NIM : 19251012P
KELAS : A S1 KEBIDANAN
MK : PRAKTIK PROFESIONAL BIDAN
DOSEN : HJ. SITI AISYAH, S.Psi , SST, M.Kes
RESUME KELOMPOK 1
Pertama, keguguran terjadi ketika janin berada pada dua fase pertama, yaitu fase
nutfah yang masih bercampur dengan mani, berlangsung selama 40 hari pertama dan fase
‘alaqah, yaitu segumpal darah yang berlangsung selama 40 hari kedua. Sehingga total dua
fase ini berjalan selama 80 hari.
Apabila terjadi keguguran pada dua fase ini, ulama sepakat bahwa status darah keguguran
tidak dihukumi sebagai darah nifas. Para ulama menghukumi darah ini sebagai darah
istihadhah. Sehingga hukum yang berlaku untuk wanita ini sama dengan wanita suci yang
sedang mengalami istihadhah, sehingga tetap wajib shalat, puasa, dst. Dan setiap kali
waktu shalat, wanita ini disyariatkan untuk membersihkan darahnya dan berwudhu. Jika
ada darah yang keluar di tengah shalat, tetap dilanjutkan dan status shalatnya sah, serta
tidak perlu diulang.
Kedua, keguguran terjadi pada fase ketiga, yaitu fase mudhghah, dalam bentuk
gumpalan daging. Pada fase ini, mulai terjadi pembentukan anggota badan, bentuk, wajah,
dst. Fase ini berjalan sejak usia 81 hari sampai 120 hari masa kehamilan.
Jika terjadi keguguran pada fase ini, ulama merinci menjadi dua:
Janin belum terbentuk seperti layaknya manusia. Pembentukan anggota badan masih
sangat tidak jelas. Hukum keguguran dengan model janin semacam ini, statusnya sama
dengan keguguran di fase pertama. Artinya, status wanita tersebut dihukumi sebagai
wanita mustahadhah.
Janin sudah terbentuk seperti layaknya manusia, sudah ada anggota badan yang
terbentuk, dan secara dzahir seperti prototype manusia kecil. Status keguguran dengan
model janin semacam ini dihukumi sebagaimana wanita nifas. Sehingga berlaku semua
hukum nifas untuk wanita ini.
Oleh karena itu, jika mengalami keguguran pada usia 81 sampai 120 hari, untuk
memastikan apakah statusnya nifas ataukah bukan, ini perlu dikonsultasikan ke dokter
terkait, mengenai bentuk janinnya.
Ketiga, ketika keguguran terjadi di fase keempat, yaitu fase setelah ditiupkannya
ruh ke janin. Ini terjadi di usia kehamilan mulai 121 hari atau masuk bulan kelima
kehamilan. Jika terjadi keguguran pada fase ini, ulama sepakat wanita tersebut statusnya
sebagaimana layaknya wanita nifas.
RESUME KELOMPOK 3
Ilmu Umum AdalahSesuatu yang benar-benar membantu kita untuk tumbuh, pada
kedua aspek pribadi maupun tingkat akademis. ilmu umum akan memperbanyak
pengetahuan dan rasa tahu pada dunia, memahami dan menganalisa situasi yang lebih baik
dengan informasi, pengetahuan dari sumber yang tepat dan benar
Ilmu sosiologi dalam kesehatan mempelajari penelitian dan pengajaran yang lebih
bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan terutama didorong oleh adanya masalah
mengenai kesehatan jelas mengacu pada kepentingan bidang kesehatan.
Ilmu agama dan Ilmu Kesehatan itu saling berkaitan, Adanya peranan agama
sebagai pengkoreksi atas praktik kesehatan atau sebaliknya, sebagai contoh dalam Islam
kalau berbuka puasa dianjurkan berbuka dengan memakan makanan yang manis-manis,
tetapi dalam dunia kesehatan itu bukan sebuah keharusan hanya sebagai pemulihan kondisi
tubuh sehingga tidak kaget ketika menerima asupan yang lebih banyak. Namun hal itu
tidak menjadi masalah karena saling berkaitan.
