Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampah yang dibuang oleh masyarakat setiap harinya berasal dari kegiatan
pertanian, pasar, rumah tangga, hiburan dan industri. Salah satu bentuk
sampah adalah sampah domestik yang merupakan salah satu kegiatan rumah
tangga yang menyisakan limbah domestik atau sampah masyarakat.
Bertambahnya sampah domestik sejalan dengan perkembangan pembangunan
fisik, dan pertambahan peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.
Akibat dari pencemaran tersebut keseimbangan lingkungan terganggu,
misalnya terjangkitnya penyakit menular (Sudiran, 2005).
Permasalahan sampah di suatu kawasan meliputi tingginya laju timbulan
sampah, kepedulian masyarakat yang masih rendah sehingga suka berperilaku
membuang sampah sembarangan, keengganan untuk membuang sampah pada
tempat yang sudah disediakan. Perilaku buruk ini semakin menjadi karena
minimnya sarana kebersihan yang mudah dijangkau oleh masyarakat di tempat
umum (Kartiadi, 2009). Untuk daerah pedesaan yang jumlah penduduknya
masih relatif sedikit, permasalahan sampah tidak begitu terasa karena sampah
yang dihasilkan masih dapat ditanggulangi dengan cara sederhana misalnya
dibakar, ditimbun atau dibiarkan mengering sendiri. Sedangkan, untuk daerah
dengan penduduk padat (pemukiman dan perkotaan) yang area terbukanya
tinggal sedikit, dirasakan bahwa sampah menjadi masalah tersendiri (Suyono
dan Budiman, 2010).
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun).
Pemakaian produk-produk rumah tangga yang mengandung B3 pada akhir
pemakaiannya akan menjadi sampah. Jenis sampah yang mengandung B3
dan/atau limbah B3 dikategorikan sebagai jenis sampah spesifik, sedangkan
jenis limbah/sampah rumah tangga yang mengandung B3 dan/atau limbah B3
sering disebut dengan istilah Sampah B3 Rumah Tangga atau SB3-RT.
Beberapa contoh sampah B3 yang dihasilkan di rumah tangga antara lain
sampah dari baterai, lampu listrik, elektronik, kemasan pestisida, pemutih
pakaian, pembersih lantai, cat, kaleng bertekanan (aerosol), kemasan bahan
bakar, sisa obat-obatan (farmasi), termometer air raksa dan jarum suntik.
Bahan-bahan yang terkandung di dalam SB3-RT memiliki karakteristik yang
dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan manusia serta
pencemaran lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dan klasifikasi dari sampah beracun?
2. Bagaimana dampak sampah beracun terhadap kesehatan manusia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi dari sampah beracun.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari sampah beracun
terhadap kesehatan manusia.

D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dan klasifikasi dari sampah beracun.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari sampah
beracun terhadap kesehatan manusia.
BAB II

DASAR TEORI

A. Definisi Sampah Beracun

Manusia dalam kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber


daya alam sehingga menghasilkan beragam limbah diantaranya berupa
sampah.Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh
yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk
dan ada pula yang tidak mudah busuk.yang membusuk terutama terdiri
atas zat-zat organic seperti sisa sayuran, sisa daging, daun, dan lain-lain,
sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa plastic, kertas, karet, logam
ataupun abu, bahan bangunan bekas, dan lain-lain. Kotoran manusia,
sekalipun padattidak termasuk kedalam definisi sampah ini, demikian pula
bangkai hewan yang cukup besar. Atas dasar definisi tersebut, maka
sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya,
sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut : Sampah yang
dapat membusuk, seperti sisa makanan,daun, sampah kebun, pertanian,
dan lainya, sampah yang tidak membusuk seperti kertas,plastic, karet,
gelas, logam, dan lainya, sampah yang berupa debu/abu, dan sampah yang
berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industry
yang mengandung zat-zat kimia maupun sifat fisik berbahaya.

Sampah ini dalam bahasa inggris disebut garbage,yaitu mudah


membusuk karena aktivitas mikroorganisme, Dengan demikian
pengelolaanya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun
dalam pembuanganya. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan antara
lain, gas metan, gas H2S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun,
H2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima,; jadi,
penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat dibenarkan. Di Negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia sampah kebanyakan terdiri atas
sampah jenis ini. Tetapi, bagi lingkungan sampah ini relative kurang
berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat organic
yang berguna bagi fontosintesa tumbuhan.Hanya saja orang harus
mengangkut dan membuangnya di tempat yang aman, dengan kecepatan
yang lebih daripada kecepatan membusuknya di dalam keadaan cuaca
daerah tropis.

Sampah jenis ini dalam bahasa Inggris disebut Refuse. Biasanya


terdiri atas kertaskertas, plastic, logam, gelas, karet, dan lainya yang tidak
dapat membusuk/sulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan
sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui
suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat di daur ulang,
maka diperlukan proses untuk memusnakannya, seperti pembakaran, tetapi
hasil dari proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut, Sampah
jenis ini biasanya berupa debua atau abu hasil pembakaran, baik
pembakaran bahan bakar atau sampah.

Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk, tetapi dapat


dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak
mengandung zat yang beracu, maka abu inipun tidak terlalu berbahaya
terhadap lingkungan dan masyarakat. Hanya, karena ukuran debu atau abu
relative kecil, maka fraksi ukuran yanh < 10 mikron dapat memasuki
saluran pernapasan. Seperti telah duiraikan di dalam bab empattentang
atmofie, debu sedemikian dapatmenimbulkan penyakit pneumoconiosis.

Yang dimaksud dengan sampah berbahaya (B3) adalah sampah


yang karena jumlah, atau konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika,
dan mikrobiologinya dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara
bermakana , atau penyebab penyakit yang tidak reversibel ataupun sakit
berat yang pulih atau reversible; atau berpotensi menimbulkan bahaya
sekarang maupun di masa yang akan datang terhadap kesehatan atau
lingkungan apabila tidak diolah , ditransport, disimpan,dan dibuang
dengan baik.

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi


oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa factor lain
yang penting adalah : Jumlah penduduk, dapat difahami dengan mudah
bahwa semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun
berpacu dengan laju pertambahan penduduk,;Keadaan social ekonomi .
Semakin tinggi keadaan social ekonomi masyarakat, semakin banyak
jumlah per kapita sampah yang di buang. Kualitas sampahnyapu semakin
banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini,
tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta
kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan
kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan
pembahruan bangunan-bangunan, transportasipun bertambah, dan produk
pertanian , industry dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi
bertambahnya volume dan jenis sampah,;Kemajuan tekologi. Kemajuan
teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena
pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan
produk manufaktur yang semakin beragam pula.

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokan menjadi


efek yang langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan langsung
adalah efek yang disebabkan karena kontak yang lansung dengan sampah
tersebut. Misalnya sampah beracun, sampah korosif terhadap tubuh, yang
karsinogenik, dan lain-lainya. Selain itu ada pula sampah yang
mengandung kuman pathogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga selain sampah
industri. Pengaruh tidak lansung dapat dirasakan masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah.Dekomposisi sampah
biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, dan secara
anaerobik, apabila oksigen telah habis. Efek tidak langsung lagi lainya
berupa penyakit bawaan vector yang berkembang biak di dalam sampah.
Sampah bila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan tikus.
Seperti kita ketahui, lalat adalah vactor berbagai penyakit perut. Demikian
juga halnya dengan tikus, selain merusak hartabenda masyarakat, tikus
juga sering membawa pinjal yang dapat menyebabkan penyakit pest.
Tabel . beberapa penyakit bawaan sampah

Nama Penyakit Penyebab Penyakit

Bawaan lalat :
Dysenteriterie basillaris Shigella shegae
Dysenteriterie amoebica Entamoeba histolytica
Typhus abdominalis Salmonella typhi
Cholera Vibrio cholera
Ascariasis A.Lumbricoides
ancylostomiasis A.duodenale

Penyakit bawaan tikus/pinjal


Pest Pasteurella pestis
Leptospirosis Leptospira
Icterohaemorrhagica icterohaemorrhagica
Rat bite fever Streptobacillus moniliformis

Keracunan Metan
Carbon monoxica, Dioxide
Hydrogen
sulfide Logam berat, dst.

