Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur

kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI

dan AKB juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan

kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan

pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta

hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan (Kemenkes

RI, 2012).

Angka kematian ibu di Indonesia yang terbanyak disebabkan perdarahan

(31%), Hipertensi dalam kehamilan (26%), dan lain-lain (28%). Target

Sustainable Development Goals (SDGs), penurunan AKI menjadi kurang dari

70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kementrian Kesehatan RI,

2018).

Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2017 masih tinggi yaitu sebesar 305 per 100.000

kelahiran hidup. AKI turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 1712 kasus pada

tahun 2017. ( Kementerian Kesehatan RI. 2015).

Upaya keberhasilan kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu adalah rasio

kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan, nifas yang disebabkan oleh

1
2

kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena

sebab - sebab lain kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000 kelahiran hidup

(Profil Kesehatan Indonesia, 2018)

Dalam upaya Safe Motherhood Indonesia mencanangkan Making

Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat

menuju Indonesia Sehat 2010. Dalam arti kata luas tujuan Safe Motherhood

Indonesia dan Making Pregnancy Safer (MPS) sama, yaitu melindungi hak

reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan,

kecacatan, dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan

yang sebenarnya tidak perlu terjadi. (Prawirohardjo, S. 2010).

Penyebab kematian langsung ibu di Indonesia didominasi oleh

perdarahan pasca persalinan, hipertensi/eklamsia, dan infeksi. Penyebab tidak

langsung kematian ibu adalah masih banyaknya kasus 3 terlambat dan 4

terlalu (GKIA, 2016). Kasus 3 terlambat, meliputi : 1) Terlambat mengenali

tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan. 2) Terlambat dirujuk ke

fasilitas kesehatan. 3) Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas

pelayanan kesehatan. Kasus 4 terlalu, meliputi : 1) Terlalu tua hamil (diatas

usia 35 tahun) 2) Terlalu muda hamil (dibawah usia 20 tahun) 3) Terlalu

banyak (jumlah anak lebih dari 4) 4) Terlalu dekat jarak antar kelahiran

(kurang dari 2 tahun).

Kehamilan dengan letak lintang merupakan suatu keadaan dimana janin

melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan

bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit
3

lebih tinggi dan pada kepala janin sedangkan bahu berada pada pintu atas

panggul. Hal ini termasuk salah satu masalah kesehatan yang dapat

mengakibatkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu dan janinnya

(Wiknjosastro H. 2007). Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa

pertolongan akan dapat menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin.

Ruptur uteri, perdarahan dan infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan pada

janin bisa terjadi prolapsus umbilikus, asfiksia hingga berlanjut pada

kematian janin.

Dampak kehamilan letak lintang bagi bayi dapat terjadi prolapsus tali

pusat atau tangan saat ketuban pecah, trauma partus, hipoksia karena

kontraksi uterus terus menerus, ketuban pecah dini. Dampak untuk ibu ruptur

uteri iminen. Kematian ibu dapat terjadi akibat perdarahan dan ireversibel

syok , kematian akibat infeksi berat atau sepsis (Manuaba, 2010). Penyebab

kematian ibu pada persalinan karena komplikasi dan perawatan pasca

persalinan yang tidak baik. Sehingga perlu diberikannya perawatan yang baik

pada ibu post partum untuk menurunkan angka kematian.

Berdasarkan data dan uraian latar belakang, maka penulis tertarik untuk

melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif dengan judul “Asuhan

Kebidanan Kehamilan Pada Ny. “N” G1P0A0 Umur 25 Tahun Usia

Kehamilan 37 Minggu Dengan Letak Lintang Diruangan Rawat Inap

Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang Tahun 2021”.


4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Memberikan Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. “N”

G1P0A0 Umur 25 Tahun Usia Kehamilan 37 Minggu Dengan Letak Lintang

Diruangan Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang

Tahun 2021.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menerapkan Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. “N” G1P0A0

Umur 25 Tahun Usia Kehamilan 37 Minggu Dengan Letak Lintang

Diruangan Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota

Palembang Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui pengkajian data subjektif pada masa persalinan dengan

letak lintang di Ruangan Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti

Fatimah Kota Palembang Tahun 2021.

2. Diketahui identifikasi data objektif pada masa persalinan dengan

letak lintang di Ruangan Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti

Fatimah Kota Palembang Tahun 2021.

3. Dapat mengidentifikasi tindakan segera masalah asuhan kebidanan

pada masa persalinan dengan letak lintang di Ruangan Rawat Inap

Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang Tahun 2021.


5

4. Dapat merencanakan asuhan kebidanan pada masa persalinan

dengan letak lintang di Ruangan Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit

Siti Fatimah Kota Palembang Tahun 2021.

5. Dapat melaksanakan implementasi/penatalaksanaan asuhan

kebidanan pada masa persalinan dengan letak lintang di Ruangan

Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang

Tahun 2021.

6. Dapat mengantisipasi masalah atau diagnose potensial pada masa

masa persalinan dengan letak lintang di Ruangan Rawat Inap

Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang Tahun 2021.

7. Dapat mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada asuhan

kebidanan pada masa persalinan dengan letak lintang di Ruangan

Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang

Tahun 2021.

1.3 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Mengembangkan dan mengetahui perkembangan kemampuan

mahasiswa dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan letak

lintang.
6

1.4.2 Manfaat praktisi

1. Bagi Bidan

Sebagai bahan pertimbangan bagi bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada ibu bersalin khususnya penanganan yang tepat

mengenai letak lintang pada ibu bersalin.

2. Bagi klien

Klien mendapat Asuhan Kebidanan secara menyeluruh saat

Persalinan.

3. Bagi Institusi

Asuhan kebidanan secara menyeluruh ini dapat memberikan

pemahaman bagi Mahasiswa Profesi Kebidanan Universitas Kader

Bangsa Palembang mengenai asuhan kebidanan secara

komfrehensif.

4. Bagi penulis

Menambah wawasan langsung mengenai dan pengalaman nyata

tentang asuhan kebidanan persalinan dengan menggunakan

pendekatan asuhan kebidanan konfrehensif pada kasus letak

lintang.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian

Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita

terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa).Kehamilan

merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis (Yanti, 2017).

Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9

bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagimenjadi 3

trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 13-27 minggu, dan trimester ketiga 28-40 minggu

(Walyani,2016)

2.1.2 Etiologi

Dalam proses pembuahan, dua unsur penting yang harus ada

yaitu sel telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi oleh indung telur

atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya

akan melepaskan satu telur. sel telur yang sudah matang, yang

kemudian ditangkap oleh rumbai-rumbai (microfilamen fimbria)

dibawa masuk kerahim melalui saluran telur (tuba falopi), sel ini dapat

bertahan hidup dalam kurung waktu 12-48 jam setelah ovulasi.

7
8

Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu telur setiap bulan,

hormon pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat

melakukan senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoom)

masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk mencari sel

telur yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya satu sel sperma

terbaik yang membuahi sel telur. (Moctar, 2011)

2.1.3 Tanda-Tanda Kehamilan

Ada 2 tanda yang menunjukkan seorang wanita mengalami suatu

kehamilan, tanda pasti dan tanda tidak pasti.

a. Tanda Pasti

1) Terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ)

Denyut jantung janin dapat didengarkan dengan stetoskop

Laennec/stetoskop Pinard pada minggu ke 17-18. Serta dapat

didengarkan dengan stetoskop ultrasonik (Doppler) sekitar

minggu ke 12. Auskultasi pada janin dilakukan dengan

mengidentifikasi bunyi-bunyi yang menyertai seperti bising tali

pusat, bising uterus, dan nadi ibu (Kumalasari, 2015)

2) Melihat, meraba dan mendengar pergerakan anak saat

melakukan pemeriksaan.

3) Melihat rangka janin pada sinar rontgen atau dengan USG

(Sunarti, 2013).
9

b. Tanda-Tanda Tidak Pasti

1) Aminorhea (terlambat datang bulan yaitu kondisi dimana wanita

yang sudah mampu hamil, mengalami telambat haid/datang

bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel degraf dan ovulasi. Pada wanita yang

terlambat haid dan diduga hamil, perlu ditanyakan hari pertama

haid terakhirnya (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan

usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

2) Mual (Nausea) dan Muntah (Vonoting)

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran

asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah

yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning

sickness.

3) Mengidam

Wanita hamil sering makan makanan tertentu, keinginan yang

demikian disebut dengan mengidam

4) Sypcope (Pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

sypcope atau pingsan.

5) Perubahan payudara
10

Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara mensekresi

kolustrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 mimggu

(Kumalasari, 2015).

6) Sering miksi

Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih

tertekan oleh uterus yang mulai membesar.

7) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus

otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB (Sunarsih, 2011).

8) Pigmentasi kulit

Pigmentasi kulit terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12

minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta

yang merangsang melanofor dan kulit.

9) Epulis

Hipertropi papilla ginggivae/gusi, terjadi pada trimester

pertama.

10) Varises

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran

pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat,

varises ini dapat terjadi disekitar genetelia ekstrena, kaki, dan

betis serta payudara.


11

2.1.4 Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Tanda bahaya dalam kehamilan adalah tanda-tanda yang

mengidentifikasikan adanya bahaya yang bisa terjadi selama

kehamilan, jika tidak dilaporkan atau tidak segera terdeteksi dapat

menyebabkan kematian pada ibu (Asrinah, 2010)

Enam tanda-tanda bahaya selama periode kehamilan : (Kusumawati

2014)

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang terjadi pada masa awal kehamilan kurang dari 22

minggu. Perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan

banyak, atau perdarahan dengan nyeri (berarti abortus, KET, mola

hidatidosa).

b. Sakit kepala

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit

kepala yang hebat menetap dan tidak hilang dengan istirahat.

Terkadang karena sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin

menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur.

c. Penglihatan Kabur

Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat berubah

selama masa kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah

perubahan yang normal (Pantiawati, 2010).


12

d. Nyeri Perut Hebat

Nyeri yang hebat dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa

berarti appendicitis, kehamilan ekotopik, abortus, gastritis, solution

placenta atau preeklamsi.

e. Bengkak pada muka atau tangan

Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan

biasannya hilang setelah beristirahat atau dengan meninggikan kaki

lebih tinggi dari pada kepala.

f. Bayi Kurang bergerak sepeti biasa

Ibu hamil mulai merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan

16-18 minggu. Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring, makan, dan minum

2.1.5 Asuhan Antenatal Care

a. Definisi Asuhan Antenatal Care

Menurut Wigdjosastro (2012), Asuhan Antenatal Care (ANC) suatu

program terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik

pada ibu hamil guna memperoleh suatu proses kehamilan dan

persalinan yang aman dan memuaskan (wibowo, 2013).

b. Tujuan Asuhan Antenatal Care

Menurut Mansjoer (2015), tujuan asuhan antenatal care adalah

sebagai berikut:
13

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, normal,

mental, dan sosial ibu serta bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempesiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

5) Mempesiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

c. Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care

Untuk mendapatkan pelayan terpadu dan komperehensif

sesuai standar, ibu hamil hendaknya melakukan kunjungan selama

periode antenatal care. Pemeriksaan Antenatal Care terbaru sesuai

dengan standar pelayanan yaitu minimal 6 kali pemeriksaan selama

kehamilan,dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada

trimester I dan III. 2 kali pada trimester pertama ( kehamilan hingga

12 minggu ), 1 kali pada trimester kedua ( kehamilan diatas 12

minggu sampai 26 minggu ) , 3 16 kali pada trimester ketiga


14

( kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu ) (Buku KIA

Terbaru Revisi tahun 2020).

d. Standar Pelayanan Asuhan Antenatal Care

Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan

kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10T yaitu :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Pengukuran berat badan diwajibkan setiap ibu hamil melakukan

kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu kehamilan

sebesar 0,5 kg per minggu trimester kedua.

2) Tekanan darah

Tekanan darah yang normal adalah 110/80 hingga 140/90

mmHg, apabila diketahui tekanan ibu hamil melebihi 140/90

mmHg maka perlu diwaspadai adanya preeklamsi.

3) Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas/LILA)

Nilai normal adalah 23,5 cm, LiLA WUS dengan resiko KEK

di Indonesia < 23,5 cm.

4) Pemeriksaan puncak rahim ( tinggi fundus uteri )

Merupakan suatu cara untuk mengukur besar rahim dari tulang

kemaluan ibu hingga batas pembesaran perut tepatnya pada

puncak fundus uteri. Dari pemeriksaan tersebut dapat diketahui

pertumbuhan janin sesuai dengan usia kehamilan.


15

5) Tentukan presentasi janin dan denyut janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II

dan selanjutnya setiap kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Saat usia kehamilan

36 minggu akan dilakukan pemeriksaan leopold untuk

mengetahui persentasi janin. Penilaian DJJ dilakukan di akhir

trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.

Denyut jantung janin normal yaitu 120-160x/menit. Denyut

jantung janin sudah dapat didengar dengan funduscope mulai

usia kehamilan 16 sampai 18 minggu.

6) Skrining status imunisasi tetanus dan beikan imunisasi tetanus

toksoid (TT ) bila diperlukan.

Untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping TT

yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak.

7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan.

Mencegah anemia gizi besi setiap ibu hamil harus mendapatkan

tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan yang

diberikan sejak kontak pertama. Tambahan zat besi untuk ibu

hamil bervariasi yaitu pada Trimester I belum membutuhkan zat

besi tambahan, namun mulai Trimester II membutuhkan zat besi

sebanyak 9 mg dan Trimester III sebesar 13 mg (Direktorat Bina

Kesehatan Ibu, 2012).


16

8) Tes laboratorium, tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah

(Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan

sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada indikasi) yang

pemberian pelayanan disesuaikan dengan trimester kehamilan.

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang

pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.

Pemeriksaan Hb adalah satu upaya untuk mendekteksi anemia

pada ibu hamil.

9) Tatalaksana/penanganan kasus sesui kewenangan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan

kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat

ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10) Temu wicara ( konseling ) ( Permenkes,2016 ).

Tatap muka antara bidan dengan ibu hamil dalam rangka

melakukan konseling dari mulai masa kehamilan sampai dengan

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) yang

meliputi tempat persalinan, pendamping persalinan, kendaraan

yang digunakan, calon donor darah, dan biaya persalinan pada

ibu hamil (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2012).


17

2.2 Persalinan

2.2.1 Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati,

yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri

dengan kelahiran plasenta (Sholichah, 2017).

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam

kehidupan wanita. Proses persalinan memiliki arti yang berbeda

disetiap wanita, dengan belum adanya pengalaman akan memunculkan

kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama persalinan. Keadaan ini

sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk,

2014).

2.2.2 Etiologi

a. Keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu, setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

b. Penurunan progresteron

Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi

progresteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih


18

sensitive terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progresteron.

c. Oksitosin internal

Perubahan keseimbangan yang terjadi pada estrogen dan

progesteron. Apabila terjadi penurunan progesteron maka reaksi

oksitosin dapat meningkat sehingga persalinan dapat terjadi.

d. Prostaglandin

Akan terjadi peningkatan pada umur kehamilan 15 minggu,

sehingga akan memicu terjadinya kontraksi dan persalinan.

e. Hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis

Terjadinya perlambatan persalinan karena tidak terbentuk

(hipotalamus). (Sumarah, 2010)

2.2.3 Tanda-tanda persalinan

Sebelum terjadi perslinan, beberapa minggu sebelum wanita memasuki

kala pendahuluan (preparatory stage of labor), dengn tanda-tanda

sebagai berikut.

a) Terjadi lightening

Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan

fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP

b) Terjadinya his palsu

Sifat his palsu adalah:

1) Rasa nyeri ringan di bagian terbawah

2) Datang tidak teratur


19

3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda

4) Durasi pendek

5) Tidak bertambah bila beraktifitas

6) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun

7) Perasaan sering atau buang air kecil karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin

8) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya

bertambah, kadang bercampur darah (bloody show).

2.2.4 Penyebab Mulainya Persalinan

Menurut Sumarah (2010), bagaimana terjadinya persalinan belum

diketahui dengan pasti sehingga menimbulkan beberapa teori yang

berkaitan mulainya kekuatan his.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan

Menurut Bandiyah (2010), faktor yang mempengaruhi persalinan

yaitu power, passage, passanger. faktor lain yang secara tidak

langsung dapat mempengaruhi jalannya persalinan, terdiri atau

psikologi dan penolong

1) Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakuakan kontraksi

involuter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan

plasenta dari uterus. Kekuatan primer yang diperlukan dalam

persalinan adalah his, His adalah kontraksi otot-otot rahim pada


20

persalinan, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah

tenaga meneran ibu.

2) Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi

3) Passenger (Janin dan Plasenta)

Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran

dan presentasinya. Dari semua bagian janin, kepala janin

merupakan bagian yang paling kesat mendapat tekanan. Namun,

karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain,

janin dapat masuk melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar

dan kontraksi uterus cukup kuat.

