Anda di halaman 1dari 18

A.

KOMPETENSI MERENCANA PELAKSANAAN SMK3-L


Pada minggu ke-11 ini, kita bahas tentang Unit kompetensi 09 pada elemen 2
KUK 2.1. “Rencana pelaksanaan peraturan perundangan-undangan K3
konstruksi sesuai jenis pekerjaan konstruksi yang dikerjakan disusun”,
artinya pada tahap PLAN ini kita harus bisa Menyusun Rencana Pelaksanaan
SMK3 sesuai dengan jenis pekerjaan konstruksi. Kata kuncinya adalah tetapkan
dahulu jenis pekerjaan apa yang dipakai untuk Menyusun rencana pelaksanaan
SMK3-nya. Lihat acuan pada Permen PU no. 05/2014 pada daftar isi dokumen
RK3K, yakni pada butir C.1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas,
Pengendalian Risiko K3, Penanggung Jawab. (Lihat Lampiran 02, Permen PU
no.05/2014). Penulisan butir C.1 ini yang pasti harus dilakukan pada tahan PLAN.
Bagaimana cara mengerjakan bagian C.2 ini??? Sebelum kita memulai, kita
harus mempunyai hal sebagai berikut:

 Gambar kerja dan gambar detail konstruksi


 Metode pelaksanaan
 POB (Prosedur Operasi Baku) atau SOP (Standard Operational Procedure)
dan IK (Instruksi Kerja.

Nah, tentunya kita harus menetapkan dulu pekerjaan konstruksi apa yang akan
dibuat perencanaan K3-nya. Dalam kuliah ini, kita tetapkan pekerjaan konstruksi
yang sederhana saja, di mana ketiga ketentuan di atas dapat dipenuhi. Misal, kita
akan merencanakan K3 untuk pekerjaan konstruksi penggalian pondasi bangunan
rumah sederhana.
Apa bedanya parit dan galian? Berdasarkan OSHA (Occapational Safety and
Hazards Administration) definisi parit dan galian dibedakan. Galian adalah segala
bentuk galian, terowongan, parit atau penurunan muka tanah buatan manusia
dibentuk dengan pemindahan tanah. Parit didefinisikan sebagai galian yang
sempit dibanding dengan kedalamannya yang dibuat di bawah permukaan tanah.
Umumnya, kedalaman parit lebih besar dari pada lebar parit, tetapi lebar dasar
parit tidak lebih dari 4.6 m (15 ft). Ingat, standar parit dan galian tersebut
menurut OSHA (Amerika). Indonesia seharusnya mempunyai standar tersendiri,
tetapi apabila anda “Browsing” di Google dengan kata kunci standar galian
pondasi rumah misalnya, akan didapat beberapa gambar dan ketentuan bentuk-
bentuk galian pondasi rumah.
Demikian pula untuk standar yang lain, ada yang sudah Indonesia punyai,
misal standar pembesian (penulangan) dengan SNI BETON 03-2847-2002. Anda
perlu mencari standar yang berlaku di Indonesia untuk bagian-bagian konstruksi
yang lain. Untuk tugas pendalaman, anda mulai sekarang harus memilih bagian

1
konstruksi tertentu (yang sederhana) sebagai objek dalam penerapan kompetensi
sebagai AMdK3 dalam merencanakan SMK3-L.
Penulusuran standar konstruksi bangunan yang lain dapat anda “Browsing”
di Google seperti:
 “Standar perancah kolom”
 “Standar perancah balok”
 SKKNI Kemenaker 2015-054 Pemasang Perancah dan Acuan/Cetakan
Beton”
 Modul Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah (SBW) -04/2005
Departemen Pekerjaan Umum. (‘2005-04-Konstruksi Bekisting Perancah”)
 SNI 03-3976-1995, Tata cara pengadukan dan pengecoran beton.
 SNI 2847 2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan Gedung
 Masih banyak lagi yang bisa anda cari tentang standar yang lain

Pada saat anda akan merencanakan suatu K3, metode pelaksanaan harus
diketahui terlebih dahulu. Standar kerja di Indonesia adalah SKKNI (Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Penyusunan SKKNI untuk suatu kode
unit dasarnya adalah standar kerja di industry. Lantas, bagaimana kita
memahami SKKNI sepadan dengan Standar Industri. Lihat, gambar berikut:

