B. Teori Keperawatan
Hospice care adalah suatu program yang khusus memberikan perawatan
pada pasien dengan penyakit terminal termasuk juga dengan keluarga mereka.
Mayoritas pasien dengan penyakit kanker daan pasien dengan penyakit yang
mengancam kehidupan.
Program hospice bertujuan untuk membuat pasien merasa tenang,
mengurangi rasa nyeri dan gejala-gejala lain akibat penyakit yang dialami
pasien serta dukungan keluarga agar selalu mensupport anggota keluarga yang
sakit.
Perawatan kesehatan dirumah dianggap perlu dengan mempertimbangkan
adanya kebutuhan untuk memandirikan individu, keluarga dan masyarakat
dalam memelihara kondisi kesehatan mereka, peningkatan derajat kesehatan,
upaya pencegahan penyakit dan rehabilitasi kesehatan.
Time hospice adalah kelompok profesional didukung oleh sikap dan
tenaga sukarela yang mengerti akan tujuan dari hospice care, yang termasuk
tim hospice care adalah Registered Nurse (RN) dan Asisten Nurse (AN),
konselor, dokter, pemuka agaama dan sukarelawan.
Peran perawat dalam perawatan rumah adalah :
- Pemberi asuhan. Memberikan asuhan keperawatan secara langsung
melalui tahapan proses pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Termasuk pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga.
- Pendokumentasian. Dilakukan berdasarkan form yang sudah disiapkan
sesuai dengan standar dari agency, meliputi kegiatan home visite dan
proses keperawatan, serta tindakan kolaborasi yang dilakukan.
- Menetapkan biaya perawatan. Tergantung daari jenis dan tipe perawatan
rumah yang diberikan dan kolaborasi dengan dokter/ tim kesehatan lain.
- Menentukan frekuensi dan durasi perawatan. Hal ini harus disesuaikan
dengan kebutuhan klien dan hasil keputusan kolaborasi dengan dokter/ tim
kesehatan lain.
- Perlindungan pasien. Peran perawat dalam melindungi klien terhadap
perawatan rumah, khususnya dalam negosisasi medical care, asuransi,
administrasi dan lain-lain.
II. KASUS.
Tn. K umur 62 tahun masuk puskesmas perawatan dengan keluhan nyeri pada
lutut dan kedua kaki. Nyeri timbul perlahan, sering timbul pada pagi hari terutama
bila berdiri lama. Penyakit ini dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan sudah pernah
berobat ke dokter. Pada hari ke 4 perawatan Tn. K sudah merasa lebih baik, nyeri
tidak terlalu terasa bila berjalan atau berdiri lama. Dokter menyarankan Tn. K
pulang dengan terus melakukan perawatan rumah dan tetap melakukan kontrol
bila ada keluhan.
Psikologis:
Libatkan pasien dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat.
Bantu pasien untuk menjalankan peran dan fungsinya dikeluarga dan
masyarakat.
Sosial:
Libatkan klien dalam mengambil keputusan.
Dorong pasien untuk mengungkapkan masalah tentang penyakitnya, harapan
masa depan.
Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas.
Libatkan keluarga dalam setiap memberikan intervensi pada pasien.
Spiritual:
Anjurkan dan beri kesempatan pasien untuk beribadah dan berdoa sesuai
agama dan kepercayaannya.
Kolaborasi dengan pemuka agama dalam memberikan nasehat/diskusi
spiritual.
Lingkungan:
Beri lingkungan yang aman, mis: meninggikan kursi, menggunakan
penyangga tangga.
Beri matras busa pada tempat duduk dan tampat tidur guna mengubah
tekanan.
Sediakan penyangga/tongkat setiap kali pasien ingin berdiri/berjalan.
Jauhkan benda-benda kecil yang dapat mengakibatkan pasien terjatuh.
DAFTAR PUSTAKA
ariskiyana@yahoo.co.ukhttp://www.health-
lrc.or.id/modules.php?op=modload&name=news&file=article&sid=43&mode=th
ead&order=0&thold=0
Brunner& Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Jakarta:
EGC.
Doengoes, M.E. dkk, 2000, Recana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 , Jakarta EGC.
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama, Jakarta, Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 1999.
http://www.332.brinkster.com/ruidFK1/news.asp/id=82.
Price S.A., 1999, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4, Jakarta:
EGC.