Oleh :
MUHAMAD RIZAL AL-KHAKIM
1401015159
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala berkat
rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan “Laporan Observasi
Inteligensi, Minat, Bakat, dan Kreativitas Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
dalam Proses Perkembangan dan Pembelajaran” yang disusun untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Assesment BK Tes. Penyelesaian laporan ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan laporan ini, masih banyak
terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan,
saran, ataupun kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk
menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
bagi para calon pendidik serta masyarakat umumnya.
COVER …………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DOKUMENTASI TEMPAT PELAKSANAAN .......................................... iv
A. Kesimpulan .............................................................................. 26
B. Saran ........................................................................................ 27
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini agar kita sebagai orang tua maupun
sebagai pendidik dapat:
1. Mengetahui siapa yang disebut sebagai anak tunarungu.
2. mengetahui ciri-ciri dan karakteristik anak tunarungu sehingga dapat
membantu anak berkembang dengan optimal.
3. Mengetahui cara menditeksi dini anak yang mengalami
ketunarunguan sehingga dapat memberikan stimulasi dini dan
pelayanan yang tepat bagi anak.
4. Mengetahui pendidikan yang tepat bagi anak tunarungu agar anak
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
5. Memberikan terapi yang tepat guna membantu anak tunarungu agar
berkembang dengan baik.
6. Dapat meningkatkan rasa percaya diri anak tunarungu dalam
pergaulan sehari-hari di masyarakat.
C. Manfaat Penulisan
1. Menambah rasa syukur kita kepada Allah SWT karena telah
menciptakan kita tanpa kurang suatu apapun.
2. Bisa menghargai keberadaan mereka dengan cara tidak mengucilkan
atau mendiskriminasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai
rangsangan, terutama melalui indra pendengarannya.
Andreas Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan bahwa Tunarungu
adalah seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan
tunarungu.
Mufti Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak
yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang
disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat
pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya,
Memperhatikan batasan-batasan diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard
of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya
tidak memiliki nilai fungsional didalam kehidupan sehari-hari.
3. Ciri-ciri Tunarungu
a. Ciri-Ciri Fisik Anak Tunarungu
1) Cara berjalan anak kaku dan membungkuk disebabkan
karena terganggunya alat pendengaran.
2) Gerakan mata cepat dan agak beringas menunjukkan bahwa anak
ingin menangkap keadaan yang ada di sekitarnya.
3) Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau kidal tampak pada saat
berkomunikasi dengan gerak/bahasa isyarat.
4) Pernafasannya pendek dan agak terganggu.
4. Perilaku Tunarungu
5. Kemampuan
a. Inteligensi Tunarungu
Intelegensi anak tunarungu umumnya seperti anak normal namun
karena tingkat kemampuan bahasa, keterbatasan informasi dan daya
abstraksi yang mengakibatkan menghambatnya proses pencapaian yang
lebih luas. Maksudya karena memiliki keterbatasan dalam kemampuan
berbahasa maka anak lebih sulit untuk memahami sesuatu.
b. Minat, Bakat dan kreativitas Tunarungu
Setiap anak mempunyai minat dan bakat yang berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya, tidak menutup kemungkinan anak tuna
rungu. Anak tunarungu pasti mempunyai minat dan bakat yang
terpendam didalam dirinya. Minat dan bakat anak- anak tunarungu perlu
digali, ditemukan, dilatih, dan dikembangkan. Hal ini karena mereka
tidak memahami kemampuan yang mereka miliki. Mereka merasa bahwa
dirinya adalah anak cacat yang tidak mempunyai potensi yang bisa
dibanggakan. Mereka merasa bahwa dalam diri mereka terdapat
keterbatasan kemampuan, maka mereka cenderung merasa pesimis,
bimbang, ragu, minder, tidak percaya diri, dan terisolasi dari anak- anak
normal lainnya. Akibatnya, sifat keberbakatan mereka cenderung
dianggap tidak ada, kurang mendapat perhatian, dan akhirnya tidak
tersalurkan dengan baik. Pengembangan minat dan bakat anak tuna
rungu adalah proses mengembangkan minat dan bakat anak yang
mengalami gangguan pendengaran, baik yang sudah tampak maupun
yang belum tampak. Dalam pengembangan ini yang harus diperhatikan
adalah dari tumbuhnya minat dan bakat serta menemukenalinya. Dari
sini akan diketahui faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan
mereka. Dalam pengembangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya dari diri individu itu sendiri maupun lingkungan. Hal ini
sesuai dengan pendekatan empat P, yaitu pribadi (person), proses, press
(dorongan), dan produk. Keempat P ini saling berkaitan satu sama lain
dan sering disebut perumusan dari kreativitas. Keterkaitan ini yaitu
“pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif”, dan dengan
dukungan dan dorongan (press) dari lingkungan, menghasilkan produk
kreatif.
Kontrol lingkungan atau pola asuh orangtua ikut memberikan andil juga
dalam perkembangan kognitif anak tunarungu. Orangtua yang menerima
anaknya dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk belajar, tentunya
akan berbeda dengan orangtua yang tidak mau menerima anaknya dan tidak
memberikan kesempatan pada anaknya untuk belajar.
1) Subyek Pratama
Raw score betul = 50
salah = 10
PP = 75
Grade = II
Klasifikasi Inteligensi = di atas rata-rata
2) Subyek Moko
Raw score betul = 42
salah = 18
PP = 50
Grade = III
Klasifikasi inteligensi = average/ rata-rata
1) Kelambatan bicara
2) Kekacauan dalam bahasa receptive (menerima)
3) Kekacauan dalam bahasa expresif (menyampaikan atau menyatakan)
3) Metode Manual
Metode manual yaitu cara mengajar atau melatih anak
tunarungu berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa
manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan
tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang
menggunakan modalitas gesti-visual. Bahasa isyarat mempunyai
beberapa komponen, yaitu
(1) ungkapan badaniah
(2) bahasa isyarat lokal
(3) bahasa isyarat formal
Ungkapan badaniah meliputi keseluruhan ekspresi badan seperti
sikap badan tentang ekspresi muka (mimik), pantomimik, dan gesti
yang dilakukan orang secara wajar dan alamiah Ungkapan badaniah
tidak dapat digolongkan sebagai suatu bahasa dalam arti
sesungguhnya, walaupun lambang atau isyaratnya dapat berfungsi
sebagai media komunikasi. Bahasa isyarat lokal yaitu suatu
ungkapan manual dalam bentuk isyarat konvensional berfungsi
sebagai pengganti kata. Bahasa isyarat lokal berkembang di antara
para tunarungu melalui konvensi (kesepakatan). Bahasa isyarat
formal adalah bahasa nasional dalam isyarat yang biasanya
menggunakan kosa kata isyarat dan dengan struktur bahasa yang
sama persis dengan bahasa lisan. Di Indonesia dikenal sebagai
Isyando
4) Ejaan Jari
Ejaan jari adalah penunjang bahasa isyarat dengan
menggunakan ejaan jari. Ejaan jari secara garis besar dapat
dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu
(1) ejaan jari dengan satu tangan (onehanded)
(2) ejaaan jari dengan kedua tangan (twohanded)
(3) ejaan jari campuran dengan menggunakan satu tangan atau dua
tangan.
5) Komunikasi Total
Komunikasi total merupakan upaya perbaikan dalam
mengajarkan komunikasi bagi anak tunarungu. Istilah komunikasi
total pertama hali dicetuskan oleh Holcomb (1968:88) dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Denton (1970:84) dalam
Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996:103). Komunikasi
total merupakan cara berkomunikasi dengan menggunakan salah satu
modus atau semua cara komunikasi yaitu penggunaan sistem isyarat,
ejaan jari, bicara, baca ujaran, amplifikasi, gesti, pantomimik,
menggambar dan menulis serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai
kebutuhan dan kemampuan seseorang.
