Anda di halaman 1dari 8

HOME CARE PADA PASIEN ARTRITIS RHEUMATOID

I. TEORI YANG MENDASARI.


A. Teori Penyakit.
Artritis rhematoid (AR) atau yang biasa dikenal dengan istilah ramtik
merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun
manifestasinya yang utama adalah : poliartritis yang progresif, akan tetapi
yang terkena bukan saja pada persendian melainkan melibatkan seluruh
organ/jaringan tubuh yang lain.
Penyebab terjadinya AR secara pasti belum diketahui, tetapi ada hal yang
diduga sebagai penyebab timbulnya AR adalah:
Proses degenerasi karena usia (proses menua).
Trauma berulang.
Terdapatnya endapan kristal dalam sendi.
Infeksi bakteri atau virus.
Faktor keturunan (genetik).
Penyakit metabolik seperti diabetus, gangguan metabolisme asam urat.
Gangguan sistem kekebalan tubuh.
Kehamilan.
AR dapat diklasifikasikan sebagai rheumatik ekstra artikular (rematik
diluar sendi) dan rheumatik artikular (rematik didalam sendi).
Patofisiologi penyakit ini dapat terjadi diawali dengan pengurangan masa
otot, perubahan dalam penyambungan jaringan, osteoporosis, perubahan
dalam susunan saraf pusat yang kesemuanya dipicu oleh faktor resiko yang
memperberat seperti osteoporosis pada wanita lebih banyak dan usia lanjut,
jatuh dan fraktur akan memberikan konsekuensi negatif yang berupa
penurunan kekuatan otot keterbatasan pergerakan, peningkatan kerentanan
jatuh dan peningkatan kerentanan terjadinya fraktur.
Tanda dan gejala utama yang sering timbul pada AR antara lain nyeri,
kaku dan bengkak. Adapun pada tangan tampak telapak tangan merah,
pembesaran vena, ulna (lengan) menyamping/bergeser, nyeri sendi dan
kekakuan, tidak mampu mengepalkan tangan. Tanda AR pada kaki berupa
nyeri kaki, kaki berhimpitan, rapat dan bengkok, kaki rapat dan miring. AR
dapat menimbulkan efek sistemik berupa demam, anorexsia, penurunan BB,
malas dan lelah serta depresi.
Pengobatan diberikan therapi farmakologi untuk AR berupa analgetik
seperti aspirin, kortikosteroid, OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) dan
Immunosupresive agent.

B. Teori Keperawatan
Hospice care adalah suatu program yang khusus memberikan perawatan
pada pasien dengan penyakit terminal termasuk juga dengan keluarga mereka.
Mayoritas pasien dengan penyakit kanker daan pasien dengan penyakit yang
mengancam kehidupan.
Program hospice bertujuan untuk membuat pasien merasa tenang,
mengurangi rasa nyeri dan gejala-gejala lain akibat penyakit yang dialami
pasien serta dukungan keluarga agar selalu mensupport anggota keluarga yang
sakit.
Perawatan kesehatan dirumah dianggap perlu dengan mempertimbangkan
adanya kebutuhan untuk memandirikan individu, keluarga dan masyarakat
dalam memelihara kondisi kesehatan mereka, peningkatan derajat kesehatan,
upaya pencegahan penyakit dan rehabilitasi kesehatan.
Time hospice adalah kelompok profesional didukung oleh sikap dan
tenaga sukarela yang mengerti akan tujuan dari hospice care, yang termasuk
tim hospice care adalah Registered Nurse (RN) dan Asisten Nurse (AN),
konselor, dokter, pemuka agaama dan sukarelawan.
Peran perawat dalam perawatan rumah adalah :
- Pemberi asuhan. Memberikan asuhan keperawatan secara langsung
melalui tahapan proses pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Termasuk pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga.
- Pendokumentasian. Dilakukan berdasarkan form yang sudah disiapkan
sesuai dengan standar dari agency, meliputi kegiatan home visite dan
proses keperawatan, serta tindakan kolaborasi yang dilakukan.
- Menetapkan biaya perawatan. Tergantung daari jenis dan tipe perawatan
rumah yang diberikan dan kolaborasi dengan dokter/ tim kesehatan lain.
- Menentukan frekuensi dan durasi perawatan. Hal ini harus disesuaikan
dengan kebutuhan klien dan hasil keputusan kolaborasi dengan dokter/ tim
kesehatan lain.
- Perlindungan pasien. Peran perawat dalam melindungi klien terhadap
perawatan rumah, khususnya dalam negosisasi medical care, asuransi,
administrasi dan lain-lain.