B. Klasifikasi Sampah Beracun

Berdasarkan Karakteristiknya limbah B3 ini mengalami pertambahan


lebih banyak dari PP No. 18 tahun 1999 yaitu:
1) Mudah meledak
Limbah yang mudah meledak yaitu limbah yang melalui
reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
2) Mudah terbakar
Limbah yang mudah terbakar yaitu limbah yang bila
berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber
nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah
menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
3) Bersifat reaktif
Limbah yang bersifat reaktif yaitu limbah yang
menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam
suhu tinggi.
4) Beracun
Limbah yang beracun yaitu limbah yang mengandung
racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3
dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
5) Menyebabkan infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu limbah
laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang
mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia
yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
6) Bersifat korosif
Limbah yang bersifat korosif yaitu limbah yang
menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu
memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang
bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

C. Penyakit yang disebabkan Sampah beracun


Penyakit tidak menular merupakan salah satu atau masalah kesehatan
dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia
kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje &
Samodra 2012).
Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik,
penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit degeneratif.
Karakteristik penyakit tidak menular adalah Penularan tidak melalui rantai
penularan tertentu, masa inkubasi yang panjang dan latent, perlangsungan
penyakitnya yang berlarut-larut (kronik), Sulit untuk didiagnosa, biaya
pencegahan maupun pengobatannya cukup tinggi, mempunyai variasi yang
cukup luas, faktor penyebabnya bermacam-macam (Multifaktor).
a. Penyakit Itai-itai
Penyakit itai-itai adalah kasus massal keracunan kadmium yang
didokumentasikan di Prefektur Toyama, Jepang. Keracunan kadmium ini
menyebabkan pelunakan tulang dan gagal ginjal. Nama penyakit ini berdasarkan
kata dalam bahasa Jepang yaitu nyeri (itai) yang disebabkan pada persendian
dan tulang belakang. Istilah penyakit itai-itai ini diciptakan oleh penduduk
setempat. Kadmium ini dicemarkan ke sungai oleh pertambangan
perusahaanperusahaan di pegunungan. Perusahaan pertambangan tersebut
telah dituntut atas kerusakan dan kerugian yang terjadi.
Penyakit itai-itai ini dikenal sebagai salah satu dari Empat Besar
Penyakit akibat Pencemaran Jepang. Penyakit itai-itai disebabkan oleh
keracunan kadmium akibat pertambangan di Prefektur Toyama. Pertambangan
emas di daerah ini merupakan catatan pertambangan awal pada 710.
Pertambangan reguler unuk perak dimulai pada tahun 1589, dan tidak lama
kemudian, pertambangan untuk timah, tembaga, dan seng pun juga dimulai.
Meningkatnya permintaan terhadap bahan baku selama Perang Rusia-Jepang
dan Perang Dunia I, serta teknologi pertambangan baru dari Eropa,
meningkatkan output dari pertambangan, menempatkan Kamioka
Pertambangan di Toyama terkenal pada pertambangan kelas atas.
Akibat keracunan kadmium, ikan di sungai mulai mati, dan beras
irigasi dengan air sungai tidak tumbuh dengan baik. Kadmium dan logam
berat lainnya terakumulasi di dasar sungai dan di air sungai. Air ini
kemudian digunakan untuk mengairi sawah. Beras menyerap logam berat,
terutama kadmium. Kadmium pun akhirnya terakumulasi dalam tubuh
orangorang yang memakan nasi yang terkontaminasi. Penduduk mengeluh
kepada Mitsui Mining and Smelting tentang polusi yang terjadi.
Perusahaan membangun sebuah bak untuk menyimpan air limbah
pertambangan sebelum dilepas ke dalam sungai. Hal ini sudah terlambat
karena sudah banyak orang yang sakit menjadi korban. Penyebab
keracunan tidak dapat dipahami dan, hingga 1946, penyakit ini hanya
dianggap sebagai penyakit lokal atau jenis infeksi bakteri. Tes medis
dimulai pada tahun 1940-an dan 1950-an, untuk mencari penyebab
penyakit tersebut.

Gambar Penderita itai-itai

Sumber pipecare.tistory.com dan diunduh pada Februari 2018

Salah satu efek utama yang ditimbulkan dari keracunan kadmium adalah
lemah dan rapuh tulang. Umumnya tulang belakang dan kaki sakit, dan gaya
berjalan pincang karena cacat tulang yang disebabkan oleh kadmium. Rasa sakit
kemudian melemahkan, dengan patah tulang yang lebih umum dibandingkan
tulang yang melemah. Komplikasi lain yang tejadi adalah batuk, kanker, anemia,
dan gagal ginjal, yang kemudian menyebabkan kematian. Penderita penyakit ini
banyak terjadi pada wanita pascamenopause. Penyebabnya belum sepenuhnya
dapat dipahami, dan kemudian diselidiki. Hingga penelitian akhirnya menemukan
bahwa hal ini berhubungn dengan gizi umum, serta metabolisme kalsium yang
miskin yang berkaitan dengan usia perempuan. Penelitian terhadap hewan telah
menunjukkan bahwa keracunan kadmium saja tidak cukup untuk menimbulkan
gejala penyakit itai-itai. Penelitian ini menunjukkan kerusakan mitokondria sel
ginjal oleh kadmium sebagai faktor kunci dari penyakit ini

b. Penyakit kanker dan gangguan syaraf


Penyakit kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari
sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam
perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya
sehingga dapat menyebabkan kematian. Pada umumnya kanker di rujuk
berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai contoh kanker yang
bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus besar, sedangkan kanker
yang terjadi pada sel basal dan kudari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal.
Kalsifikasi kanker kemudian dilakukan pada katagori yang lebih umum, misalnya:
1) Karsinoma, merupakaan kanker yang terjadipada jariringan epitel, seperti
kulit atau jaringan organ tubuh, misalnya pada organ sistem perncernaan atau
kelenjar. Contoh meliputi kanker kulit, karsinova serviks, karsinoma anal, kanker
esofagel, dan lain-lain 2) Sarkoma, merupakan kanker yang terjadi pada tulang
3) Leukemia, merupakan kanker yang terjadi akibat tidak matangnya sel darah
yang berkembang di dalam susmsumyang memiliki kecenderungan untuk
berakumulasi di dalam sirkulasi darah. 4) Limfoma, merupakan kanker yang
timbul dari nodus limfa dan jaringan dalam sistem kekebalan tubuh.
Efek Racun dari Beberapa Senyawa Kimia Pada Tanah

Efek Racun dari Beberapa Senyawa Kimia Pada Tanah

Senyawa Kimia Efek Akut Efek Kronis

Aliphatic hydrocarbon

• Alkene Kerusakan sistem saraf pusat Belum diketahui

Monocyclic aromatic

hydrocarbon

• Toluene • Depresi dan koma • Kerusakan pusat syaraf

• Xylene • Keracunan hati (liver), • Minimal

necrosis sel hati)

Senyawa Kimia Efek Akut Efek Kronis

Pestisida

Aldrin & Dieldrin •Tremor, koma • Karsinogenesis

DDT •Pusing, nausea, muntah• Minimal

dan tremor
Hydrogen cyanide •Pemblokiran sistem• Minimal

Pentachlorophenol pernafasan sel • Keracunan hati,

• Menggangu metabolisme termasuk jaringan lemak

Sel dann Gangguan Kerja

enzim tubuh

Bahan Industri

Phenol •Gangguan jantung, drmal •Hanya karsinogen pada

necrosis dan peningkatan tikus

enzim hati •Anamia dan leukemia


Chlorinated benzene
• Pusing dan dizziness

Polychorinated
biphenyl

PCB •Minimal •Peningkatan enzim hati,

Gangguan opada

reproduksi, chloracne

dan karsinogenik

Dioxin dan Furan

PCDD/PCDF •Chloracne, pusing dan•Gangguan pada enzim

kerusakan pada sistem microsomal, gangguan

saraf pada metabolisme hati

dan Penyebab kanker

(sebagai promotor)

Sumber : Watts (1977) seperti ditulis oleh Notodarmojo, Suprihanto (2005)


Tabel di atas disampaikan beberapa sifat toksin dari senyawa organik yang
banyak terdapat dalam limbah yang dibuang ke tanah dan mencemari tanah
Notodarmojo, Suprihanto (2015). Beberapa senyawa kimia memberikan efek
karsinogenetik (menyebabkan kanker). Terjadinya kanker biasanya memerlukan
waktu paparan yang lama, sehingga mempersulit identifikasi sebab akibat dari
senyawa kimia. Hampir semua kanker yang disebabkan oleh senyawa kimia
terjadi karena perubahan genetis yang disebut mutasi. Sehingga senyawa kimia
yang dapat menyebabkan kanker disebut senyawa karsinogen.Walaupun sifat
racun dan mekanismenya berbeda untuk setiap senyawa organik, namun dalam
beberapa hal ada sifat umum yang sama.