2.3 Bayi Baru Lahir (BBL)

2.3.1 Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang memiliki berat badan lahir

antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan

tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Rahardjo,

2014).
21

2.3.2 Asuhan Bayi Baru Lahir Dalam 2 Jam Pertama

a. Penilaian awal pada bayi segera setelah lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain yang bersih dan

kering yang disiapkan pada perut ibu. Segera lakukan penilaian

awal dengan menjawab dua pertanyaan sebagai berikut:

1) apakah bayi menangis kuat/dan bernapas tanpa kesulitan?

2) apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?

Jika bayi tidak bernapas, bernapas megap-megap, atau lemah,

maka segera lakukan resusitasi bayi baru lahir.

Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan

observasi melalui pemeriksaan nilai APGAR Penilaian APGAR

ini merupakan standar evaluasi untuk bayi baru lahir, dimana nilai

ini dapat mengidentifikasi bayi tersebut membutuhkan tindakan

resusitasi atau tidak. Bayi yang sehat harus mempunyai nilai

APGAR 7-10 pada menit pertama kehidupannya.

b. Pemotongan tali pusat

Prosedur pemotongan tali pusat sebagai berikut:

(1) Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2

atau 3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira 1 cm

diantara kedua klem tersebut).

(2) Potonganlah tali pusat di antara kedua klem sambil

melindungi perut bayi dengan tangan kiri penolong.


22

(3) Pertahankan kebersihan pada saat pemotongan tali pusat,

ganti sarung tangan jika ternyata sudah kotor. Potonglah tali

pusat dengan menggunakan gunting steril atau DTT.

(4) Ikatlah tali pusat dengan kuat atau gunakan penjepit khusus

tali pusat.

(5) Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi

perdarahan lakukan pengikatan sekali dengan ikatan lebih

kuat

(6) Pastikan dengan benar bahwa tidak ada perdarahan tali pusat.

Perdarahan 30 ml dari bayi baru lahir setara dengan 600 ml

pada orang dewasa.

(7) Jangan mengoleskan salep ataupun ke tempat tali pusat,

hindari juga pembungkusan tali pusat.

c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah dilahirkan

sebaiknya bayi langsung diletakkan di dada ibunya sebelum bayi

di bersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan

efek psikologis yang dalam di antara ibu dan anak.

2.4 Nifas

2.4.1 Pengertian

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahiranya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) (Dewi, 2012).


23

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali

organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6

minggu (Purwoastuti, 2015)

2.4.2 Kebutuhan Pada Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Bagi ibu yang menyusui harus mendapatkan gizi/nutrisi yang baik

untuk tumbuh kembang bayinya. Kebutuhan kalori pada ibu nifas

membutuhkan 800 kalori.

b. Ambulasi

Sebagain besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah

persalinan usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem

tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru.

c. Eliminasi

1) Buang Air Kecil

Ibu diminta buang air kecil ( Miksi ) 6 jam postpartum. Jika 8 jam

postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih melebihi

100°C, maka dilakukan kateterisasi.

2) Buang Air Besar

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi). Bila

sampai hari ke 3-4 belum buang air besar, sebaiknya dilakukan

diberikan obat rangsang per oral atau per rektal.

3) Personal Higiene
24

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Kebersihan tubuh,

pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap

dijaga

4) Istirahat dan Tidur

Ibu nifas memerlukan yang cukup, istirahat tidur dibutuhkan ibu

nifas sekitar 8 jam pada malam dan 1 jam pada siang hari.

2.4.3 Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut (Sulistyawati, 2015) adalah:

a. Puerperium dini

Merupakan masa keputihan, yang dalam hal ini ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial

Merupakan masa keputihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang

lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Memode puerperium

Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama

berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.


25

2.4.4 Kunjungan Pada Masa Nifas.

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat. Kunjungan ini

bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk

mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.

2.5 Keluarga berencana

2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana

Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan

memanfaatkan reproduksi yaitu menekan angka kelahiran dengan

metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan

dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan

kualitas generasi yang akan datang (Manuaba, 2015).

2.5.2 Jenis Kontrasepsi

Jenis kontrasepsi menurut Mulyani (2013) yaitu:

a. Pil KB

Menurut Mulyani (2013), Pil KB dibagi menjadi dua jenis yakni

Mini Pil dan Pil Kombinasi. Mini Pil adalah Pil KB yang hanya

mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah, sedangkan Pil

kombinasi adalah pil yang mengandung hormon estrogen dan

progesteron. Pil ini harus diminum setiap hari oleh wanita untuk

mencegah terjadinya kehamilan. Pil KB bekerja dengan 2 cara.

Pertama, menghentikan ovulasi (mencegah ovarium mengeluarkan


26

sel telur). Kedua, memgendalikan cairan (mucus) serviks sehingga

menghambat pergerakan sperma ke rahim.

b. Kontrasepsi suntik

Menurut Mulyani (2013), Kontrasepsi dibagi menjadi suntik

kombinasi (1 bulan) dan suntik tribulan atau progestin. Kedua alat

kontrasepsi tersebut yang digunakan untuk mencegah terjadinya

kehamilan dengan cara yang hampir sama dengan metode pil.

Kontrasepsi suntik atau injeksi adalah suntikan hormon yang

mencegah kehamilan. Setiap satu atau tiga bulan sekali wanita yang

memiliki alat kontrasepsi ini harus bersedia disuntik dibokongnya

untuk memuaskan obat yang berisi hormon estrogen dan

progesteron. Kunjungan bagi pengguna kontrasepsi suntik adalah

resiko terhadap kesehatan, Tidak diperlukan periksa dalam, tidak

berpengaruh pada hubungan seksual, dan sangat efektif selama tahun

pertama penggunaan.

c. Susuk (Implant)

AKBK atau implant merupakan metode kontrasepsi yang

mengandung Levonorgetrel yang mengandung kapsul silastic silicon

(polydimethylsiloxeane) dan dipasang dibawah kulit. Implant dibagi

menjadi dua jenis yaitu:

1) Norplant
27

Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang diisi 3,6 mg

levonorgetrel dan lamanya 5 tahun.

2) Implant

Implant terdiri dari satu batang putih lentur dengankira-kira 400

mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3 Keto-

desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR )/Intra Uterine Drive

(IUD).

Alat kontrasepsi dalam rahim atau sering disebut spiral adalah

alat kontrasepsi paling banyak digunakan, karena dianggap sangat

efektif dalam mencegah kehamilan dan memiliki manfaat yang

banyak dibanding alat kontrasepsi lainnya. Dan alat tersebut kecil

yang ditempatkan dalam rahim wanita. Keuntungan pada

kontrasepsi ini adalah tidak mengganggu hubungan seksual,

kesuburan segera kembali setelah AKBK diangkat, dan tidak

berpengaruh terhadap ASI (Mulyani, 2013).

4) KB Kalender/Pantang Berkala

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode

kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri

dengan tidak melakukan senggama atau berhubungan seksual

pada masa subur atau ovulasi. Sel telur yang telah lepas hanya

bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual


28

yang dilakukan 4 hari sebelum atau setelah perkiraan siklus

ovulasi (Mulyani, 2013).

5) Senggama Teputus (Coitus Interuptus) adalah

Menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina pada

saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini adalah

tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk

digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontasepsi lain.

6) Spermisida

Spermisida merupakan sediaan kimia (biasanya non oksinol-9)

yang dapat membunuh sperma. Manfaat bagi kontrasepsi ini

adalah tidak mengganggu produksi ASI, mudah digunakan, tidak

mengganggu kesehatan klien, dan bisa digunakan sebagai

pendukung metode lain (Mulyani, 2003).

7) Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

Metode Amenorhea Laktasi (MAL) adalah salah satu kontrasepsi

alami yang menggunakan prinsip menyusui secara eksklusif

selama 6 bulan penuh tanpa tambahan makanan dan minum

apapun. Keuntungan kontrasepsi MAL ini adalah tidak

menggangu senggama, efektif tinggi (keberhasilan 99% pada

enam bulan pascapersalinan).

8) Sterilisasi (Kontrasepsi Mantap)

Kontrasepsi mantap merupakan salah satu metode kontrasepsi

yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran


29

telur (pada perempuan) dan saluran sperma (pada laki-laki).

Sterilisasi merupakan metode kontrasepsi permanen yang paling

efektif. Pada sterilisasi pria dilakukan peningkatan atau

pemotongan vas deferens (vasektom) sehingga sperma tidak bisa

dikeluarkan pada saat ejakulasi. Pada sterilisasi perempuan,

saluran tuba falopi ditutup dengan diikat atau dipotong

(tubektomi), sehingga sel telur tidak dapat bergerak menunju

ampulla tuba dimana fertilisasi biasa terjadi.

2.6 Letak Lintang

2.6.1 Pengertian

Letak lintang merupakan letak anak di dalam rahim sedemikian

rupa hingga paksi tubuh anak melintang terhadap paksi rahim.

