Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yudi Bahagia Saputra (D1091171036)

Fakultas/Jurusan : Teknik / Perencanaan Wilayah Dan Kota

Mata Kuliah : Perencanaan Kawasan Tepian Air (Pil)

Dosen Pengampu : Riska Aprilia Ayuningtyias , ST , MT

CRITICAL REVIEW JURNAL PENELITIAN

Nama Penulis : Hamdil Khaliesh, Indah Widiastuti dan Bambang Setia Budi

Tahun penulis : 2012

Judul : KARAKTERISTIK PERMUKIMAN TEPIAN SUNGAI KAMPUNG

BETING DI PONTIANAK

A. PENDAHULUAN ( ringkasan jurnal)


a. Latar Belakang Masalah dan Tujuan Penelitian
Kampung Beting merupakan salah satu permukiman vernakular yang terbentuk
pada akhir masa pemerintahan Kesultanan Pontianak. Kampung Beting merupakan
daerah tanjung bertanah rawa di persimpangan sungai Kapuas. Kampung Beting berdiri
pada tahun 1930an dan merupakan tempat singgah sementara para pedagang-pedagang
dari pedalaman. Dalam waktu 20-30 tahun Kampung Beting mengalami perubahan
budaya bermukim dari yang awalnya murni mengandalkan potensi sungai kearah budaya
bermukim yang lebih berorientasi ke daratan.
Ditahun 1950-1970 budaya bermukim tepian sungai dengan bentuk “rumah
lanting” mulai berkurang dan penduduk mulai menggunakan tiang sebagai pengganti
pondasi rakit. Oleh masyarakat lokal hunian tersebut disebut rumah tiang. Potensi sungai
sebagai jaringan transportasi utama juga mulai berkurang dengan dibangunnya gertak-
gertak yang berorientasi ke daratan.
Permukiman merupakan suatu lingkungan yang terbentuk berdasarkan hubungan
antar elemen alam dan elemen buatan. Permukiman sebagai wujud lingkungan binaaan
memiliki kaitan yang erat dengan setting atau rona perilaku manusia dan lingkungan
sosial yang berlaku (Rapoport, 1976: 3-4).
Sedangkan menurut Doxiadis (1968:21), terbentuknya sebuah permukiman
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara keseluruhan dapat dilihat elemen-elemen
ekistiknya yaitu man, society, network, shell dan natural. Untuk mendefinisikan
karakteristik permukiman di Kampung Beting, peneliti menerapkan lima unsur ekistik
Doxiadis dan membandingkannya antara tahapan karateristik permukiman “rumah
lanting” dan permukiman “rumah tiang”.
Tujuan penelitian ini yaitu memahami perubahan budaya bermukim pada
permukiman tepian sungai di Kampung Beting.
b. Metode
Penelitian ini bersifat kualitatif-eksploratif, dengan pendekatan etnografi. Metode
pengumpulan data menggunakan sumber data primer yaitu wawancara, dokumentasi dan
data sekunder berupa dokumen sejarah serta dokumen kependudukan
c. Unit Sampel penelitian
Menurut RTBL 2010 kawasan Kampung Beting kota Pontianak sebagian besar termasuk
dalam bagian Kelurahan Dalam Bugis (5RW) dan Tanjung hilir yang terdiri (1RW) yaitu
RW 11, RW 13, RW 2, RW 10, RW 13. Setiap bagian dari RW di Kampung Beting
dibatasi oleh alur-alur parit yang terhubung ke sungai-sungai
besar, dan sekaligus menjadi alur utama sirkulasi. Unit sampel penelitian dibatasi hanya
pada RW 10 dan RW 11, karena menurut penuturan warga lokal lokasi tersebut
merupakan lokasi awal komunitas rumah lanting.
d. Hasil dan Pembahasan
Pada pembahasan studi karakterisitk permukiman tepian air Kampung Beting terdapat 4
poin yang menjadi hasil dari penelitian ini, yaitu :
- Sungai semakin dangkal
Pendangkalan sungai terjadi karena Kampung Beting berada di persimpangan
sungai utama sehingga menjadi tempat akumulasi sampah-sampah dari kota.
- Dari rumah lanting kerumah tiang
Dengan bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan peningkatan kepadatan
hunian. Rumah lanting tidak leluasa lagi bergerak di permukaan air. Berkembangnya
industri-industri perkayuan menyebabkan bahan dasar kayu rakit semakin mahal.
Disamping itu pendangkalan parit-parit di lingkungan Kampung Beting juga menjadi
salah satu pemicu peralihan bentuk hunian.
- Terbentuknya Gertak
Setelah sebagian besar hunian berubah menjadi rumah tiang terbentuk sistem
jaringan baru yaitu jembatan-jembatan kayu yang terhubung dari rumah ke rumah,
masyarakat lokal menyebutnya “gertak”. Gertak pada awalnya menggunakan kayu
sebagai bahan konstruksi utama. Adanya Gertak membawa gaya hidup di Kampung
Beting diantaranya penggunaan kendaraan bermotor dikawasan Kampung Beting,
perubahan bentuk hunian ruang tiang yang awalnya masih bersifat tradisional Melayu
Pontianak.
- Perubahan gaya hidup
Perubahan pola bermukim yang awalnya menggandalkan sistem dendritik ke pola
bermukim menetap dengan mata pencaharian di daratan menyebabkan perubahan
budaya bermukim. Perubahan tingkat ekonomi, tingkat pendudikan dan peningkatan
kualitas sosial mempengaruhi gaya hidup. Akhirnya perubahan gaya hidup menjadi
“flashback” factor penyebab perubahan fisik pada permukiman Kampung Beting.
B. Pembahasan (kritik terhadap kelemahan dan kelebihan jurnal)
- Kelemahan
Menurut analisa saya, ada beberapa kelemahan pada jurnal penelitian ini
diantaranya metodologi yang digunakan belum di jelasakan secara rinci, tidak
dijelaskan proses penelitian tersebut, peneliti tidak menjelaskan bagaimana dan kapan
dilakukannya penelitian tersebut, selain itu juga penulis tidak menyertai referensi
pada jurnal penelitian ini.
- Kelebihan
Menurut analisa saya sistematika penulisan telah tersusun dengan baik dan jelas
mulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak, pendahuluan metode, hasil dan
pembahasan, kesimpulan, sara dan daftar pustaka.judul penelitian yang digunakan
penulis juga cukup jelas, tidak ambigu dan telah menggambarkan apa yang akan
diteliti. Selain itu Informasi yang ingin disampaikan jelas mulai dr latar belakang
hingga kesimpulan, adanya gambar-gambar pada jurnal ini membuat penelaah
menjadi semakin tau mengenai isi dari jurnal penelitian ini, sehingga penelaah mudah
untuk membaca isi dari jurnal ini.
C. Penutup (kesimpulan & rekomendasi perbaikan jurnal)
Setelah menganalisa secara keseluruhan, menurut saya jurnal penelitian ini secara
sistematika penulisan sudah bagus karena penulis telah mengikuti aturan penulisan yang
benar. Jurnal penelitian ini telah menampilkan data yang cukup lengkap untuk
dilakukannya sebuah penelitian.
Rekomendasi untuk perbaikan jurnal penelitian ini menurut saya ialah lebih
menjelaskan proses dalam mendapatkan hasil penelitiannya,dkarenakan pada bagian
pembahasan langsung menjelaskan isi yang didapat tanpa menjelaskan bagaimana proses
analisa yang dilakukan, selain itu juga dengan menyertai referensi agar pembaca dapat
mendapat informasi yang lebih terhadap kasus yang diangkat.

Anda mungkin juga menyukai