Anda di halaman 1dari 16

MATERI M-12

PENDOKUMENTASI SMK3-L
A. Tujuan Kuliah
Minggu ke-11, kita telah mempelajari tentang:
a. Metode pelaksana pelaksana pekerjaan yang akan dirumuskan SMK3-L
nya. Standar metode pelaksanaan di Indonesia Sebagian sudah
dirumuskan dalam bentuk SKKNI pelaksana.
b. Melakukan analisis potensi bahaya dari pekerjaan konstruksi dan
merumuskan pengendalian bahayanya.
c. Mendapatkan jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi (dengan cara
mendesain jadwal/urutan prosedur yang ada pada SOP pelaksanaan
pekerjaan tersebut.), kemudian menempatkan titik-titik kritis
(Milestones) di mana diperlukan rekaman pelaksanaan. Rekaman-
rekaman tersebut bisa saja berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
dan/atau rekaman yang berkaitan dengan pelaksanaan K3. Kedua jenis
rekaman-rekaman tersebut, nantinya akan berguna sebagai dasar
pelaksanaan Audit. Audit bisa menyangkut metoda pelaksanaan
pekerjaan ataupun bisa menyangkut pelaksanan SMK3.
Pertanyaan: Bagaimana bentuk dokumen yang diperlukan untuk rekaman-
rekaman yang diperlukan, baik pada pelaksanaan pekerjaan maupun
pada pelaksanaan SMK3-L?
B. Tahap Perencanaan SMK3-L
Kembali ke SKKNI AMdK3K, tahap PLAN masih menyentuh bagian Kode unit:
09 “Menerapkan Peraturan Perundang-undangan yang terkait K3”, seperti pada
Gambar 1. Menyimak penjelasan Batasan Variabel butir (2) Peralatan dan
perlengkapan yang diperlukan, maka bisa dibaca tentang :
 Prosedur Operasional Standar (POS) dan panduan praktis penerapan K3
konstruksi (2.2.4), dan
 Gambar kerja, spesifikasi, jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi (2.2.5)
Jadi perlengkapan ada 2 (dua) hal: (1) POS dan panduan praktis penerapan K3
konstruksi, dan (2) Segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
konstruksinya sendiri (Gambar kerja, speks, jadwal pelaksanaan).

1
Gambar 1: Kode unit S.942100.001.009.01

Dengan ditetapkan suatu jenis pekerjaan konstruksi tertentu, kita dapat


menentukan POS Penerapan K3 konstruksi. Ini adalah kemampuan utama
seorang AMdK3K harus mampu merencanakan POS Penerapan K3 konstruksi
yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya di bidang K3 sejalan dengan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Pada M-11 kita sudah dapat menempatkan Milestones perekaman dokumen di
jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Ingat, perekaman tersebut ada 2 (dua)
tujuan, (1) untuk perekaman pekerjaan konstruksi, dan (2) perekaman pelaksanaan
K3. Sekarang, permasalahannya adalah bagaimana bentuk perekaman-perekaman

2
tersebut. Untuk menjawab permasalahan tersebut, kita perlu mengetahui
perbedaan aktivitas Audit dan Inspeksi dalam pelaksanaan pekerjaan.