B Temuan di Lapangan
1. Identitas Pribadi
Nama : Eko Wahyudi
Ttl : Jakarta, 07 Desember 1995
Umur : 20 tahun
Alamat : JL. Intisari III RT. 002/05 No 05 Kel. Kalisari
Kec. Pasar Rebo
087123330/081282827097
2. Keluarga
Bapak : Salfina Belgreta
Ibu : Sri
Kakak : - (Anak Pertama)
Adik : Salbina
3. Riwayat Kesehatan
Berat badan : -
Tinggi badan : 168 cm
Golongan darah :O
Makanan yang di sukai : Ayam goreng, Baso, Mie ayam.
Hobi : Bermain Futsal
4. Faktor Penyebab
Menurut keterangan dari Eko Wahyudi, bahwa dia sejak lahir sudah dalam
keadaan tidak bisa mendengar/ tunrungu dan dalam wawancara dia tidak tahu
apa yang menyebabkan orangtuanya pada saat mengandung dan sampai dia
dilahirkanya. Dan untuk adiknya sendiri tidak mengalami apa yang dialami oleh
Eko Wahyudi. Jadi, kesimpulan dari penulis bahwa eko Wahyudi mengalami
tunarungu pada saat ibunya mengandung terkena virus dan infeksi yang
menyebabkan hambatan dalam perkembangannya terutama penyakit- penyakit
yang di derita pada saat kehamilan tri semester pertama yaitu pada saat
pembentukan ruang telinga. Dan merupakan suatu penyebab dikarenakan adanya
berbagai serangan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan baik langsung
maupun tidak langsung terjadinya kelainan seperti infeksi TORCH
(toksoplasma, rubella, cytomegalo, virus, herpes), polio, meningitis, dan
sebagainya. Dan atau bisa juga karena keracunan obat- obatan : pada suatu
kehamilan ibunya meminum obatan terlalu banyak, atau ibunya meminum obat
pengugur kandungan, hal ini menyebabkan ketunarunguan pada anak yang lahir.
5. Ciri-ciri
a. Kesulitan menangkap isi pembicaraan dan lawan bicaranya,jika
berada pada posisi tidak searah dengan pandangan(berhadapan).
b. Dapat mengerti percakapan biasa dengan jarak sangat dekat dan
gerakan bibir.
c. Mengunakan bahasa isyarat dan mahir dalam bahasa sandi, seperti
American Sign Languange (ASL) atau pengejaan dengan jari.
d. Biasanya juga berkomunikasi lewat teknologi misalnya hand phone.
6. Perilaku
Perilaku yang nampak adalah cepat menangkap pelajaran apa yang
diajarakan oleh guru, mungkin karena keterbatasan bahasa terkadang salah
persepsi. Ceria dan senang bermain futsal, dan pada saat berkomunikasi
dengan Eko Wahyudi saya mengamati ada perasaan was-was, cemas dan
merasa takut.
7. Proses Perkembangan
Proses perkembangan dari komunikasi sendiri agak berjalan lambat
karena menurut wali kelasnya sendiri yang menyebabkan terhambatnya
karena juga penguasan bahasa yang kurang. Untuk proses perkembangan
inteligensinya normal seperti anak-anak yang lainnya. Dari perkembangan
ketrampilan tangan mengalami kemajuan
8. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dalam kelas Eko Wahyudi cukup antusias dan aktif.
Menurut wali kelasnya terjadi perubahan yang cukup singnifikan dari tahun-
tahun sebelumnya. Mulai dari perkembangan bahasa dan penguasaan kata-
kata yang baru, maupun ketrampilan yang diperolehnya. Dari akademik
sendiri Eko Wahyudi kurang begitu memuaskan tetapi tetap bisa
mengimbanggi teman- teman yang lainnya. Sedangkan dari kegiatan
nonakdemik Eko Wahyudi memperoleh prestasi yang gemilang yaitu dengan
menjadi juara satu perlombaan futsal.
9. Layanan yang diberikan di Sekolah
Layanan yang diberikan sekolah karena keterbatasan komunikasi. Pihak
sekolah lebih mengembangkan bakat, minat dan kreativitasnya melalui
ketrampilan tangan dan anggota tubuh yang lainnya, namun tidak
meninggalkan ketrampilan komunikasi. Dan biasanya disela-sela kegitan
pembelajaran memberikan penguasaan bahasa yang baru. Dan untuk
menunjang aspek perkembangan sosial dan emosinya, sekolah membuat
kegiatan outdoor di lapangan sekolah melalui kegitan pramuka dan olahraga.