Gambar 1. Kesetaraan SKKNI – Sertifikasi - Industri

2
Jadi cara membaca SKKNI adalah sebagai berikut
 Bila anda saat mengambil sertifikasi, maka lihatlah kolom “Sertifikasi”.
Jadi ada Skema (= Judul unit), Lingkup (= diskripsi unit), Elemen
asesmen (= elemen), Kriteria pencapaian kompetensi (=KUK), dst.
 Bila anda di industry, maka lihatlah kolom “Penerapan Pada Industri”.
Jadi SOP adalah Judul Unit dalam SKKNI, Langkah-langkah proses atau
disebut Prosedur adalah Elemen pada SKKNI, serta Instruksi Kerja
adalah KUK dalam SKKNI. Dengan demikian dalam 1 proses atau
procedure adalah beberapa Instruksi kerja (Langkah). Adapun dalam 1
SOP ada beberapa Prosedur. QA adalah Quality Assurance (Penjaminan
Mutu).

Kebutuhan kita (sebagai AMdK3K) dalam merencanakan K3 suatu jenis pekerjaan


adalah Harus mengetahui juga metode pelaksanaan jenis pekerjaan tersebut.
Metode pelaksanaan dapat dilihat standarnya pada SKKNI Pelaksana. Contoh,
seorang AMdK3K akan merencanakan SMK3 dari pekerjaan Melaksanakan
Pengukuran Bouwplank. Kita lihat di SKKNI Kode unit F.439020.002.02
“Melaksanakan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank”. (Lihat pada folder
referensi : SKKNI Kemenaker 2015-054 Pemasang Perancah dan Acuan). Jadi
SOP Melaksanakan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank akan terdiri dari 4
(empat) prosedur :

3
Gambar 2: Deskripsi Pelaksana Pekerjaan Pemasangan Bouwplank
Catatan: Elemen Kompetensi di SKKNI adalah Prosedur di Industri dan tiap
prosedur akan terdiri dari beberapa instruksi kerja (KUK).

CONTOH KASUS ANALISIS K3 JENIS PEKERJAAN

Selanjutnya, seorang AMdK3K akan meneliti dari setiap instruksi kerja dalam
suatu proses, di mana kemungkinan terjadinya kecelakaan (potensi bahaya).
Inilah jawabannya, mengapa seorang AMdK3K juga perlu mengetahui SOP jenis
pekerjaan yang akan dia buat SMK3-nya.

Sampai di sini, anda harus memahami perbedaan peran antara petugas K3 dengan
pelaksana pekerjaan konstruksi di dalam suatu proyek konstruksi.

Jadi, kalau kita buat diagram proses untuk SOP “Melaksanakan Pekerjaan
Bouwplank” akan menjadi sbb;

Elemen 1 Elemen 3

Elemen 2
Elemen 4

Elemen 1, 2,,4 adalah elemen kompetensi “Melaksanakan Pekerjaan Bouwplank”.


Elemen tersebut dalam praktek di industri adalah Prosedur, di mana masing-
masing procedur mempunyai beberapa Instruksi Kerja. Sekarang, peran anda
sebagai AMdK3 adalah meneliti dari setiap IK (Instruksi Kerja), di mana
kemungkinan terjadi bahaya atau di mana terdapat potensi bahaya (Hazards)????
Adapun, si pelaksana pekerjaan Harus menguasai SOP “Melaksanakan Pekerjaan
Bouwplank”. Kalau kita bicara SOP, maka yang dimaksud adalah Urutan
Prosedur “Melaksanakan Pekerjaan Bouwplank” dengan detail IK tiap
prosedurnya.

4
B. POTENSI BAHAYA (HAZARDS)
Hazards (potensi bahaya) tiap jenis pekerjaan harus diantisipasi dan
dirumuskan pengendaliaannya, bila terjadi. Inilah tugas utama seorang AMdK3
dalam merencanakan SMK3.

CONTOH K3 PEKERJAAN PARIT DAN GALIAN.


Pekerjaan parit (Trenching) perlu diketahui dan distandarisasi cara bekerja di
parit dengan aman. Contohnya sebagai gambar berikut.

5
Gambar 3. Lima petunjuk untuk bekerja aman di Trench (parit) - OSHA

Terjemahan :
1. Pastikan ada jalan keluar-masuk yang aman dari-ke Trench.
2. Galian parit harus punya proteksi yang terpasang
3. Jaga material-material di luar daerah tepi galian
4. Amati pipa air yang berada di galian atau hazards lainnya
5. Jangan pernah memasuki suatu galian parit, kecuali galian parit yang sudah
diinspeksi dengan benar.

Pembuatan parit atau galian sering menimbulkan kecelakaan yang serius kepada
pekerja. Galian terowongan yang paling menimbulkan risiko terbesar dibanding
dengan jenis galian lainnya. Bayangkan saja, 1 m3 tanah galian akan mempunyai
berat sebesar sebuah mobil. Suatu parit yang tidak diproteksi, layaknya suatu
awal terjadinya kuburan. Potensi hazards terkait dengan galian termasuk beban
yang terperosok, atmosfir yang berpotensi bahaya, seperti gas beracun, kekurangan
oksigen, hazards dari peralatan penggalian.

6
SIAPA ORANG YANG KOMPETEN MENANGANI GALIAN
Kewajiban seorang yang ditunjuk untuk menangani pekerjaan galian harus
melakukan kewajiban sebagai berikut:
 Klasifikasi tanah untuk mengetahui sifat-sifat teknis tanah.
 Menginspeksi sistem proteksi galian
 Merencanakan struktur jalan akses
 Memonitor peralatan penyedotan air
 Melaksanakan inspeksi lapangan

FAKTOR KEAMANAN YANG PERLU DIPERHATIKAN


Sebelum menyiapkan dokumen penawaran, pemberi kerja harus mengetahui
sebanyak mungkin kemungkinan terjadi bahaya di lokasi pekerjan dan material apa
saja yang diperlukan untuk melakukan pencegahan terjadinya bahaya. Faktor-
faktor keamanan yang perlu diperhatikan adalah :
 Traffic
 Kedekatan dan kondisi fisik dari bangunan sekitar
 Klasifikasi tanah
 Air permukaan (Run off water) dan air tanah
 Letak muka air tanah
 Utilitas yang di atas dan di bawah tanah
 Cuaca
 Jumlah peralatan turap atau sistem proteksi yang diperlukan
 Kebutuhan perlindungan barang jatuh
 Jumlah tangga yang mungkin dibutuhkan
 Peralatan lain yang diperlukan.

KEWAJIBAN PEMBERI KERJA DAN PEKERJA AGAR GALIAN AMAN


Praktek-praktek agar pekerjaan galian harus di-disemanisasi (disebar luaskan) oleh
pemberi kerja kepada seluruh pekerja agar mereka menyadari perannya dalam
menjaga lokasi kerja selalu aman. Praktek-praktek tersebut meliputi:
 Mengetahui letak utilitas di bawah tanah, sebelum melakukan galian

7
 Menjaga hasil tanah galian dan material lain sedikitnya berada 1 m dari bibir
galian
 Menjaga peralatan berat menjauh dari bibir galian
 Identifikasi setiap peralatan atau aktivitas yang dapat mempengaruhi
kestabilan tanah galian
 Ukur untuk potensi bahaya akibat rendahnya oksigen, bahaya-bahaya asap,
dan gas beracun, Ketika pekerja berada di kedalaman 1.5 m atau lebih
 Inspeksi parit dan galian setiap kali putaran giliran kerja
 Inspeksi parit dan galian setelah ada badai hujan, atau intrusi air lainnya
 Inspeksi parit dan galian setiap ada kejadian yang mungkin terjadinya
perubahan kondisi di dalam parit atau galian.
 Jangan bekerja di bawah tekanan beban atau beban material yang meningkat
 Pastikan setiap personil menggunakan pakaian yang menyolok atau pakaian
yang visibilitasnya memadai, bila dihadapkan kepada kendaraan traffic.
Catatan:
Pada tahap ini anda harus sudah mencari kelengkapan prosedur dan instruksi
kerjanya dari suatu jenis pekerjaan, sedemikian hingga memudahkan anda untuk
melakukan anailisi potensi bahaya pada pelaksanaan jenis pekerjaan tersebut

Bentuk-bentuk bahaya dapat diilustrasikan dengan gambar-gambar berikut:

8
9
10
11
12
PENYEBAB TERJADINYA BAHAYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI

Gambar 4. Penyebab kecelakaan konstruksi

Catatan:
Sampai dengan tahap belajar di sini, anda Harus bisa mendapatkan metode
pelaksanaan atau SOP suatu jenis pekerjaan. Cara yang paling mudah adalah
menggunakan standar dari SKKNI. Contohnya. SOP Pekerjaan “Melaksanakan
Pemasangan Bouwplan” seperti di atas.

Bisa dicari di internet SKKNI dari pelaksanaan pekerjaan konstruksi lainnya,


namun pada tahap belajar ini gunakan SKKNI Kemenaker 2015-054 Pemasang
Perancah dan Acuan (lihat di folder Referensi di Edmodo)

13
C. ANALISIS HAZARDS
Tabulasi cara analisis potensi bahaya suatu pekerjaan konstruksi sudah
distandarkan menurut Permen PU no. 05/2014 sebagai berikut.

Gambar 5. Standar Tabel Indentifikasi Bahaya

Pada kolom “Uraian Pekerjaan” diisi jenis pekerjaan apa yang punya potensi
bahaya. Cara standarnya adalah meneliti SOP pekerjaan, melalui prosedur-
prosedurnya dilihat pada IK yang mana kemungkinan adanya potensi bahaya.
Kembali kepada contoh kasus (Lihat Gambar 2)
Melihat deskripsi Elemen (prosedur) dan KUK (Instruksi kerja) dari jenis
pekerjaan ini, saat kritis potensi terjadi bahaya akibat kerja adalah pada KUK 3.3.
“Titik duga (peil) bangunan ditentukan berdasarkan gambar kerja”. Tergantung
dari posisi/letah titik duga (peil) yang akan dipasang, apakah di area terbuka di atas
tanah, ataukah di daerah yang mempunyai ketinggian. Kondisi tersebut akan
menentukan APD (alat perisai diri) dan rambu apa yang sesuai.
Pengertian penggunaan SKKNI adalah kondisi standar, namun perlu diperjelas
dengan gambar kerja sebagai dasar analisis potensi kemungkinan terjadinya bahaya
dan keperluan peralatan pengamanan yang memadai. Sesuai dengan ketentuan
pada SKKNI Ahli Muda K3 Konstruksi untuk Judul unit: Menerapkan Peraturan
Perundang-undangan yang terkait dengan K3 Konstruksi, untuk Elemen 2 dan
KUK 2.1, maka seorang AMdK3K menyediakan peralatan dan perlengkapan, di
samping peraturan perundang-undangan, kode, standar K3 konstruksi lainnya
adalah:

14
 POS (Prosedur Operasional Standar) dan panduan praktis K3 konstruksi
 Gambar kerja, spesifikasi, jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi

Gambar kerja dan spesifikasi pasti diperlukan untuk melakukan analisisi potensi
bahaya dan kebutuhan material dan peralatan pengamanan terhadap bahaya kerja,
seperti penjelasan di atas.

Lantas, apa perlunya seorang AMdK3K juga memerlukan jadwal pelaksanaan???

Ingat, AMdK3K harus membuat SMK3 (Sistem Manajemen K3). Kata kuncinya
adalah membuat suatu sistem manajemen. Jadi dalam hal ini kita harus
melakukan PDCA—sekarang yang kita lakukan masih di tahap PLAN. Pada
tahap plan ini, seorang AMdK3K juga harus menyiapkan DOKUMEN
REKAMAN yang diperlukan untuk menjalankan SMK3. Dokumen rekaman ini
digunakan pada saat pelaksanaan berjalan, yaitu pada saat persiapan kerja (ijin
kerja), inspeksi K3 dan Audit K3. Jadi, pertanyaannya adalah : bilamana
AMdK3K ketiga aktivitas tersebut sejalan dengan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi??? Jawabannya adalah mengacu kepada Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan. (lihat Gambar berikut)

Gambar 6. Jadwal Pek Pengukuran dan pasang Bouwplank

Perhatikan Milestones yang ada pada pekerjaan no.3, 6,7, dan 9, 10 (bentuk
Diamond). Milestones yang perlu ada rekaman dokumen pelaksanaan yang juga
terkait K3 atau ada inspeksi K3 nya, hanya pada milestones no. 3, 6 dan 9. Pada
dokumen rekaman ini bergabung dengan rekaman inspeksi pekerjaan konstruksi.
Adapun dokumen pada milestones no. 7 dan 10 adalah khusus rekaman inspeksi
pekerjaan konstruksi.

15
Pada kuliah-kuliah berikutnya, kita akan mempelajari bagaimana pengendalian
dokumen terkait pelaksanaan K3 konstruksi dan melakukan audit K3 untuk
mengetahui apakah perencanaan K3 sudah mencapai sasaran atau tidak, atau untuk
mengetahui proses-proses yang tidak sesuai standar yang ditetapkan. Kemudian,
peninjauan pelaksanaan K3 dapat ditetapkan solusi perbaikan untuk di masa yang
akan datang.

Analisis Potensi Bahaya Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank

Misalnya, spesifikasi pekerjaan ini adalah memasang bouwplank saluran di site


yang terbuka datar. Analisis bahayanya dan metode pengendalian bahayanya
dapat ditabulasi sebagai berikut:

No. Jenis Pekerjaan Potensi Bahaya Pengendalian


Risiko
1 Pengukuran dan -Gangguan kesehatan -Harus menggunakan
pemasangan patok akibat kondisi kerja secara perlengkapan kerja
umum, (APD)
-Terluka akibat yang standar
kondisi dan penggunaan -Pengukuran harus
meteran yang salah dilakukan dengan
-Kecelakaan akibat menggunakan
pengaturan lalu lintas meteran yang sesuai
kurang baik dengan standar
-Kecelakaan akibat jenis -Pengaturan lalu
dan cara penggunaan lintas harus sesuai
peralatan salah dengan standar
-Kecelakaan akibat -Alat dan cara
metode pemasangan patok. menggunakan harus
-Kecelakaan akibat digigit benar sesuai dengan
ular standar
-Pemasangan patok
harus benar dan
sesuai dengan syarat
2 Pasang Bouwplank -Gangguan kesehatan -Harus menggunakan
akibat kondisi kerja secara perlengkapan kerja
umum, (APD)
-Terluka akibat yang standar
kondisi dan penggunaan -Pengukuran harus
meteran yang salah dilakukan dengan
-Kecelakaan akibat menggunakan
pengaturan lalu lintas meteran yang sesuai
kurang baik dengan standar
-Kecelakaan akibat jenis -Pengaturan lalu

16
dan cara penggunaan lintas harus sesuai
peralatan salah dengan standar
-Kecelakaan akibat -Alat dan cara
metode pemasangan menggunakan harus
bouwplank benar sesuai dengan
-Kecelakaan akibat digigit standar
ular -Pemasangan
bouwplank harus
benar dan sesuai
dengan syarat

Catatan:

Sampai tahap belajar ini adah harus:


 Menetapkan jenis pekerjaan konstruksi yang akan dibuat SMK3-nya
 Menetapkan SOP pekerjaan konstruksi, termasuk prosedur2-nya dan IK
yang terkait tiap prosedur
 Membuat tabulasi analisis potensi bahaya (minimal seperti contoh di atas,
terdiri dari jenis pekerjaan, potensi bahaya, pengendalian risiko)
 Menganalisis jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan menempatkan
titik kritis di mana diperlukan perekaman dokumen pelaksanaan dan
dokumen terkait K3.
 Sebagai seorang AMdK3K harus mengetahui saat di mana di dalam jadwal
pelaksanaan pekerjaan untuk melakukan pekerjaan K3-nya

D. TUGAS PENDALAMAN
Tugas anda kali ini adalah : (Setelah membaca dan mempelajari materi kuliah ini)
1. Pelajari SKKNI Pemasang Perancah dan Acuan/Cetakan Beton (Lihat di
folder Referensi : Permenaker No. 54/2015) untuk memilih pekerjaan yang
akan anda buat SMK3-nya atau boleh menggunakan Jenis Pekerjaan lain,
asalkan anda bisa mendapatkan SOP-nya.
2. Buatlah analisis potensi bahaya dengan meneliti dari SOP pelaksanaan
pekerjaan konstruksi di no.1
3. Buatlah tabulasi analisis potensi bahaya dari pekerjaan konstruksi di no.1
(Bentuk table minimal seperti contoh di halaman 16 di atas.
4. Buatlah jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang anda tetapkan di no.1
beserta milestone (aktivitas yang durasi di-nol-kan) yang diletakkan pada
titik kritis perlunya pendokumentasian rekaman pelaksanaan pekerjaan.

17
5. Sebutkan pada rekaman pelaksanaan pekerjaan yang mana saja ada
kaitannya dengan pekerjaan seorang AMdK3K.
6. SELAMAT BEKERJA batas waktu Rabu, 15 April 2020, jam 09.00.

18

Anda mungkin juga menyukai