D. Pengaruh/Dampak Sampah Beracun


Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia
terdiri atas 2 kategori yaitu:

(1) efekakut, dan

(2) efekkronis.

Efekakut dapat menimbulkan akibat berupa


kerusakan susunan syaraf, kerusakan system pencernaan, kerusakan
system kardiovasculer, kerusakan system pernafasan, kerusakan pada
kulit, dan kematian. 

Sementara itu, efekkronis dapat menimbulkan efek karsinogenik


(pendorong terjadinya kanker), efekmutagenik (pendorong mutasi sel
tubuh), efekteratogenik (pendorong terjadinya
cacat bawaan), dan kerusakan system reproduksi. Bagian organ tubuh yang
terkena pengaruh adalah: Ginjal (umumnya disebabkan zat toksik
Cadmium); – Tulang (umumnya disebabkan zat toksik Benzene); – Otak
(umumnya disebabkan zat toksik Methyl Mercury); – Liver (umumnya
disebabkan zat toksik Carbon  – Tetrachlorida); Paru-paru (umumnya
disebabkan zat toksik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sampah beracun adalah sampah yang karena jumlah, atau


konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika, dan mikrobiologinya dapat
meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakana , atau penyebab
penyakit yang tidak reversibel ataupun sakit berat yang pulih atau
reversible; atau berpotensi menimbulkan bahaya sekarang maupun di masa
yang akan datang terhadap kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah ,
ditransport, disimpan, dan dibuang dengan baik.

Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia


terdiri atas 2 kategori yaitu efek akut dan efek kronis. Efek akut dapat
menimbulkan kerusakan susunan syaraf, kerusakan system pencernaan,
kerusakan system kardiovasculer, kerusakan system pernafasan, kerusakan
pada kulit, dan kematian.  Sementara itu, efekkronis dapat menimbulkan
efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efekmutagenik
(pendorong mutasi sel tubuh), efekteratogenik (pendorong terjadinya
cacat bawaan), dan kerusakan system reproduksi.

B. Saran

Dampak negatif sampah sangat banyak dan berbahaya, kita sebagai


warga Indonesia yang baik dapat mengantisipasinya dengan cara membuang
sampah di tempatnya, memilah-milah sampah organik dan anorganik saat
membuangnya, dan memanfaatkan sampah yang masih layak pakai untuk
kita jadikan barang yang berguna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carlos Holmes L.2016. Dampak Limbah B3 Terhadap Kesehatan Manusia


dan Lingkungan.Bengkulu : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu
2. Jansje H, V. Ticoalu & Yoseph L Samodra. “Prevalensi Penyakit Tidak
Menular Pada Tahun 2012-2013 di Kecamatan Airmadidi Kabupaten
Minahasa Utara Sulawesi Utara” Diakses pada tanggal 3 juli 2015 dari
http://jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2014/09/Artikel-2-drVera-
fixEDIT.pdf.
3. Mubarok, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika Soemirat, Juli. 2006. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:
UGM Press . 2011. Epidermologi. Yogyakarta. UGM Press
4. Notodarmojo, Suprihanto. 2005. Pencemaran Tanah dan Airtanah. ITB,.
Bandung.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
7. Sudarmadji, Endang Tri Wahyuni, Adi Heru Sutomo dan Iswanto. 2016.
Timbulan Sampah B3 Rumahtangga dan Potensi Dampak Kesehatan
Lingkungan Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. J. Manusia dan Lingkungan,
Vol. 23, No.2, Juli 2016: 179-188. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
file:///C:/Users/User/Desktop/New%20folder%20(3)/18789-37440-1-PB.pdf
(Diakses pada tanggal 2 Februari 2020 pukul 13.24)
8. Sulistyawati, Surahma Asti Mulasari. 2014. Keberadaan Tps Legal dan Tps
Ilegal Di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 9 (2) (2014) 122-130. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas (Diakses pada tanggal 2
Februari 2020 pukul 13.29)
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Anda mungkin juga menyukai