Dan juga melakukan sembayang berjamaah bersama bagi yang beragama
islam ketika waktu adzan telah berkumandang.
10. Keikut sertaan (mahasiswa) dalam memberikan Bimbingan bersama
guru pembimbing di sekolah “(Diuraikan sesuai dengan pertemuan)”
a. Pertemuan I
Selasa, 10 November 2015.
Pertama kali bertatap muka dengan anak-anak, wali kelas
kemudian memperkenalkan penulis. Dan penulis ikut bergabung dan
membaur dengan kegitan pembelajaran mereka dan pada saat awal-
awal berkomunikasi mengalami sedikit kesulitan namun setelah
beradaptasi bisa menyesuaikan, penulis juga megajarkan sedikit
ketrampilan berkomunikasi kepada mereka melaui menulis,
mengambar dan lain-lain.
b. Pertemuan II
Rabu, 11 November 2015.
Melihat kegitan ketrampilan menjahit, dan penulis ikut
mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegitan
menjahit tersebut.
c. Pertemuan III
Rabu, 18 November 2015.
Mengikuti, membaur dan berinteraksi dengan anak-anak dalam
kegiatan pramuka di lapangan belakang sekolah.
d. Pertemuan IV
Rabu, 25 November 2015.
Mengikuti, membaur dan berinteraksi dengan anak-anak dalam
kegiatan olahraga di lapangan depan sekolah.
e. Pertemuan V
Rabu, 2 Desember 2015.
Berhubung anak-anak mempersiakan bahan yang akan dibawa
pada saat lomba dan pameran ke TMII. Jadi penulis ikut membantu
mempersiapkan keperluan dan bahan yang akan dibawa pada saat
pameran dan lomba.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap anak adalah istimewa dan memiliki potensi terpendam yang harus
digali dan dimaksikmalkan kemampuannya, walaupun dia dilahirkan
dalam keadaan kekurangan. Dengan mengetahui kekurangan dan
keistimewaan sejak dini, orangtua dan guru dapat memaksimalkan
stimulasi dan latihan yang diberikan kepada anak sesuai dengan
kebutuhannya. Untuk itu baik guru maupun orang tua harus mampu
mengidentifikasi dini kekhususan yang dimiliki oleh anak.
Anak tunarungu adalah yang cacat dengar maupun kurang dengar. Dalam
kehidupan sehari-hari, anak tunarungu sama seperti anak normal pada
umumnya, hanya saja mereka memiliki hambatan dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Selain itu, anak tunarungu mengalami hambatan dalam
memahami bahasa verbal, sehingga mereka perlu dilatih dan di terapi.
Terapi dan latihan selain dilakukan disekolah dan klinik, dapat juga
dilakukan oleh orang tua dan orang-orang dilingkungan keluarganya.
Penerimaan terhadap keadaan anak oleh orang tua akan membantu anak
untuk dapat menerima keadaannya dan berusaha untuk berkembang
seoptimal mungkin seperti halnya anak yang normal.
Keadaan anak tunarungu kadang kala dilahirkan dalam keadaan normal,
akan tetapi akibat dari keadaan gizi dan faktor kesehatan anak, dapat
menyebabkan anak menjadi tunarungu.
Selain orang tua, peran serta guru dalam membimbing anak disekolah
akan menunjang kesuksesan belajar anak dan anak dapat berkembang
dengan maksimal sebagaimana anak kebanyakan.
B. Saran
Bagi pemilik yayasan dan kepala sekolahnya kedepannya agar tidak
menerima peserta observasi yang terlalu banyak, hal ini dapat menganggu
dalam proses pembelajaran bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
PERTEMUAN I
PERTEMUAN II
Gambar 1.2 Bertemu dan diterima dengan hangat oleh wali kelas.
PERTEMUAN III
PERTEMUAN IV