Anda di halaman 1dari 8

IMUNOASSAY DEMAM REMATIK

A. Imunoassay untuk Melacak Rheumatoid Factor (RF)


Factor rematoid (RF) petama kali ditemukan oleh Wolker (1940), dan
Rose et.al (1948), sebagai immunoglobulin dalam sera penderita dengan arthritis
trematoid yang dapat mengaglutinasi sel darah merah domba yang di lapisi IgG
kelinci.
Factor rematoid adalah suatu antibody (IgG,atau IgA) yang ditunjukan
terhadap IgG (anti IgG), dan berbentuk dalam stadia yang agak lanjut daroi
penyakit arthritis rematoid; biasanya setelah penderita penyakit lebih dari setengah
tahun.
Pathogenesis dari penyakit arthritis rematoid, dan mekanisme pembentukan
factor rematoid masih belum diketahui dengan tepat (masih merupakan hipotensis).
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit radang sendi yang di timbulkan
oleh suatu kelainan pada proses regulasi imun (immune regulation) yang kelainan
imunopatologisnya disebabkan oleh kegagalan dalam koordinasi dari beberapa
fungsi imunitas mediasi seluler (cell mediated immunity) terhadap suatu antigen di
dalam sendi (intra-arthicular) yang berasal dari luar. Antigen penyakit ini sampai
sekarang belum diketahui dengan tepat, dan oleh karena itu sering di sebut antigen
x.
Akhir-akhir ini sering-sering dikemukakan bahwa ada hubungan yang
positif, antara arthritis rematoid dan infeksi dengan virus Epstein-Barr(EBV).
Antigen x yang masuk kedalam sendi akan diproses oleh beberapa sel
imunokompeten dari sinovia sendi sehingga merangsang pembentukan anti bodi
terhadap antigen x tersebut. Antibody yang dibentuk dalam beberapa sendi ini
terutama dari kelas lgG walaupun kelas dari Ab yang lain juga terbentuk.
Pada beberapa penderita dengan arthritis rematoid, secara genetic,
didapatkan adanya kelainan dari sel liimfosit T-Suppressor-nya sehingga tidak
dapat menekan sel limposit T-Helper. Dengan akibat timbulnya rangsangan yang
berlebihan pada sel plasma sehingga terjadi pembentukan antibody yang berlebihan
pula. Dalam jangkka waktu yang lama hal ini akan menyebabkan gangguan
glikosilsi lgG sehingga terbentuk lgG yang abnormal, dan menimbulkan
pembentukan otoantibodi yang dikenal sebagai factor rematoid (lgG, lgA, lgE, lgM,
dan anti lgG) lgG yang abnormal tersebu akan difagositosis oleh magrofag atau
APC yang lain. Didalam APC, lgG tersebut akan diproses namun pada orang
normal tidak menimbulkan respon imun sebab bahan yang berasal dari tubuh
sendiri tidak dapat membangkitkan molekul kostimulatoris B7 pada permukaan
APC sehingga tidak dapat terikat pada molekul CD28. Pada penderita rematoid
arthritis,oleh karena HLA-nya terjadi peningkatan kadar molekul kostimulatoris
B7-1 dan B7-2, sehingga dapat mengikat molekul CD-28 dan menimbulkan respon
imun CD4 Th 2 yang menghasilkan otoantibodi, yaitu anti-lgG atau factor
rematoid.
Umumnya factor rematoid baru terbentuk setelah penderita menderita
penyakit lebih dari 6 bulan, tetapi dapat pula terjadi lebih awal atau sesudah waktu
yang lama. Dalam tahap selanjunya antibody tersebut (terutama lgG) akan
mengadakan ikatan dengan antigen x dalam bentuk kompleks imun lgG. Kompleks
imun yang terjadi akan mengaktifkan komplomen dan menimbulkan kemotaksin
yang menarik leukosit polimorfonukleat (PMN) ke tempat proses.PMN ini akan
menadakan fagositosis kompleks imun tersebut, dan mengalami kerusakan atau
mati dengan akibat pengeluaran enzim lysozim yang dapat merusak tulang rawan
sendi.
Pengendapan kompleks imun disertai komplomen pada dinding sendi juga
dapat menyebabkan kerusakan sendi. Beberapa peneliti melaporkan bahwa jaringan
sinovia sendi (sel dendritik abnormal) yang mengalami artrutis rematoid
mengeluarkan enzim collagenase dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat
menyebabkaan kerusakn tulang rawan sendi yang tak dapat pulih lagi (irreversible).

B. Tes Laboratorium
1. Uji ASO (Anti Streptolisin O)
a. Pra Analitik
Judul : UJi ASO (Anti Streptolisin O)
Metode : kualitatif
Tujuan : untuk mengetahui adanya antibody streptolisin dalam serum
Prinsip : partikel latex polystyrene yan dilapisi streptolisin O sebagai
antigen akan bereaksi secara imunologis dengan antibody anti streptolisin
O yang terdapat dalam serum sampel. Reaksi ini ditunjukan dengan
adanya aglutinasi dari partikel latex.
Dasar Teori : sterptococus adalah bakteri yang terdiri dari kokus gram
positf yang berdiameter 0,5 dalam bentuk rantai yang khas kokus agak
memanjang pada arah sumbu rantai. Streptococcus bakteri ini
menghasilkan zat ekstraseluler dan enzim-enzim. Lebih dari 20 ekstra
seluler yang bersifat antigen dihasilkan oleh streptococcus golongan A
(streptococcus pyogenes) yang berhubungan dengan invasi lokal dan
sistemik dan kehilangan pasca sterptococus disebabkan oleh reaksi-reaksi
imunologi.
Zat-zat ekstra seluler terdiri dari streptolisin, hialuronidase streptokinase
dan NA dase. Zat-zat yang paling penting/spesifik adalah streptolisin
adalah enzim hemoltik yang dibentuk oleh streptococcus grup A beta
hemolytcus yang terdiri dari O dan streptolisin S, Streptolisin O adalah
suatu toksin yang terdiri protein dengan berat molekul 60.000 dalton aktif
dalam suasana anaerob dan dalam tereduksi melisiskan sel darah merah
dan dengan cepat tidak aktif bila teroksidasi. Toksin ini menyebabkan
dibentuknya zat anti streptolisin O (ASO), streptolisin S adalah suatu
toksin yang mempunyai berat molekul 20.000 dalton, bersifat antigen
lemah karena didalamnya hanya mengandung polipaptida dengan berat
molekul 2,800 dalton.
Alat dan Bahan
1) Centrifuge
2) Slide test
3) Pipet tetes
4) Batang pengaduk
5) Serum
6) Reagen latex
7) Control positif
8) Control negative
b. Analitik
Cara kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Ambil darah vena pasien kemudian buat serum dengan cara putar pada
sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 3 menit
3) Pada slide test yang telah diberi tanda masing-masing, teteskan control
posotif, control negatif dan serum
4) Tanbahkan masing-masing reagen latex
5) Masing-masing dihomogenkan dan ratakan sampai garis tanda.
c. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil
1) Positif : terjadi aglutinasi
2) Negative : tidak terjadi aglutinasi

