PASIEN HIV-POSITIF
Individu yang seropositive terhadap HIV, dengan atau tanpa gejala-gejala, dipertimbangkan
mengidap HIV-positif. Orang ini mungkin hidup untuk beberapa tahun sebelum memenuhi
kriteria dari Centers for Desease Control (CDC) untuk mendiagnosis AIDS. Selama
menjelang kematian bukan merupakan masalah realistis, pasien perlu membuat perilaku
mayor dan perubahan gaya hidup untuk memperpanjang harapan hidup dan dapat
menghadapi masalah signifikan yang memerlukan informasi dan bantuan. Individu yang
didukung secara medis dengan baik dapat bertahan hidup dengan infeksi oportunisik selama
beberapa tahun.
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
Catatan : Pasien umumnya tidak dirawat kecuali jika mengalami penyakit-penyakit yang
menimbulkan ketidakberdayaan/infeksi.
Diagnosa Keperawatan :
Penyesuaian, Kerusakan
a.
b.
c.
d.
e.
a. Pengungkapan
Dapat dibuktikan oleh :
tentang
diagnosis
yang
tidak
diterima/ditolak.
b. Tidak adanya atau ketidakberhasilan kemampuan
untuk terlibat dalam pemecahan masalah atau
penyusunan tujuan.
c. Periode syok yang panjang, ketidakpercayaan, atau
kemarahan berkenaan dengan perubahan status
kesehatan.
d. Kurangnya pemikiran yang berorientasi ke masa
depan.
a. Menyatakan memahami proses penyakit.
b. Mendemonstrasikan peningkatan rasa percaya dan
Mandiri
1. Intervensi : Evaluasi kemampuan pasien untuk memahami kejadian dan situasi, dan
menilai situasi secara realistis.
Rasional : Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana tindakan.
2. Intervensi : Dorong untuk mengungkapkan perasaan, reaksi penolakan, syok dan rasa
takut. Dengarkan tanpa menghakimi, menerima ekspresi perasaan pasien. Hindari
menggantungkan pada kemungkinan masa datang.
Rasional : Penting untuk menyampaikan rasa percaya dalam tentang pada rasa
takut/percaya pasien secara umum. Perkiraan masa depan berfokus pada aspek-aspek
negatif yang mungkin terjadi.
3. Intervensi : Lawan pikiran-pikiran yang tidak wajar dan susun ke dalam pernyataanpernyataan yang positif, mis., Anda tahu mengapa virus itu akan membunuh Saya, Saya
patut mati karena perbuatan Saya. Respons: Virus tersebut mungkin membunuh Anda
atau mungkin tidak demikian. Ia tidak cukup pandai untuk menentukan kapan Anda akan
meninggal.
Rasional : Hentikan pikiran tidak wajar dan lawan ide-ide pasien yang tidak menghargai
diri sendiri.
4. Intervensi : Tentukan sumber-sumber atau program-program yang ada.
Rasional : Perilaku adiktif, kemampuan pengguna obat-obat IV untuk mendapatkan
hasil yang bersih, mitos-mitos seksual, persepsi-persepsi tentang penggunaan kondom
dapat diberikan.
5. Intervensi : Kaji sistem sosial serta adanya dukungan, persepsi tentang kehilangan, dan
stressor.
Rasional : Pasangan, teman, dan keluarga akan memiliki respons-respons individual,
tergantung dari penerimaan gaya hidup orang tersebut, pengetahuan tentang penularan
HIV, dan kepercayaan terhadap mitos.
6. Intervensi : Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam kelompok pendukung.
Rasional : Dukungan jangka panjang penting untuk menghadapi sesuatu dan koping
secara efektif dengan realitas.
7. Intervensi : Diskusikan makna dari perilaku resiko tinggi dan rintangan untuk berubah.
Kolaborasi
1. Intervensi : Rujuk pada praktisi perawat/spesialis klinis, psikolog, pekerja sosial tentang
pengetahuan HIV.
Rasional : Mungkin diperlukan bantuan tambahan untuk menyelesaikan situasi yang
rumit.
Diagnosa Keperawatan :
dan
konsepsi.
d. Laporan perubahan sensasi rasa (efek samping obatobatan).
e. Penurunan berat badan dengan masukan makanan
adekuat, menurunnya denyut nadi.
[Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejalaDapat dibuktikan oleh :
Mandiri
1. Intervensi : Tentukan berat badan umum sebelum pasien didiagnosa.
Rasional : Penurunan berat badan dini bukan ketentuan pasti grafik berat badan dan
tinggi badan normal. Karenanya, penentuan berat badan terakhir dalam hubungannya
dengan berat badan pradiagnosis lebih bermanfaat.
