Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

GASTROENTERITIS

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

 ADHIM MUBARAK (095STYC19)


 BAIQ SRI JULIN HARTINI (096STYC19)
 DESAK MADE PATNI DEWI (097STYC19)
 DIANA (098STYC19)
 ELA SYAFITRI (099STYC19)
 DINIA RAHMATILAH (100STYC19)
 HASAN BASRI (101STYC19)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1 TRANSFER MATARAM
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul gastroenteritis

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karema itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Mataram, 03 april 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai defekasi yang meningkat
(Padila, 2013).
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah satu
hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%) atau diare
(89%), dan nyeri abdomen (76%) adalah gejala yang paling sering dilaporkan oleh
kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa
yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10%
pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan yang mencakup radang tenggorokan, batuk,
dan rinorea dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al, 2012)
Berdasarkan data profil kesehatan 2011, jumlah kasus diare di Jawa Tengah
berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus gastroenteritis
dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan penderita yang terdeteksi
adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah sebanyak 54 orang. Dari laporan
surveilan terpadu tahun 2010 jumlah kasus diare didapatkan 15,3 % di Puskesmas, di
rumah sakit didapat 0,20% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan.
( Haryawan, 2011).
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, cakupan penemuan dan
penanganan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 51,32%, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2012 (42,66%). Pada tingkat kabupaten/kota, diketahui bahwa
cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi adalah Kota Pekalongan (106,85%)
dan terendah adalah Kabupaten Boyolali (16,42%). (Dinkes Jateng, 2014).

3
B. Tujuan Penulisan Makalah
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti teori dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit gastroenteritis
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti dari definisi gastroenteritis
b. Mahasiswa mampu dan mengerti patofisiologis gastroenteritis
c. Mahasiswa mampu dan mengerti manifestasi klinis gastroenteritis
d. Mahasiswa mampu dan mengerti pemeriksaan penunjang gatroenteritis
e. Mahasiswa mampu dan mengert klasifikasi gastroenteritis
f. Mahasiswa mampu dan mengerti penatalaksanaan medis gastroenteritis
g. Mahasiswa mampudan mengert penatalaksanaan keperawatan gastroenteritis

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada mucosa lambung dan usus halus (Lewis,
2000 ).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang di
tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit ( cecyly, Betz, 2002).
Menurut Ardiansyah (2012) Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan  usus
yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu  tubuh. 

B. Etiologi
Menurut Mansjoer ( 2000 ) etiologi gastroenteritis adalah :

1) Faktor infeksi
a. Infeksi Internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama gastroenteritis.meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia,
T. hominis) dan jamur (C. albicans)
b. Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan gastroenteritis. seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak.
3) Faktor Makanan
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.

5
4) Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut dan cemas ).

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis menurut Cecyly dan Betz (2009)
adalah :
1. Diare yang berlangsung lama ( berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara
menetap atau berulang à panderita akan mengalami penurunan berat badan.
2. BAB kadang bercampur dengan darah.
3. Tinja yang berbuih.
4. Konsistensi tinja tampak berlendir.
5. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
6. Penderita merasakan sekit perut.
7. Rasa kembung.
8. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
9. Kadang-kadang demam.

D. Patofisiologi
Gastroenteritis dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut
berkembang baik, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi
toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (seperti E.coli dan Vibrio cholera)
akan memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam
lumen gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti
Shigella dysenteriae,Vibrio parahaemolitikus, Clostridium difficile, enterohemorrhagic
E.coli) yang menghasilkan kerusakan sel-sel mukosa, serta menyebabkan feses
bercampur darah dan lendir bekas sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit
dilakukan beberapa mikroba seperti Shigella, organisme campylobacter, dan enterovasif
E.coli yang menyebabkan terjadinya destruksi,serta inflamasi (Jones, 2003).

6
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit memberikan
manifestasi pada ketidakseimbanganan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi
karena kehilangan Na-Bikarbonat bersama feses. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anoreksia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
kerana tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler (Levine, 2009)

Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah


dehidrasi,yaitu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi
intake. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan
elektrolit (Prescilla, 2009).

