Anda di halaman 1dari 30

Asuhan Keperawatan pada pasien HIV/AIDS

PASIEN HIV-POSITIF
Individu yang seropositive terhadap HIV, dengan atau tanpa gejala-gejala, dipertimbangkan
mengidap HIV-positif. Orang ini mungkin hidup untuk beberapa tahun sebelum memenuhi
kriteria dari Centers for Desease Control (CDC) untuk mendiagnosis AIDS. Selama
menjelang kematian bukan merupakan masalah realistis, pasien perlu membuat perilaku
mayor dan perubahan gaya hidup untuk memperpanjang harapan hidup dan dapat
menghadapi masalah signifikan yang memerlukan informasi dan bantuan. Individu yang
didukung secara medis dengan baik dapat bertahan hidup dengan infeksi oportunisik selama
beberapa tahun.
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
Catatan : Pasien umumnya tidak dirawat kecuali jika mengalami penyakit-penyakit yang
menimbulkan ketidakberdayaan/infeksi.

Diagnosa Keperawatan :

Penyesuaian, Kerusakan

Dapat dihubungkan dengan :

a.
b.
c.
d.
e.

Ancaman kehidupan, kondisi/penyakit di-stigma.


Merongrong harga diri, perubahan lokus kontrol.
Fase berduka yang tidak lengkap.
Sistem pendukung tidak adekuat.
Efek samping obat-obatan (kelelahan dan depresi).

a. Pengungkapan
Dapat dibuktikan oleh :

tentang

diagnosis

yang

tidak

diterima/ditolak.
b. Tidak adanya atau ketidakberhasilan kemampuan
untuk terlibat dalam pemecahan masalah atau
penyusunan tujuan.
c. Periode syok yang panjang, ketidakpercayaan, atau
kemarahan berkenaan dengan perubahan status
kesehatan.
d. Kurangnya pemikiran yang berorientasi ke masa
depan.
a. Menyatakan memahami proses penyakit.
b. Mendemonstrasikan peningkatan rasa percaya dan

Hasil yang diharapkan/kriteria


partisipasi dalam mengembangkan rencana tindakan.
evaluasi pasien akan :
c. Melakukan perubahan gaya hidup yang akan

memungkinkan adanya adaptasi terhadap situasi


kehidupan yang sekarang.

Mandiri
1. Intervensi : Evaluasi kemampuan pasien untuk memahami kejadian dan situasi, dan
menilai situasi secara realistis.
Rasional : Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana tindakan.
2. Intervensi : Dorong untuk mengungkapkan perasaan, reaksi penolakan, syok dan rasa
takut. Dengarkan tanpa menghakimi, menerima ekspresi perasaan pasien. Hindari
menggantungkan pada kemungkinan masa datang.
Rasional : Penting untuk menyampaikan rasa percaya dalam tentang pada rasa
takut/percaya pasien secara umum. Perkiraan masa depan berfokus pada aspek-aspek
negatif yang mungkin terjadi.
3. Intervensi : Lawan pikiran-pikiran yang tidak wajar dan susun ke dalam pernyataanpernyataan yang positif, mis., Anda tahu mengapa virus itu akan membunuh Saya, Saya
patut mati karena perbuatan Saya. Respons: Virus tersebut mungkin membunuh Anda
atau mungkin tidak demikian. Ia tidak cukup pandai untuk menentukan kapan Anda akan
meninggal.
Rasional : Hentikan pikiran tidak wajar dan lawan ide-ide pasien yang tidak menghargai
diri sendiri.
4. Intervensi : Tentukan sumber-sumber atau program-program yang ada.
Rasional : Perilaku adiktif, kemampuan pengguna obat-obat IV untuk mendapatkan
hasil yang bersih, mitos-mitos seksual, persepsi-persepsi tentang penggunaan kondom
dapat diberikan.
5. Intervensi : Kaji sistem sosial serta adanya dukungan, persepsi tentang kehilangan, dan
stressor.
Rasional : Pasangan, teman, dan keluarga akan memiliki respons-respons individual,
tergantung dari penerimaan gaya hidup orang tersebut, pengetahuan tentang penularan
HIV, dan kepercayaan terhadap mitos.
6. Intervensi : Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam kelompok pendukung.
Rasional : Dukungan jangka panjang penting untuk menghadapi sesuatu dan koping
secara efektif dengan realitas.
7. Intervensi : Diskusikan makna dari perilaku resiko tinggi dan rintangan untuk berubah.

Rasional : Perilaku seksual mungkin digunakan untuk mengekspresikan perawatan serta


merasa berhubungan dan kurang merasa kesepian.
8. Intervensi : Beritahu pasien mengenai interaksi antara obat-obatan, HIV dan emosi.
Rasional : Kelelahan dan depresi dapat menjadi efek samping dari obat-obatan sama
dengan infeksi itu sendiri. Pengetahuan yang diberikan dalam waktu singkat dapat
membantu dalam pemilihan berdasarkan informasi/kerjasama dan meningkatkan harapan.
9. Intervensi : Dorong penggunaan kontinu dan pembaruan penggunaan strategi koping
efektif yang dikenal.
Rasional : Pasien didukung dan diberikan dorongan untuk perilaku masa lalu yang
efektif. Penguatan positif akan meningkatkan rasa percaya diri.
10. Intervensi : Gali dan praktikkan penggunaan strategi koping baru dan berbeda.
Rasional : Menggunakan strategi baru mungkin tidak menyenangkan namun dapat
melatih perkembangan rasa percaya diri.
11. Intervensi : Bantu pasien menggunakan rasa humor untuk mengatasi rasa stigma dari
penyakit.
Rasional : Humor menutupi rasa kerahasiaan individu, dapat menempatkan pada HIV.
12. Intervensi : Kuatkan struktur kehidupan sehari-hari. Masukkan latihan sebagai bagian
dari rutin.
Rasional : Rutinitas membantu seseorang untuk tetap berkonsentrasi. Latihan akan
meningkatkan rasa sehat.
13. Intervensi : Bantu pasien untuk menentukan batas-batas perilaku untuk pengungkapan.
Rasional : Kebutuhan akan cinta, kenyamanan dan rasa persahabatan yang telah dipenuhi
melalui ekspresi seksual perlu dipenuhi melalui cara-cara lain yang memberikan
penurunan resiko terhadap penularan HIV.
14. Intervensi : Bantu pasien untuk mengubah rasa marah ke aktivitas-aktivitas yang sehat.
Rasional : Peningkatan rasa marah dapat digunakan untuk menyempurnakan hal-hal lain
dan meningkatkan rasa percaya diri.
15. Intervensi : Informasikan pasien mengenai kemajuan medis atau pengobatan terbaru.
Rasional : Meningkatkan harapan dan membantu pasien untuk membuat keputusan.

Kolaborasi
1. Intervensi : Rujuk pada praktisi perawat/spesialis klinis, psikolog, pekerja sosial tentang
pengetahuan HIV.
Rasional : Mungkin diperlukan bantuan tambahan untuk menyelesaikan situasi yang
rumit.

Diagnosa Keperawatan :

Nutrisi, Perubahan kurang dari kebutuhan


tubuh, Resiko tinggi terhadap

Faktor Resiko meliputi :

a. Laporan ketidakadekuatan masukan makanan kurang


dari anjuran yang diizinkan setiap hari.
b. Penurunan napsu makan.
c. Penurunan informasi, kesalahan informasi

dan

konsepsi.
d. Laporan perubahan sensasi rasa (efek samping obatobatan).
e. Penurunan berat badan dengan masukan makanan
adekuat, menurunnya denyut nadi.
[Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejalaDapat dibuktikan oleh :

gejala membuat diagnose aktual].


a. Mempertahankan massa otot adekuat.
b. Mempertahankan berat badan antara 0,9-1,35 kg dari

Hasil yang diharapkan/kriteria


evaluasi pasien akan :

berat sebelum sakit.


c. Menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal.
d. Melaporkan perbaikan tingkat energi.