II. KASUS.
Tn. K umur 62 tahun masuk puskesmas perawatan dengan keluhan nyeri pada
lutut dan kedua kaki. Nyeri timbul perlahan, sering timbul pada pagi hari terutama
bila berdiri lama. Penyakit ini dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan sudah pernah
berobat ke dokter. Pada hari ke 4 perawatan Tn. K sudah merasa lebih baik, nyeri
tidak terlalu terasa bila berjalan atau berdiri lama. Dokter menyarankan Tn. K
pulang dengan terus melakukan perawatan rumah dan tetap melakukan kontrol
bila ada keluhan.

III. INFORMASI TERKAIT.


A. Perawatan AR di rumah.
Pada usia lansia seseorang akan mudah terserang penyakit karena sudah
mulai berkurangnya fungsi dan daya tahan tubuh untuk melakukan aktivitas
sehari-hari seperti sebelumnya.
Perawatan lansia merupakan salah satu bentuk perawatan profesional baik
di RS maupun di puskesmas mengingat makin tingginya umur harapan hidup
maka akan makin banyak jumlah lansia yang harus mendapatkan perawatan.
Puskesmas dengan visi dan misinya memasukkan perawatan lansia, hal ini
dapat dapat dilihat dengan pemberdayaan masyarakat melalui poksila dan
keluarga usila.
Perencanan program perawatan dimulai dengan pengumpulan data
melalui pendekatan pada pasien, keluarga, lingkungan yang terdiri dari
masyarakat sekitar tempat tinggal pasien dan puskesmas setempat.
Dilanjutkan dengan identifikasi dan analisa masalah, pemecahan masalah dan
rencana tindakan lanjut.
Kolaborasi interdisiplin ilmu atau profesi yang aktif dalam perawatan
kesehatan rumah akan memberikan kesinambungan pelayanan kesehatan yang
dapat memberikan kesadaran/kemandirian klien daan keluarga sehingga
program perawatan dapat dilaksanalan secara komprehensif.
Secara umum proses kolaborasi diawali dengan rencana discharge plan
dari puskesmas perawatan. Perawatan mengidentifikasi kebutuhan klien untuk
perawatan rumah, kemudian mengkordinasikan tentang perencanaan
discharge plane dengan dokter untuk meminta persetujuan. Kemudian
dilanjutkan dengan kordinasi kepada pihak terkait yang akan melakukan
melakukan perawatan rumah, khususnya pelayanan keperawatan yang diminta
oleh dokter.
Pihak pelaksana dalam hal ini bisa berupa agency akan memberikan
perawatan menyeluruh secara bertahap kepada klien dirumah dan memberikan
pendidikan/ pengajaran kesehatan kepada klien dan keluarga.
Untuk legalitas perawatan kesehatan dirumah maka persyaratan medicare
harus dipenuhi yaitu kontrak, pendokumentasian, pelayanan dan kolaborasi
interdisipliner tim, catatan dan perkembangan kesehatan klien, catatan
komferensi kolaborasi dalam penyelenggaran perawatan
B. Informasi lain yang dibutuhkan.
Perlunya pengkajian aspek biologis pasien dimana hal ini menunjukan
ringan beratnya penyakit pasien saat ini apakah sudah ada perubahan dalam
pemberian perawatan sebelumnya di puskesmas perawatan.
Perlunya dikaji tingkat nyeri pada kedua lutut/kaki, intensitas dan
lamanya nyeri, kapan nyeri itu timbul. Perubahan tekanan darah akibat nyeri,
kemampuan klien untuk duduk dan berdiri termasuk aktivitas berjalan. Fungsi
neurosensoris apakah masih terasa kesemutan dan kaku pada jari dan
kemampuan untuk menggerakan jari kaki dan tangan.
Pada lansia terutama kasus AR perlu dikaji masalah ego pasien apakah ia
merasa diperhatikan, dihargai, dapat menjalankan perannya dan apakah ia
merasa tidak berdaya dan tidak berguna dikarenakan penyakitnya.
Pada kasus AR ini apakah terjadi kerusakan interaksi sosial dengan
keluarga, masyarakat sekitar dan tim kesehatan, apakah ada isolasi sosial
dikarenakan pasien tidak mampu melakukan peran sosialnya.
Aspek spiritual perlu dikaji masalah keyakinan pasien terhadap Tuhan
dan apakah ia terus berdoa untuk kesembuhan atau malah menyalahkan Tuhan
karena diberi cobaan yang berat.
Untuk aspek lingkungan yang perlu dikaji kebersihan lingkungan rumah,
ketersediaan alat bantu untuk menunjang aktivitas pasien, dan ketersediaan
pelayanan kesehatan terdekat yang dapat segera dihubungi bila ada hal yang
tidak diinginkan.