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis yang tepat
sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan
menurut Suraatmaja (2007) adalah :
1) Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik serta untuk
mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosaa.
2) Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca,K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena
malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi kronis)
peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk
mengetahui faal ginjal.
3) Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat
4) Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare
kronik

7
F. Klasifikasi

Klasifikasi gastroenteritis menurut depkes RI 1999, diare diklasifikasikan menjadi diare


akut dan kronis.
1) Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari. Diare akut diklasifikasikkan kembali secara klinis menjadi:
a. Diare non-inflamasi
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare menjadi
cair dengan volume besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang
terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak
mendapatkan cairan yang seseuai sebagai pengganti. Tidak ditemukan leukosit
pada pemeriksaaan feses rutin.
b. Diare inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di
kolon. Gejala klinis ditandai dengan adanya mulas sampai dengan nyeri kolik,
mual, muntah, demam, tenesmus, tanda dan gejala dehidrasi.
Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin dan
secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorphonuklear (PMN).
2) Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronis diklasifikasikkan kembali
secara klinis menjadi:
a. Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak yang biasanya disebabkan
oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi
air dan elektrolit namun kemampuan absorbs mukosa usus ke dalam usus
menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri seperti toksin kolera, pengaruh
garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif non osmotic dan hormone
intestinal (gastrin vasoaktif intestinal polypeptide (VIP))2)
b. Diare osmotic
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus
sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari dalam plasma ke

8
lumen usus sehingga terjadilah diare. Misalnya malabsorbsi karbohidrat
akibat defisiensi lactase atau akibat garam magnesium.
c. Diare eks datif
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun
usus besar. Inflamasi dan eksudat dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat
non-infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflammatory bowel disease
ataupun akibat radiasi. Kelompok lain akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu transit makanan dan minuman diusus menjadi lebih cepat.
Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes mellitus dapat
muncul diare ini.

G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis

Menurut Supartini ( 2004 ) penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis


meliputi:
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk
diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat.
Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan
dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan berat badannya.
1. Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.

9
3. Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1
ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
2. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa /
karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras, dsb ).
a. Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin,
dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
b. Obat spasmolitik
umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium
loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja
seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic
juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis /
bronkopeneumonia.
2) Penatalaksaan Keperawatan
Menurut Nugroho (2011) penatalaksanaan keperawatan antara lain :
1. Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
2. Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi, tensi turun,
anuria, keadaan kulit/turgor.
3. Hentikan makanan padat
4. Monitor tanda –tanda  vital
5. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

10
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah :

1) Identitas /Biodata
a) Identitas Pasien
b) Identitas Penanggung Jawab
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayat kesehatan keluarga
3) Pola fungsi kesehatan :
a) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola Nutrisi dan metabolik
c) Pola Eliminasi
d) Pola aktifitas dan latihan
e) Pola istirahat tidur
f) Pola persepsi sensoris dan kognitif
g) Pola hubungan dengan orang lain
h) Pola reproduksi / seksual
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
j) Pola mekanisme koping
k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
4) Pemeriksaan fisik ( head to toe)
a) Data umum
b) Pemeriksaan head to toe

11
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis menurut
NANDA adalah :

1. Kekurangan volume cairan behubungan dengan kehilangan volume cairan aktif


(diare, muntah)
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (proses infeksi)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu
makan
4. Kurang pengetahuan tentang gastroenteritis berhubungan dengan kurangnya
informasi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana Asuhan keperawatan menurut NANDA NIC NOC adalah :
1.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
(diare, muntah)
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan
teratasi dan keseimbangan elektrolit, asam basa dapat tercapai dengan kriteria hasil:
keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, status nutrisi yang adekuat asupan
makanan dan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa. 
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah pantau warna, jumlah, dan
frekuensi kehilangan volume cairan (rasional untuk mempermudah penghitungan
balance cairan), pantau status hidrasi misal kelembaban membran mukosa,
keadekuatan nadi (rasional untuk menentukan tingkatan dehidrasi), tingkatkan asupan
cairan per oral (rasional untuk mengurangi dehidrasi), manajemen nutrisi misal diet
makanan padat, pantau asupan makan klien (rasional untuk menyediakan asupan
makanan dalam diet seimbang), kolaborasi pemberian cairan parenteral RL (rasional
untuk menggantikan cairan dalam tubuh yang hilang saat diare)

12
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ( proses infeksi )
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi dapat
teratasi dengan kriteria hasil: suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh
dalam batas normal, nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan, perubahan
warna kulit tidak ada.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tingkat kenaikan suhu
tubuh (rasional untuk suhu 380 – 400C menunjukan proses infeksi sehingga membantu
untuk menentukan interveni yang tepat), pantau warna kulit (rasional untuk
mempermudah mengenali hipertermi), pantau suhu badan minimal setiap dua jam
atau sesuai kebutuhan (rasional untuk indikator perkembangan kondisi pasien),
pantau nadi dan pernafasan (rasional jika hipertermi maka nadi dan pernafasan
meningkat), berikan kompres air hangat pada kening, ketiak dan lipat paha (rasional
untuk menurunkan hipertermi melalui proses evaporasi), kolaborasi dalam pemberian
obat antipiretik (rasional untuk menurunkan suhu tubuh dengan menstimulasi pusat
pengaturan suhu dihipotalamus)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu
makan.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi dengan kriteria hasil: asupan makanan dan cairan adekuat, mempertahankan
berat badan atau pertambahan berat badan, ada kemauan untuk makan, tidak muntah
setelah makan.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji status nutrisi pasien serta
intake dan outputnya (rasional untuk mengetahui status nutrisi pasien), timbang BB
setiap hari (rasional untuk mengetahui apakah ada penurunan BB atau tidak karena ini
indikator perubahan status nutrisi), observasi dan catat respon terhadap pemberian
makan (rasional untuk mengkaji toleransi pemberian makan), anjurkan untuk
memberikan makanan sedikit tapi sering (rasional untuk mengurangi menekan kerja
gastrik sehingga mengurangi mual dan mencegah resiko muntah), kolaborasi dalam

13
pemberian obat anti emetik (rasional untuk mencegah muntah dengan menstimulasi
pusat pengaturan muntah chemoreceptor triger zone dan central vomiting centre)
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis dan perawatannya berhubungan
dengan kurang informasi. 
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keluarga mengerti tentang
kondisi penyakit dan perawatan di rumah dengan kriteria hasil: keluarga pasien
mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari gastroenteritis, cara
pencegahan dan perawatan dengan gastroenteritis serta dapat mendemonstrasikan
cara membuat oralit dan LGG dengan baik dan benar.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tingkat pengetahuan
tentang penyakit dan perawatan (rasional untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
tentang penyakit tersebut), berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi, berikan
penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan (rasional untuk
membantu memahami informasi yang berhubungan dengan penyakitnya, mengurangi
kecemasan pada setiap melakukan tindakan), berikan penjelasan tentang perawatan di
rumah seperti pembuatan larutan gula garam (rasional untuk mengetahui penanganan
awal diare dirumah)
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare
Tujuan:
setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas kulit tidak mengalami
kerusakan dengan kriteria hasil: hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan dalam
rentang yang diharapkan, terbebas dari adanya lesi, keutuhan kulit terjaga.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah bersihkan daerah bokong secara perlahan
dengan air (rasional untuk membersihkan, karena feses diare sangat mengiritasi kulit),
pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika mungkin (rasional
untuk meningkatkan penyembuhan), hindari menggunakan tissue basah yang
mengandung alkohol (rasional untuk mencegah iritasi), observasi daerah bokong
(rasional untuk mengetahui secara dini tanda-tanda infeksi), kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian salep kulit (rasional untuk mempercepat penyembuhan)

14
D. Pathways

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan  usus yang memberikan gejala diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu  tubuh.
(Muhamad Ardiansyah, 2012)  

Penyebabnya terjadi karena tiga faktor berikut (Mansjoer Arief, 2000) :


1. Faktor infeksi
a. Infeksi Internal: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
gastroenteritis
b. Infeksi parenteral: merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan gastroenteritis
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Gastroenteritis dapat
terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
3. Faktor Psikologis

B. Saran
Dalam melakukan perawatan Gastroenteritis hendaknya dengan hati-hati, cermat
dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan.
perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya diare serta derajat dehidrasi pada
klien, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga
intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus
mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya
proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian

16
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab diare, pencegahan, dan
penanganan

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta : Diva Press

Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among Adults Visiting
Emergency Departments in the United States. The Journal of Infectious Disease. 205 : 1374-
1381.

Nugroho, d. T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam .


Yogyakarta: Nuha Medika.

M.Wilkinson Judith dan R.Ahern Nancy. (2011). Buku Saku Diagnosis keperawatan.Edisi ke-9.
Jakarta: EGC

Gordon, M.(1994).nursing diagnosis: procces and application (3rd ed).st.louis: Mosby

Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, ed.5. Jakarta :
EGC
Lewis, S, M. et al.2000. Medical-surgical Nursing. Assessment and Management of clinical
problem. Missouri : Mosby Company
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Jilid 2. Edisi ke-3. Jakarta:Media Aesculapins

17

Anda mungkin juga menyukai