Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

SIROSIS HEPATIS

Disusun oleh:
dr. Reyhan Calabro

Dokter Pembimbing:
dr. Devi Anyaprita

Dokter DPJP:
dr. Kadek Sumantra, SpPD

RS ISLAM JAKARTA SUKAPURA


2019
BAB I
PENDAHULUAN

Sirosis hati merupakan perjalanan patologi akhir berbagai macam penyakit


hati. Istilah sirosis diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826.
Diambil dari bahasa Yunani scirrhus atau kirrhos yang artinya warna oranye dan
dipakai untuk menunjukkan warna oranye atau kuning kecoklatan permukaan hati
yang tampak saat otopsi.1
Batasan fibrosis sendiri adalah penumpukan berlebihan matriks
ekstraseluler (seperti kolagen, glikoprotein, proteoglikan) dalam hati. Respons
fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat reversibel. Namun pada sebagian besar
pasien sirosis, proses fibrosis biasanya tidak reversibel.1,2
Penyakit hati menahun dan sirosis dapat menimbulkan sekitar 35.000
kematian per tahun di Amerika Serikat. Sirosis merupakan penyebab kematian
utama yang kesembilan di AS, dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
kematian di AS. Banyak pasien yang meninggal pada dekade keempat atau
kelima. Setiap tahun ada tambahan 2000 kematian yang disebabkan karena gagal
hati fulminan (fulminant hepatic failure).3,4,5 FHF dapat disebabkan hepatitis virus
(virus hepatitis A dan B), obat (asetaminofen), toksin (jamur Amanita phalloides
atau jamur yellow death-cap), hepatitis autoimun, penyakit Wilson, dan berbagai
macam penyebab lain yang jarang ditemukan.5
Belum ada data resmi nasional tentang sirosis hati di Indonesia. Namun
dari beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, berdasarkan
diagnosis klinis saja dapat dilihat bahwa prevalensi sirosis hati yang dirawat di
bangsal penyakit dalam umumnya berkisar antara 3,6 - 8,4% di Jawa dan
Sumatra, sedang di Sulawesi dan Kalimantan di bawah 1%. Secara keseluruhan
rata-rata prevalensi sirosis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di
bangsal penyakit dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati
yang dirawat.6
Dengan data seperti ini, dapat disimpulkan bahwa sirosis hati merupakan
penyakit kronik progresif yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas jika tidak ditindaklanjuti secara profesional. Tindakan yang tepat dapat
dilakukan jika para praktisi medis mengenal dengan baik faktor-faktor risiko,
etiologi, patogenesis, serta tanda dan gejala klinis dari sirosis hati. Oleh karena
itu, penulis mengangkat sirosis sebagai tema presentasi kasus ini dengan harapan
agar kita mampu mengenal lebih dalam mengenai penyakit ini, sehingga kita
mampu menerapkan penatalaksanaan dan terapi yang rasional terhadap pasien.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

Identifikasi
Seorang wanita, R, umur 51 tahun, alamat Jl. Kampung Baru Cakung,
masuk rawat di RS Islam Jakarta Sukapura melalui instalasi gawat darurat tanggal
10 Juli 2019, dengan keluhan utama sesak yang memberat sejak 3 hari SMRS.

Riwayat Perjalanan Penyakit


± 1 bulan SMRS, os mengeluh perutnya membesar. Pembesaran perut
tanpa diawali pembengkakan pada kedua tungkai dan sembab kedua mata pada
pagi hari. Os juga mengeluh mual, muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada.
Demam tidak dirasakan, BAK dan BAB biasa. Nafsu makan berkurang. Os
mengatakan os memiliki sakit hati dan ginjal.
± 3 hari SMRS, os mengeluh sesak, sesak semakin memberat, sebelumnya
pasien sesak hanya saat melakukan pekerjaan yang berat. Keluhan perut
membesar serta begah ada. Mual ada, tidak ada muntah, muntah darah tidak ada,
nyeri ulu hati ada. Demam ada dirasakan hilang timbul, BAB normal, BAK biasa
dengan warna kuning jernih. Nafsu makan os berkurang dan badan terasa lemah.
± 6 jam SMRS os merasa sesak semakin menggangu, semakin lemas, nyeri
ulu ati, muntah darah tidak ada. Perut membesar, mual ada, demam sedang tidak
ada, nyeri-nyeri sendi badan ada, BAB dan BAK biasa. Akhirnya os berobat ke
RS Islam Jakarta Sukapura dan telah dirawat oleh spesialis penyakit dalam selama
4 hari.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat sakit asma disangkal.
 Riwayat pengobatan TB paru ada.
 Riwayat sakit jantung ada.
 Riwayat pernah transfusi darah ada.
 Riwayat sakit hati ada.

2
 Riwayat tekanan darah disangkal.
 Riwayat sakit ginjal ada
 Riwayat kencing manis disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat sakit kuning dalam keluarga disangkal
 Riwayat penyakit dengan gejala yang sama dalam keluarga disangkal

Riwayat Kebiasaan
 Riwayat minum jamu dan obat-obatan penghilang nyeri disangkal.
 Riwayat minum alkohol disangkal

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 113/70 mmHg
Nadi : 71 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 24 kali/menit
Suhu badan : 36,7 ºC
Tinggi badan : 145 cm
Berat badan : 43 kg
IMT : 20,5 kg/m2 (Baik)
Status gizi : Normal

Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-),
sianosis (-), spider naevi (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan
rambut normal.

3
Kelenjar
Kelenjar getah bening di submandibula, leher, aksila, inguinal tidak teraba.

Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi biasa, warna rambut hitam, rambut mudah rontok
(-), deformitas (-).

Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjunctiva palpebra
anemis (+), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan mata ke
segala arah baik.

Hidung
Bagian luar hidung tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan
baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-)

Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik, tophi (-), nyeri tekan
processus mastoideus (-)

Mulut
Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor
(-), atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)

Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2)
cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)

Dada
Bentuk normal, retraksi (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider nevi (-)
Paru:

4
Inspeksi : statis: dinamis; simetris kanan = kiri
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi : vesikuler normal, ronki (-), wheezing (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri:
línea midclavicula sinistra ICS V
Auskultasi : HR 71 kali/menit, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : cembung, venektasi (+), caput medusae (-)
Palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak teraba, lien
teraba schuffner 1, permukaan rata, tepi tajam.
Perkusi : timpani, shifting dullness(+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Kesan : Ascites

Genital : tidak ada kelainan

Ekstremitas atas : Nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-),
turgor kembali lambat (-), eritema palmaris (-),
akrosianosis(-)
Ekstremitas bawah : Nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-) pada kedua
tungkai, jaringan parut (-), pigmentasi normal, jari tabuh (-),
turgor kembali lambat (-), akrosianosis (-)

5
Pemeriksaan Penunjang (10 Juli 2019)
Hematologi : Hb 5,7 g/dl, Leukosit 2.990 /mm3, Ht 19,2 vol %, Trombosit
102.000/mm3
Kesan: Anemis + Leukopeni + Trombositopeni

Faal ginjal : Ureum 164 mg/dl, Kreatinin 3.9 mg/dl

Faal hati : Albumin 3,3 g/dl, Globulin 3,3 g/dl

Enzim hati : SGOT 21 U/L, SGPT 16 U/L

Urinalisa : Urin lengkap: warna kuning jernih, berat jenis 1.020, pH 5.0,
protein negatif, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, darah samar
negatif, nitrit negatif, urobilinogen 0.2, Sendimen : Leukosit 1-2, eritrosit 0-1,
silinder negatif, epitel positif, bakteri negatif, kristal negatif.

Pemeriksaan Penunjang (12 Juli 2019)


Hematologi : Hb 7,0 g/dl, Ht 22,6 vol %, leukosit 2040/mm3, Trombosit
92.000/mm3

Resume
Dari anamnesis didapatkan bahwa, ± 1 bulan SMRS, os mengeluh
perutnya membesar. Os juga mengeluh mual, muntah tidak ada, nyeri ulu hati
tidak ada. Demam tidak dirasakan, BAK dan BAB biasa. Nafsu makan berkurang.
Os mengatakan os memiliki sakit hati dan ginjal. ± 3 hari SMRS, os mengeluh
sesak, memberat. Keluhan perut membesar disertai begah. Mual ada, muntah
disangkal. Demam ada dirasakan hilang timbul, BAK biasa dengan warna seperti
kuning jernih. Nafsu makan os berkurang dan badan terasa lemah. ± 6 jam SMRS
os merasa sesak semakin menggangu, semakin lemas dan nyeri ulu ati, dan nyeri
pada sendi badan, BAB dan BAK biasa. Akhirnya os berobat ke RS Islam Jakarta
Sukapura dan telah dirawat oleh spesialis penyakit dalam selama 4 hari.

6
Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, os mengatakan pernah transfusi
darah. Os juga pernah menderita TB paru dan dikatakan pengobatan tuntas, selain
itu os juga mengatakan memiliki riwayat sakit jantung, serta sakit hati dan ginjal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 113/70 mmHg, nadi 71 kali/menit
reguler, isi dan tegangan cukup, pernapasan 24 kali/menit, suhu badan 36,7 0C,
Konjungtiva: anemis, Abdomen: cembung, venektasi (+), lemas, nyeri tekan
daerah epigastrium (+), lien teraba schuffner 1, permukaan rata, tepi tajam,
shifting dullness (+).
Pemeriksaan penunjang: Hematologi : Hb 5,7 g/dl, Leukosit 2.990 /mm3,
Ht 19,2 vol %, Trombosit 102.000/mm3 Kesan: Anemis + Leukopeni +
Trombositopeni. Faal ginjal : Ureum 164 mg/dl, Kreatinin 3.9 mg/dl . Faal hati
: Albumin 3,3 g/dl, Globulin 3,3 g/dl. Enzim hati : SGOT 21 U/L, SGPT 16
U/L. Urinalisa : Urin lengkap: warna kuning jernih, berat jenis 1.020, pH 5.0,
protein negatif, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, darah samar
negatif, nitrit negatif, urobilinogen 0.2, Sendimen : Leukosit 1-2, eritrosit 0-1,
silinder negatif, epitel positif, bakteri negatif, kristal negatif.

Diagnosis Sementara
 Asites ec. Sirosis hepatis + Anemia

Diagnosis Banding
 Asites ec. CKD + Anemia

Rencana Pemeriksaan:
 Kadar Albumin, Globulin  Kadar SGOT, SGPT
 Kadar Darah Rutin  Urin lengkap
 Kadar Ureum, Creatinin

7
Rencana Penatalaksanaan
Non farmakologis :
 Istirahat
 Posisi Semifower
 Diet Rendah Protein Rendah Garam
Farmakologis :
 O2 3L/m
 IVFD NaCL 0,9
 Injeksi Ceftriaxone 1x2 gr
 Injeksi Lasix 2x1 amp
 Injeksi Ranitidin 2x1 amp
 CaCO3 3x1
 Asam folat 3x1
 Bicnat 3x1
 Propanolol 2x10 mg
 Paracetamol 3x500 mg

Prognosis:
 Quo ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad functionam : Malam

Perkembangan Selama Perawatan

Tanggal 11 Juli 2019


S Badan lemas, masih sesak, perut begah
Sense compos mentis N 80 kali/menit
O TD 110/80 mmHg RR 20 kali/menit
0
T 36,7 C BB/LP 43 kg/145 cm
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O

8
Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiri
P: sonor di kedua lapangan paru
A: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
P: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC
sinistra
A: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (+)
P: lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak
teraba, lien teraba schuffner 1, nyeri tekan suprapubik (-),
P: timpani, shifting dulness (+)
A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-,
Eritema palmaris (-)
Pemeriksaan Darah Rutin : Hb 5,7 g/dl, Leukosit 2.990 /mm3, Ht 19,2
Penunjang vol %, Trombosit 102.000/mm3
Assessment Asites ec. Sirosis Hepatis + Anemia
Planning IVFD NaCl 0,9%
Diet Rendah Protein Rendah Garam
Injeksi Lasix 2x1 amp
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Ceftriaxone 1x2 gr
Propanolol 2x10 mg
CaCo3 3x1
Bicnat 3x1
Asam Folat 3x1
Paracetamol 3x1
Rencana -
Pemeriksaan

Tanggal 12 Juli 2019


S Badan lemas, perut begah, sesak
Sense compos mentis N 76 kali/menit
O TD 100/80 mmHg RR 20 kali/menit
T 36,6 0C BB/LP 43 kg/145 cm

9
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiri
P: sonor di kedua lapangan paru
A: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
P: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC
sinistra
A: HR 76 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (+)
P: lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak
teraba, lien teraba schuffner 1, nyeri tekan suprapubik (-),
P: timpani, shifting dulness (+)
A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-,
Eritema palmaris (-)
Assessment Asites ec. Sirosis Hepatis + Anemia
Planning IVFD NaCl 0,9%
Diet Rendah Protein Rendah Garam
Injeksi Lasix 2x1 amp
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Ceftriaxone 1x2 gr
Propanolol 2x10 mg
CaCo3 3x1
Bicnat 3x1
Asam Folat 3x1
Paracetamol 3x1
Transfusi PRC 500 cc
Rencana Kadar Darah Rutin
Pemeriksaan

Tanggal 13 April 2019


S Badan sudah tidak lemas, nyeri, perut begah
O Sense compos mentis N 82 kali/menit

10
TD 130/70 mmHg RR 20 kali/menit
0
T 37 C BB/LP 43 kg/145 cm
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiri
P: sonor di kedua lapangan paru
A: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
P: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC
sinistra
A: HR 82 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (+)
P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba,
lien teraba schuffner 1, nyeri tekan suprapubik (-),
P: timpani, shifting dulness (+)
A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-,
Eritema palmaris (-)
Pemeriksaan Hb 7,0 g/dl, Ht 22,6 vol %, leukosit 2040/mm3,
penunjang
Trombosit 92.000/mm3
Assessment Asites ec. Sirosis Hepatis + Anemia
Planning IVFD NaCl 0,9%
Diet Rendah Protein Rendah Garam
Injeksi Lasix 2x1 amp
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Ceftriaxone 1x2 gr
Propanolol 2x10 mg
CaCo3 3x1
Bicnat 3x1
Asam Folat 3x1
Paracetamol 3x1
Meloxicam 1x15 mg
Rencana -
Pemeriksaan

Tanggal 14 April 2010

11
S Badan sudah tidak lemas, sudah tidak nyeri, perut begah berkurang
Sense compos mentis N 80 kali/menit
O TD 100/70 mmHg RR 20 kali/menit
0
T 36 C BB/LP 43 kg/145 cm
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiri
P: sonor di kedua lapangan paru
A: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
P: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC
sinistra
A: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (+)
P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba,
lien teraba schuffner 1, nyeri tekan suprapubik (-),
P: timpani, shifting dulness (+)
A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-,
Eritema palmaris (-)
Assessment Asites ec. Sirosis Hepatis + Anemia
Planning IVFD NaCl 0,9%
Diet Rendah Protein Rendah Garam
Injeksi Lasix 2x1 amp
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Ceftriaxone 1x2 gr
Propanolol 2x10 mg
CaCo3 3x1
Bicnat 3x1
Asam Folat 3x1
Paracetamol 3x1
Meloxicam 1x15 mg
Pasien Boleh Pulang
Rencana -
Pemeriksaan

12
Follow Up Balance Cairan

Tanggal/ Intake Output


Jam Makan Minu Infu Tota BAB BA IWL Tota Selisih
m s l K l
10-7-2019 150 500 500 1150 150 1000 470 1620 -470
11-7-2019 150 500 500 1150 150 1200 450 1600 -450
12-7-2010 200 300 300 800 50 700 430 1180 -380
13-7-2019 200 250 500 950 50 800 400 1250 -300
14-7-2019 200 450 500 1150 100 600 400 1100 +50

13
BAB III
ANALISA KASUS

Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi


pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar
parenkim hati yang mengalami regenerasi.

III.1 Epidemiologi6
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
Adapun pada pasien ini, berjenis kelamin wanita dengan usia 51 tahun.