2. Pemeriksaan Rf (Rematoid Factor) / RA (Rheumatoid Arthritis)


a. Pra Analitik
Judul : pemeriksaan rematoid factor
Metode : untuk mengetahui adanya RF dalam serum yaitu
immunoglobulin antibody yang dapat mengikat antibodi lainnya.
Prinsip : antibody RF (serum) + Reagen latex (anti-antibodi) = aglutinasi
Dasar teori : rematoid factor adalah immunoglobulin antibody yang dapat
mengikat antibodi lainnya. Penyakit ini merupakan penyakit auto imun dan
salah satu penyebabnya adalah rematoid arthritis, dimana sel T supresor
tidak menekan pembentukan antibodi dan terjadi glikolisasi (kerusakan
struktur) sehingga terbentuk antigen dan dan merespon antibodi baru
sehingga terjadi pengendapan dan pengaktifan komponen dan kemudian
memancing terjadinya enzim dan merusak tulang. Penyakit ini adalah
penyakit auto imun non organ spesifik karena kegagalan ototoleransi
ditunjukan terhadap elemen jaringan tubuh.
Alat dan Bahan
1) Slide
2) Klinipet
3) Tips
4) Sentrifuge
5) Batang pengaduk
6) Serum
7) Reagen latex
8) Control positf
9) Control negatif
b. Analitik
Cara Kerja
1) Siapkan alat dan bahan
2) Dengan menggunakan klinipet pipet 40 ul dari tiap-tiap tabung
pengenceran kemudian teteskan pada slide dengan latar hitam
3) Tambahkan masing-masing reagen latex sama banyak
4) Pada slide yang lain buat control positif dan control negatif sebagai
pembanding dengan cara
Slide 1 control positif + reagen latex
Slide 2 control negatif + reagen latex
Latex latex 2/4 (40 ul) 1/8 (40 ul) latex
1
/16 (40 ul) 1/32 (40 ul)
5. Campur dengan gerakan memurat beberapa detik hingga campuran
tersebut menyebar keseluruh tubuh arah lingkaran
6. Putar perlahan selama 1 menit dan amati aglutinasi yang terjadi
c. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil
1) Positif : terjadi aglutinasi
2) Negatif : tidak terjadi aglutinasi

3. Pemeriksaan RF (Rematoid factor) / RA (Rheumatoid)


a. Pra Analitik
Judul : pemeriksaan rematoid factor
Metode : kualitatif
Prinsip : adanya reaksi antara rheumatoid factor yang terdapat dalam
serum penderita denga II uman Imunoglobulin G (IgG) yang dilapiskan
pada partikel latex polystyrene reaksi positif dilanjutkan dengan adanya
aglutinasi pada partikel latex.
Alat Dan Bahan
1) Slide
2) Pipet tetes
3) RA latex
4) Serum
5) Batang pengaduk
b. Analitik
Cara kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan dugunakan
2) Pipet pada tempat berbeda kedalam slide
a) Sampel serum 1 tetes
b) Control positif 1 tetes
c) Control negative 1 tetes
3) Tambahkan masing-masing 1 tetes RA latex
4) Campur menggunakan batang pengaduk dan goyang-goyang selama 2
menit
5) Amati reaksi yang terjadi
c. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil
1) Positif : terjadi aglutinasi
2) Negative : tidak terjadi aglutinasi

4. Pemeriksaan RF (Rematoid Factor)/ RA (Rheumatoid Arthritis)


a. Pra Analitik
Judul : pemeriksaan rematoid factor
Metode : semi kuantitatif
Alat dan Bahan
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung
3) Pipet tetes
4) Batang pengaduk
5) Klinipet 100 ul
6) Tips kuning
7) RA latex
8) Buffer Glisine
9) Serum
b. Analitik
Cara kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2) Encerkan buffer glisisne dengan aquadest 1 : 9
3) Susun 5 tabung reaksi dan isi masing-masing tabung dengan buffer
glisine sebanyak 100 ul
4) Tabung kedua ditambahkan 100 ul, homogenkan lalau pindahkan 100
ul ketabung kedua homogenkan dan seterusnya sampai pada tabung
kelima
5) Amati reaksi yang terjadi
c. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil
Untuk mendapatkan konsentrasi RF, Kalikan titer dengan factor konfersi
yaitu 8 IU/ml.
DAFTAR PUSTAKA

Handojo, Indo. 2004. Imunoassay Terapan pada Beberapa Penyakit Infeksi.


Surabaya: Airlangga University Press.

Hardjoeno. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diaggnostik. Cet 5. Makassar :


Hasanuddin University Press.

http://www.indpretest.com/IVD_tests_kits_pic/Medical_diagnostics_samples/IVD_HC
T_tests

Manaba Faizin. 2001. Buku Ajar Patologi Umum. Edisi IV. Makassar

Anda mungkin juga menyukai