Mandiri
1. Intervensi : Tentukan berat badan umum sebelum pasien didiagnosa.
Rasional : Penurunan berat badan dini bukan ketentuan pasti grafik berat badan dan
tinggi badan normal. Karenanya, penentuan berat badan terakhir dalam hubungannya
dengan berat badan pradiagnosis lebih bermanfaat.
2. Intervensi : Buat ukuran antropometrik terbaru.
Rasional : Membantu memantau penurunan dan menentukan kebutuhan nutrisi sesuai
perjalanan penyakit.
3. Intervensi : Tentukan pola diet/masukan pasien yang tepat dan pengetahuan akan nutrisi.
Rasional : Identifikasi dari faktor-faktor ini dapat membantu untuk merencanakan
kebutuhan individu. Pasien dengan infeksi HIV telah menunjukkan defisit mineral renik
zink, magnesium, selenium. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu
masukan adekuat.
4. Intervensi : Diskusikan/catat efek-efek samping obat-obatan terhadap nutrisi.
Rasional : Umumnya obat-obatan yang digunakan menyebabkan anoreksia dan
mual/muntah; beberapa mempengaruhi produksi SDM sumsum tulang.

5. Intervensi : Sediakan informasi mengenai nutrisi dengan kandungan kalori, vitamin,


protein,

dan

mineral

tinggi.

Bantu

pasien

merencanakan

cara

untuk

mempertahankan/menentukan masukan.
Rasional : Memiliki informasi ini dapat membantu pasien memahami pentingnya diet
seimbang. Sebagian pasien mungkin akan mencoba diet makrobiotik maupun diet jenis
lain dengan kepercayaan bahwa diare disebabkan oleh ketidakseimbangan laktosa.
Menghilangkan produk unggas mempunyai efek-efek penentu bila komponen-komponen
ini tidak digantikan.
6. Intervensi : Tentukan pentingnya mempertahankan keseimbangan/pemasukan nutrisi
adekuat.
Rasional : Pasien mungkin kecewa dengan perubahan status dan menemukan kesulitan
makan. Mengetahui pentingnya masukan nutrisi untuk mempertahankan kesehatan, dapat
memotivasi pasien untuk mempertahankan diet yang tepat.
7. Intervensi : Bantu pasien untuk merumuskan rencana diet.
Rasional : Memberikan bantuan dan umpan balik selama meningkatkan rasa kontrol,
meningkatkan rasa percaya diri, dan kemungkinan meningkatkan pemasukan.
8. Intervensi : Anjurkan lingkungan yang mendukung untuk makan, mis., menghindari
aroma masakan jika mengganggu, menjaga ventilasi ruangan, memindahkan rangsang
cemas. Anjurkan penggunaan bumbu, mengasinkan daging sebelum memasak, dan/atau
mengganti sumber protein lainnya untuk daging merah.
Rasional : Memperbaiki pemasukan nutrisi. Obat-obatan dan penyakit dapat mengubah
indera penciuman dan pengecap. Pasien dapat mengembangkan keengganan terhadap
daging merah.
Kolaborasi
1. Intervensi : Konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : Memberikan bantuan dalam merencanakan diet nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan individu.
2. Intervensi : Memantau nilai laboratorium, mis., Ht, Hb, albumin, kalium, natrium.
Rasional : Meskipun masukan nutrisi adekuat, terjadi fluktuasi dan pemberian makanan
tambahan ataupun vitamin mungkin diperlukan untuk mencegah penyimpangan lebih
lanjut.

Diagnosa Keperawatan :

Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar),


Mengenal

penyakit,

Prognosis,

Dapat dihubungkan dengan :

Kebutuhan Pengobatan.

Dapat dibuktikan oleh :

a.
b.
c.
d.
a.
b.

Hasil yang diharapkan/kriteria

komplikasi yang dapat dicegah.


c. Perilaku yang tidak sesuai/berlebihan

evaluasi pasien akan :

dan

Kurang pemajanan/mengingat.
Kesalahan interpretasi informasi.
Tidak mengenal sumber informasi.
Keterbatasan kognitif.
Pernyataan salah konsepsi/permintaan informasi.
Ketidakakuratan
mengikuti
instruksi/terjadinya
(mis.,

bermusuhan, agitasi, histeris, apatis).


a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses
penyakit dan tindakan.
b. Mengidentifikasi hubungan antara tanda-tanda/gejalagejala terhadap proses penyakit dan menghubungkan
gejala dengan faktor-faktor penyebab.
c. Melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai.
d. Berpartisipasi dalam aturan perawatan.

Mandiri
1. Intervensi : Menentukan pemahaman saat ini dan persepsi terhadap diagnosa. Diskusikan
perbedaan antara HIV positif dan AIDS.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahan konsep/mitos dan
membuat pilihan berdasarkan informasi. Memungkinkan pengembangan rencana
perawatan individual.
2. Intervensi : Kaji kemampuan emosional untuk mengasimilasikan informasi dan
memahami instruksi. Hargai kebutuhan pasien untuk menggunakan teknik koping
menyangkal pada awalnya.
Rasional : Adanya syok dan ansietas dapat menghalangi masukan informasi. Harga diri,
gaya hidup, rasa bersalah, dan menyangkal tentang kemungkinan pemajanan/tanggung
jawab sendiri terhadap penyakit yang didapat dapat bertindak sebagai mekanisme
perlindungan yang meningkatkan perawatan diri lebih efektif.
3. Intervensi : Kaji potensial terhadap perilaku yang tidak sesuai/perilaku resiko tinggi:
penyalahgunaan obat IV terus menerus, praktik seksual tak aman.

Rasional : Penolakan/marah yang hebat, adiksi obat-obatan mungkin muncul dalam


perilaku yang merupakan tindakan berisiko tinggi dalam penyebar-luasan virus.
Seksualitas seseorang dan identitasnya akan terancam oleh adanya penemuan diagnosa.
4. Intervensi : Berikan informasi mengenai sistem/respon imun normal dan bagaimana efek
dari HIV, penyebaran virus, perilaku atau faktor-faktor yang diyakini dapat meningkatkan
kemungkinan progresifitas penyakit. Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan.
Rasional : Pasien perlu waspada terhadap resiko bagi dirinya sendiri sama seperti
resikonya bagi orang lain untuk membuat keputusan-keputusan yang bersifat segera dan
jangka panjang dan juga menetapkan dasar tujuan. Perlu juga membina hubungan dan
menyediakan kesempatan untuk mengidentifikasi perhatian dan asimilasi informasi.
5. Intervensi : Berikan informasi yang realistis dan optimis selama setiap kontak dengan
pasien.
Rasional : Perlu untuk memberikan harapan yang realistis, untuk mengurangi resiko
bunuh diri. Banyak pasien yang telah terpajan pada informasi media tentang AIDS atau
memiliki teman-teman/pacar yang telah meninggal karena penyakit tersebut. Orang-orang
ini mungkin akan merasa ingin bunuh diri saat didiagnosa penyakit tersebut.
6. Intervensi : Rencanakan pertemuan-pertemuan yang singkat untuk memberikan
informasi tambahan.
Rasional : Pasien akan membutuhkan waktu dan kontak yang berulang untuk menyerap
informasi.
7. Intervensi : Tinjau ulang tanda-tanda/gejala-gejala yang mungkin menjadi konsekuensi
dari infeksi HIV, yaitu demam sedang yang terus menerus, anoreksia, penurunan berat
badan, kelelahan, berkeringat pada malam hari, diare, batuk kering, kemerahan, sakit
kepala, dan gangguan tidur.
Rasional : Pasien mungkin mengalami penyakit akut 2-6 minggu setelah infeksi;
meskipun demikian, adalah umum bagi infeksi menjadi subklinis, dengan adanya rasa
tidak nyaman bagi penderitanya.
8. Intervensi : Diskusikan tanda-tanda/gejala-gejala yang membutuhkan evaluasi medis,
seperti peningkatan batuk menetap atau pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan
hebat yang tidak hilang dengan istirahat, penurunan berat badan 4,5 kg dalam waktu
kurang dari 2 bulan, diare yang parah/terus menerus, demam, menurunnya kemampuan
penglihatan, perubahan warna kulit atau kemerahan yang berlangsung lama atau
menyebar, luka yang terbuka dimana-mana.
Rasional : Pengenalan awal dari progresi penyakit/perkembangan dari komplikasi
memberikan waktu untuk melakukan intervensi dan dapat mencegah situasi yang lebih
serius.