Sesungguhnya letak lintang sejati (paksi tubuh anak tegak lurus pada

paksi rahim dan menjadikan sudut 90°) jarang sekali terjadi. (Eni Nur

Rahmawati, 2011)

Pada letak Lintang, bahu biasanya berada diatas pintu atas

panggul sedangkan kepala terletak pada salah satu fosa iliaka dan

bokong pada fosa iliaka yang lain. Pada keadaan ini, janin biasa berada

pada presentase bahu/ akromion. (Icesmi Sukarni, 2013) karena

biasanya yang paling rendah adalah bahu, maka dalam hal ini disebut

juga shoulder presentation.

Menurut letak lintang kepala terbagi atas :


30

a. Letak lintang I : kepala di kiri

b. Letak lintang II : Kepala di kanan

Menurut posisi punggung terbagi atas :

a. Dorso anterior (di depan)

b. Dorso posterior (di belakang)

c. Dorso superior (di atas)

d. Dorso Inferior (di bawah). (Amru sofian, 2013)

2.6.2 Etiologi

Penyebab letak Lintang adalah :

a. Dinding abdomen teregang secara berlebihan disebabkan oleh

kehamilan multiparitas.

Pada ibu hamil dengan paritas 4 atau lebih terjadi insiden hampir

sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara. Relaksasi dinding

abdomen pada perut yang menggantung akibat multipara dapat

menyebabkan uterus beralih kedepan.

b. Janin prematur.

Pada janin prematur letak janin belum menetap, perputaran janin

sehingga menyebabkan letak memanjang.

c. Plasenta previa atau tumor pada jalan lahir.

Dengan adanya plasenta atau tumor di jalan lahir, maka sumbu

panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.

d. Abnormalitas uterus.

Bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak


31

dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu

jalan lahir.

e. Panggul sempit.

Bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian presentasi tidak

dapat masuk ke dalam panggul (engagement) sehingga dapat

mengakibatkan sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.

(Sumarah, 2008)

2.6.3 Diagnosis Letak Lintang

a. Pemeriksaan abdominal

1) Terlihat abdomen tidak simetris

2) Sumbu memanjang janin melintang terhadap perut ibu

3) Fundus uteri lebih rendah dari yang diharapkan sesuai dengan

umur kehamilan. Dikatakan uterus jongkok. Batas atasnya dekat

pusat dan lebih lebar dari biasa.

4) Di kutub atas dan bawah uterus tidak teraba kepala maupun

bokong

5) Kepala dapat di raba di salah satu sisi ibu

6) Bokong teraba di sisi lain.

b. Denyut jantung janin

Denyut jantung janin terdengar paling jelas dibawah pusat dan

mempunyai arti diagnostik dalam penentuan letak.

c. Pemeriksaan vagina yang paling penting adalah hasil negatif, tidak

teraba kepala maupun bokong. Bagian terendah janin tinggi diatas


32

PAP. Kadang-kadang dapat di raba bahu, tangan, iga, atau

punggung anak. Oleh karena bagian terendah tidak dengan baik

menutup panggul, mungkin ketuban menonjol ke dalam vagina.

d. Pemeriksaan sinar – X Pemeriksaan sinar – X berguna untuk

memastikan diagnosis dan untuk mengetahui adanya kelainan janin

atau panggul ibu. (Harry oxorn, 2010)

2.6.4 Komplikasi letak lintang

Oleh karena bagian terendah tidak menutup PAP, ketuban

cenderung pecah dini dan dapat disertai menumbungnya tangan janin

atau tali pusat, kematian janin, dan rupture uteri. (Icesmi sukarni, 2013)

2.6.5 Prognosis

Prognosis pada letak lintang tergantung pada penanganannya.

Bila diagnosis dibuat pada awal pemeriksaan akan dilakukan

penanganan yang memadai maka hasilnya akan baik (Harry Oxorn,

2010)

Letak Lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir spontan

dan berbahaya untuk ibu maupun anak. Biarpun bisa lahir spontan

anaknya akan lahir mati. Risiko kematian maternal dan neonatal

meningkat pada presentasi bahu. Kebanyakan kematian maternal

disebabkan oleh ruptur uteri spontan atau ruptur uteri termasuk akibat

versi dan ekstraksi (Sumarah, 2008). Penyebab kematian pada bayi

ialah prolapsus funikuli dan asfiksia karena kontraksi rahim terlalu

kuat. Juga tekukan leher yang terlalu kuat dapat menyebabkan


33

kematian. Prognosis bayi sangat bergantung pada saat pecahnya

ketuban. Selama ketuban masih utuh, bahaya bagi anak dan ibu relatif

kecil. Oleh karena itu, kita harus berusaha supaya ketuban selama

mungkin utuh, misalnya :

a. Melarang pasien mengejan

b. Pasien dengan anak yang melintang tidak dibenarkan berjalan -

jalan

c. Tidak diberi obat augmentasi his

d. Pemeriksaan dalam dilakukan harus hati-hati jangan sampai

memecahkan ketuban bahkan di luar rumah sakit sedapat -

dapatnya jangan di lakukan pemeriksaan dalam (Sulaiman

Sastrawinata, 2008).

2.6.6 Penatalaksanaan Letak Lintang

Jika letak janin tetap lintang saat ibu memasuki persalinan,

pelahiran pervagina mustahil di lakukan. Ini merupakan situasi ketika

ibu harus benar – benar diingatkan bahwa tindakan sectio caesarea

harus dilakukan, sebab jika tidak, baik ibu maupun janin beresiko tinggi

mengalami morbiditas dan mortalitas. Satu- satunya pengecualian untuk

kasus ini adalah untuk janin yang berukuran kecil atau prematur, yang

memungkinkan janin di lahirkan pervaginam tanpa memperhatikan

letak maupun presentasi janin (Debbie Holmes, 2011)

Persalinan aktif pada perempuan dengan janin posisi melintang

biasanya merupakan indikasi untuk pelahiran caesar. Sebelum


34

persalinan atau pada awal persalinan, dengan membran yang retak,

usaha versi eksternal bermanfaat jika tidak ada komplikasi lain. Jika

kepala janin dapat dimanuver melalui manipulasi abdomen ke dalam

pelvis, kepala harus tetap harus berada di sana selama beberapa

kontraksi selanjutnya dalam usaha untuk memperbaiki kepala dalam

panggul (Gary Cuningham, 2013)

Dengan pelahiran caesar, karena baik kaki maupun kepala janin

tidak berada pada segmen bawah uterus, insisi melintang rendah ke

dalam janin tidak berada pada segmen bawah uterus, insisi melintang

rendah ke dalam uterus dapat menyebabkan ekstraksi janin yang sulit.

Hal ini sangat benar pada presentasi dorsoanterior. Dengan demikian,

biasanya insisi vertikal di indikasikan (Gary Cunningham, 2013)

Seksio saesaria dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai

berikut

a. Bila ada keadaan yang tidak memungkinkan persalinan pervaginam

dengan selamat

b. Pada semua primigravida

c. Pada multipara dengan riwayat obstetri jelek seperti persalinan yang

sukar, trauma pada bayi, atau lahir mati

d. Pada multipara dengan cervix yang tebal dan masih tertutup


35

2.7 Penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan

2.7.1 Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan maslah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tidakan berdasrkan teori ilmia, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu

keputusan yang berfokus pada klien ( Varney,2015).

2.7.2 Penerapan Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney

Menurut Varney ( 2016 ), manajemen kebidanan terdiri dari:

a. Langkah pertama : pengkajian data

Pengkajian data adalah sistem matis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien (Varney, 2016).

1) Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,

keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada

klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan

(Hidayat, 2017)

(a) Data subjektif , menurut Sulisyawati (2016) adalah sebagai

berikut :

(1) Nama : Selain sebagai identitas, upayakan agar nama

sesuai dengan nama panggilan sehingga hubungan

komunikasi lebih akrab antara bidan dan klien.


36

(2) Umur : Untuk mengetahui apakah klien termasuk

kedalam kategori resiko tinggi terlalu muda atau terlalu

tua ,tidak. Sehingga dapat menentukan tindakan apa yang

harus diambil.

(3) Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut

klien

(4) Suku Bangsa : Untuk mengetahui suku bangsa yang

dianut oleh klien.

(5) Pendidikan terakhir : Untuk mengetahui tingkat

intelektual yang mempengaruhui perilaku seseorang

(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga

atau pengasilan.

(7) Alamat : Untuk menghindari kekeliruan bila ada dua

klien dengan nama yang sama untuk keperluan

kunjungan rumah.

