Latar Belakang
Latar Belakang
Berkaitan dengan hal tersebut, hal ini juga dikeluhkan oleh sebagian besar penyandang
cacat yang merasa bahwa design halte bus di kota jogja masih kurang nyaman secara ergonomi.
Ini menyebabkan mereka yang cacat atau lansia memerlukan bantuan orang lain untuk bisa
masuk ke dalam halte. Padahal, seperti yang kita tahu kemandirian seorang penyandang cacat
haruslah diikuti dengan ketersediaannya sarana pendukung yang memadai. Dalam suatu
perancangan fasilitas umum, keamanan dan kenyamanan sangatlah penting. Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 juga menyebutkan bahwa persyaratan teknis pada
bangunan umum dan lingkungan haruslah mengakomodasi semua aspek diantaranya:
kemudahan, kegunaan, keselamatan dan kemandirian.
Dengan demikian, sebaiknya shelter bus di jogja harus mempertimbangkan seni dan
fungsi. Harus sejalan dengan suasana budaya daerah, dengan kreativitas yang unik, makna
mendalam, kepribadian yang berbeda, dampak visual yang kuat dan daya tarik budaya.
Menujukkan design yang lebih intuitif juga berpengaruh besar terhadap daya tarik shelter bus.
Dengan demikian masyarakat akan lebih nyaman saat mengunjungi shelter daripada naik
kendaraan pribadi.