9. Intervensi : Tekankan perlunya mempraktikkan seks yang lebih aman dan juga
menekankan perlunya menghindari penggunaan obat-obatan IV terlarang, atau jika tidak
ingin berpantang, menghindari pemakaian bersama jarum suntik dan membersihkan
dengan larutan pemutih dan mencucinya dengan air secara cermat.
Rasional : Membatasi penyebaran virus. Mengurangi pemajanan pada agen infeksi/stres
tambahan pada sistem imun.
10. Intervensi : Diskusikan perubahan aktif dalam perilaku seksual dimana pasien dapat
membuatnya sebagai pemuas kebutuhan seksual dan dirancang untuk mencegah
penularan.
Rasional : Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kontrol yang memungkinkan
pengurangan tegangan seksual.
11. Intervensi : Berikan informasi mengenai perubahan gaya hidup yang sesuai dan faktorfaktor yang membantu mempertahankan kesehatan :
Rasional : Bukti menunjukkan bahwa diet yang khusus dan faktor gaya hidup dapat
berpengaruh pada perkembangan infeksi HIV sampai AIDS.
a. Intervensi : Hindari kelompok dan masyarakat yang terinfeksi;
Rasional : Deteksi awal dan perawatan infeksi penting untuk menghambat
ketidakseimbangan sistem imun lebih lanjut dan perkembangan penyakit.
b. Intervensi : Berlatih sampai batas kemampuan, mengubah masa istirahat dengan
aktivitas dan tidur adekuat;
Rasional : Menghindari kepenatan yang tidak seharusnya, memelihara kekuatan
dan kesehatan.
c. Intervensi : Makan secara teratur, meskipun jika napsu makan berkurang. Coba
makan sedikit, dan sering dan makan kudapan;
Rasional : Stresor fisik dan psikologis meningkatkan kebutuhan metabolis; selain
itu, efek samping dari obat-obatan, adanya mual/muntah, dan anoreksia kadang
membatasi masukan melalui oral. Ini akan menimbulkan defisit nutrisi yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan sistem imun lebih lanjut.
d. Intervensi : Jaga kesehatan oral dan gunakan sikat gigi yang halus; pemeriksaan
mulut terhadap luka secara teratur, lapisan putih ataupun perubahan warna;
lakukan pengecekan gigi setiap 6 bulan secara teratur;
Rasional : Kesehatan gigi/oral yang rendah dapat memperburuk pemasukan
melalui oral dan meningkatkan resiko infeksi oportunistik.
e. Intervensi : Periksa kulit terhadap ruam, memar, kerusakan integritas kulit;
Rasional : Dapat mengindikasikan berkembangnya komplikasi/meningkatnya
resiko infeksi.
f. Intervensi : Tekankan pentingnya perawatan evaluasi. Tinjau ulang prosedur dan
tes yang mungkin diperlukan untuk status pengkajian yang periodik.

Rasional : Meskipun pasien mmungkin asimtomatik, evaluasi periodik dapat


menghalangi perkembangan komplikasi ataupun progresi penyakit. Pengetahuan
mengenai apa yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengendalikan
situasi.
12. Intervensi : Diskusikan strategi penatalaksanaan terhadap gejala-gejala dan tanda-tanda
yang terus menerus.
Rasional : Keterlibatan pasien dalam perawatan meningkatkan kerjasama dan kepuasan
dengan perawatan.
13. Intervensi : Tinjau ulang terapi obat-obatan, efek samping, dan reaksi yang merugikan
sebagaimana diperlukan mis, zidovudin (AZT, Retrovir); dideoksinosin (ddl, Videx);
zalkitabin (ddC, HIVID).
Rasional : Obat-obat eksperimen ini tampak menghalangi proses replikasi HIV. Efek
samping seperti gejala neuropati perifer atau pankreatitis mengharuskan evaluasi segera
dan kemungkinan penghentian/perubahan terapi.
14. Intervensi : Berikan informasi tertulis.
Rasional : Pasien mungkin akan merasa berlebihan dan materi tertulis diberikan untuk
tinjauan lebih lanjut dan penguatan jika pasien memiliki kesempatan untuk menenangkan
diri.
15. Intervensi : Dorong kontak dengan orang terdekat, keluarga, dan teman. Termasuk
melakukan diskusi/konferensi sebagaimana diperlukan.
Rasional : Banyak yang merasa takut mengungkapkannya pada orang terdekat, keluarga,
dan teman karena takut ditolak; yang lainnya menarik diri sebagai akibat dari perasaan
yang menggemparkan. Kontak akan meningkatkan rasa mendukung, memperhatikan,
kebersamaan, dan memahami. Dukungan dari seseorang yang mencintai pada saat ia
mempelajari diagnosanya akan berguna bagi dukungan jangka panjang pasien.
16. Intervensi : Identifikasi sumber-sumber tambahan mis., kelompok pendukung, konselor
sesama penderita, dan ahli kesehatan mental.
Rasional : Pasien akan mengalami rasa emosional yang bermacam-macam dan juga
respons psikologis terhadap diagnosa dan mungkin membutuhkan bantuan tambahan
untuk meningkatkan penyesuaian diri yang optimal.

AIDS
CDC merekomendasikan bahwa diagnosis AIDS ditujukan pada orang yang mengalami
infeksi oportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang
mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.

Kondisi lain yang sering digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, wasting
sindrom atau sarcoma Kaposi (SK) (pada pasien berusia kurang dari 60 tahun), kankerkanker khusus lainnya (yaitu kanker serviks invasif) atau diseminasi dari penyakit yang
umumnya mengalami lokalisasi (mis.,TB).
Orang-orang yang menderita AIDS umumnya dibagi kedalam 6 kategori: laki-laki
homoseksual, laki-laki biseksual, pemakai obat-obatan IV, penerima darah ataupun produk
darah yang terinfeksi, pasangan heteroseksual dari orang yang terinfeksi HIV, dan anak-anak
yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Kecepatan infeksi umumnya berkembang paling cepat
pada wanita dan kaum minoritas.
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
Data tergantung dari organ-organ/jaringan tubuh yang terkena dan infeksi oportunistik atau
kanker spesifik.
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : - Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelahan/malaise.
- Perubahan pola tidur.
Tanda : - Kelemahan otot, menurunnya massa otot.
- Respons fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernapasan.
SIRKULASI
Gejala : - Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada
cedera (jarang terjadi).
Tanda
: - Takikardia, perubahan TD postural.
- Menurunnya volume nadi perifer.
- Pucat atau sianosis; perpanjangan pengisian kapiler.
INTEGRITAS EGO
Gejala
: - Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan, mis., dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distress spiritual.
- Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat, dan menurunnya berat
badan.
- Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
Tanda

bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi.


: - Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.
- Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang

kurang.
- Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama.
ELIMINASI
Gejala
: - Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan atau tanpa desertai

Tanda

kram abdominal.
- Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
: - Feses encer dengan atau tanpa disertai mucus atau darah.

- Diare pekat yang sering.


- Nyeri tekan abdominal.
- Lesi atau abses rektal, perianal.
- Perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.
MAKANAN/CAIRAN
Gejala
: - Tidak napsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan,

Tanda

mual/muntah.
- Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
- Penurunan berat badan yang cepat/progresif.
: - Dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif.
- Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya
-

HIGIENE
Gejala
Tanda

lemak

subkutan/massa otot.
Tugor kulit buruk.
Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna
Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
Edema (umum, dependen).

: - Tidak dapat menyelesaikan AKS.


: - memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.
- Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan

diri.
NEUROSENSORI
Gejala
: - Pusing/pening, sakit kepala.
- Perubahan status mental, kehilangan ketajaman atau kemampuan diri
untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi
menurun.
- Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.
- Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
- Kebas, kesemutan pada ektremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan
Tanda

paling awal).
: - Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang realistis.
- Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai
demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis
retardasi psikomotor/respon melambat.
- Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan
ataksia.
- Tremor pada

motorik

kasar/halus,

menurunnya

motorik

hemiparesis, kejang.
- Hemoragi retina, dan eksudat (renitis CMV).
NYERI/KENYAMANAN
Gejala
: - Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki.
- Sakit kepala (keterlibatan SSP).
- Nyeri dada pleuritis.
Tanda
: - Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
- Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang.

fokalis;

- Gerak otot melindungi bagian yang sakit.