Menurut pandangan ilmu antropologi dan ilmu kesehatan itu saling berhubungan,
Ilmu kesehatan yang mempelajari tingkah laku manusia, intraksi kesehatan dan penyakit
dari berbagai segi terutama terkait dengan budaya. Yang mempengaruhi masalah-masalah
dalam kesehatan manusia.
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis
dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit pada manusia.
Dalam definisi yang dibuat Foster dan Anderson dengan tegas disebutkan bahwa
antropologi kesehatan studi objeknya yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia. Menurut Foster dan Anderson, Antropologi kesehatan mengkaji masalah-masalah
kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial
budaya.
Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan
bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah,
TBC, dll. pada umumnya terdapat pada negara-negara berkembang,
Antropologi Kesehatan adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial dan
lingkungan mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang
pemahaman dan merawat penyakit.
McElroy dan Townsend yang mengambil pandangan sejarah juga menekankan pentingnya
adaptasi dan perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli antropologi
kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang berkaitan dengan
adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak geografis dan jangka waktu luas dari masa
pra-sejarah ke masa depan.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologi yang relevan dengan
Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi Pra-Historis, Antropologi
Kultural, Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan Linguistik Antropologi.
Another Lost Stories : Really? Must Doctors Now Prepare for ICD-11?
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek yang
menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah:
Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, dalam orientasi teoritisnya diungkapkan
dalam bentuk lima generalisasi yaitu:
studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah sifat tunggal melainkan konfigurasi
budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan temapt dimana pola medis berada dalam
totalitas tersebut,
ada begitu banyak pengobatan primitif,
bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara fungsional saling
berkaitan,
pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan kepercayaan dan definisi budaya,
manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya merupakan pengobatan gaib.
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog, perilaku
sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan
disease, model penjelasan penyakit explanatory model, peran dan karir seorang yang sakit
(sick role), interaksi antara dokter – perawat, antara dokter – pasien, antara perawat –
pasien; penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran
ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses
penyembuhan.
Pandangan ahli antropologi penyebab orang sakit ada dua hal yaitu:
Secara personalistik
Secara personalistik (secara personal) penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari
suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk supanatural (mahluk gaib atau dewa),
mahluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun mahluk
manusia (tukang sihir attau tukang tenung). Orang yang sakit adalah korbanya, objek dari
agresi atau hukuman yang ditunjukan khusus kepadanya untuk alasan-alasan yang khusus
menyangkut dirinya saja. Kepercayaan tentang kausalitas penyakit yang bersifat
personalistik menonjol dalam data-data medis dan kesehatan yang tercatat dalam etnografi
klasik tentang masyarakat-masyarakat “primitif” (masyarakat yanng belum berkembang).
Hal ini termasuk kelompok-kelompok seperti penduduk-penduduk pribumi. Sebagian besar
dari kelompok ini (pada mulanya) relatif kecil, terisolir, buta askara, dan kurang kontak
dengan peradaban tinggi.
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya.
Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta
kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang
mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-
tengah masyarakat tersebut.
Secara naturalistik
Secara naturalistik penyakit dijelaskan dengan istilah sistemik yang bukan pribadi. Sistem-
sistem naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena
unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh (humor atau
dosha), yindan yang berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu
dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya. Apabila keseimbangan ini terganggu,
maka hasilnya adalah timbulnya penyakit. Walaupun prinsip keseimbangan dalam sistem-
sistem neuralistik dieksprresikan dalam berbagai cara, tulisan masa kini mengungkapkan
peran utama panas, dingin, sebagai ancaman pokok terhadap kesehatan. Natural,
nonsupranatural, dan empiris adalah istilah-istilah yang sejajar dengan predikat
“naturalistik” namun istilah “supranatural” dan “magical” kurang tepat karena keduanya,
membutuhkan sejumlah agen yang secara konseptual berbeda.
Istilah supranatural menunjukan kepada suatu tata kehidupan yang melewati batas
alam nyata atau alam semesta yang terlihat dan dapat diamati. Sistem etiologi personalistik
dan naturalistik sudah tentu tidak eksklusif satu sama lain. Etiologi medis personalistik
merupakan bagian dari penjelasan yang lebih komprehensif, sedangkan etiologi naturalistik
sebagian besar terbatas pada masalah penyakit. Dengan kata lain dalam sistem
personalistik, penyakit hanya merupakan suatu kasus khusus dalam penjelasan tentang
segala kemalangan. Penyakit bukan merupakan kategori yang terpisah dari kemalangan
pada umumnya.
Etiologi yang naturalistik hanya terbatas pada penyakit-penyakit tertentu; mereka
tidak ada hubungannya dengan kekeringan, kegagalan perburuan, atau ganguan lain dalam
kehidupan. Dalam hal terdapatnya dikotomi panas – dingin, peranannya terbatas pada
penjelasan tentang penyakit dan bimbingan untuk pengobatanya. Masyarakat
mendefinisikan penyakit dalam cara yang berbeda-beda dan gejala-gejala yang diterima
sebagai bukti adanya penyakit dalam suatu masyarakat.
Penyebab bersifat naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat dan
sakit yang dianut para ahli pengobat tradisional sama dengan yang dianut masyarakat
setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi
tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu
keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang
menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.
Secara personalistik
Secara personalistik (secara personal) penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari
suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk supanatural (mahluk gaib atau dewa),
mahluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun mahluk
manusia (tukang sihir attau tukang tenung). Orang yang sakit adalah korbanya, objek dari
agresi atau hukuman yang ditunjukan khusus kepadanya untuk alasan-alasan yang khusus
menyangkut dirinya saja. Kepercayaan tentang kausalitas penyakit yang bersifat
personalistik menonjol dalam data-data medis dan kesehatan yang tercatat dalam etnografi
klasik tentang masyarakat-masyarakat “primitif” (masyarakat yanng belum berkembang).
Hal ini termasuk kelompok-kelompok seperti penduduk-penduduk pribumi. Sebagian besar
dari kelompok ini (pada mulanya) relatif kecil, terisolir, buta askara, dan kurang kontak
dengan peradaban tinggi.
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya.
Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta
kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang
mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-
tengah masyarakat tersebut.
Secara naturalistik
Secara naturalistik penyakit dijelaskan dengan istilah sistemik yang bukan pribadi. Sistem-
sistem naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena
unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh (humor atau
dosha), yindan yang berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu
dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya. Apabila keseimbangan ini terganggu,
maka hasilnya adalah timbulnya penyakit. Walaupun prinsip keseimbangan dalam sistem-
sistem neuralistik dieksprresikan dalam berbagai cara, tulisan masa kini mengungkapkan
peran utama panas, dingin, sebagai ancaman pokok terhadap kesehatan. Natural,
nonsupranatural, dan empiris adalah istilah-istilah yang sejajar dengan predikat
“naturalistik” namun istilah “supranatural” dan “magical” kurang tepat karena keduanya,
membutuhkan sejumlah agen yang secara konseptual berbeda.
Istilah supranatural menunjukan kepada suatu tata kehidupan yang melewati batas alam
nyata atau alam semesta yang terlihat dan dapat diamati. Sistem etiologi personalistik dan
naturalistik sudah tentu tidak eksklusif satu sama lain. Etiologi medis personalistik
merupakan bagian dari penjelasan yang lebih komprehensif, sedangkan etiologi naturalistik
sebagian besar terbatas pada masalah penyakit. Dengan kata lain dalam sistem
personalistik, penyakit hanya merupakan suatu kasus khusus dalam penjelasan tentang
segala kemalangan. Penyakit bukan merupakan kategori yang terpisah dari kemalangan
pada umumnya.
Etiologi yang naturalistik hanya terbatas pada penyakit-penyakit tertentu; mereka tidak ada
hubungannya dengan kekeringan, kegagalan perburuan, atau ganguan lain dalam
kehidupan. Dalam hal terdapatnya dikotomi panas – dingin, peranannya terbatas pada
penjelasan tentang penyakit dan bimbingan untuk pengobatanya. Masyarakat
mendefinisikan penyakit dalam cara yang berbeda-beda dan gejala-gejala yang diterima
sebagai bukti adanya penyakit dalam suatu masyarakat.
Penyebab bersifat naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat dan
sakit yang dianut para ahli pengobat tradisional sama dengan yang dianut masyarakat
setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi
tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu
keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang
menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.