Anda di halaman 1dari 3

NAMA: YULIA ANGGRAINI

NIM: 19251030P

KELAS: S1 KEBIDANAN/A

MK: PRAKTIK PROFESIONAL KEBIDANAN

DOSEN: SENDY PRATIWI SST, M.KES

KELOMPOK 1

MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN YANG TANGGUH (RESILIENCE) dan KESEHATAN

1.PENGERTIAN RESILIENCE (KEPRIBADIAN TANGGUH)

Resilience merupakan kemampuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi
individu dengan lingkungannya untuk beradaptasi dalam keadaan sulit dengan cara efektif.

2. KONSEP RESILIENCE

Teori perkembangan Erikson menyatakan bahwa setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan
manusia mempunyai tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan pada suatu krisis yang harus
di hadapi semakin individu berhasil mengatasi krisis yang di hadapi maka akan semakin meningkatkan
potensi individu dalam rangka menghadapi tahapan pengembangan berikutnya.

3.FAKTOR-FAKTOR RESILIENCE

Faktor- factor yang berpengaruh terhadap riselience seseorang telah dikaji dalam sejumlah penelitian
factor tersebut meliputi:

a.Dukungan eksternal dan sumber-sumbernya yang ada pada diri seseorang.

b. Kekuatan personal yang berkembang dalam diri seseorang (self-esteem, self-efficacy, self concept)

c. Kemampuan sosial seperti mengatasi konflik, kemampuan.

1. I AM

Yaitu bangga pada diri sendiri, perasaan dicintai dan sikap yang menarik, mencintai dan empati
mandiri, dan bertanggung jawab.

2. I HAVE
Yaitu struktur dan aturan rumah role models, mempunyai hubungan.
3. I CAN
Yaitu mengatur berbagai rangsangan dan perasaan, mencari hubungan yang dapat
dipercaya, keteramplan berkomunikasi, mengukur tempramen diri sendiri dan orang lain,
kemampuan memecahkan masalah.
4. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENCE
1. Adanya rasa aman secara psikologi
2. Yakin dicintai dan berarti bagi keluarga dan teman
3. Memiliki identitas diri yang jelas baik sebagai pribadi, dalam budaya, maupun secara
spiritual
4. Memiliki self-efficacy yang membuat seseorang dapat mengambil keputusan dan
bertindak secara independen
5. Memiliki rasa percaya diri dalam merencanakan tujuan hidup dan meraihnya. Dan
resilience yang di bangun dari 7 kemampuan yang berbeda dan amoir tidak ada satupun
individu yang secara keseluruhan memiliki kemampuan tersebut dengan baik.
Kemampuan itu terdiri dari:

Menurut Reivich dan Shatte resilience dibangun dari 7 kemampuan:

1. Regulasi emosi
2. Pengendalian impuls
3. Optimisme
4. Empati
5. Analisis penyebab masalah
6. Self efficacy
7. Peningkatan aspek positif
8. Mengembangkan keterampilan.

Keterampilan Resilience menciptakan dan memelihara sikap positif untuk mengeksplorasi diri
sehingga lebih percaya diri serta berani mengambil resiko terhadap tindakan yang dilakukannya
serta berani mengambil resiko terhadap tindakan yang dilakukan yang mana bias memberikan
kontribusi terhadap kesehatan mental.

5 . Mengembkan keterampilan resilience


Mengembangkan konsep diri yang positif, cara berfikir positif(misalnya mampu
mengidentifikasi irasional belief perangkap pikiran) keterampilan sosial, pengembangan,
self-efficacy serta manajemen stress latihan-latihan pengembangan resilienceberikut ini
diambil model pengembangan resilience.
a. Latihan calming and focusing
b. Keterampilan penempatan pikiran dalam perspektif
c. Menantang keyakinan-keyakinan (challenging beliefs)
d. Mendeteksi gunung es
e. Keterampilan menghindari perangkap-perangkap pikiran.

Kesimpulan:
Kemampuan daya juang atau ketangguhan merupakan salah satu karakter positif
yang perlu di kembangkan, bahkan karakter ini menjadi lokomotif untuk dapart
menarik karakter-karakter positif yang lain. Ketangguhan ini sekaligus dapat
melindungi dan meningkatkan kesehatan mental seseorang melalui pengembangan
keterempilan resilience dalam proses konseling baik secara individual maupun
kelompok diharapkan karakter tangguh ini dapat terbentuk dengan karakter ini ,
diharapka agar seseorang dapat kuat menahan penderitaan, kesulitan, dan
mempunyai pikiran dan sikap positif terhadap semua peristiwa yang di alaminya
sehingga tidak mudah terjerumus melakukan hal-hal yang negative baik bagi diri
sendiri maupun orang lain. Serta berani mengambil resiko atas tindakkannya terakhir
melalui kemampuan resilience seseorang akan terbuka dengan pengalaman baru
dan memandang kehidupan dengan positif dan optimis yang selanjutnya
memberikan kontribusi terhadap kesehatan mental.

Kelompok 2

Intelegensia emosional dalam praktik kebidanan

Jhon D Mayer dari university of new Hampshire menyampaikan bahwa kecerdasan emosional
merupakan kemampuan untuk memikirkan dan menggunakan emosi untuk meningkatkan kemampuan
berpikir.

Kecerdasan emosi mengacu pada kemampuan untuk mengenali makna emosi serta menggunakan
penalaran dalam pemecahan masalah untuk itu emosi digunakan untuk meningkatkan aktivitas kognitif

Menurut hunter (2005) bidan merupakan pekerjaan dengan ketegangan emosi emosional tinggi.
Untuk memenuhi itu bidan biasa disebut dengan emotional labour atau emotional work. Bidan harus
peka terhadap apa yang dirasakan pasiennya serta menunjukkan kehangatan dan ketulusan tanpa
terpengaruh dengan masalah pribadi

Anda mungkin juga menyukai