PERNAPASAN
Gejala
: - ISK sering, menetap.
- Napas pendek yang progresif.
- Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum
(tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodik saat napas dalam).
- Bendungan atau sesak pada dada.
KEAMANAN
Gejala
: - Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhanya.
- Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis.,
hemophilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
- Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut.
- Riwayat/berulangnya infeksi dengan PHS.
- Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten/memuncak;
Tanda

berkeringat malam.
: - Rektum, luka-luka perianal atau abses.
- Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam, mis., eczema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola; mudah terjadi
memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh atau

lebih (mis., leher, ketiak, paha)


- Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
SEKSUALITAS
Gejala
: - Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.
- Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multiple aktivitas
seksual yang tidak terlindung, dan seks anal.
- Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
- Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatan kerentanan terhadap
virus pada virus yang di perkirakan dapat terpajan karena peningkatan
kekeringan/friabilitas vagina)
Tanda
: - Kehamilan atau resiko terhadap hamil.
- Genitalia: Manifestasi kulit (mis., herpes, kutil); rabas.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala
: - Isolasi, kesepian teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal
karena AIDS
- Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis., kehilangan kerabat/orang
terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk mengungkapkannya pada
orang lain, takut akan penolakan/ kehilangan pendapat.
- Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat
Tanda

rencana
: - Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat.
- Aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala
: - Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko
tinggi (mis., seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV).
- Penggunaan/penyalahgunaan obat-obatan IV, saat

ini

merokok,

penyalahgunaan alkohol.
Pertimbangan
DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 10,2 hari
Rencana Pemulangan : Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan
kulit/luka, peralatan/bahan; transportasi, belanja makanan dan
persiapan; perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas
perawatan/pemeliharaan rumah, perawatan anak; perubahan
fasilitas hidup.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. JDL : Anemia dan trombositopenia idiopatik.
b. DSP : Leukopenia mungkin ada; pergeseran diferensial ke kiri menunjukkan proses
infeksi (PCP); bergeser ke kanan dapat terlihat. Pada infeksi tertentu, jumlah sel-T
rendah, atau tumor sel-T, tak ada pergeseran juga dapat terjadi.
c. Panel Anergi : Anergi kutaneus (kurang reaktivitas pada antigen dimana pasien telah
mengetahuinya) adalah indikator yang umum ditemukan pada depresi sel imunitas
humoral.
d. TB (PPD) : Untuk menentukan pemajanan dan/atau penyakit aktif (harus diberikan
dengan panel anergi untuk menentukan hasil negatif-palsu pada respons defisiensi imun).
Pada pasien AIDS, 100% akan memiliki mikrobakterium TB positif pada kehidupan
mereka bila terjadi kontak.
e. Serologis :
i.
Tes antibodi serum : Skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan
ii.
iii.
iv.

mengindikasikan adanya HIV tetapi bukan merupakan diagnosa.


Tes blot western : Mengkonfirmasikan diagnosa HIV.
Sel-T limfosit : Penurunan jumlah total.
Sel-T4 helper (indikator sistem imun yang menjadi media banyak proses sistem
imun dan menandai sel B untuk menghasilkan antibodi terhadap bakteri asing):

v.

Jumlah yang kurang dari 200 mengindikasikan respons defisiensi imun hebat.
T8 (sel supresor sitopatik): Rasio terbalik (2:1 atau lebih besar) dari sel supresor

vi.

pada sel helper (T8 ke T4) mengindikasikan supresi imun.


P24 (protein pembungkus HIV): Peningkatan nilai kuantitatif protein ini dapat
mengindikasikan progresi infeksi. (Mungkin tidak dapat dideteksi pada stadium
awal dari infeksi HIV).

vii.

Kadar Ig : Umumnya meningkat, terutama IgG dan IgA dengan IgM yang normal
ataupun mendekati normal (indikator kemampuan tubuh untuk menunjukkan bila
proses penularan telah lengkap tetapi umumnya digunakan karena faktor-faktor

viii.

lain dapat mengubahnya, mis., polutan lingkungan).


Reaksi rantai polimerase: Mendeteksi adanya DNA virus dalam jumlah yang

sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.


f. Tes PHS: Pembungkus hepatitis B dan inti antibodi, sifilis, CMV mungkin positif.
g. Budaya : Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feses, cairan spinal, luka,
sputum, dan sekresi mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan infeksi.
Beberapa yang paling umum diidentifikasi sebagai berikut :
i.
Infeksi parasit dan protozoa : PCP kriptosporidiosis, toksoplasmosis.
ii.
Infeksi jamur : Candida albicans (kandidiasis), Cryptococcus neoformans
iii.

(kriptokokosis); Histoplasma capsulatum (histoplasmosis).


Infeksi bakteri : Micobacterium avium-intercellulare, TB mikobakterial milier,

Shigella (sigelosis), Salmonella (salmonelosis).


iv. Infeksi viral: CVM, herpes simpleks, herpes zoster.
h. Pemeriksaan neurologis, mis., EEG, MRI, skan CT otak: EMG/pemeriksaan konduksi
saraf: Diindikasikan untuk perubahan mental, demam yang tidak diketahui asalnya
dan/atau perubahan fungsi sensori/motor.
i. Sinar X dada : Mungkin normal pada awalnya atau menyatakan perkembangan infiltrasi
interstisial dari PCP tahap lanjut (penyakit yang paling umum terjadi) ataupun komplikasi
pulmonal lainnya.
j. Tes fungsi pulmonal : Digunakan pada deteksi awal pneumonia interstisial.
k. Skan gallium : Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk-bentuk pneumonia
lainnya.
l. Biopsis : Mungkin dilakukan untuk diagnosa yang berbeda bagi KS ataupun lesi
neuplastik lainnya.
m. Bronkoskopi/pencucian trakeobronkial : Mungkin dilakukan dengan biopsi pada waktu
PCP ataupun diduga adanya kerusakan pada paru-paru.
n. Menelan barium, endoskopi, kolonoskopi : Mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan infeksi (mis., Candida, CMV) atau menentukan tahap KS pada system GI.
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Mencegah/memperkecil infeksi.
2. Mempertahankan homeostatis.
3. Mengusahakan kenyamanan.
4. Memberikan penyesuaian psikososial.
5. Memberikan informasi mengenai prosses penyakit/prognosis dan kebutuhan perawatan.
TUJUAN PEMULANGAN
1. Infeksi dapat dicegah.
2. Komplikasi dapat dihindari/dikurangi.
3. Rasa sakit/tidak nyaman dikurangi.

4. Pasien dapat berhadapan dengan situasi sekarang secara realistis.


5. Diagnosis, prognosis, dan pengobatan dapat dipahami.

Diagnosa Keperawatan :
Faktor resiko meliputi :

Infeksi, Resiko tinggi terhadap (progresi


menjadi sepsis/awitan infeksi oportunistik)
a. Pertahanan primer takefektif; kulit rusak, jaringan

traumatik, stasis cairan tubuh.


b. Depresi sistem imun; penggunaan agen antimikroba.
c. Pemajanan lingkungan, teknik invasif.
Dapat dibuktikan oleh :
d. Penyakit kronis; malnutrisi.
Hasil yang diharapkan/kriteria [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejalagejala membuat diagnosis aktual].
evaluasi pasien akan :
a. Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang
mengurangi resiko infeksi.
b. Mencapai masa penyembuhan luka/lesi.
c. Tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi
purulent dan tanda-tanda lain dari kondisi infeksi.

Mandiri
1. Intervensi : Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan.
Instrusikan pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi silang.
2. Intervensi : Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa
pengunjung/staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
3. Intervensi : Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan
kesehatan pribadi.
Rasional : Meningkatkan kerjasama dengan cara hidup dan berusaha mengurangi rasa
terisolasi.
4. Intervensi : Pantau tanda-tanda vital, termasuk suhu.
Rasional : Memberikan informasi data dasar, awitan/peningkatan suhu secara berulangulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses
infeksi yang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang
tidak dapat disembuhkan.