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN.


Intervensi keperawtan yang dilakukan pada Tn. K dengan AR untuk
perawatan kesehatan di rumah secara biopsikososial dan spiritual serta intervensi
terhadap lingkungan antara lain adalah:
Biologis:
o Kaji tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital setiap hari.
o Beri informasi tentang AR: pengertian, penyebab, tanda dan gejala, faktor
memperberat dan meringankan penyakit, tindakan pengobatan yang dapat
dilakukan.
o Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas, catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda sakit non verbal.
o Dorong dan bantu pasien untuk mengubah posisi pada waktu tidur dan duduk
dikursi.
o Dorong pasien untuk mempertahankan posisi berdiri agak lama guna melatih
keseimbangan dan kekuatan otot.
o Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun dan atau sebelum tidur.
o Beri masagge yang lembut.
o Ajarkan pasien untuk mobilisasi secara pasif dan aktif
o Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan gerak.
o Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian obat-obatan.
o Kolaborasi dengan tim gizi untuk membantu menentukan diet gizi yang sesuai
untuk pasien.

Psikologis:
Libatkan pasien dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat.
Bantu pasien untuk menjalankan peran dan fungsinya dikeluarga dan
masyarakat.

Sosial:
Libatkan klien dalam mengambil keputusan.
Dorong pasien untuk mengungkapkan masalah tentang penyakitnya, harapan
masa depan.
Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas.
Libatkan keluarga dalam setiap memberikan intervensi pada pasien.

Spiritual:
Anjurkan dan beri kesempatan pasien untuk beribadah dan berdoa sesuai
agama dan kepercayaannya.
Kolaborasi dengan pemuka agama dalam memberikan nasehat/diskusi
spiritual.

Lingkungan:
Beri lingkungan yang aman, mis: meninggikan kursi, menggunakan
penyangga tangga.
Beri matras busa pada tempat duduk dan tampat tidur guna mengubah
tekanan.
Sediakan penyangga/tongkat setiap kali pasien ingin berdiri/berjalan.
Jauhkan benda-benda kecil yang dapat mengakibatkan pasien terjatuh.
DAFTAR PUSTAKA

ariskiyana@yahoo.co.ukhttp://www.health-
lrc.or.id/modules.php?op=modload&name=news&file=article&sid=43&mode=th
ead&order=0&thold=0
Brunner& Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Jakarta:
EGC.
Doengoes, M.E. dkk, 2000, Recana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 , Jakarta EGC.
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama, Jakarta, Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 1999.
http://www.332.brinkster.com/ruidFK1/news.asp/id=82.
Price S.A., 1999, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4, Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai