Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

TENTANG
ANALISA PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PADA SITUASI BENCANA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

N NAMA NPM
O
1. DALEN PRITULU 12114201180216
2. ALPIONITA HUWAE 12114201180173
3. SARTINA ROMMER 12114201180
4. NIDYANSTI SRUE 12114201180
5. DEVANIA SAMPE 1211420118092
6. THESYA THISYEN 12114201180
7. SALLY LILWUR 12114201180

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Analisa pelayanan
keperawatan jiwa pada situasi bencana” ini dengan baik . Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I.

Dalam penyusunan makalah ini , kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari
sempurna , oleh karena itu , kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi Pembaca dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan pengetahuan bagi kita semua .

Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir penulisan makalah ini .

AMBON , 17 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C.Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A.Definisi Bencana
B.Fase – Fase Bencana
C.Permasalahan dalam penanggulangan bencana
D.Kelompok rentan bencana
E.Paradigma penanggulangan bencana
F.Pengurangan resiko bencana
G.Peran mahasiswa keperawatan dalam tanggap bencana
H.Jenis kegiatan siaga bencana

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses bencana alam seringkali tidak terduga. Bencana alam memakan
jiwa yang tidak sedikit, sehingga banyak yang tidak siap dan tanggap dalam
memperkirakan bencana alam yang datang tiba-tib. Profesi keperawatan bersifat
luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat tidak hanya terbatas pada
pemberi asuhan di rumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam
kondisi siap tanggap bencana. Ssituasi penanganan antara keadaan siaga dan
keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara
skil dan teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana
dapat dilakukan oleh profesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam
berbagai bentuk.
Aspek psikologi berat kaitannya dengan proses kehilangan, tidak hanya
fisik; kehilangan barang milik, kehilangan orang yang dikasihi tetapi juga social;
kehilangan aktifitas, kehilangan ikatan keluargaan dan lain sebagainya.
Mengingat dampak psikologis bencana sangat besar dalam arti jumlah mereka
yang mengalami dampak besar namun jumlah profesional kesehatan mental
terbatas ( jumlah psokolois klinis dan psikiater sedikit). Belum lagi proses
penanganan aspek psikologis bencana tidak singkat melainkan merupakan proses
yang ralatif panjang. Sehingga perlu dirancang sebuah strategi penanganan
bencana untuk mengatasi masalah psikologis yang berkelanjutan dengan
menggunakan suatu sistem yeknologi modern.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran peran
perawat dalam situasi tenggapan bencana, bentuk dan peran yag bisa dilakukan
perawat dalam keadaan tanggap bencana. Terutama permasalahan dalam
mengatasi masalah psikis dari penderita bencana alam yang dapat mengganggu
dan berpengaruh terhadap masalah kesehatan klien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya peran mahasiswa keperawatan dalam situasi tanggap bencana?
2. Bagaimana bentuk tindakan yang bisa dilakukan
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui peran penting mahasiswa dalam proses keperawatan jiwa dalam
situasi tanggap bencana
2. Untuk mengetahui bentuk peran dan kegiatan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa
dalam proses keperawatan jiwa dalam situasi tanggap bencana
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bencana

Definisi bencana menurut WHO tahun 2002 adalah Setiap kejadianyang menyebabkan
kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan
atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat dan
wilayah yang terkena. Dalam setiap bencana yang terjadi, selalu ada implikasi kesehatan jiwa –
baik dalam kasus bencana alam,misalnya gempa bumi, tsunami,angina rebut,atau pada bencana
yang diakibatkan oleh manusia,misalnya perang atau kekerasan interpersonal.kebutuhan
langsung dari populasi yang terkena bencana alam seringkali merupakan kebutuhan fisik;
perlindungan, air,makanan,dan pelayanan kesehatan dasar.namun perlu diingat bahwa semua
orang yang mengalami dan hidup dalam situasi yang tidak menentu akan menderita trauma.
Banyak permasalahan migran dan orang-orang terlantar lainnya, berhubungan dengan
konsekuensi dari bencana itu sendiri. Di sini adalah pentingnya pokok masalah kesehatan jiwa
Trans-cultural bersama-sama dengan masalah fisik bagi korban bencana.

Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan terhadap


kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana yang selamat. Stress Pasca trauma ( post
traumatic stress disorder (PTSD) ) merupakan kelainan psikologis yang umum dipilih setelah
terjadinya bencana. PTSD dicirikan dengan adanya gangguan ingatan secara permanen terkait
kejadian traumatic,perilaku menghindar dari rangsangan terkait trauma, dan mengalami
gangguan meningkat terus menerus. Angka kejadian PTSD pada korban yang mengalami
bencana langsung yang selama kurang lebih 30% sampai 40%. Pengamatan pada 262 korban
tsunami di Aceh menunjukkan bahwa 83,6% mengalami tekanan emosi dan 77,1% menunjukkan
gejala depresi. Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dan kondisi yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat.

Jenis-jenis bencana :

1) Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alam seperti banjir, genangan,
gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya
2) Bencana ulah manusia (Man-Madedisaster), yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan
manusia seperti Tabrakan pesawat udara atau kendaraan kebakaran ledakan sabotase dan
lainnya.
Bencana berdasarkan cakupan wilayah terdiri atas :

1) Bencana local, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang terdekat,
misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan lainnya.
2) Bencana regional, jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti banjir,
letusan gunung, dan lainnya.

B. Fase Fase Bencana

Menurut Barbara santamaria (1995) ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu fase pre
impact, impact, dan post Impact.

1) Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat
dari badan satelit dan meteorology cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala Persiapan
dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan masyarakat.
2) Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana. Inilah saat- saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahhan hidup. Fase impact ini terus berlanjut
hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3) Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat. Juga tahap diman masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas
normal. Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami tahap respons
fisiologi mulai dari penolakan (denial), marah(angry), tawar-menawar (bargain), depresi
(depression), hingga penerimaan (acceptance)

C. Permasalahan dalam penanggulangan bencana

Secara umum masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah daerah memiliki keterbatasan
pengetahuan tentang bencana seperti berikut

1) Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya


2) Sikap atau perilaku yang mengakibatkan menurunya kualitas SDA
3) Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketersiapan
4) Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya

F. Pengurangan resiko bencana

Tahap penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi

1) Pra bencana, pada tahap ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan bencana,
pengurangan resiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan pembangunan,
persyaratan analisis resiko bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan
peletihan serta penetuan pesyaratan standar teknis penanggulangan bencana
(kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana)
2) Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi, kerusakan dan
sumber daya; penentuan status keadaan darurat; penyelamatan dan efakuasi korban,
pemenuhan kebutuhan dasar; pelayanan psikososial dan kesehatan.
3) Pasca bencana, tahap ini menckup kegiatan rehabilitasi (pemukihan daerah bencana,
prasarana dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah, sosial, psikologis, pelayanan
kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi pembangunan, pembangkitan dan
peningkatan sarana prasaran termasuk fungsi pelayanan kesehatan.

G. Peran Mahasiswa Keperawatan dalam tanggap bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam
situasi tanggap bencana. Mahasiswa keperawatan tidak hanya dituntut memiliki kemampuan dan
pengetahuan dasar praktek keperawatan saja, lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga
sangat dibutuhkan saat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa
keperawatan untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana.

H. Jenis kegiatan siaga bencana

Kegiatan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan mdis dalam


keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian penting. Berikut beberapa
kegiatan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa keperawatan dalam situasi tanggap bencana:

1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik


Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan
kerusakan, baik itu korban meninggal, korban lika-luka, kerusakan fasilitas pribadi dan
umum, yang mungkin akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh
para relawan. Hal yang paing urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan
dari tenaga kesehatan. Mahasiswa keperawatan bisa turut andil dalam aksi ini, baik
berkolaborasi dengan tenaga perawat ataupun tenaga kesehatan profesional, atauoun juga
melakukan pengobatan bersama mahasiswa keperawatan lainnya secara cepat,
menyeluruh dan merata ditempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam,
mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan profesi
keperawatan.