C. Perbedaan Audit vs Inspeksi


a. Audit adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen, untuk
menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan
prosedur yang direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan cocok
untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.
b. Kata kunci independen adalah pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang tidak
terkait dalam proses. Artinya Audit SMK3 dilakukan oleh pihak atau orang
yang tidak melakukan proses/prosedur yang sedang diaudit. Adapun dalam
prakteknya, ada audit internal yang dilakukan oleh pihak/orang yang
ditunjuk oleh perusahaan yang bersangkutan dan berkompeten untuk
melakukan audit. Ada pula, audit external yang dilakukan oleh pihak di
luar perusahaan. Pada umumnya oleh pihak yang berwenang, misalnya
Depnaker.
c. Syarat Audit dilakukan secara berkala secara objektif berdasarkan fakta dan
dokumen/rekaman kegiatan yang ada, serta dilakukan oleh orang yang
berkompeten. Pelaksanaannya adalah membandingkan hasil rekaman
pelaksanaan dengan standar prosedur yang direncanakan, mengukur
keefektifan pelaksanaan terhadap tujuan dan sasaran, serta memperhatikan
hasil audit yang sebelumnya.
d. Tujuan Audit SMK3 adalah untuk membuktikan dan mengukur tingkat
keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat kerja. Jadi
temuan audit adalah proses/prosedur yang tidak sesuai standar prosedur
yang direncanakan (bisa dikatagorikan KTS = Ketidak sesuaian, atau OB =
observasi). KTS artinya ditemukan proses yang tidak sesuai dengan standar
proses yang direncanakan. OB = apabila ada proses yang perlu penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui apakah proses yang telah dilaksanakan
berdampak negative terhadap sasaran dan tujuan perusahaan. Apabila
terjadi KTS dari suatu prosedur, maka auditor bersama dengan penanggung
jawab proses harus merumuskan cara perbaikan dan peningkatan hasil
untuk proses sejenis di waktu yang akan datang. Masih ingatkah anda
tentang siklus PDCA? Bagian dari ACT = Peningkatan yang berkelanjutan
menggunakan hasil Audit untuk merumuskan perbaikan dari temuan Audit
yang katagori KTS (Ketidak sesuaian) terhadap standar prosedur.

3
e. Pelaksanaan Audit SMK3 meliputi 12 elemen dari aktivitas manajemen
sebagai berikut:
Elemen-elemen SMK3 Siklus PDCA SMK3
1. Pembangunan & Plan – Leadership & Komitmen,
Pemeliharaan Komitmen tinjauan awal kebijakan
2. Strategi Pendokumentasian Plan
3. Tinjauan ulang perancangan Plan/Act
& kontrak
4. Pengendalian Dokumen Do - penerapan
5. Pembelian Do - penerapan
6. Keamananbekerja Do - penerapan
berdasarkan SMK3
7. Standar Pemantauan Check – Pengukuran & evaluasi
8. Pelaporan & Perbaikan Act – Manajemen Review
kekurangan
9. Pengelolaan Material & Do - penerapan
Perpindahannya
10. Pengumpulan & Check – Pengukuran & evaluasi
Penggunaan Data
11. Audit SMK3 Check – Pengukuran & evaluasi
12. Pengembangan Act – Tinjauan manajemen
ketrampilan dan kemampuan

f. Inspeksi K3 adalah kegiatan memeriksa/mengecek/mengukur segala sesuatu


dan mencatat apakah sesuai atau tidak terhadap standar K3. Dengan
demikian, inspeksi K3 adalah bagian dari IK (instruksi kerja) dari suatu
prosedur (proses). Masih ingat di dalam jadwal pelaksanaan, kita harus
menempatkan Milestones untuk perekaman dokumen. Itulah saat inspeksi
dilakukan. Perlu diketahui, inspeksi ada 2 (dua) jenis. Inspeksi
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, misal sebelum melakukan pengecoran
dilakukan inspeksi terhadap campuran beton yang akan dituangkan ke
bagian konstruksi. Jenis kedua adalah inspeksi K3, yakni seperti definisi
Inspeksi K3 di atas untuk mengetahui apakah sesuai atau tidak terhadap
standar K3 yang direncanakan. Misal, sebelum memulai suatu pekerjaan
dilakukan inspeksi K3 terhadap kelengkapan APD, kelayakan peralatan,
dllsbg.