III.2 Klasifikasi Sirosis Hepatis


Secara morfologi, Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :8
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :7,8
1. Sirosis hati kompensata, sering disebut dengan laten sirosis hati. Pada Stadium
kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini
ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati dekompensata. Dikenal dengan sirosis hati aktif, dan stadium ini
biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya: spider neavi, ascites, edema dan
ikterus.
Pada pasien ini didiagnosis sebagai sirosis hepatis dekompensata karena
telah terdafat menifestasi klinis yang jelas seperti asites, venektasi,

14
III.3 Etiologi 10
Etiologi yang umumnya mengakibatkan sirosis adalah:
1. Penyakit infeksi (bruselosis, ekinokokus, skistomiasis, toksoplasmosis,
hepatitis B, hepatitis C)
2. Penyakit keturunan dan kelainan metabolik (Hemakhomatosis, Penyakit
Wilson, Tirosinemia, sindroma fanconi, penyakit gaucher, penyakit simpnan
glikogen)
3. Obat dan toksin (alkohol, amiodarpn arsenik obstruksi bilier, penyakit
perlemakan hati non alkoholik, sirosis bilier primer, kolangitis sklerosis
primer)
4. Penyebab lain atau tidak terbukti (penyakit usus inflamasi kronik, fibrosis
kistik, pintas jejunoileal, sarkoidosis)
Pada pasien ini, etiologi yang mungkin menyebabkan terjadinya sirosis
hepatis adalah infeksi virus hepatitis kronik (hepatitis B atau hepatitis C). Hal ini
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis riwayat transfusi darah dan sakit hati
sebelumnya.

III.4 Tanda dan Gejala Klinis


III.4.1 Gejala klinis
Pasien dengan sirosis dapat datang ke dokter dengan sedikit keluhan, dapat
tanpa keluhan sama sekali, atau dengan keluhan penyakit lain. Beberapa keluhan
dan gejala yang sering timbul pada sirosis antara lain adalah 1,4,5 : kulit berwarna
kuning, rasa mudah lelah, nafsu makan menurun, gatal, mual, penurunan berat
badan, nyeri perut dan mudah berdarah.
Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi
dari sirosis hatinya. Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi keluhan
yang membawanya pergi ke dokter. Pasien sirosis dapat tetap berjalan kompensata
selama bertahun-tahun, sebelum berubah menjadi dekompensata. Sirosis
dekompensata dapat dikenal dari timbulnya bermacam komplikasi seperti ikterus,
perdarahan varises, asites, atau ensefalopati.

15
Sesuai dengan konsensus Braveno IV, sirosis hati dapat diklasifikasikan
menjadi empat stadium klinis berdasarkan ada tidaknya varises, ascites, dan
perdarahan varises5 :
 Stadium 1: tidak ada varises, tidak ada asites,
 Stadium 2: varises, tanpa ascites,
 Stadium 3: ascites dengan atau tanpa varises dan
 Stadium 4: perdarahan dengan atau tanpa ascites.
Stadium 1 dan 2 dimasukkan dalam kelompok sirosis kompensata,
semetara stadium 3 dan 4 dimasukkan dalam kelompok sirosis dekompensata.
Pada pasien ini, didapatkan adanya ascites dan adanya perdarahan yang terbukti
dengan adanya anemia, keluhan nafsu makan berkurang, mual, sehingga
memperkuat diagnosis sirosis hepatis dekompensata.

III.4.2 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik yang khas pada pasien dengan sirosis hepatis antara
lain10:
1. Spider naevi
2. Eritema palmaris
3. Ginekomastia
4. Fetor hepatikum
5. Splenomegali
6. Asites
7. Ikterus
Pada pasien ini didapatkan pemeriksaan fisik berupa asites.

