 204,1
batu pecah 3/8'' 306,1
abu batu 826,4
Pasir 1020,3
ASPAL 1100

4. Data percobaan Marshall untuk kadar aspal hasil rencana ( 7,25%)


Catatan : perhitungan sama seperti pada percobaan pertama

b c d e f g h i j k l m n o p q r
(% (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra (Gra (K (kg) (kg) (m (kg/m (%) (Gra
No ) m) m) m) m) m) m) m) m) m) n) m) m) m)
24 7, 108 108 622, 466, 2,32 2,39 18,9 2,96 84,3 9, 934 111 347,4 8,3 9,41
JAM 25 7,6 9 2 9 9 2 0 4 1 17 ,4 2,0 3,2 9 87 4
30M 7, 108 109 621, 468, 2,32 2,39 19,1 3,24 83,0 9, 959 114 279,2 8,3 9,41
NT 25 8,2 0 3 5 3 2 3 2 5 42 ,9 2,3 4,1 9 88 4

5. Parameter aspal ( 7,25%)

Kadar Kepadata Sisa Bagi Kadar Aspal


Aspal n VMA VIM VFB Stabilitas Marshall Efektif
7,25 2,329 18,90 2,9644 84,31 934,42 347,49 8,39
7,25 2,323 19,13 3,2 83,05 959,90 279,29 8,39

F). MENCARI KEPADATAN DARI 2 BENDA UJI ( CORGRID)

Benda uji diambil dari hasil pengeboran dilapangan( depan auditorium)

35
a b c d e f g
No (%) (%) (Gram) (Gram) (Gram) (Gram) (Gram)
               
1   I 684,7 687,6 378,1 309,5 2,212
2   II 848,3 852,4 470,3 382,1 2,220

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dengan berakhirnya praktek pengujian bahan, maka dapat disimpulkan bawah :
1. Mahasiswa sudah mampu melakukan pengujian aspal
2. Mahasiswa telah mampu menggunakan alat sesuai fungsinya
3. Mahasiswa telah mampu menghitung kebutuhan bahan yang digunakan untuk
pengujian aspal
3.2 SARAN
Saat melakukan praktek mahasiswa diharapkan lebih teliti dalam pengambilan
data, sehingga dalam pengolahan data tidak terjadi kesalahan serta benda uji yang
dihasilkan dari percobaan sesuai dengan spesifikasi.

36
37

Anda mungkin juga menyukai