5. Intervensi : Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan, perhatikan batuk spasmodik kering


pada inspirasi dalam, perubahan karakteristik sputum, dan adanya mengi/ronki. Lakukan
isolasi pernapasan bila etiologi batuk produktif tidak diketahui.
Rasional : Kongesti/distress pernapasan dapat mengindikasikan perkembangan PCP,
penyakit yang paling umum terjadi. Meskipun demikian, TB mengalami peningkatan dan
infeksi jamur lainnya, viral, dan bakteri dapat terjadi yang membahayakan sistem
pernapasan.
6. Intervensi : Selidiki keluhan sakit kepala, kaku leher, perubahan penglihatan. Catat
perubahan mental dan tingkah laku. Pantau kekakuan nukal/aktivitas kejang.
Rasional : Ketidaknormalan neurologis umum dan mungkin dihubungkan dengan HIV
ataupun infeksi sekunder. Gejala-gejala mungkin bervariasi dari perubahan yang kecil
pada alam perasaan/sensorium (perubahan kepribadian atau depresi) sampai halusinasi,
kehilangan daya ingat, demensia hebat, kejang, dan kehilangan penglihatan. Infeksi SSP
(ensefalitis paling umum) mungkin disebabkan oleh protozoa dan organisme helmintes,
ataupun jamur.
7. Intervensi : Periksa kulit/membran mukosa oral terhadap bercak putih/lesi.
Rasional : Kandidiasis oral, KS, herpes, CMV, dan Cryptococcus adalah penyakit yang
umum terjadi dan memberi efek pada membran kulit.
8. Intervensi : Bersihkan kuku setiap hari. Dikikir, lebih baik daripada dipotong dan hindari
memotong kutikula.
Rasional : Mengurangi resiko transmisi bakteri pathogen melalui kulit. Catatan : Infeksi
jamur sepanjang punggung kuku sering terjadi.
9. Intervensi : Pantau keluhan nyeri ulu hati, disfagia, sakit retrosternal pada waktu
menelan, peningkatan kejang abdominal, diare hebat.
Rasional : Esofagitis mungkin terjadi sekunder akibat kandidiasis oral ataupun herpes.
Kriptosporidiosis adalah infeksi parasit yang menyebabkan diare encer (seringkali lebih
besar dari 15 L/hari).
10. Intervensi : Periksa adanya luka/lokasi alat invasive, perhatikan tanda-tanda
inflamasi/infeksi lokal.
Rasional : Identifikasi/perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya
sepsis.
11. Intervensi : Gunakan sarung tangan dan skort selama kontak langsung dengan
sekresi/ekskresi atau kapanpun terdapat kerusakan pada kulit tangan perawat. Gunakan
masker dan kacamata pelindung untuk melindungi hidung, mulut, dan mata dari sekresi
selama prosedur (mis., penghisapan ataupun ketika terjadi percikan darah).
Rasional : Penggunaan masker, skort dan sarung tangan dilakukan oleh OSHA (1992)
untuk kontak langsung dengan cairan tubuh, misalnya sputum, darah/zat-zat darah, serum,
sekresi vaginal.

12. Intervensi : Awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan
menggunakan wadah tersendiri.
Rasional : Mencegah inokulasi tak disengaja dari pemberi perawatan. Gunakan
pemotong jarum dan ujung jarum tersebut tidak boleh ditutup. Catatan : Inokulasi/pungsi
yang tidak disengaja harus dilaporakan sesegera mungkin dan evaluasi tindak lanjut
dilakukan per protokol.
13. Intervensi : Beri label pada tabung darah, wadah cairan tubuh, pembalut/linen yang kotor
dan dibungkus dengan layak untuk pembuangan setiap protokol isolasi.
Rasional : Menghindari kontaminasi silang dan mewaspadakan personel/departemen
dengan layak untuk latihan prosedur material berbahaya khusus.
14. Intervensi : Bersihkan percikan cairan tubuh/darah dengan larutan pemutih (1:10).
Rasional : Mengontrol mikroorganisme pada permukaan keras.
Kolaborasi
1. Intervensi : Pantau studi laboratorium mis.,
JDL/diferensial;
Rasional : Pemindahan diferensial dan perubahan pada jumlah SDP mengindikasikan
proses infeksi. Jumlah SDP yang rendah atau perubahan lain dalam jumlah darah dapat
berhubungan dengan perawatan/obat-obatan.
2. Intervensi : Periksa kultur/sensitivitas lesi, darah, urine dan sputum.
Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab demam, diagnosa infeksi
organisme, atau untuk menentukan metode perawatan yang sesuai.
3. Intervensi : Berikan antibiotik antijamur/agen antimikroba, mis., trimetroprim (Bactrim,
Septra), nistatin (Mycostatin), ketokonazol, pentamidin atau AZT/retrovir, dan gansik
lover (Cytovene), atau foskarnet (Fascavi), dideoksinosin (ddl, VIDEX), dideokstidin
(ddC, HIVID).
Rasional : Menghambat proses infeksi. Beberapa obat-obat ditargetkan untuk organisme
tertentu/sistem perusak. Obat-obatan lainnya ditargetkan untuk meningkatkan fungsi
imun. Meskipun tidak ada obat yang tepat, zat seperti AZT ditujukan untuk menghalangi
enzim yang memungkinkan virus memasuki material genetis sel T4 sehingga dapat
memperlambat

perkembangan penyakit. Gansiklovir digunakan pada waktu CMV

muncul untuk mencegah kebutaan/diseminasi yang membahayakan jiwa. Catatan : jika


leukopenia terjadi dengan kombinasi penggunaan AZT dan gansiklofir, AZT dapat
dihentikan, Fascavir disediakan untuk mengahalangi perkembangan CMV tetapi harus
digunakan dengan berhati-hati karena dapat menyebabkan toksisitas pada ginjal.

Diagnosa Keperawatan:

Kekurangan

Faktor resiko meliputi:

terhadap

Dapat dibuktikan oleh:


Hasil

yang

diharapkan/

kriteria evaluasi pasien akan:

volume

cairan,

resiko

tinggi

a. Kehilangan yang berlebihan: diarea berat, berkeringat,


muntah.
b. Status hipermetabolisme, demam.
c. Pembatasan pemasukan : mual, anoreksia, letargi.
[Tidak dapat diterapkan: adanya tanda-tanda dan gejalagejala membuat diagnosa aktual].
Mempertahankan hidrasi dibuktikan

oleh

membran

mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil,


haluaran urine adekuat secara pribadi.

Mandiri
1. Intervensi : Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi,
termasuk perubahan postural.
Rasional : Indikator dari volume cairan sirkulasi.
2. Intervensi : Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat
sesuai indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan kenyamanan suhu
lingkungan.
Rasional : Meningkatkan kebutuhan metabolism dan diaphoresis yang berlebihan
yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan
takkasatmata.
3. Intervensi : Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus.
Rasional : Indikator tidak langsung dari status cairan.
4. Intervensi : Ukur haluaran urine dan berat jenis urine. Ukur/kaji jumlah kehilangan
diarea.
Rasional : Peningkatan berat jenis urine/penurunan haluaran urine menunjukkan
perubahan perfusi ginjal/volume sirkulasi. Catatan : Pemantauan keseimbangan
cairan sulit karena kehilangan melalui gastrointestinal yang berlebihan/takkasatmata.
5. Intervensi : Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukkan penggunaan otot,
fluktuasi tiba-tiba menunjukkan status hidrasi. Kehilangan cairan berkenaan dengan
diare dapat dengan cepat menyebabkan krisis dan mengancam hidup.
6. Intervensi : Pantau pemasukan oral dan memasukkan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan
melembabkan membran mukosa.

7. Intervensi : Buat cairan yang mudah diberikan pada pasien; gunakan cairan yang
mudah ditoleransi oleh pasien dan yang menggantikan elektrolit yang dibutuhkan,
mis., Gatorade, air daging.
Rasional : Meningkatkan pemasukan. Cairan tertentu mungkin terlalu menimbulkan
nyeri untuk dikonsumsi (mis., jeruk asam) karena lesi pada mulut.
8. Intervensi : Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang
pedas/makanan

berkadar

lemak

tinggi,

kacang,

kubis,

susu.

Mengatur

kecepatan/konsentrasi makanan yang diberikan per selang jika diperlukan.


Rasional : Mungkin dapat mengurangi diare.

Kolaborasi
1. Intervensi : Berikan cairan/elektrolit melalui selang pemberi makanan/IV.
Rasional : Mungkin diperlukan untuk mendukung/memperbesar volume sirkulasi,
terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/muntah terus menerus.
2. Intervensi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, mis.,
a. Intervensi : Hb/Ht.
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan.
b. Intervensi : Elektrolit serum/urine.
Rasional : Mewaspadakan kemungkinan adanya gangguan elektrolit dan
menentukan kebutuhan elektrolit tersebut.
c. Intervensi : BUN/Kr.
Rasional : Mengevaluasi perfusi/fungsi ginjal.
3. Intervensi : Berikan obat-obatan sesuai indikasi.
a. Intervensi : Antiemetik, mis., proklorperazin

maleat

(Compazine);

trimetobenzamid (Tigan); metoklopramid (Reglan);


Rasional : Mengurangi insiden muntah untuk mengurangi kehilangan
cairan/elektrolit lebih lanjut.
b. Intervensi : Antidiarea, mis., difenoksilat (Lomotil), loperamid Imodium,
paregoric, atau antispasmodik, mis., mepenzolat bromide (Cantil);
Rasional : Menurunkan jumlah dan keenceran feses; mungkin mengurangi
kejang usus dan peristaltis. Catatan : Antibiotik mungkin digunakan untuk
mengobati diare jika disebabkan oleh infeksi.
c. Intervensi : Antipretik, mis., asetaminofen (Tylenol).
Rasional : Membantu mengurangi demam dan respons hiper metabolisme,
menurunkan kehilangan cairan takkasatmata.
4. Intervensi : Pertahankan selimut hipotermia bila digunakan.
Rasional : Mungkin diperlukan bila tindakan lain gagal mengurangi demam yang
berlebihan.

Diagnosa Keperawatan :

Pola

napas

tidak

efektif/perubahan

Faktor resiko meliputi:

pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi


terhadap
a. Ketidakseimbangan muskuler (melemahnya otot-otot
pernapasan, penurunan energi/kepenatan, penurunan

Dapat dibuktikan oleh :

ekspansi paru).
b. Menahan sekresi (obstruksi trakeobronkial), proses

Hasil yang diharapkan/kriteria

infeksi/inflamasi; rasa sakit.


c. Ketidakseimbangan perfusi ventilasi (PCP/pneumonia

evaluasi pasien akan :

interstisial, anemia).
[Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejalagejala membuat diagnosa aktual].
a. Mempertahankan pola pernapasan efektif.
b. Tidak mengalami sesak napas/sianosis, dengan bunyi
napas dan sinar x bagian dada yang bersih/meningkat
dan GDA dalam batas normal pasien.

Mandiri
1. Intervensi : Auskultasi bunyi napas, tandai daerah paru yang mengalami
penurunan/kehilangan ventilasi, dan munculnya bunyi adventisius mis., krekels,
mengi, ronki.
Rasional : Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi/infeksi pernapasan,
mis., atelectasis/pneumonia. Catatan : PCP umumnya berkembang sebelum terjadinya
perubahan pada suara napas.
2. Intervensi : Catat kecepatan/kedalaman pernapasan, sianosis, penggunaan otot
aksesori/peningkatan kerja pernapasan dan munculnya dyspnea, ansietas.
Rasional : Takipnea, sianosis, tak dapat beristirahat, dan peningkatan napas
menunjukkan kesulitan pernapasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan
pengawasan/intervensi medis.
3. Intervensi : Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan pasien untuk berbalik, batuk,
menarik napas sesuai kebutuhan.
Rasional : Meningkatkan fungsi pernapasan yang optimal dan mengurangi aspirasi
atau infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis.
4. Intervensi : Hisap jalan napas sesuai kebutuhan, gunakan teknik steril dan lakukan
tindakan pencegahan, mis., menggunakan masker, pelindung mata.

Rasional : Membantu membersihkan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya


pertukaran gas dan mencegah komplikasi pernapasan.
5. Intervensi : Kaji perubahan tingkat kesadaran.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi akibat adanya perubahan tingkat kesadaran mulai
dari ansietas dan kekacauan mental sampai kondisi tidak responsif.
6. Intervensi : Selidiki keluhan tentang nyeri dada.
Rasional : Nyeri dada pleuritis dapat menggambarkan adanya pneumonia nonspesifik
atau efusi pleura berkenaan dengan keganasan.
7. Intervensi : Berikan periode istirahat yang cukup diantara waktu aktivitas perawatan.
Pertahankan lingkungan yang tenang.
Rasional : Menurunkan konsumsi O2.
Kolaborasi
1. Intervensi : Pantau/buat kurva hasil pemeriksaan GDA/nadi oksimetri.
Rasional : Menunjukkan status pernapasan, kebutuhan perawatan/keefektifan
pengobatan.
2. Intervensi : Tinjau ulang sinar x dada.
Rasional : Adanya infiltrasi meluas memungkinkan terjadinya pneumonia atau PCP,
sementara daerah kongesti/konsolidasi menunjukkan komplikasi pernapasan yang
lain, mis., atelektasis atau lesi KS.
3. Intervensi : Instruksikan untuk menggunakan spirometer insentif. Lakukan fisioterapi
dada, mis., perkusi, vibrasi, dan drainase postural.
Rasional : Mendorong teknik pernapasan yang tepat dan meningkatkan
pengembangan paru. Melepaskan sekresi, mengeluarkan mukus yang menyumbat
untuk meningkatkan bersihan jalan napas. Catatan : pada waktu terjadi lesi kulit
multiple, fisioterapi dada mungkin akan dihentikan.
4. Intervensi : Beri tambahan O2 yang dilembabkan melalui cara yang sesuai mis.,
melalui kanula, masker, intubasi/ventilasi mekanis.
Rasional
:
Mempertahankan
ventilasi/oksigenasi

efektif

untuk

mencegah/memperbaiki krisis pernapasan.


5. Intervensi : Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
a. Intervensi : Antimikroba, mis., trimetoprim (Bactrim, Septra); pentamidin
isetionat (Pentam);
Rasional : Pilihan terapi tergantung pada situasi individu/infeksi organisme.
Catatan : Bactrim adalah obat pilihan sebagai profilaksis (pada jumlah T4
mencapai 200) untuk mencegah pneumonia PCP.
b. Intervensi : Bronkodilator, ekspektoran, depresan batuk.
Rasional : Mungkin diperlukan untuk meningkatkan/mempertahankan jalan
napas atau untuk membantu membersihkan sekresi.
c. Intervensi : Siapkan/bantu pelaksanaan prosedur seperti bronkoskopi.

Rasional : Mungkin diperlukan untuk membersihkan mukus penyumbat,


mengambil spesimen untuk pemeriksaan dalam menegakkan diagnosa
(biopsi/lavase).

Diagnosa Keperawatan :

Cedera, resiko tinggi terhadap, perubahan

Faktor resiko meliputi :

faktor pembekuan

Dapat dibuktikan oleh :

hepar,

Penurunan absorpsi vitamin K, perubahan pada fungsi


munculnya

antibodi

antiplatelet

autoimun,

Hasil yang diharapkan/kriteria keganasan (KS), dan/atau sirkulasi endotoksi (sepsis).


[Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejalaevaluasi pasien akan :
gejala membuat diagnosa aktual].
Menunjukkan homeostasis yang ditunjukkan dengan tidak
adanya perdarahan mukosa dan bebas dari ekimosis.

Mandiri
1. Intervensi : Lakukan pemeriksaan darah pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya
darah pada urine, feses, dan cairan muntah.
Rasional : Mempercepat deteksi adanya perdarahan/penentuan dari terapi mungkin
dapat mencegah perdarahan kritis.
2. Intervensi : Amati/laporkan epistaksis, hemoptisis, hematuria, perdarahan vaginal
non-menstruasi atau pengeluaran darah melalui lesi/orifisium tubuh/daerah penusukan
terapi intravena.
Rasional : Perdarahan spontan mengindikasikan perkembangan atau trombositopenia
imun.
3. Intervensi : Pantau perubahan tanda-tanda vital dan warna kulit, mis., tekanan darah,
denyut nadi, pernapasan, pucat kulit/perubahan warna.
Rasional : Timbulnya perdarahan/hemoragi dapat

menunjukkan

gagalan

sirkulasi/syok.
4. Intervensi : Pantau perubahan tingkat kesadaran dan gangguan penglihatan.
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan adanya perdarahan otak.
5. Intervensi : Hindari injeksi IM, pengukuran suhu rektal/supositoria, selang rektal.
Rasional : Melindungi pasien dari prosedur berkenaan dengan penyebab perdarahan;
mis., insersi termometer, selang rektal dapat merusak ataupun merobek mukosa rektal.

6. Intervensi : Mempertahankan lingkungan yang aman; mis., menjaga agar seluruh


benda yang diperlukan dan bel pemanggil berada dalam jangkauan pasien dan
menjaga agar tempat tidur tetap rendah.
Rasional :Mengurangi cedera yang tidak

disengaja, yang dapat menyebabkan

perdarahan.
7. Intervensi : Pertahankan istirahat di tempat tidur/kursi apabila trombosit di bawah
10.000 atau sesuai kebutuhan perseorangan. Kaji aturan obat-obatan.
Rasional : Mengurangi kemungkinan cedera, meskipun aktivitas harus tetap
dipertahankan. Mungkin diperlukan untuk menghentikan atau mengurangi obatobatan, mis., AZT. Catatan : Pasien mungkin mengalami jumlah trombosit sangat
rendah tanpa perdarahan.
Kolaborasi
1. Intervensi : Tinjau ulang pemeriksaan laboratoriumm mis., PT, PTT, waktu
pembekuan, trombosit, Hb/Ht.
Rasional : Mendeteksi gangguan kemampuan pembekuan; mengidentifikasi
kebutuhan terapi.
2. Intervensi : Berikan produk darah sesuai indikasi.
Rasional : Transfusi mungkin diperlukan pada waktu terjadi perdarahan terus
menerus/perdarahan spontan masif.
3. Intervensi : Hindari penggunaan produk aspirin.
Rasional : Menggurangi agregasi trombosit, ketidakseimbangan/perpanjangan proses
koagulasi.

Diagnosa Keperawatan :

Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan

Dapat dihubungkan dengan :

tubuh
a. Ketidakmampuan atau perubahan pada kemampuan
untuk

mencerna,

metabolisme:
Dapat dibuktikan oleh :

Hasil yang diharapkan/kriteria


evaluasi pasien akan :

mual

mengunyah
atau

dan/atau

muntah,

nutrisi

refleks

gag

hiperaktif, gangguan intestinal.


b. Peningkatan laju metabolisme/kebutuhan

nutrisi

(demam/infeksi).
a. Penurunan
berat

lemak

badan,

penurunan

subkutan/massa otot.
b. Menurunnya napsu makan, keengganan untuk makan,
perubahan indera pengecap.
c. Kejang perut, bising usus hiperaktif, diare.
d. Luka, peradangan rongga bukal.
a. Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan

peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan


yang diinginkan.
b. Mendemonstrasikan keseimbangan nitrogen positif,
bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan
perbaikan tingkat energi.

Mandiri
1. Intervensi : Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan.
Rasional : Lesi mulut, tenggorok, dan esofagus dapat menyebabkan disfagia,
penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan
untuk makan.
2. Intervensi : Auskultasi bising usus.
Rasional : Hipermotilitas saluran intestinal umum terjadi dan dihubungkan dengan
muntah dan diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet/cara makan. Catatan : Tidak
mampu mentoleransi laktosa dan malabsorbsi berhubungan dengan terjadinya diare
dan mungkin membutuhkan perubahan pada diet/formula tambahan (mis., sumber
makanan).
3. Intervensi : Timbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal
adanya berat badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran berat badan
dan antropometrik.
Rasional : Indikator kebutuhan nutrisi/pemasukan yang adekuat. Catatan : karena
adanya penekanan sistem imun, maka beberapa tes darah yang umumnya digunakan
untuk menguji status nutrisi menjadi tidak berguna.
4. Intervensi : Hilangkan rangsang lingkungan yang berbahaya atau kondisi yang
memperburuk refleks gag.
Rasional : Mengurangi stimulus pusat muntah di medulla.
5. Intervensi : Berikan perawatan mulut yang terus menerus, awasi tindakan
pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alkohol.
Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/muntah,
lesi oral, pengeringan mukosa, dan halitosis. Mulut yang bersih akan meningkatkan
napsu makan.
6. Intervensi : Rencanakan diet dengan pasien/orang terdekat; jika memungkinkan,
sarankan makanan dari rumah. Sediakan makanan/kudapan yang sedikit tapi sering
berupa makanan padat nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan
yang disukai pasien. Mendorong konsumsi makanan berkalori tinggi, yang dapat

merangsang napsu makan. Catat waktu, kapan napsu makan menjadi baik dan pada
waktu itu usahakan untuk menyajikan porsi makan yang lebih besar.
Rasional : Melibatkan pasien dalam rencana memberikan perasaan kontrol
lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi kebutuhan akan
makanan non-institusional mungkin juga meningkatkan pemasukan.
7. Intervensi : Kaji obat-obatan terhadap efek samping nutrisi.
Rasional : Profilaktik dan obat-obatan terapeutik mungkin memiliki efek samping
nutrisi,

mis.,

AZT

(pengubah

rasa,

mual/muntah).

Bactrim

(anoreksia,

ketidakseimbangan glukosa glositis), pentamidin (perubahan rasa dan aroma,


mual/muntah, ketidakseimbangan glukosa).
8. Intervensi : Batasi makanan yang menyebabkan mual/muntah mungkin kurang
ditoleransi oleh pasien karena luka pada mulut/disfagia. Hindari menghidangkan
cairan/makanan yang sangat panas. Sajikan makanan yang mudah untuk ditelan, mis.,
telur, es krim, sayuran yang sudah dimasak.
Rasional : Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan mengiritasi lesi mulut mungkin
akan menyebabkan pasien enggan untuk makan. Tindakan ini mungkin akan berguna
dalam meningkatkan pemasukan makanan.
9. Intervensi : Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin.
Rasional : Dapat meningkatkan napsu makan dan perasaan sehat.
10. Intervensi : Berikan fase istirahat sebelum makan. Hindari prosedur yang melelahkan
saat mendekati waktu makan.
Rasional : Mengurangi rasa lelah; meningkatkan ketersediaan energi untuk aktivitas
makan.
11. Intervensi : Dorong pasien untuk duduk pada waktu makan.
Rasional : Mempermudah proses menelan dan mengurangi resiko aspirasi.
12. Intervensi : Catat pemasukan kalori.
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan terhadap suplemen atau alternatif metode
pemberian makanan.
Kolaborasi
1. Intervensi : Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium, mis., BUN, glukosa, fungsi
hepar, elektrolit, protein, dan albumin.
Rasional : Mengindikasikan status nutrisi dan fungsi organ, dan mengidentifikasi
kebutuhan pengganti. Catatan : Tes nutrisi dapat diubah karena proses penyakit
demikian juga respons dari beberapa obat-obatan/terapi.
2. Intervensi : Pertahankan status puasa jika diindikasikan.
Rasional : Mungkin diperlukan untuk menurunkan muntah.
3. Intervensi : Pasang/pertahankan selang NG sesuai petunjuk.
Rasional : Mungkin diperlukan untuk mengurangi mual/muntah atau untuk
pemberian makan per selang. Catatan : Iritasi esophagus dari infeksi yang demikian

(Kandida/herpes atau KS) mungkin menyediakan lokasi untuk infeksi/trauma


berikutnya, oleh karena itu selang harus digunakan dengan berhati-hati.
4. Intervensi : Konsultasikan dengan tim pendukung ahli diet/gizi.
Rasional : Menyediakan diet berdasarkan kebutuhan individu dengan rute yang tepat.
5. Intervensi : Berikan NPT (hiperalimentasi/intralipid) sesuai petunjuk.
Rasional : Kadang-kadang nutrisi parenteral diperlukan apabila pemberian makanan
melalui oral/enteral tidak mungkin dilakukan.
6. Intervensi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk :
a. Intervensi : Antiemetik, mis., metoklopramid (Reglan).
Rasional : Mengurangi insiden muntah, meningkatkan fungsi gaster.
b. Intervensi : Suplemen vitamin.
Rasional : Kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan makanan
dan/atau kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam sistem gastrointestinal.

Diagnosa Keperawatan :

Nyeri, [akut]/kronis

Dapat dihubungkan dengan :

a. Inflamasi/kerusakan jaringan: infeksi, lesi kutaneus


internal/eksternal,

Dapat dibuktikan oleh :

Hasil yang diharapkan/kriteria


evaluasi pasien akan :

b.
c.
a.
b.

ekskoriasi

rektal,

penularan,

nekrosis.
Neuropati perifer, myalgia, dan artralgia.
Kejang abdomen.
Keluhan nyeri.
Berfokus pada diri sendiri: pandangan yang sempit,

perilaku melindungi.
c. Perubahan pada denyut nadi: kejang otot, ataksia,
d.
a.
b.
c.

lemah otot, parestesis, paralisis.


Respons autonomik, gelisah.
Keluhan hilangnya/terkontrolnya rasa sakit.
Menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks.
Dapat tidur/beristirahat adekuat.