III.4.3 Pemeriksaan Laboratorium


Adanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pemeriksaan laboratorium
antara lain10:
1. SGOT dan SGPT meningkat tapi tidak terlalu tinggi, dimana biasanya
SGOT>SGPT
2. Alkaline fosfatase meningkat

16
3. Bilirubin meningkat
4. Albumin menurun sedangkan globulin meningkat
5. PT memanjang
6. Na menurun
7. Kelainan hematologi meliputi anemia, trombositopenia dan leukopenia
Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
mendukung untuk ditegakkannya diagnosis sirosis hepatis dekompensata yaitu
adanya anemia, trombositopenia dan leukopenia

III.5 Diagnosis
Diagnosis sementara berupa sirosis hati dekompensata pada pasien dapat
ditegakkan dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium yang telah diuraikan sebelumnya. Pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan untuk memperkuat diagnosis sirosis hati dekompensata pada pasien ini
adalah USG abdomen. Adapun pasien memang merupakan pasien rutin kontrol
dengan penyakit sirosis hepatis dengan hasil USG abdomen pada pasien ini
menyatakan bahwa gambaran hati pada pasien ini sesuai dengan gambaran sirosis
hepatis yaitu ukuran hepar mengecil, permukaan tidak rata, parenkim kasar,
disertai pula dengan pembesaran ukuran lien.

Untuk memperkuat diagnosis sementara menjadi diagnosis kerja, maka


dapat dilakukan rencana pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan endoskopi
Varises esofagus dapat ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
endoskopi. Sesuai dengan konsensus Baveno IV, bila pada pemeriksaan
endoskopi pasien sirosis tidak ditemukan varises, dianjurkan pemeriksaan
endoskopi ulang dalam 2 tahun. Bila ditemukan varises kecil, maka dilakukan
endoskopi dalam 1 tahun, dan jika ditemukan varises besar, maka secepatnya
dilakukan tindakan preventif untuk mencegah perdarahan pertama.3
Pada pasien ini, endoskopi dapat direncanakan untuk melihat apakah terdapat
varises esofagus. Umumnya pecahnya suatu varises esofagus atau adanya

17
gastritis erosif dapat menyebabkan hematemesis melena. Bila nanti pada
pemeriksaan endoskopi ditemukan adanya varises, maka ini akan mendukung
diagnosis sirosis hepatis dekompensata, karena pecahnya varises esofagus
merupakan manifestasi dari hipertensi portal
2. Biopsi hati
Pemeriksaan biopsi hati merupakan gold standard untuk menegakkan
diagnosis sirosis hepatis. Karena pada kasus tertentu sulit untuk membedakan
antara hepatitis kronik aktif yang berat dengan suatu keadaan sirosis hepatis
dini. Oleh karena itu pada kasus pasien ini, direncanakan untuk dilakukan
pemeriksaan biopsi hati. Bila pada pemeriksaan biopsi hati didapatkan
keadaan fibrosis dan nodul-nodul regenerasi sel hati, maka diagnosi sirosis
hepatis dapat ditegakkan dengan pasti.

III.6 Komplikasi 10
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasi yang
ditimbulkannya. Komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien sirosis hepatis
antara lain:
1. Perdarahan gastrointestinal
2. Ensefalopati hepatik.
3. Koma hepatikum
4. Hipertensi portal
5. Sindroma hepatorenal
6. Karsinoma hepatoseluler
7. Peritonitis bakterial spontan
Pada pasien ini didapatkan hasil anamnesis berupa adanya muntah darah
dan BAB berwarna hitam. Hal ini adalah komplikasi perdarahan gastrointestinal
yang kemungkinan disebabkan oleh pecahnya varises esofagus, namun hal ini
masih harus dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan endoskopi yang telah
direncanakan pada pasien ini.

18
III.7 Penatalaksanaan9,10
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simptomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang misalnya : cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
 Pada sirosis hati akibat infeksi virus hepatitis B dapat dicoba dengan
interferon alfa dan lamivudin.
 Pada sirosis alkoholik, maka pengobatan utama adalah menghentikan
secara total konsumsi alkohol oleh pasien.
 Pada hepatitis autoimun dapat diberikan steroid atau imunosupresif
 Pada sirosis akibat hepatitis C kronik maka kombinasi interferon dan
ribavirin merupakan terapi standar.
d. Pengobatan fibrosis hati
Pengobatan antifibrotik sampai saat ini lebih mengarah pada peradangan
dan tidak terjadap fibrosis.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti:
a. Asites2,9,10
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
 istirahat
 diet rendah garam: untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan
diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal
maka penderita harus dirawat.
 Diuretik
Pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya
kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat
pemberian diuretik adalah hipokalemia (khususnya penggunaan

19
furosemid) dan hal ini dapat mencetuskan ensefalopati hepatik, maka
pilihan utama diuretik adalah spironolakton, dan dimulai dengan dosis
rendah 100-200mg, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4
hari, apabila dengan dosis maksimal diuresisnya belum tercapai maka
dapat kita kombinasikan dengan furosemid 20-40mg/hari (dengan
pengawasan terhadap kadar kalium darah). Respon diuretik bisa
dimonitor dengan penurunan BB + 0,5kg/hari tanpa edema kaki atau +
1kg/hari dengan edema kaki
 Parasintesis
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan
konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis.
Parasintesis dilakukan bila asites sangat besar. Mengenai parasintesis
cairan asites dapat dilakukan 4-6 liter/hari, dengan catatan harus
dilakukan infus albumin sebanyak 6-8 gr/l cairan asites yang
dikeluarkan. Ternyata parasintesis dapat menurunkan masa opname
pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s C, Protrombin <
40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3,
creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.
b. Peritonitis bakterial spontan
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan
parasintese. Tipe yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati
dengan asites, sekitar 20% kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada
sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan kasus
penyakit ini timbul selama masa rawatan.
c. Hepatorenal syndrome
Kasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering
dinomorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih
dulu. Prinsip penanganan yang utama adalah tindakan resusitasi sampai
keadaan pasien stabil, dalam keadaan ini maka dilakukan :3,4,8,9
 Pasien diistirahatkan dan dipuasakan
 Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi

20
 Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali
kegunaannya yaitu : untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es,
pemberian obat-obatan, evaluasi darah
 Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, Antifibrinolitik,
Vitamin K, Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin
 Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka
menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade
dan Tindakan Skleroterapi / Ligasi atau Oesophageal Transection.
d. Ensefalophaty hepatic
Suatu syndrome Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita penyakit
hati menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian,
gelisah sampai ke pre koma dan koma. Pada umumnya enselopati Hepatik
pada sirosis hati disebabkan adanya factor pencetus, antara lain: infeksi,
perdarahan gastro intestinal, obat-obat yang Hepatotoxic.8,9
e. Perdarahan gastrointestinal
Penyebab dari perdarahan gastrointestinal yang paling sering pada pasien
sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang merupakan
manifestasi dari hipertensi portal dan penyebab dari sepertiga kematian.
Pengobatan yang dilakukan pada keadaan akut adalah tamponade dengan
alat pipa Sengstaken-Blakemore dan Minessota. Selanjutnya dapat
dilakukan tindakan ligasi endoskopi. Sedangkan untuk pencegahan dan
penatalaksanaan setelah perdarahan dapat diberikan preparat propanolol
untuk menurunkun hipertensi portal.
Penatalaksanan terhadap sirosis dan komplikasinya yang dilakukan pada
pasien ini antara lain:
1. Istirahat
2. Diet rendah garam, merupakan terapi lini pertama pada asites yang ringan
atau sedang
3. Diuretik, untuk membantu mempercepat diuresis maka diberikan preparat
diuretik. Pada tahap pertama hanya diberikan spironolakton, lalu dilanjutkan
dengan penambahan furosemid untuk meningkatkan laju diuresis. Pada

21
pasien ini, respon diuretik sepertinya cukup baik karena selama + 4 hari
perawatan, didapat penurunan BB + 3 kg atau rata-rata 0,75 kg/hari.
4. Preparat propanolol diberikan pada pasien ini untuk menurunkan hipertensi
portal dan mencegah terulangnya perdarahan gastrointestinal
5. Untuk mencegah ensefalopati hepatik, maka dapat diberikan preparat laktulak
(laktulosa) karena dapat membantu mengeluarkan amonia dari tubuh pasien.
Selain itu juga diberikan Kanamisin untuk membunuh bakteri-bakteri yang
menghasilkan amonia di dalam usus.