2. Pemberian bantuan
Mahasiswa keperawatan dapat melakukan aksi galan dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti
makana, obat-obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian bantuan
tersebut bisa dilakukan langsung oleh mahasiswa keperawatan secara langsung dilokasi
bencana dengan mendirikan posko bantuan. Selain itu, hal yang harus difokuskan dalam
kegiatan ini adalah pemerataan bantuan ditempat bencana sesuai kebutuhan yang
dibutuhkan oleh korban saat itu, sehingga tidak aka nada lagi para korban yang tidak
mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat
sasarn.

3. Pemulihan Kesehatan Mental


Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat
kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam,
ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, Ibu-ibu, dan
anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus
berkelanjutan maka akan berakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para
korban bencana. Hal yang dibutuhkan dalam penanganan situasi seperti ini adalah
pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh mahasiswa keperawata. Pada
orang dewasa, pemulihan ini bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala
keluhan-keluhan yang dihadapinya selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi
penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak-anak, cara yang efektif adalah
dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah yang
berada pada masa bermain. Mahasiswa keperawatan dapat mendirikan sebuah taman
bermain, dimana anak-anak tersebut akan mendapatakan permainan, cerita lucu, dan lain
sebagainya. Sehingga kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sediakala.

4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana
biasanya akan menjadi terkatung-katung tidak jelas akibat memburuknya keadaan pasca
bencana, akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki. Sehingga banyak diantara
mereka yang patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong
membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka
kelak. Mahasiswa keperawatan dapat melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang
difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang
itu. Sehingga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun
kehidupannya ke depan lewat kemampuan yang ia miliki.

Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus
dimiliki oleh seorang mahasiswa keperawatan, diantaranya:
1. Mahasiswa keperawatan harus memiliki skill keperawatan yang baik.
Sebagai mahasiswa keperawatan yang akan memberikan pertolongan dalam
penanganan bencana, haruslah mampu dalam skill keperawatan, dengan bekal
tersebut mahasiswa akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan
Maksimal.
2. Mahasiswa keperawatan harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen
masyarakat termasuk mahasiswa keperawatan, kepedulian tersebut tercermin dari rasa
empati dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana.
Sehingga dengan jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan mampu meringankan
beban penderitaan korban bencana.

3. Mahasiswa keperawatan harus memahami manajemen siaga bencana


Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segala hal yang
terkait harus didasarkan pada manajemen yang baik, mengingat bencana dating secara
tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan dengan matang, jangan sampai
tindakan yang dilakukan salah dan sia-sia. Dalam melakukan tindakan di daerah
bencana, mahasiswa keperawatan dituntut untuk mampu memiliki kesiapan dalam
situasi apapun jika terjadi bencana alam. Segala hal yang berhubungan dengan
peralatan Bantuan dan pertolongan medis harus bisa dikoordinir dengan baik dalam
waktu yang mendesak. Oleh karena itu, mahasiswa keperawatan harus mengerti
konsep siaga bencana.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan
terhadap kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana yang selamat.
Menurut Barbara santamaria ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu
fase pre impact, impact, dan post Impact.pelayanan keperawatan tidak hanya
terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja.
Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi
tanggap bencana. Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal
yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa keperawatan, diantaranya:
mahasiswa keperawatan harus memiliki skill keperawatan Yang baik, mahasiswa
keperawatan harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian, mahasiswa keperawatan
harus memahami manajemen siaga bencana.

B. Saran
Sebagai seorang calon tenaga kesehatan, mahasiswa keperawatan
diharapkan bisa turut andil dalam melakukan kegiatan tanggap bencana. Sekarang
tidak hanya dituntut mampu memiliki kemampuan intelektual namun harus
memiliki jiwa kemanusiaan melalui aksi siaga bencana.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budik, dkk. 2014. Keperawatn Jiwa Komunitas. Yogyakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai