Anda di halaman 1dari 17

Pendahuluan

Defenisi: pelayanan kesehatan yang bersinambung


(kontinu), komprehensif, koordinasi, komunitas,
pencegahan, dan keluarga.
Prinsip-Prinsip:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Continuity of Care (pelayanan yang bersinambung)


Comprehensiveness ( pelayanan yang menyeluruh)
Coordination of Care (pelayanan yang terkoordinasi)
Pelayanan yang berorientasi masyarakat (community)
Pelayanan yang berprinsip pencegahan (preventif)
Pelayanan berprinsip keluarga

I.

Continuity of Care (pelayanan


yang bersinambung)

Adalah pelayanan kesehatan dimana satu


dokter bertemu pasiennya (dan idealnya juga
keluarganya) dalam keadaan sakit maupun
dalam keadaan sehat, seperti kunjungan untuk
imunisasi, dan mengikuti perjalanan penyakit
dari pasiennya.
Akan terbentuk hubungan yang didasari
kepercayaan terhadap dokternya, dan
perjalanan waktu akan membentuk kepercayaan
ini.

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1.

2.

3.

4.
5.

Apakah sebagai dokter keluarga, kita telah


mengetahui riwayat pasien tersebut sebelum kita
membuat sebuah keputusan?
Apakah kita sudah menjelaskan kepada pasien betapa
pentingnya tindak lanjut (follow-up) dalam perawatan
penyakitnya?
Apakah kita sudah membuat kesepakatan dengan
pasien untuk rencana jangka panjang penyakitnya
(long term health goals) ?
Apakah pasien percaya kepada dokternya?
Bila kita melihat rekam medik pasien tersebut, apakah
dia selalu dirawat oleh dokter yang sama ? Hal ini
penting khususnya untuk kasus-kasus penyakit kronik.

II.

Comprehensiveness
(pelayanan yang menyeluruh)

Pelayanan

yang paripurna, berarti kita


memandang pasien tidak hanya dari sisi
biologis saja tetapi juga dari sisi sosial dan
psikologisnya.
Dokter keluarga bukan hanya
menyembuhkan pasien dari sakitnya,
tetapi juga menyehatkannya serta menjadi
mitra, konsultan, atau penasihat di kala
sakit dan sehat.

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1.

2.
3.

4.

5.

Lihat rekam medisnya, apakah tertulis daftar masalah


(problem list) dan daftar pengobatan (medication list)
yang sedang dilakukan.
Lihat rekam medisnya, apakah cukup informatif untuk
dapat digunakan.
Apakah ada petunjuk yang menunjukkan bahwa
dokternya mengerti arti keluhan pasien terhadap
pasien tersebut (patient centered care).
Apakah dokternya tahu kemampuan pasiennya dalam
membayar obat maupun pemeriksaan yang
dianjurkan?
Waspadai apakah pasien dalam keadaan depresi,
atau keluhannya hanya psikosomatik saja.

III.

Coordination of Care
(pelayanan yang terkoordinasi)

Dokter

keluarga itu seperti orkestrator


pelayanan kesehatan bagi pasiennya,
yang mengkoordinasikan semua
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
pasien.
Dengan koordinasi yang baik dapat
dihindari tumpang tindih penggunaan obat,
duplikasi pemeriksaan penunjang, atau
perbedaan pendapat mengenai
manajemen pasien.

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1.

2.

3.

4.

Apakah kita mendiskusikan pasien yang kita


rujuk dengan konsultan, baik melalui telepon
ataupun secara langsung?
Apakah kita pernah bersama-sama dengan
pasien bertemu dengan konsultan?
Apakah kita mengajarkan staf atau perawat
kita hal-hal yang dapat dilakukannya untuk
membantu kita dalam mengkoordinasikan
pelayanan kesehatan pasien?
Bila perawatan pasien melibatkan banyak
dokter, siapa yang menjelaskan kepada pasien
tentang diagnosa penyakitnya?

IV. Pelayanan yang Berorientasi


Masyarakat (Community)
Pekerjaan,

budaya dan lingkungan adalah


aspek-aspek dalam komunitas
(masyarakat) yang dapat mempengaruhi
penatalaksanaan seorang pasien.
Banyak sumber-sumber di masyarakat
yang dapat digunakan dokter keluarga
dalam rangka memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal.

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1.

2.
3.

Apakah sebagai dokter kita tahu apa


pekerjaan pasien kita, dan tahu jenis
pekerjaan atau tempatnya bekerja, yang
mungkin dapat memberikan informasi tentang
penyakitnya?
Apakah kita menggunakan sumber-sumber
yang tersedia di masyarakat?
Apakah kita tahu frekuensi kejadian penyakit
yang sama di lingkungan tempat tinggal
pasien?

V.

Pelayanan yang Berprinsip


Pencegahan (preventif)

Pencegahan

penyakit mempunyai banyak


aspek, termasuk pengenalan faktor resiko
dari penyakit dan promosi kesehatan gaya
hidup sehat.
Pencegahan juga termasuk
mengantisipasi masalah-masalah yang
mungkin mempunyai efek terhadap
kesehatan emosional pasien dan
keluarganya

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1.

2.

3.
4.

Apakah faktor-faktor resiko pasien terhadap


penyakit tertentu, tertulis di dalam rekam
medisnya?
Apakah faktor-faktor resiko tersebut
didiskusikan dengan pasien?
Apakah ada kesepakatan dengan pasien
untuk mengurangi faktor resiko?
Apakah kita sudah melakukan antisipasi
terhadap masalah-masalah yang secara
normal memang terjadi dalam siklus
kehidupan sebuah keluarga?

VI.

Pelayanan Berprinsip Keluarga

Sekalipun

unit terkecil pasiennya adalah


individu, artinya pekerjaan dokter keluarga
berawal dari keluhan individu setiap
pasien, dokter keluarga tidak pernah
mengabaikan bahwa pasien adalah
bagian dari keluarganya.
Saling interaksi antarpasien dan
keluarganya merupakan salah satu fokus
perhatian dokter keluarga.

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1.

2.

3.
4.

Apakah di dalam rekam medisnya tercantum


genogram, family circle, family Apgar dan
memuat informasi mengenai siklus kehidupan
keluarga?
Family circle dan family apgar biasanya
digunakan untuk kasus-kasus tertentu, tetapi
genogram dan siklus kehidupan keluarga
harus ada dalam catatan setiap pasien.
Apakah support sistem dalam keluarga
dicatat?
Apakah kita mengevaluasi pengaruh penyakit
terhadap keluarga dan pengaruh keluarga
terhadap penyakit pasien?

Diskusi Kasus

Seorang pasien laki-laki berumur 51 tahun, bernama


Pak Anto, menderita penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2.
Di Rumah Sakit Pak Anto ditangani dengan baik dan ia
dapat pulang ke rumah. Namun, Pak Anto harus
senantiasa check up untuk melihat perkembangan
penyakitnya. Pada minggu-minggu selanjutnya, setiap
kali Pak Anto datang ke Rumah Sakit, dokter yang
menanganinya berbeda-beda. Karena kurangnya
informasi, Pak Anto harus menjalani tes yang berulangulang. Begitu juga ketika Pak Anto memutuskan untuk
menemui dokter spesialis, biaya yang dikenakan sangat
tinggi dan tes laboratorium yang diperlukan memakan
biaya yang banyak. Akibatnya, Pak Anto tidak pernah
lagi melakukan check up kadar gulanya. Ia pun mulai
malas makan obat maupun mengontrol makanannya.

Kesimpulan

Di Indonesia sebenarnya sebagian dokter umum


telah melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan
kedokteran keluarga sekalipun tidak disadari
dan dalam bentuk yang masih perlu
disempurnakan sistem masih perlu dibenahi.
Banyak sekali kasus yang terkotak-kotak
(fragmented) yang terjadi pada seperti kasus
Pak Anto, di mana kita hanya melihat satu sisi
saja dari pasien kita.
Untuk itulah prinsip-prinsip kedokteran keluarga
mulai dikembalikan lagi, dihargai, diajarkan, dan
dipelajari kembali.

Anda mungkin juga menyukai