2. Intervensi : Buat ukuran antropometrik terbaru.
Rasional : Membantu memantau penurunan dan menentukan kebutuhan nutrisi sesuai
perjalanan penyakit.
3. Intervensi : Tentukan pola diet/masukan pasien yang tepat dan pengetahuan akan nutrisi.
Rasional : Identifikasi dari faktor-faktor ini dapat membantu untuk merencanakan
kebutuhan individu. Pasien dengan infeksi HIV telah menunjukkan defisit mineral renik
zink, magnesium, selenium. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu
masukan adekuat.
4. Intervensi : Diskusikan/catat efek-efek samping obat-obatan terhadap nutrisi.
Rasional : Umumnya obat-obatan yang digunakan menyebabkan anoreksia dan
mual/muntah; beberapa mempengaruhi produksi SDM sumsum tulang.
dan
mineral
tinggi.
Bantu
pasien
merencanakan
cara
untuk
mempertahankan/menentukan masukan.
Rasional : Memiliki informasi ini dapat membantu pasien memahami pentingnya diet
seimbang. Sebagian pasien mungkin akan mencoba diet makrobiotik maupun diet jenis
lain dengan kepercayaan bahwa diare disebabkan oleh ketidakseimbangan laktosa.
Menghilangkan produk unggas mempunyai efek-efek penentu bila komponen-komponen
ini tidak digantikan.
6. Intervensi : Tentukan pentingnya mempertahankan keseimbangan/pemasukan nutrisi
adekuat.
Rasional : Pasien mungkin kecewa dengan perubahan status dan menemukan kesulitan
makan. Mengetahui pentingnya masukan nutrisi untuk mempertahankan kesehatan, dapat
memotivasi pasien untuk mempertahankan diet yang tepat.
7. Intervensi : Bantu pasien untuk merumuskan rencana diet.
Rasional : Memberikan bantuan dan umpan balik selama meningkatkan rasa kontrol,
meningkatkan rasa percaya diri, dan kemungkinan meningkatkan pemasukan.
8. Intervensi : Anjurkan lingkungan yang mendukung untuk makan, mis., menghindari
aroma masakan jika mengganggu, menjaga ventilasi ruangan, memindahkan rangsang
cemas. Anjurkan penggunaan bumbu, mengasinkan daging sebelum memasak, dan/atau
mengganti sumber protein lainnya untuk daging merah.
Rasional : Memperbaiki pemasukan nutrisi. Obat-obatan dan penyakit dapat mengubah
indera penciuman dan pengecap. Pasien dapat mengembangkan keengganan terhadap
daging merah.
Kolaborasi
1. Intervensi : Konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : Memberikan bantuan dalam merencanakan diet nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan individu.
2. Intervensi : Memantau nilai laboratorium, mis., Ht, Hb, albumin, kalium, natrium.
Rasional : Meskipun masukan nutrisi adekuat, terjadi fluktuasi dan pemberian makanan
tambahan ataupun vitamin mungkin diperlukan untuk mencegah penyimpangan lebih
lanjut.
Diagnosa Keperawatan :
penyakit,
Prognosis,
Kebutuhan Pengobatan.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
dan
Kurang pemajanan/mengingat.
Kesalahan interpretasi informasi.
Tidak mengenal sumber informasi.
Keterbatasan kognitif.
Pernyataan salah konsepsi/permintaan informasi.
Ketidakakuratan
mengikuti
instruksi/terjadinya
(mis.,
Mandiri
1. Intervensi : Menentukan pemahaman saat ini dan persepsi terhadap diagnosa. Diskusikan
perbedaan antara HIV positif dan AIDS.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahan konsep/mitos dan
membuat pilihan berdasarkan informasi. Memungkinkan pengembangan rencana
perawatan individual.
2. Intervensi : Kaji kemampuan emosional untuk mengasimilasikan informasi dan
memahami instruksi. Hargai kebutuhan pasien untuk menggunakan teknik koping
menyangkal pada awalnya.
Rasional : Adanya syok dan ansietas dapat menghalangi masukan informasi. Harga diri,
gaya hidup, rasa bersalah, dan menyangkal tentang kemungkinan pemajanan/tanggung
jawab sendiri terhadap penyakit yang didapat dapat bertindak sebagai mekanisme
perlindungan yang meningkatkan perawatan diri lebih efektif.
3. Intervensi : Kaji potensial terhadap perilaku yang tidak sesuai/perilaku resiko tinggi:
penyalahgunaan obat IV terus menerus, praktik seksual tak aman.