III.7 Prognosis10
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai.
Indeks hati dapat dipakai untuk menentukan prognosis sirosis hati dengan asites
yang mendapat terapi medik.

Indeks Hati
Nilai
0 1 2
Albumin (g%) >3,6 3,0-3,5 <3,0
Bilirubin (mg%) <2,0 2,0-3,0 >3,0
Gangguan kesadaran - Minimal +
Asites - Minimal +

Keterangan nilai: Kegagalan hati ringan : indeks hati 0-3


Kegagalan hati sedang : indeks hati 4-6
Kegagalan hati berat : indeks hati 7-10
Pada pasien ini didapat Albumin 3,3 g%, Tidak ada gangguan kesadaran,
dan asites (+). Didapatkan indeks hati = 3 yang berarti terdapat kegagalan hati
ringan berarti angka kematiannya 1-18%. Prognosis quo ad vitam adalah dubia ad
bonam dan prognosis quo ad functionam adalah malam.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Cheney CP, Goldberg EM and Chopra S. Cirrhosis and portal hypertension: an


overview. In: Friedman LS and Keeffe EB, eds. Handbook of Liver
Disease. 2nd ed. China, Pa: Churchill Livingstone; 2004:125-138

2. Friedman SL: Hepatic Fibrosis, In: Schiff ER, Sorrell MF, Maddrey WC, eds.
Schiff’s Diseases of the Liver. 9th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott-Raven;
2003:409-28

3. Garcia-Tsao D and . Wongcharatrawee S. (VA Hepatitis C resource center


Program). Treatment of patients With Cirrhosis and Portal Hypertension
Literature Review and Summary of Recommended Interventions. Version
1 (October 2003). Available from URL: www.va.gov/hepatitisc

4. Wolf DC. Cirrhosis.eMedicine Specialities. 11 September 2009. Available


from URL: http://www.emedicine.com/med/topic3183.htm

5. Lee D. Cirrhosis of the Live. MedicineNet.com, 11 September 2009.


Available from URL: http://www.medicinenet.com/cirrhosis/article.htm

6. Hernomo K. Pengelolaan perdarahan massif varises esophagus pada sirosis


hati. Thesis. Airlangga University Press, Surabaya,1983.

7. Lorraine MW. Sirosis Hati. Dalam: Sylvia AP, Lorraine MW. Sirosis. Edisi
keenam, Volume I. EGC, Jakarta: 2005;1:493-501.

8. Guadalupe Garsia-Tsao et al. Prevention and Management of


Gastroesophagal Varices and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. American
Journal of Gastroenterology. United States of America. 2007.

9. Pere Gines et al. Management of Cirrhosis and Ascites. The New England
Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society. 2004;350:1646-54.

10. Nurdjanah, Siti. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006;443-446

10
Indications

1. Evaluating prognosis in Cirrhosis

 Criteria

1. Total Serum Bilirubin


1. Bilirubin <2 mg/dl: 1 point
2. Bilirubin 2-3 mg/dl: 2 points
3. Bilirubin >3 mg/dl: 3 points
2. Serum Albumin
1. Albumin >3.5 g/dl: 1 point
2. Albumin 2.8 to 3.5 g/dl: 2 point
3. Albumin <2.8 g/dl: 3 point
3. INR
1. INR <1.70: 1 point
2. INR 1.71 to 2.20: 2 point
3. INR >2.20: 3 point
4. Ascites
1. No Ascites: 1 point
2. Ascites controlled medically: 2 point
3. Ascites poorly controlled: 3 point
5. Encephalopathy
1. No Encephalopathy: 1 point
2. Encephalopathy controlled medically: 2 point
3. Encephalopathy poorly controlled: 3 point

 Interpretation

1. Child Class A: 5 to 6 points


1. Life expectancy: 15 to 20 years
2. Abdominal surgery peri-operative mortality: 10%
2. Child Class B: 7 to 9 points
1. Indicated for liver transplantation evaluation
2. Abdominal surgery peri-operative mortality: 30%
3. Child Class C: 10 to 15 points
1. Life expectancy: 1 to 3 years
2. Abdominal surgery peri-operative mortality: 82%

 References

11

Anda mungkin juga menyukai