(8) Keluhan utama untuk mengetahui keluhan yang

dirasakan saat pemeriksaan. Pada klien risiko tinggi ialah

pusing yang berlebihan, penglihatan yang berkunang-

kunang serta tekanan darah yang tidak stabil dikarenakan

kehamilan diusia < 20 tahun (Lussynawati, 2016).

(9) Riwayat Perkawinan : Untuk mengetahui status

perkawinan klien, usia nikah pertama kali dan lama nya

perkawinan (Lussynawatu, 2016).


37

(10) Riwayat Mensturasi : Untuk mengetahui menarche,

siklus, lama mensturasi, banyaknya ganti pembalut

sehari, teratus atau tidak, sifat darah dan keluhan-keluhan

yang dirasakan pada waktu mensturasi (Lussynawati,

2016 ).

(11) Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu : Untuk

mengetahui jumbla kehamilan sebelumnya dan hasil

konsepsi akhirnya (arbotus, lahir hidup, penolong

persalinan, apakah anaknya masih hidup, dan apakah

dalam kesehatan yang baik ), apakah terdapat komplikasi

intervensi pada kehamilan, persalinan, atau pun nifas

sebelimnya ( Hidayat, 2017 )

(12) Riwayat keluarga berencana : Untuk mengetahui apakah

ibu pernah menjadi akseptor KB. Kalau pernah,

kontrasepsi apa yang digunakan, berapa lama, mulai

menggunakan, kapan berhenti, keluhan pada saat ikut

KB, alasan berhenti KB ( Hidayat, 2017 ).

(13) Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang : Untuk mengetahui

penyakit apa yang sedang klien derita sekarang

sehingga dapat menentukan tindakan apa yang harus

diambil dan menanyakan kepada ibu apa saja


38

keluhan utam yang diraskan ibu saat ini dan kapan

keluan itu berawal ( Astuti, 2016 ).

b. Riwayat Penyakit sistematik : Riwayat kesehatan

yang lalu ditanyakan untuk mengidentivikasi kondisi

kesehatan dan untuk mengetahui penyakit yang

diderita dahulu seperti jantung, asma, TBC,

hipertensi, diabetes, PMS, HIV/ AIDS ( Sulisyawati,

2016 )

c. Riwayat Penyakit Keluarga : Dikaji dengan penyakit

yang menurun dan menular yang dapat

mempengaruhi kesehatan klien (Astuti, 2016 )

(14) Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan

nutrisi pada klien. Dengan mengamati adakah

penurunan berat badan atau pada klien. Pada klien

dengan kehamilan risiko tinggi diperlukan

mengkonsumsi lebih banyak makanan yang bergizi

dan seimbang serta rajin mengkonsumsitablet Fe

secara teratur (Sulisyawati, 2016)

b. Pola Eliminasi : Untuk mengetahui BAB dan BAK

berapa kali sehari warna, dan frekuensi. Pada klien

dengan kehamilan risiko tinggi secara normal tidak


39

mempengaruhi pola eliminasi sehari-hari (Saifuddin,

2015)

c. Pola Istirahat : Untuk mengatahui berapa lama ibu

tidur siang dan berapa lama ibu tidur pada malam

hari. Pada klien risiko tinggi akan sangat

berpengaruh pada lama tidur di malam hari karena

klien hamil akan mengalami gangguan sulit tidur

(Saifuddin, 2015)

d. Pola Seksual : Untuk mengajaki berapa frekuensi

yang dilakukan oleh klien dalam hubungan seksual.

Pada klien risiko tinggi berhubungan seksual

sebaiknya berhubungan 3 laki dalam seminggu

( Irianto, 2016 )

e. Personal hygiene: Mengakaji frekuensi mandi,

gosok gigi, kramas, ganti baju, celana dalam,

setidaknya 2 kali sehari (Wikjosastro, 2017). Pada

hamil risiko tinggi dianjurkan untuk menjaga

kebersihan diareah genetalia (Sulisyawati, 2016).

f. Aktivitas : Aktivitas akan terganggu karena kondisi

tubuh yang lemah atau adanya nyeri selama masa

kehamilan. Pada klien risiko tinggi aktivitasnya

terganggu karena perubahan fisik serta emosional

yang tidak stabil (Hidayat, 2017).


40

g. Data Psikologis: Data psiologis ini untuk

mengetahui keadaan psiologis klien risiko tinggi

merasa cemas atau tidak dengan kondisi tubuh yang

lemah dan rasa nyeri yang dialami (Kusmiyati,

2016).

2) Data Objektif : Data objektif adalah data yg dikumpulkan untuk

menegakan diagnosa melalui pemeriksaan infeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penununjang (Kusmiyati,

2016 )

a) Pemeriksaan Umum

(1) Keadaan Umum : Mengetahui kadaan klien baik atau tidak

(2) Kesadaran : Menilai status keadan klien

(3) Pemeriksaan tanda vital :

(a) Tekanan darah, mengetahui faktor risiko tinggi

hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuannya

mmHg. Untuk kehamilan usia terlalu muda dengan

tekanan darah yang tidak stabil akan mengakibatkan

hal yang buruk bagi klien (Bazaid, 2015).

(b) Pengukuran suhu,mengetahui suhu badan klien, suhu

badan normal adalah 36,5 ˚C sampai 37,5 ˚C

(Kusmiyati, 2016).

(c) Nadi, memberi gambaran kardiovaskuler. Denyut nadi

normal 70x/menit sampai 88x/menit (Perry, 2015).


41

(d) Pernafasan, mengetahui sifat pernafasaan dan bunyi

nafas dalam satu menit. Pernafasan normal 16 samapi

20x/menit (Kusmiyati, 2016).

(e) Berat badan, berat badan ibu yang kurangakan

berkaitan dengan bayi lahir renda serta peningkatan

risiko bayi lahir mengalami gagal nafas dan

komflikasi. Berat badan berlebih berkaitan dengan

risiko menderita preeklampsia, biabetes selama masa

kehamilan, berat badan bayi berlebih mengunkinkan

kesulitan persalinan (Nitrcelub.co.id).

(f) Tinggi badan, mengetahui tinggi badan klien, tinggi

badan yang adalah 150 cm ,sedang yang berisiko

tinggi adalah < 150 cm

(4) Pemeriksaan Fisik ( sistematis )

(a) Kepala

1. Rambut : untuk menilai warna, kelebatan, dan

karekteristik seperti ikal, lurus, keriting .

2. Muka : keadaan muka pucat atau tidak , ada

topeng kehamilan atau tidak

3. Mata : conjungtiva berwana merah muda atau

tidak, sklera ikterus atau tidak

4. Hidung : untuk mengetahui apakah ada polip

atau tidak
42

5. Telinga : bagaimana keadaan telinga, liang

telinga dan ada serumen atau tidak simetris atau

tidak

6. Mulut : untuk mengetahui bersih atau tidak , ada

caries atau tidak , ada stomatitis atau tidak

7. Leher : apakah ada bendungan vena juguralis

atau tidak, apakah ada pembesaran kelenjar

tyroid atau tidak .

8. Dada dan Axilla : apakah ada benjolan pada

payudarah atau tidak, dan apakah simetris atau

tidak, pada axilla adakah pembesaran kelenjar

getah bening atau tidak.

9. Abdomen: apakah ada jaringan perut atau bekas

operasi, adakah nyeri tekan serta adanya massa

dangan cara palpasi

10. Genetalia : untuk mengetahui keadaan vulva

adakah tanda-tanda infeksi, varices, pembesaran

kelenjar bartholini, pendarahan

11. Ekstrenitas : apakah terdapat varices, oedema

atau tidak, betis merah atau lembek atau keras.

12. Pemeriksaan inspekulo : Pemerisaan inspekulo

dilakukan untuk mengetahui atau mencari


43

sumber perdarahan, apakah terdapat lesi pada

porsio atau serviks.

(5) Pemeriksaan Laboratorium : Digunakan data untuk

mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang.

Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil yaitu dilakukan

pemeriksaan HB apakah ibu mengalami anemia atau

tidak, bila HB <8g% segera beri terapi (Sulistiawati,

2016 ).

b. Langkah kedua : Interpretasi data.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi satu

diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi menjadi diagnosa.

1) Diagnosa kebidanan :Diagnosa kebidanan adalah diagnosa

ditegakan dalam lingkup priktik kebidanan dan memenuhi setandar

nomenklatur diagnotik kebidanan ( Varney, 2017 )

2) Data Dasar

(a) Data Subjektif : Ibu mengatakan bernama “ Ny.”N”, Umur 25

tahun, Ibu mengatakan akan melahirkan.

(b) Data objektif :

(1) Keadaan ibu : baik

(2) Kesadaran : baik

(3) Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmhg , Pernafasan

: 22 x/menit, Nadi : 123 x/m Suhu : 36,7 ˚C

(4) Genetalia : tidak ada tanda-tanda infeksi


44

(c) Masalah : Masalah adalah yang berkaitan dengan keadaan dari

hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan

keadaan klien (Wildan,2016).

(d) Kebutuhan : Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan

klien-klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah

yang didapatkan dengan melakukan analisa data kebutuhan

yang diperlukan oleh klien adalah dukungan moril dari

keluarga dan orang yang terekat (Nughrani, 2015).

c. Langkah ketiga : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan

diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

mengidentifikasi masalah atau diagnosa pontensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila diagnosa atau maslah potensial ini

benar-benar terjadi (Sulisyawti, 2016)

d. Langkah keempat : Antisipasi

Menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai

dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya.

Setelah bidan merumskan tindakan yang dilakukan untuk

mengatisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sebelumnya,

bidan juga harus merumuskan tindakan segera. Dalam rumusan ini

termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri,

segera kolaborasi atau bersifat rujukan (Nughrani, 2015).


45

Antisipasi pada risiko tinggi yaitu pemberian konseling tentang

bahaya pada trimester III dan mengingatkan kembali klien untuk

mengkomsumsi tablet FE serta mengigatkan untuk selalu menjaga

kebersihan alat genetelia serta memberitahu tanda-tanda bahaya disaat

usia kehamilan sudah memasuki fase persalinan.

e. Langkah kelima : perencanaan

Tahap ini merupakan penyusunan rencana asuhan kebidanan secara

menyeluru dengan tepat dan rasional berdasrkan keputusan yang

dibuat pada langkah sebelumnya. Memberikan konseling kepada ibu

tentang vulva hygiene yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

infeksi pada vulva, salah satu tindakan yang dapat dilakukan dengan

cara mebersikan vulva dari atas kebawa mengunakan kapas dan air

bersi (Alimul, 2016).

f. Langkah keenam : implementasi

Implementasi merupakan pelaksanan dari asuhan yang telah

direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimna bidan harus

kolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen

asuhan klien adalah tetap bertanggujawab terhadap pelaksanan asuhan

bersam yang menyeluruh (Nughrani, 2015).

g. Langkah ketuju : evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita

berikan kepada klien. Kita mengacu kepada beberapa pertimbangan


46

yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi

masalah, dan hasil asuhan (Sulisyawat,2016).

2.8 Dasar Hukum dan Kewenangan Asuhan Kebidanan

Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 28 tahun 2017

tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan bahwa peraturan menteri

kesehatan nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan

praktik bidan perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum

1. Pasal 18

Dalam penyelengaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan

untuk memberikan :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak, dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

2. pasal 19

a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf

a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan,

masa nifas, masa menyusui, dan masa anatara dua kehamilan.

b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pelayanan :

1. Konseling pada masa sebelum hamil

2. Antenatal pada kehamilan normal

3. Persalinan normal
47

4. Ibu nifas normal

5. Ibu menyusui, dan

6. Konseling pada masa antara dau kehamilan.

c. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), bidan berwenang melakukan :

1. Episiotomi

2. Pertolongan persalinan normal

3. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

4. Penanganan kegawat-daruratan, di lanjutkan dengan perujukan

5. Pemberian lablet tambah darah pada ibu hamil

6. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

7. Fasilitas atau bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu

ibu eksklusif

8. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post

partum

9. Penyuluhan dan konseling

10. Bimpingan pada kelompok ibu hamil, dan

11. Pemberian surat keterangan dan kehamilan.

3. Pasal 29

Dalam melaksanakan praktik kebidananya, bidan memiliki hak :

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan

pelayanannya sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan

standar prosedur opersional


48

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan / atau

keluarga.

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangan, dan

d. Menerima imbalan jasa profesi.


49

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup

Penulisan laporan studi kasus ini disusun dalam bentuk studi kasus, yang

bertujuan memberikan asuhan secara komprehensif Pada Ny. “N” G1P0A0

Umur 25 Tahun Usia Kehamilan 37 Minggu Dengan Letak Lintang Diruangan

Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang Tahun 2021.

3.2 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan komfrehensif ini adalah Ny. “N” G 1P0A0 Umur

25 Tahun Usia Kehamilan 37 Minggu Dengan Letak Lintang Diruangan Rawat

Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang Tahun 2021 yang

dilakukan sesuai standar asuhan kebidanan.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Waktu pengkajian

Waktu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam kasus ini adalah

dimulai pada saat masa persalinan pada tanggal 21 Desember 2021.

3.3.2 Tempat Pelaksanaan

Asuhan Kebidanan ini dilaksanakan di Rumah Sakit Siti Fatimah

Kota Palembang Tahun 2021.

48
50

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

a. Wawancara

Wawancara pada laporan kasus ini dilakukan secara langsung

kepada ibu untuk memperoleh informasi atau data kondisi klien yang

valid.

b. Pemeriksaan/ Observasi

Observasi pada studi kasus ini dilakukan dengan cara melihat

(Inspeksi), mendengar (auskultasi), mengetuk (perkusi), mengukur

tanda-tanda vital (vital sign) serta pemeriksaan fisik.

3.4.2 Data Sekunder

Untuk melengkapi data yang sudah ada hubungannya dengan masalah

yang ditentukan maka peneliti mengambil data dengan studi dokumentasi

yaitu dengan mendapatkan data dari dokumentasi dari bidan dan dokter.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada studi kasus ini menggunakan daftar

check yang ada di Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang.


51

BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Kehamilan

4.1.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. “N” G1P0A0


Umur 25 Tahun Usia Kehamilan 37 Minggu dengan Letak Lintang di
Ruangan Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah
Kota Palembang Tahun 2021

Tempat Praktek/ Ruang : RS. Siti Fatimah / Rawat Inap Lantai 7


Nomor MR : 00.03.43.27
Masuk RS : 21 Desember 2021
Pembimbing Lahan/CI : Debby Asustralina., SST
Pengkajian Tanggal / Pukul : 21 Desember 2021/07.10 WIB
Sumber Data : Pasien Sendiri

I. Pengkajian Data

1. Identitas

a. Identitas Pasien :

Nama Klien : Ny. N

Umur : 25 Tahun

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Suku Jawa/ Indonesia

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl Demang Lebar Daun

No. Telp/ HP :-

b. Identitas Penanggung
50 Jawab/ Suami
52

Nama Suami : Tn.M

Umur : 30 Tahun

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Suku Jawa/ Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl Demang Lebar Daun

No. Telp/ HP :-

2. Anamnesa Data Subjektif

a. alasan kunjungan dan keluhan utama

Ny “N” datang dengan keluhan ingin melahirkan dan Ibu

mengatakan sudah keluar lendir serta perut terasa mulas.

b. Riwayat Mensturasi

- Menarche :10 Tahun

- Siklus Haid : Teratur

- Banyaknya : ± 3x ganti pembalut

c. HPHT : 8- Maret -2021

d. TP : 15-12-2021

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Umur Jenis Penolong Tahun Nifas/ Anak


No
Kehamilan Persalinan Persalinan Penyulit Persalinan Laktasi JK BB/PJ Ket
2 INI

f. Riwayat Hamil ini

keluhan yang dirasakan ibu

- TM I : Mual
53

- TM II : Pusing

- TM II : Pusing

Pemeriksaan ANC : 4x

Pergerakan janin pertama kali di rasakan ibu :

- usia kehamilan ±16 minggu

Ibu ada mengonsumsi tablet FE : 90 tablet

g. Imunisasi TT

TT 1 : Usia kehamilan 20 minggu

TT II : Usia kehamilan 24 minggu

h. Riwayat Keluarga Berencana : Tidak Pernah

i. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan yang lalu :

Jantung : Tidak ada

Asma : Tidak ada

Tuberculosis : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Diabetes Melitus : Tidak ada

Malaria : Tidak ada

HIV/ AIDS : Tidak ada

Riwayat kesehatan sekarang :

Jantung : Tidak ada

Asma : Tidak ada

Tuberculosis : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada


54

Diabetes Melitus : Tidak ada

Malaria : Tidak ada

HIV/ AIDS : Tidak ada

Riwayat kesehatan keluarga :

Jantung : Tidak ada

Asma : Tidak ada

Tuberculosis : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Diabetes Melitus : Tidak ada

Malaria : Tidak ada

HIV/ AIDS : Tidak ada

Riwayat kebiasaan (merokok, jamu, Alkohol dll) : Tidak ada

j. Riwayat Kebiasaan dan Psikososial :

1) Kebiasaan

a) Diet/ Makan

Makan pagi : 1 piring nasi, sayur, lauk dan segelas susu

Makan siang : 1 piring nasi, sayur, lauk, air putih

Makan malam : 1 piring nasi, sayur, lauk, air putih

Minum sehari – hari : 6 – 8 gelas sehari

b) Pola Eliminasi

BAB

Frekuensi : 2x sehari

Konsisten : Padat

Warna : kuning kecoklatan


55

Masalah : Tidak ada

BAK

Frekuensi : 3 - 4x sehari

Warna : Jernih kekuningan

Masalah : Tidak ada

c) Aktivitas sehari – hari : Memasak, menyapu dan Mengepel

d) Pola Istirahat dan Tidur :

siang hari : 2 Jam

malam hari : 8 jam

e) Personal Hygiene :

Ibu mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore

dan Ganti pakaian Dalam 2 kali sehari

f) Pola Seksualnya : 3 kali seminggu

2) Riwayat Sosial Budaya : Tidak ada

3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum : Baik

2) BB sebelum hamil : 54 Kg

3) BB hamil Sekarang : 66 Kg

4) Lila : 25 cm

5) TB : 157 cm

6) Tanda – tanda Vital :

TD : 110/70mmHg

N : 123 x/menit
56

RR : 22x/ menit

T : 36,7˚C

b. Pemeriksaan Sistematis/ Inspeksi

1) Kepala :

- Rambut : Bersih

- Muka : Tidak ada Cloasma Gravidarum

- Mata : Simetris

- Hidung : Tidak ada Folip

- Mulut : Bersih/ Tidak ada Caries gigi

- Telinga : Bersih

2) Leher : Tidak ada Pembesaran Kelenjar Tyroid

3) Dada : Simestris

4) Payudara : Simetris

- Papila : Menonjol

- Areola : Hiperpigmentasi

- Pengeluaran : Colostrumm (+)

5) Ekstremitas atas

a) Oedema : Tidak ada Oedema

b) Varices : Tidak ada Varices

c) Kuku : Bersih

6) Ektstremitas bawah

a) Oedema : Tidak ada

b) Varices : Tidak ada

c) Kuku : Bersih dan tidak sianosis


57

c. Pemeriksaan Khusus Obstetri

1) Abdomen

a) Inspeksi

Pembesaran Sesuai dengan usia kehamilan, bentuk

perut melintang, abdomen terlihat tidak simetris,

Linea nigra, Tidak ada Luka Bekas Operasi

b) Palpasi

Leopold I

TFU setinggi pusat. Pada fundus teraba lunak,

tidak bulat dan tidak melenting (kosong).

Leopold II

Teraba keras, bulat, melenting (kepala janin) di sisi

kiri ibu. Teraba lunak dan tidak melenting (bokong

janin) di sisi kanan ibu.

Leopold III

Teraba panjang keras seperti papan (punggung

janin)

Leopold IV

Tidak dilakukan

TFU Mc.Donald : 32 cm

TBJ : (32-12) x 155 = 3100 gram

c) Auskultasi
58

Punctum Maximum :Terdengar setinggi pusat sebelah kiri

Frekuensi : 160x/menit,

Intensitas :3 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik

Irama : Teratur

d) Perkusi : Reflek Patela Ka/Ki (+/+)

e) Pemeriksaan panggul Luar

Distansia Spinarum : 23 cm

Distansia Spinarum : 27 cm

Konjungata Eksterna : 18 cm

Lingkar Panggul : 80 cm

f) Pemeriksaan panggul dalam

Promotorium : CV : Tidak di lakukan

: CD : Tidak di lakukan

Linea Inominata : Tidak di lakukan

Sacrum : Tidak di lakukan

Spina Ischiadika : Tidak di lakukan

Arcus Pubis : Tidak di lakukan

g) Pemeriksaan Laboratorium/penunjang

HB : 11 gr%

Protein Urine : Negatif

Glukosa Urine : Negatif

II. Perumusan Masalah Diagnosa, Diagnosa Potensial


59

Diagnosa :

- G1P0A0, hamil 37 minggu dengan letak lintang, janin tunggal

hidup.

Diagnosa Potensial

- Tidak ada

Masalah

- Tidak ada

Kebutuhan

- Tidak ada

III. Perencanaan

a. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan saat ini

b. Anjurkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan dan

semangat kepada ibu.

c. Berikan informed consent tentang pelaksanaan pre operasi

seksio sesaria dengan keluarga atau suami.

d. Persiapan keperluan pre operasi.

1) Anjurkan ibu untuk puasa sebelum operasi

2) Siapkan alat dan kebutuhan untuk operasi SC seperti infuse

cukur pubis, pasang dower cateter dan keperluan lainnya.

3) Persiapkan keperluan pre operasi telah disiapkan semua.

e. Antar ibu keruang operasi. Ibu sudah diantar keruang bedah

IV. Implementasi
60

a. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan saat ini telah

masuk tahap persalinan.

b. Menganjurkan suami dan keluarga untuk meberikan dukungan

dan semangat kepada ibu.

c. Membuat inform consent tentang pelaksanaan pre operasi seksio

sesaria dengan keluarga atau suami.

d. Menyiapkan keperluan pre operasi.

1) Menganjurkan ibu untuk puasa sebelum operasi

2) Menyiapka alat dan kebutuhan untuk operasi SC seperti

infuse , dower cateter, cukur pubis dan keperluan lainnya.

e. Menganjurkan ibu untuk berdo’a sebelum dilakukan operasi

seksio sesaria. Mengantar ibu keruang operasi dan mnggantikan

pakaian khusus di ruang operasi.

V. Evaluasi

a. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan saat ini telah

masuk tahap persalinan. Ibu dan keluarga sudah mengetahui

tentang keadaan ibu saat ini

b. Menganjurkan suami dan keluarga untuk meberikan dukungan

dan semangat kepada ibu. Suami dan keluarga bersedia untuk

meberikan dukungan dan semangat kepada ibu

c. Membuat informed consent tentang pelaksanaan pre operasi

seksio sesaria dengan keluarga atau suami. Telah dilakukan

inform consent dan keluarga setuju tentang pelaksanaan pre

operasi
61

d. Menyiapkan keperluan pre operasi.

1) ibu sudah dalam keadaan puasa

2) alat dan kebutuhan untuk operasi SC seperti infuse dan

keperluan lainnya sudah terpasang.

e. ibu sudah memakai pakaian khusus d ruangan operasi.

CATATAN PERKEMBANGAN

Subjektif Objektif Assesment Planning


Ibu mengatakan - Keadaan Umum P1 A0 Post - Memberitahukan
perut masih ibu baik Operasi Sectio ibu hasil
terasa mulas dan - Kesadaran Caesaria 1 hari pemeriksaan, ibu
luka operasi Composmentis mengerti akan hasil
terasa nyeri - Tanda – tanda pemeriksaan
Vital ibu : - Menjelaskan pada
TD : 120/80 ibu rasa mulas
mmHg adalah hal yang
N : 80 x/m fisiologis, ibu
RR : 24 x/m mengerti
T : 36,5 °C - Mengajari ibu untuk
- Tinggi Fundus 2 mobilisasi miring
jari bawah pusat kanan/ kiri. Ibu
- Lochea Rubra belajar miring kanan
- Kontraksi Uterus dan kiri
Baik - Menganjurkan ibu
untuk menyusui
bayinya secara on
demand agar
mempecepat
involusi uterus
- Menganjurkan untuk
banyak
mengonsumsi
makanan yang
bergizi yang sudah
di sediakan rumah
62

sakit, ibu mengerti.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny” N”

Pada Tanggal 21 Desember Tahun 2021 Pukul 07.10 Wib,

Dilakukan Pengkajian Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. “N”

G1P0A0 Usia Kehamilan 37 Minggu Dengan Letak Lintang di Ruangan

Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang

Tahun 2021. Pada pemeriksaan data subjektif didapatkan bahwa ibu

datang ke rumah sakit mengatakan ingin melahirkan, sudah keluar

lendir dan perut terasa kencang.

Pada pemeriksaan data objektif didapatkan keadaan umum ibu

saat itu baik, Kesadaran: Composmentis, Tekanan Darah :

110/70mmHg, Nadi : 123x/menit, pernafasan : 22 x/menit, Temp :

36,7˚C.

Pemeriksaan kebidanan Ny “N” pada pemeriksaan inspeksi

secara head to too didapatkan hasil pemeriksaan dalam keadaan baik

dan tidak ada kelainan.

Pemeriksaan palpasi pada Leopold I didapatkan TFU 32 cm, 3

jari dibawah Procesus Xyphoideus. Pada fundus teraba lunak, tidak

bulat dan tidak melenting (kosong). Tafsiran berat janin 2945 gram.

Pada Leopold II, teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka

dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Pada perut ibu sebelah kanan

teraba bagian memanjang keras seperti papan , dan teraba bagian-


63

bagian kecil janin di sebelah kiri (punggung kanan). Pada Leopold III,

tidak ditemukan bagian terendah Janin. Pada Leopold IV, tidak

ditemukan bagian terendah Janin.

Pemeriksaan Auskultasi didapatkan DJJ : 160 x/menit, lokasi

pada punggung kiri dan kontraksi his teratur lamanya 10’45” dan pada

pemeriksaan perkusi didapatkan hasil pemeriksaan Reflek patella

Lutut kanan dan kiri positif +/+.

Setelah di lakukan pemeriksaan menyeluruh maka didapatkan

Diagnosa pada ibu G1P0A0, hamil 37 minggu kala I fase aktif dengan

letak lintang, janin tunggal hidup. Masalah yang didapatkan ibu

merasa cemas dan khawatir akan keadaannya. Kebutuhan yang

didapatkan memberikan dukungan dan semangat kepada ibu.

Perencanaan yang diberikan pada ibu dengan Jelaskan pada ibu

dan keluarga tentang keadaan saat ini. Anjurkan suami dan keluarga

untuk memberikan dukungan dan semangat kepada ibu. Berikan

inform consent tentang pelaksanaan pre operasi seksio sesaria dengan

keluarga atau suami. Persiapan keperluan pre operasi. Anjurkan ibu

untuk puasa sebelum operasi. Pasang Skeren. Siapkan ruangan

operasi. Siapkan alat dan kebutuhan untuk operasi SC seperti infuse

dan keperluan lainnya. Ganti baju dengan baju OKA, Persiapkan

keperluan pre operasi telah disiapkan semua. Anjurkan ibu untuk

berdo’a sebelum dilakukan operasi seksio sesaria. Ibu bersedia untuk

berdo’a sebelum dilakukan operasi seksio sesaria. Antar ibu keruang

operasi. Ibu sudah diantar keruang bedah


64

Implementasi yang diberikan pada ibu yaitu dengan

Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan saat ini telah

masuk tahap persalinan. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum

saat tidak ada kontraksi. Menganjurkan ibu untuk BAK dan BAB

apabila ibu menginginkan. Menganjurkan suami dan keluarga untuk

meberikan dukungan dan semangat kepada ibu. Membuat inform

consent tentang pelaksanaan pre operasi seksio sesaria dengan

keluarga atau suami. Menyiapkan keperluan pre operasi. Mengajurkan

ibu untuk puasa sebelum operasi yaitu Skeren, Siapkan ruangan

operasi, Siapkan alat dan kebutuhan untuk operasi SC seperti infuse

dan keperluan lainnya, Ganti baju dengan baju OKA, Persiapkan

keperluan pre operasi telah disiapkan semua. Menganjurkan ibu untuk

berdo’a sebelum dilakukan operasi seksio sesaria. Mengantar ibu

keruang operasi.

Evaluasi yang di dapatkan adalah Menjelaskan pada ibu dan

keluarga tentang keadaan saat ini telah masuk tahap persalinan. Ibu

dan keluarga sudah mengetahui tentang keadaan ibu saat ini.

Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi.

Ibu bersedia untuk makan dan minum disaat tidak ada kontraksi.

Menganjurkan ibu untuk BAK dan BAB apabila ibu menginginkan.

Ibu bersedia untuk BAK dan BAB apabila ibu menginginkan.

Menganjurkan suami dan keluarga untuk meberikan dukungan dan

semangat kepada ibu. Suami dan keluarga bersedia untuk meberikan

dukungan dan semangat kepada ibu. Membuat inform consent tentang


65

pelaksanaan pre operasi seksio sesaria dengan keluarga atau suami.

Telah dilakukan inform consent dan keluarga setuju tentang

pelaksanaan pre operasi. Menyiapkan keperluan pre operasi.

Menganjurkan ibu untuk puasa sebelum operasi. Skeren. Menyiapkan

ruangan operasi. Menyiapka alat dan kebutuhan untuk operasi SC

seperti infuse dan keperluan lainnya. Mengganti baju dengan baju

OKA, Persiapkan keperluan pre operasi telah disiapkan semua.

Menganjurkan ibu untuk berdo’a sebelum dilakukan operasi seksio

sesaria. Ibu bersedia untuk berdo’a sebelum dilakukan operasi seksio

sesaria. Mengantar ibu keruang operasi. Ibu sudah diantar keruang

bedah.

Bayi lahir tanggal 21 Desember 2021 pukul : 10:42 Wib,

menangis kuat, gerakan aktif, jenis kelamin perempuan, BB 2886

gram, PJ: 48 cm, LK : 33,5 cm, LD : 33 cm, LiLA : 10 cm, A-S 8-9

cacat (-), anus (+). Plasenta lahir lengkap, dengan cotiledon lengkap,

selaput lengkap, panjang tali pusat 45 cm. N : 145 x/m, RR : 45 x/m,

T: 36,5 °C.

Menurut peneliti, sectio caesarea mungkin disebabkan karena

beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah letak sungsang. Letak

sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah

kavum uteri. Dalam keadaan letak sungsang dalam ibu hamil memiliki

indikasi untuk melakukan persalinan sectio caesarea. Dikarenakan


66

Letak sungsangakan mengakibatkan resiko kematian janin apabila

tidak ditangani dengan benar.

Penelitian ini sejalan dengan teori dikemukakan oleh

(Winkjosastro, 2010). Dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi

pada dinding perit dan dinding syaraf rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin diatas 500 gram. Sectio caesarea adalah suatu tindakan

untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram melalui sayatan

pada dinding uterus. Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin

melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu,

sedangkan bokong berada pada sisi yang lain (Mochtar, 2012).


67

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan

manajemen kebidanan persalinan menurut varney Pada Ny. “N” G1P0A0

Usia Kehamilan 37 Minggu Dengan Letak Lintang di Ruangan Rawat Inap

Lantai 7 Rumah Sakit Siti Fatimah Kota Palembang Tahun 2021, maka

penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Asuhan Kebidanan Persalinan

Ny. N tidak ada komplikasi dalam persalinan. Ny. N melahirkan secara

operatif . Asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan teori.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas perluh adanya upaya untuk

meningkatkan pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu penulis

memperikan saran sebagai berikut :

5.2.1 Bagi Profesi

Bidan diharapkan meningkatkan keterampilan dalam penanganan kasus

letak lintang

68
68

5.2.2 Bagi institusi

1. Pendidikan

Bagi institusi pendidikan dapat menambah referensi dan

pengetahuan bagi mahasiswa maupun pengajar tentang asuhan letak

lintang

2.Bagi klien

a. Setelah mendapatkan asuhan kebidanan berkesinambungan, klien

menjadi lebih mengetahui kondisinya dan menerapkan saran yang

diberikan selama asuhan berkesinambungan.

b. Klien lebih terbuka dan menerima saran terhadap orang sekitar.


69

DAFTAR PUSTAKA

Ari (2015). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI

Elisaberth (2015). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Febrianti (2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : EGC

Prawirohardjo (2009). Asuhan Kebidanan Komprehensif: yogyakarta

WHO (2016). Angka Kematian Ibu : ASEAN

Dinas Kesehatan (2016). Angka Kematian Ibu : RI

Dinas Sumatara Selatan (2017). Angka Kematian : Sumatra Selatan

Wijayanti (2017). Faktor Risiko Tinggi Kehamilan : Bandung

Kuadriani (2016). Risiko Tinggi : Bandung

Kementrian Kesehatan RI (2018). Peran Rumah Sakit Dalam Rangka

Menurunkan AKI dan AKB. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Manuaba (2015). Etiologi Dalam Persalinan. Bandung : New York

Sari,K (2015). Tanda-Tanda Kehamilan : Bandung

Asrina (2010). Tanda Bahaya Kehamilan. Jakarta : EGC

Sastro,W (2012). Asuhan Antenatal Care : Yogyakarta

Sholichah (2017). Persalinan : Jakarta

Sumara (2010). Etiologi Dan Penyebab Mulai Persalinan : Cirebon

Rahardjo (2014). Bayi Baru Lahir : Yogyakarta

Astuti,P (2015). Nifas : Yogyakarta

Manuaba (2015). Keluarga Berencana : Bandung

Notoadmojo (2016). Kehamilan Risiko Tinggi : Yogyakarta


70

WHO (2018). Angka Kematian Ibu : ASEAN

BKKBN (2017). Jenis-Jenis Kehamilan Risiko Tinggi : RI

WHO (2016). Faktor predisposisi: ASEAN

Varney (2016). Penerapan Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney

Anda mungkin juga menyukai