Mandiri
1. Intervensi : Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi,
dan waktu. menandai gejala non verbal mis., gelisah, takikardia, meringis.
Rasional : Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
perkembangan/resolusi komplikasi. Catatan : sakit yang kronis tidak menimbulkan
perubahan autonomik.
2. Intervensi : Dorong pengungkapan perasaan.
Rasional : Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi
akan intensitas rasa sakit.

3. Intervensi : Berikan aktivitas hiburan, mis., membaca, berkunjung, dan menonton


televisi.
Rasional : Memfokuskan kembali perhatian; mungkin dapat meningkatkan
kemampuan untuk menanggulangi.
4. Intervensi : Lakukan tindakan paliatif, mis., pengubahan posisi, masase, rentang
gerak pada sendi yang sakit.
Rasional : Meningkatkan relaksasi/menurunkan tegangan otot.
5. Intervensi : berikan kompres hangat/lembab pada sisi injeksi pentamidin/IV selama
20 menit setelah pemberian.
Rasional : Injeksi ini diketahui sebagai penyebab rasa sakit dan abses steril.
6. Intervensi : Instruksikan pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan
imajinasi, relaksasi progresif, teknik napas dalam.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat. Dapat menurunkan kebutuhan
narkotik analgesic (depresan SSP) dimana telah terjadi proses degeneratif
neuro/motor. Mungkin tidak berhasil jika muncul demensia, meskipun minor.
7. Intervensi : Berikan perawatan oral.
Rasional : Ulserasi/lesi oral mungkin menyebabkan ketidaknyamanan yang sangat.
Kolaborasi
1. Intervensi : Berikan analgesik/antipiretik, analgesik narkotik. Gunakan ADP
(analgesik yang dikontrol pasien) untuk memberikan analgesia 24 jam dengan dosis
prn.
Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman; mengurangi demam. Obat
yang dikontrol pasien atau berdasarkan waktu 24 jam mempertahankan kadar
analgesia darah tetap stabil. Mencegah kekurangan ataupun kelebihan obat-obatan.

Diagnosa Keperawatan :

Integritas kulit, kerusakan: actual dan/atau

Dapat dihubungkan dengan :


Aktual :

resiko tinggi terhadap

Faktor resiko meliputi :

infeksi virus, bakteri dan jamur

Definisi imunologis, AIDS dihubungkan dengan radang,


(mis., herpes,

pseudomonas, candida) proses penyakit (KS).


Dapat dibuktikan oleh :
a.
Penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi.
Hasil yang diharapkan/kriteria
b. Malnutrisi, perubahan status metabolisme.
evaluasi pasien akan :
Lesi kulit, ulserasi, formasi ulkus decubitus (aktual).
a. Menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah
kerusakan kulit/meningkatkan kesembuhan.
b. Menunjukkan kemajuan pada luka/penyembuhan lesi.

Mandiri

1. Intervensi : Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi.
Gambarkan lesi dan amati perubahan.
Rasional : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan
dan melakukan intervensi yang tepat.
2. Intervensi : Pertahankan/instruksikan dalam higiene kulit, mis., membasuh kemudian
mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan
losion atau krim.
Rasional : Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi
barrier infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan resiko
trauma dermal pada kulit yang kering/rapuh. Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan
meningkatkan kenyamanan. Catatan : Isolasi kewaspadaan diperlukan, terutama jika
muncul lesi mukokutaneus yang luas.
3. Intervensi : Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai kebutuhan. Dorong
pemindahan berat badan secara periodik. Lindungi penonjolan tulang dengan bantal,
bantalan tumit/siku, kulit domba.
Rasional : Mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah ke
jaringan dan meningkatkan proses kesembuhan.
4. Intervensi : Pertahankan seperti bersih, kering, dan tidak berkerut.
Rasional : Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang
menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.
5. Intervensi : Dorong untuk ambulasi/turun dari tempat tidur jika memungkinkan.
Rasional : Menurunkan tekanan pada kulit dari istirahat lama ditempat tidur.
6. Intervensi : Bersihkan area perianal dengan membersihkan feses dengan
menggunakan air dan air mineral. Hindari penggunaan kertas toilet jika timbul
vesikel. Berikan krim pelindung, mis., zink oksida, salep A dan D.
Rasional : Mencegah maserasi yang disebabkan oleh diare dan menjaga agar lesi
perianal tetap kering. Catatan : Penggunaan kertas toilet akan membuat lesi abrasi.
7. Intervensi : Gunting kuku secara teratur.
Rasional : Kuku yang panjang/kasar meningkatkan resiko kerusakan dermal.
8. Intervensi : Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier
protektif, mis., duoderm, sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat mengurangi kontaminasi

bakteri,

meningkatkan

proses

penyembuhan.
Kolaborasi
1. Intervensi : Berikan matras atau tempat tidur busa/flotasi.
Rasional : Menurunkan iskemia jaringan, mengurangi tekanan pada kulit, jaringan,
dan lesi.
2. Intervensi : Dapatkan kultur dari lesi kulit terbuka.
Rasional : Mengidentifikasi bakteri patogen dan pilihan perawatan yang sesuai.
3. Intervensi : Gunakan/berikan obat-obatan topical/sistemik sesuai indikasi.

Rasional : Digunakan pada perawatan lesi kulit. Catatan : jika digunakan salep
multidosis, perawatan harus dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang.
4. Intervensi : Lindungi lesi atau ulkus dengan balutan basah atau salep antibiotik dan
balutan nonstick (mis., Telfa) sesuai petunjuk.
Rasional : Melindungi area ulserasi dari kontaminasi dan meningkatkan
penyembuhan.

Diagnosa Keperawatan :

Membran mukosa oral, perubahan

Dapat dihubungkan dengan :

a. Defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab

b.
c.
Dapat dibuktikan oleh :
a.
b.
c.
Hasil yang diharapkan/kriteria
a.
evaluasi pasien akan :

patogen, mis., candida, herpes, KS.


Kesehatan oral tidak efektif.
Efek samping dari obat-obatan, kemoterapi.
Lesi ulkus terbuka, vesikel.
Rasa sakit/tidak nyaman pada bagian oral.
Stomatitis; leukoplakia, gingivitis, dan karies gigi.
Menunjukkan membran mukosa utuh, berwarna
merah

jambu,

basah,

dan

bebas

dari

inflamasi/ulserasi.
b. Menunjukkan teknik memperbaiki/mempertahankan
keutuhan mukosa oral.

Mandiri
1. Intervensi : Kaji membran mukosa/catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri,
bengkak, sulit mengunyah/menelan.
Rasional : Edema, lesi, membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa
sakit dan sulit mengunyah/menelan.
2. Intervensi : Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi
halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci mulut dan alcohol dan pelembab bibir.
Rasional : Mengurangi rasa tidak nyaman. Meningkatkan rasa sehat dan mencegah
pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal.
3. Intervensi : Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida/salin atau
larutan soda kue.
Rasional : Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi dari kandidiasis dan meningkatkan
kenyamanan.
4. Intervensi : Anjurkan permen karet/permen tidak mengandung gula.
Rasional : Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membran
mukosa.

5. Intervensi : Rencanakan diet untuk menghindari garam, pedas, gesekan, dan


makanan/minuman asam. Periksa toleransi makanan. Tawarkan makanan yang
dingin/segar.
Rasional : Makanan yang pedas akan membuka lesi yang telah disembuhkan. Lesi yang
terbuka akan nyeri dan diperburuk dengan garam, pedas, makanan/minuman asam. Rasa
dingin atau panas berlebihan menyebabkan nyeri pada membran mukosa yang sensitif.
6. Intervensi : Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari.
Rasional : Mempertahankan hidrasi, mencegah pengeringan rongga mulut.
7. Intervensi : Dorong pasien untuk tidak merokok.
Rasional : Rokok akan mengeringkan dan mengiritasi membran mukosa.
Kolaborasi
1. Intervensi : Dapatkan spesimen kultur lesi.
Rasional : Menunjukkan agen penyebab dan mengidentifikasi terapi yang sesuai.
2. Intervensi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis., nistatin (Mycotatin),
ketokonazol (nizoral).
Rasional : Obat khusus pilihan tergantung pada organisme infeksi, mis., candida.
3. Intervensi : Rujuk konsultasi gigi, jika diperlukan.
Rasional : Mungkin membutuhkan terapi tambahan untuk mencegah kehilangan gigi.

Anda mungkin juga menyukai