PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah yang dibuang oleh masyarakat setiap harinya berasal dari kegiatan
pertanian, pasar, rumah tangga, hiburan dan industri. Salah satu bentuk
sampah adalah sampah domestik yang merupakan salah satu kegiatan rumah
tangga yang menyisakan limbah domestik atau sampah masyarakat.
Bertambahnya sampah domestik sejalan dengan perkembangan pembangunan
fisik, dan pertambahan peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.
Akibat dari pencemaran tersebut keseimbangan lingkungan terganggu,
misalnya terjangkitnya penyakit menular (Sudiran, 2005).
Permasalahan sampah di suatu kawasan meliputi tingginya laju timbulan
sampah, kepedulian masyarakat yang masih rendah sehingga suka berperilaku
membuang sampah sembarangan, keengganan untuk membuang sampah pada
tempat yang sudah disediakan. Perilaku buruk ini semakin menjadi karena
minimnya sarana kebersihan yang mudah dijangkau oleh masyarakat di tempat
umum (Kartiadi, 2009). Untuk daerah pedesaan yang jumlah penduduknya
masih relatif sedikit, permasalahan sampah tidak begitu terasa karena sampah
yang dihasilkan masih dapat ditanggulangi dengan cara sederhana misalnya
dibakar, ditimbun atau dibiarkan mengering sendiri. Sedangkan, untuk daerah
dengan penduduk padat (pemukiman dan perkotaan) yang area terbukanya
tinggal sedikit, dirasakan bahwa sampah menjadi masalah tersendiri (Suyono
dan Budiman, 2010).
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun).
Pemakaian produk-produk rumah tangga yang mengandung B3 pada akhir
pemakaiannya akan menjadi sampah. Jenis sampah yang mengandung B3
dan/atau limbah B3 dikategorikan sebagai jenis sampah spesifik, sedangkan
jenis limbah/sampah rumah tangga yang mengandung B3 dan/atau limbah B3
sering disebut dengan istilah Sampah B3 Rumah Tangga atau SB3-RT.
Beberapa contoh sampah B3 yang dihasilkan di rumah tangga antara lain
sampah dari baterai, lampu listrik, elektronik, kemasan pestisida, pemutih
pakaian, pembersih lantai, cat, kaleng bertekanan (aerosol), kemasan bahan
bakar, sisa obat-obatan (farmasi), termometer air raksa dan jarum suntik.
Bahan-bahan yang terkandung di dalam SB3-RT memiliki karakteristik yang
dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan manusia serta
pencemaran lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dan klasifikasi dari sampah beracun?
2. Bagaimana dampak sampah beracun terhadap kesehatan manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi dari sampah beracun.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari sampah beracun
terhadap kesehatan manusia.
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dan klasifikasi dari sampah beracun.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari sampah
beracun terhadap kesehatan manusia.
BAB II
DASAR TEORI
Bawaan lalat :
Dysenteriterie basillaris Shigella shegae
Dysenteriterie amoebica Entamoeba histolytica
Typhus abdominalis Salmonella typhi
Cholera Vibrio cholera
Ascariasis A.Lumbricoides
ancylostomiasis A.duodenale
Keracunan Metan
Carbon monoxica, Dioxide
Hydrogen
sulfide Logam berat, dst.
Salah satu efek utama yang ditimbulkan dari keracunan kadmium adalah
lemah dan rapuh tulang. Umumnya tulang belakang dan kaki sakit, dan gaya
berjalan pincang karena cacat tulang yang disebabkan oleh kadmium. Rasa sakit
kemudian melemahkan, dengan patah tulang yang lebih umum dibandingkan
tulang yang melemah. Komplikasi lain yang tejadi adalah batuk, kanker, anemia,
dan gagal ginjal, yang kemudian menyebabkan kematian. Penderita penyakit ini
banyak terjadi pada wanita pascamenopause. Penyebabnya belum sepenuhnya
dapat dipahami, dan kemudian diselidiki. Hingga penelitian akhirnya menemukan
bahwa hal ini berhubungn dengan gizi umum, serta metabolisme kalsium yang
miskin yang berkaitan dengan usia perempuan. Penelitian terhadap hewan telah
menunjukkan bahwa keracunan kadmium saja tidak cukup untuk menimbulkan
gejala penyakit itai-itai. Penelitian ini menunjukkan kerusakan mitokondria sel
ginjal oleh kadmium sebagai faktor kunci dari penyakit ini
Aliphatic hydrocarbon
Monocyclic aromatic
hydrocarbon
Pestisida
dan tremor
Hydrogen cyanide •Pemblokiran sistem• Minimal
enzim tubuh
Bahan Industri
Polychorinated
biphenyl
Gangguan opada
reproduksi, chloracne
dan karsinogenik
(sebagai promotor)
(2) efekkronis.
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA