Anda di halaman 1dari 3

NAMA : HASMI LAYANG SARI

NIM : 102STYC19

Membuat analisa dari Kasus dibawa ini!

Kasus 1- Pria, 17 th. MRS di RS. Kandou 5 hari lalu dengan febris intermiten, sakit
kepala 2 bulan, defisit neurologi (-). 6 bulan lalu MRS didiagnosis TB paru dan HIV positif,
CD4 = 24 .- Pasien dipulangkan dengan terapi OAT dan ARV ( AZT + 3TC + efavirenz ).-
Pasien sempat kontrol sekali seminggu ke RS, dengan keadaan umum baik, terapi diteruskan,
diberi konseling tentang kepatuhan.- Setelah itu pasien tidak pernah kontrol lagi walau dihub.
Lewat telp.- Alasan putus obat : efek samping ARV pusing, sakit kepala, mual, pindah ke
poigar.Diskusi : apa masalah adherence pasien ?apa Kekurangan pada penatalaksanaan kita ?

Diketahui :

Data Subjektif : Pasien mengatakan pusing, sakit kepala, mual, dan pindah ke poigar

Data Objektif : Pria berusia 17 th, didiagnosis TB paru dan HIV positif, mendapatkan terapi
OAT dan ARV (AZT + 3TC+efavirenz), keadaan umum baik, diberi konseling
tentang kepatuhan.

Diskusi : 1. Apa masalah adherence pasien ?

2. Apa Kekurangan pada penatalaksanaan kita ?

Jawab :

1. Adherence atau kepatuhan adalah tingkat kepatuhan pasien melaksanakan cara


pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya. Dari kasus di atas yang dapat
mempengaruhi Adherence pada pasien tersebut yaitu.
a. Kurangnya dukungan Keluarga
Karena dengan dukungan keluarga akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk
menghadapi atau mengeloloa penyakitnya dengan baik, serta penderita mau menuruti
saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya.
Dari kasus tersebut tidak adanya dukungan dari keluarga yang seharusnya pasien
tidak mengalami putus obat.
b. Sikap atau motivasi individu ingin sembuh
Dari kasus tersebut diketahui pasien seperti merasa terganggu dengan pengobatan,
jangka waktu minum obat yang lama, bosan, sibuk, tidak ada yang mengingatkan
untuk minum obat, penolakan terhadap penyakitnya, merasa penyakitnya
parah.sehingga hal tersebut menyebabkan motivasi dalam diri pasien rendah. Bagi
pasien dengan keluhan atau gejala penyakit setelah menjalani pengobatan akan
merasa sembuh dan malas untuk meneruskan pengobatan kembali.
c. Adanya efek samping Obat
Pada kasus tersebut pasien merasa adanya efek samping dari obat, seperti merasa
pusing, sakit kepala, mual, pindah ke poigar sehingga menimbulkan terputusnya
untuk meminum obat atau tidak ingin lagi menjalani pengobatan
d. Faktor sikap petugas kesehatan
Sikap Petugas kesehatan berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dan
pasien. Keterkaitan antara manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan
kredibilitas dengan cara menghargai yang dapat dilihat melalui penerimaan,
kepercayaan, empati, menjaga rahasia, menghormati, dan responsif serta memberikan
perhatian terhadap pasien
e. Faktor Komunikasi
Dari kasus tersebut dari pihak RS sudah memberikan komunikasi yang baik yaitu
dengan tetap control 1 minggu sekali dan diberikan konseling, namun perlu juga
membentuk komunikasi yang lebih terutama dengan pasien remaja karena
komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi tingkat ketidaktaatan,
misalnya minformasi dengan pengawasan yang kurang, ketidakpuasan terhadap aspek
hubungan emosional dengan dokter, ataupun ketidakpuasan terhadap obat yang
diberikan seperti pada kasus diatas.
f. Faktor Usia
Faktor Usia dan Tingkat pendidikan Pasien. Usia Pasien baru 17 tahun kira-kira
sedang di pendidikan SMA. Usia dan Tingkat Pendidikan sangat mempengaruhi
perilaku hidup sehat. Seseorang dengan pendidikan yang rendah akan sulit dalam
memahami informasi kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Jika pasien
HIV dengan TB tidak memahami mengenai manfaat minum obat secara teratur dan
pemeriksaan teratur maka pasien akan putus berobat sehingga mengakibatkan resisten
OAT.
2. Apa Kekurangan pada penatalaksanaan kita ?
a. Kurangnya Implementasi system monitoring dosis
Dalam kasus ini system monitoring dosisi sangat penting untuk proses pengobatan
pasien. Dalam system ini memakai kotak obat. Dalam hal ini disediakan sebuah
intruksi untuk meminum obat dengan dosis yang telah ditentukan dan diletakkan pada
suatu kotak yang disediakan khusus untuk pasien. Dalam kasus ini dapat dilakukan
dengan pemberian monitoring melalui telepon atau pada saat kunjungan rutin.
b. Kurangnya system alarm atau pengingat untuk terus kontrol
c. Tidak adanya penyederhanaan dosis yang diberikan
d. Kurangnya pemberian informasi obat dengan tepat
e. Hanya berfokus pada pengobatan (pemberian obat) dan hanya diberikan konseling
kepatuhan obat. Seharusnya selain konseling kepatuhan minum obat diberikan pula
instruksi cara dan jadwal minum obat disesuaikan dengan perkembangan teknologi,
manfaat pengobatan, bagaimana proses penyakitnya dan memberikan saran untuk
tetap kontrol diri dan penyakitnya.
f. Kekurangan selanjutnya adalah kita tidak mengkaji secara psikologis sosial dan
spiritual. Masalah pada pasien terdiagnosa HIV dan baru berusia 17 perlu dukungan,
bantuan dan arahan agar dapat mengatasi masalah secara biologis ataupun psikologis.

Anda mungkin juga menyukai