4
g. Tujuan Inspeksi K3 secara umum adalah untuk mengidentifikasi masalah
potensi, kekurangan sarana kerja, kinerja K3 di suatu bagian akibat suatu
perubahan, apa ada Tindakan yang memadai, menilai hasil kerja,
menunjukkan komitmen. Tujuan khusus antara lain, memeriksa hasil
pelaksanaan setiap rincian Program K3, memeriksa sarana-sarana baru,
mengukur hasil usaha dan peranan Supervisor terhadap K3. Pada dasarnya,
kegiatan inspeksi adalah bagian dari instruksi kerja dan utamanya dilakukan
oleh pemegang proses.
h. Klasifikasi Inspeksi meliputi
1. Inspeksi Umum Berkala, dilakukan bersama berbagai disiplin
2. Inspeksi Sewaktu-waktu/Mendadak, karena suatu sebab yang perlu.
Sebagai contoh, apabila terjadi kecelakaan kerja.
3. Inspeksi Berkelanjutan pada kegiatan konstruksi dari awal s/d akhir.
Sebagai contoh, opname pekerjaan untuk mengetahui progress
pelaksanaan pekerjaan; bisa tiap minggu, bulan, awal/akhir proyek.
4. Inspeksi khusus
i. Perbedaan antara Audit dan inspeksi
AUDIT INSPEKSI
 Upaya mencari KTS (Ketidak  Upaya menemukan sistem
sesuaian) di dalam sistem di bahaya dengan memeriksa
mana kegiatan dilakukan standar yang berhubungan
terhadap area keseluruhan dengan bahaya tersebut
sistem K3 yang ada di (terhadap Analisi potensi
perusahaan bahaya yang telah dibuat)
 Mengukur efektivitas dari  Menemukan kesesuaian dari
suatu pelaksanaan suatu suatu obyek
sistem (ukur capaian terhadap
sasaran dan tujuan)
 Difokuskan terhada suatu  Difokuskan terhadap suatu
sistem obyek
 Pemeriksaan terhadap suatu  Pemeriksaan terhadap hasil
proses/prosedur akhir
 Metode pelaksanaan, tinjauan  Metode pelaksanaan,
ulang, mencari kesesuaian pengujian secara teknis dan
dari observasi mendetail.

5
j. Hubungan Elemen SMK3 & Klausul ISO 9001:2000
ELEMEN AUDIT SMK3 KLAUSUL ISO 9001:2000
 Pembangunan dan Pemeliharaan 5.1. Komitmen manajemen
Komitmen 5.2. Fokus pada Pelanggan
5.3. Kebijakan Mutu
5.4. Perencanaan
5.5. Tanggung jawab, Wewenang dan
Komunikasi
6.1. Penyediaan Sumber daya
 Strategi pendokumentasian 4.1. Persyaratan Umum
4.2. Persyaratan Dokumentasi
 Peninjauan ulang, perancangan & 7.2. Proses yang terkait dengan Pelanggan
Kontrak 7.3. Desain dan Pengembangan
 Pengendalian Dokumen 4.2.3.Pengendalian Dokumen
 Pembelian 7.4. Pembelian
 Keamanan bekerja berdasarkan 6.3. Infrastruktur (Prasarana)
SMK3 6.4. Lingkungan Kerja
7.1. Perencanaan Realisasi Produk
7.5. Produksi dan Pelayanan
 Standar Pemantauan 7.6. Pengendalian Alat-alat, Pemeriksaan dan
Pengukuran
8.1. Umum (Pengukuran, Analisa dan
Peningkatan)
8.2.3. Pemantauan dan Pengukuran proses
8.2.4. Pemantauan dan Pengukuran produk
 Pelaporan & perbaikan kekurangan 8.3. Pengendalian ketidak sesuaian produk
8.5. Peningkatan
 Pengelolaan material dan 7.5.5. Perlindungan Produk
perpindahannya
 Pengumpulan dan penggunaan 4.2.2. Pengendalian rekaman data
data
 Audit SMK3 8.2.2. Audit Mutu internal
 Pengembangan ketrampilan dan 6.2. Sumber Daya Manusia
kemampuan

Apabila anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang perencanaan SMK3


yang juga mengadopsi klausul ISO 9001:2000 (Sistem Manajemen Mutu),
maka perlu anda mengacu kepada klasusul ISO 9001:2000 tersebut.
Terutama pada standar ISO 9001:2000 klausul 4. Sistem Dokumentasi.

6
Adapun sekarang ISO 9001:2000 sudah diupdate menjadi yang berbasis
lingkungan; yakni ISO 9001:2015.
D. KECELAKAAN KERJA DAN KERUGIAN AKIBAT BAHAYA
1. Pengaruh pada Kecelakaan Kerja

Gambar 2. Diagram Penyebab Terjadinya Kecelakaan/Kerugian

Kurangnya pengendalian merupakan penyebab awal dari segala jenis


kecelakaan dan kerugian. Bukti-bukti kurangnya pengendalian dapat
berupa:
 Program/Rencana K3 tidak dibuat, tidak memadai atau tidak sesuai.
Disinalah, perlunya seorang AMdK3K mengenal proses pelaksanaan
pekerjaan.
 Standar K3 tidak ada, tidak memadai atau tidak sesuai
 Program dan standar K3 tidak dipenuhi, dikurangi atau tidak dilaksanakan
Pengaruh bahaya pada pekerjaan konstruksi juga dapat diuraikan
sebagaimana gambar 3, berikut. Ada 5 (lima) hal yang mempengaruhi
terjadinya bahaya, yakni:
 Alat
 Manusia
 Barang/material
 Cara kerja, dan
 Lingkungan

7
Gambar 3. Hal-hal yang mempengaruhi bahaya di tempat kerja

Namun, PENYEBAB DASAR adalah dari faktor manusia dan faktor


pekerjaan dan uraiannya seperti pada tabulasi berikut
FAKTOR MANUSIA FAKTOR PEKERJAAN
a. Kemampuan fisik terbatas a. Pengawasan kurang memadai
b. Kemampuan mental terbatas b. Rekayasa kurang lengkap
c. Kurang pengetahuan (koqnitif) c. Logistik kurang baik
d. Kurang ketrampilan (skills) d. Peralatan kurang
e. Motivasi keliru (attitude) e. Standar kerja kurang
f. Aus dan habis

2. Klasifikasi Kecelakaan berdasarkan kejadiannya


a. Orang Yang Terjatuh
1. Orang yang terjatuh dari ketinggian (pohon, gedung, scaffolding,
penyangga tangga, mesin, kendaraan) dan jatuh ke dalam lubang
(sumur, selokan, galian, lubang bawah tanah).
2. Orang yang jatuh pada ketinggian yang sama
b. Tertimpa / Terkena Benda Jatuh
1. Keruntuhan/kejatuhan (tanah, batu, material bangunan)
2. Runtuh (Gedung, dinding, penyangga tangga)
3. Tertimpa benda jatuh saat penanganan
4. Tertimpa benda jatuh yang tidak terklasifikasikan
c. Tersandung, Terbentur Benda-benda selain Benda Jatuh
8
1. Tersandung sesuatu
2. Terbentur benda-benda berupa perabotan
3. Tertabrak benda-benda yang bergerak
4. Tertabrak benda-benda yang selain benda jatuh
d. Terjebak / Terjepit di Dalam atau di antara sesuatu, tempat/benda
1. Terjebak di dalam suatu tempat
2. Terjepit di antara perabot dan benda bergerak
3. Terjepit di antara benda bergerak, kecuali benda jatuh / terbang
e. Gerakan Yang Mengeluarkan Tenaga Yang Berlebihan / Berat
1. Pengerahan tenaga untuk mengangkat benda
2. Pengerahan tenaga untuk mendorong dan menarik benda
3. Pengerahan tenaga untuk menangani dan melepas benda
4. Getaran yang berat
f. Terpapar atau Kontak Dengan Temperatur Yang Berlebihan
1. Terpapar suhu panas (udara/lingkungan)
2. Terpapar suhu dingin (udara/lingkungan)
3. Kontak dengan basah atau benda panas
4. Kontak dengan basah atau benda yang sangat dingin
g. Terpapar atau Kontak Dengan Arus Listrik
h. Terpapar atau Kontak Dengan Bahan Berbahaya mengandung
radiasi
1. Kontak denan bahan berbahaya yang mudah terhisap/terserap
2. Terpapar dengan radiasi/ionisasi
3. Terpapar dengan radiasi selain radiasi ionisasi
i. Jenis Kecelakaan lain yang belum diklasifikasi, termasuk
kecelakaan yang tak terklasifikasikan karena kekurangan data.

3. KLASIFIKASI BERDASARKAN BAGIAN TUBUH YANG


TERKENA
a. Bagian Kepala
1. Daerah tempurung Kepala (tengkorak, otak, kulit kepala)
2. Mata (meliputi orbit dan syaraf mata)
3. Telinga
4. Mulut (meliputi bibir, gigi dan lidah)
5. Hidung
6. Wajah / muka
7. Kepala daerah ganda

9
8. Kepala pada daerah yang tidak teridentifikasikan sebelumnya
b. Leher (meliputi tenggorokan dan tengkuk, tulang belakang)
c. Batang Tubuh
1. Punggung (batang sumsum, tulang belakang dan otot-otot yang
berdampingan spinal/cord)
2. Dada (tulang rusuk, tulang dada, organ-organ dalam dari dada)
3. Perut (meliputi organ-organ dalam)
4. Panggul
5. Batang tubuh daerah ganda
d. Lengan Atas (Upper Limb)
1. Bahu (meliputi tulang ketiak dan bilah bahu)
2. Lengan bagian atas
3. Siku
4. Lengan bawah
5. Pergelangan tangan
6. Tangan (selain jari-jari)
7. Lengan / percabangan atas, daerah ganda
8. Lengan / percabangan atas daerah yang tidak terspesifikasikan

4. CONTOH ANALISIS POTENSI BAHAYA DETAIL


Setelah kita mengetahui detail bahaya dan pengaruhnya, maka kita
dapat mengisi Tabel Analisis Potensi Bahaya dengan lebih detail pula.
Tujuannya adalah strategi pendokumentasian K3 guna pencegahan
kemungkinan terjadinya bahaya pada prosedur pelaksanaan pekerjaan.
Dokumentasi pada tahap ini adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan
inspeksi. Inspeksi ada dua jenis, inspeksi teknis pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan inspeksi pelaksanaan K3. Adapun perekaman dokumen
yang lain, yakni terkait pelaksanaan Audit, akan dibahas pada materi kuliah
yang akan datang.
Sebagai contoh, kita perlu mengisi tabulasi Analisis Potensi Bahaya.
Pada umumnya, kolom tabulasi yang penting adalah Item Pekerjan (Input),
Peralatan (Proses), Potensi Bahaya (Identifikasi) dan
Pengendalian/Preventive. Kita perhatikan contoh berikut. Perincian
peralatan yang terkait dengan item pekerjaan akan lebih mendapatkan

10
analisis potensi bahaya yang lebih teliti, demikian juga tentang
pengendaliannya.

11
Perhatikan pada kolom “Preventive”. Apabila, tertera kata kunci
“wajib”, maka otomatis pada saat pengajuan ijin kerja,,, hal-hal yang
bersifat wajib harus dipenuhi terlebih dahulu. Cara yang paling efektif
adalah dibuat daftar simak (Check list) di formulir perijinan pekerjaan
tentang pemenuhan hal-hal yang bersifat wajib tersebut. Inilah strategi
pendokumentasian keperluan inspeksi yang diturunkan dari tabulasi
Analisis Potensi Bahaya.
Contoh-contoh bentuk formulir keperluan inspeksi dapat dilihat pada
gambar-gambar berikut. Contoh tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan
keperluan inspeksi teknis dan/atau inspeksi K3. Jadi mungkin saja dalam
satu formulir dapat berisi kedua jenis inspeksi tersebut, dengan catatan
formulir tersebut harus ditanda-tangani oleh kedua Supervisor; Supervisor
Pelaksana dan Supervisor K3.
Perlu dicatat, keperluan perekaman baik teknis dan K3 nantinya akan
dipergunakan sebagai “FAKTA” yang obyektif dalam pelaksanaan AUDIT
K3. Pertanyaan yang mendasar, apakah selalu diperlukan di tiap akhir
suatu aktivitas dilakukan juga perekaman pelaksanaan K3??? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kita pelajari lagi elemen-elemen Audit
SMK3 (ada 12 elemen) dan hubungannya dengan Klausul ISO 9001:2000.

12
Perhatikan pada elemen-elemen Audit SMK3 yang berhubungan dengan
strategi pendokumentasian (no.2), standar pemantauan (no.7), pengelolaan
material dan perpindahannya (no.9, pengukuran dan penggunaan data
(no.10). Kalau kita mengadopsi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000,
maka perlu mempelajari klausul-klausul yang berkaitan dengan elemen-
elemen Audit SMK3 tersebut di atas. Hal ini merupakan studi yang
diperlukan dalam Tugas Akhir yang judulnya berkaitan dengan
implementasi SMK3 di proyek konstruksi.

Gambar 4. Contoh formulir ijin kerja

Pada contoh Gambar 4, formulir inspeksi perlu ditanda-tangani oleh


Supervisor Pelaksana dan Supervisor K3/Ahli K3. Hal ini disebabkan
direncanakan penggabungan inspeksi teknis dan inspeksi K3 agar supaya
lebih efesien pelaksanaannya. Namun pada contoh Gambar 5, formulir
inspeksi khusus untuk keperluan K3 saja dan formulir inspeksi ini dapat

13
dibuat umum. Perbedaannya, penanggung jawab (yang bertanda tangan)
adalah Supervisor K3/Ahli K3.
Sampai Tahap Belajar Ini, Anda harus:
1. Membedakan dokumen perekaman pelaksanaan pekerjaan vs perekaman
pelaksanaan K3
2. Membedakan pelaksanaan Inspeksi vs Audit
3. Menurunkan strategi pendokumentasian dari Analisi Bahaya, baik untuk
keperluan inspeksi teknis, maupun inspeksi K3 (termasuk bentuk formulirnya)

Gambar 5. Formulir Laporan Inspeksi K3 Umum

E. Perencanaan Dokumentasi SMK3-L


Kita Kembali ke contoh jadwal pelaksanaan sederhana minggu lalu, seperti
pada Gambar 6 berikut.

14
Gambar 6. Contoh Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Perekaman dokumen perlu diadakan pada item pekerjaan no. 3, 6,7, 9 dan
10 (lihat Gambar 6). Sekarang kita bisa menetapkan bentuk formulir
perekamannya. Untuk ijin kerja di aktivitas no.3, formulir ijin kerja
sekaligus untuk daftar simak K3 sebaiknya digunakan (seperti contoh
Gambar 4). Namun, inspeksi teknis perlu dilakukan pada aktivitas 6,7, 9
dan 10. Bentuk formulir inspeksi teknis perlu dibuat sesederhana mungkin
agar supaya tujuan dari inspeksi dapat tertera jelas. Misal, pada awal
pekerjaan pengecoran diperlukan inspeksi tentang material beton, campuran
beton (hasil Slump test, Workability, benda uji). Pada akhir pengecoran,
perlu ada inspeksi akhir tentang mutu pekerjaan, misal tentang elevasi
permukaan, sparing (tempat-tempat koneksi elektrikal) dan persiapan
perawatan beton,dll. Contoh formulir inspeksi teknis dapat anda baca pada
Bahan Referensi M-12 file “Inspeksi Pekerjaan Konstruksi.pdf”.

HASIL BELAJAR ANDA

1. Bisa mengetahui letak inspeksi dan bentuk formulir inspeksi di dalam


penerapan SMK3 Pekerjaan Konstruksi dan hubungannya dengan Klausul ISO
9001:2000 berdasarkan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
2. Bisa membuat Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi lengkap dengan
kebutuhan dokumen perekaman yang nantinya diperlukan sebagai dasar
(FAKTA) yang obyektif untuk melakukan AUDIT SMK3.

15
F. PENDALAMAN MATERI MINGGU KE-12
1. Mengacu kepada hasil kerja anda untuk membuat Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi di minggu ke-11, periksa Kembali Milestones yang
anda tetapkan pada Bar chart jadwal tersebut. Jadi jenis rekaman dokumen
bisa inspeksi teknis dan/atau inspeksi K3. Tugas anda adalah menentukan
Formulir Inspeksi yang anda perlukan pada pilihan pekerjaan konstruksi
anda.
2. Buatlah laporan hasil kerja anda dalam bentuk digital dan di-upload ke Klas
B SMK3-L (Edmodo – pada icon Tugas Pendalaman M-12). Laporan kerja
yang dibutuhkan adalah:
a. Print out perbaikan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
b. Daftar Formulir Inspeksi yang diperlukan dan penjelasan kapan
Formulir inspeksi tersebut digunakan dalam Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi.
3. SELAMAT BEKERJA DI RUMAH – Batas Pengumpulan : Rabu, 22 April
2020, jam 14.00.

16

Anda mungkin juga menyukai