9. Intervensi : Tekankan perlunya mempraktikkan seks yang lebih aman dan juga
menekankan perlunya menghindari penggunaan obat-obatan IV terlarang, atau jika tidak
ingin berpantang, menghindari pemakaian bersama jarum suntik dan membersihkan
dengan larutan pemutih dan mencucinya dengan air secara cermat.
Rasional : Membatasi penyebaran virus. Mengurangi pemajanan pada agen infeksi/stres
tambahan pada sistem imun.
10. Intervensi : Diskusikan perubahan aktif dalam perilaku seksual dimana pasien dapat
membuatnya sebagai pemuas kebutuhan seksual dan dirancang untuk mencegah
penularan.
Rasional : Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kontrol yang memungkinkan
pengurangan tegangan seksual.
11. Intervensi : Berikan informasi mengenai perubahan gaya hidup yang sesuai dan faktorfaktor yang membantu mempertahankan kesehatan :
Rasional : Bukti menunjukkan bahwa diet yang khusus dan faktor gaya hidup dapat
berpengaruh pada perkembangan infeksi HIV sampai AIDS.
a. Intervensi : Hindari kelompok dan masyarakat yang terinfeksi;
Rasional : Deteksi awal dan perawatan infeksi penting untuk menghambat
ketidakseimbangan sistem imun lebih lanjut dan perkembangan penyakit.
b. Intervensi : Berlatih sampai batas kemampuan, mengubah masa istirahat dengan
aktivitas dan tidur adekuat;
Rasional : Menghindari kepenatan yang tidak seharusnya, memelihara kekuatan
dan kesehatan.
c. Intervensi : Makan secara teratur, meskipun jika napsu makan berkurang. Coba
makan sedikit, dan sering dan makan kudapan;
Rasional : Stresor fisik dan psikologis meningkatkan kebutuhan metabolis; selain
itu, efek samping dari obat-obatan, adanya mual/muntah, dan anoreksia kadang
membatasi masukan melalui oral. Ini akan menimbulkan defisit nutrisi yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan sistem imun lebih lanjut.
d. Intervensi : Jaga kesehatan oral dan gunakan sikat gigi yang halus; pemeriksaan
mulut terhadap luka secara teratur, lapisan putih ataupun perubahan warna;
lakukan pengecekan gigi setiap 6 bulan secara teratur;
Rasional : Kesehatan gigi/oral yang rendah dapat memperburuk pemasukan
melalui oral dan meningkatkan resiko infeksi oportunistik.
e. Intervensi : Periksa kulit terhadap ruam, memar, kerusakan integritas kulit;
Rasional : Dapat mengindikasikan berkembangnya komplikasi/meningkatnya
resiko infeksi.
f. Intervensi : Tekankan pentingnya perawatan evaluasi. Tinjau ulang prosedur dan
tes yang mungkin diperlukan untuk status pengkajian yang periodik.
AIDS
CDC merekomendasikan bahwa diagnosis AIDS ditujukan pada orang yang mengalami
infeksi oportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang
mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
Kondisi lain yang sering digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, wasting
sindrom atau sarcoma Kaposi (SK) (pada pasien berusia kurang dari 60 tahun), kankerkanker khusus lainnya (yaitu kanker serviks invasif) atau diseminasi dari penyakit yang
umumnya mengalami lokalisasi (mis.,TB).
Orang-orang yang menderita AIDS umumnya dibagi kedalam 6 kategori: laki-laki
homoseksual, laki-laki biseksual, pemakai obat-obatan IV, penerima darah ataupun produk
darah yang terinfeksi, pasangan heteroseksual dari orang yang terinfeksi HIV, dan anak-anak
yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Kecepatan infeksi umumnya berkembang paling cepat
pada wanita dan kaum minoritas.
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
Data tergantung dari organ-organ/jaringan tubuh yang terkena dan infeksi oportunistik atau
kanker spesifik.
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : - Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelahan/malaise.
- Perubahan pola tidur.
Tanda : - Kelemahan otot, menurunnya massa otot.
- Respons fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernapasan.
SIRKULASI
Gejala : - Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada
cedera (jarang terjadi).
Tanda
: - Takikardia, perubahan TD postural.
- Menurunnya volume nadi perifer.
- Pucat atau sianosis; perpanjangan pengisian kapiler.
INTEGRITAS EGO
Gejala
: - Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan, mis., dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distress spiritual.
- Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat, dan menurunnya berat
badan.
- Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
Tanda
kurang.
- Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama.
ELIMINASI
Gejala
: - Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan atau tanpa desertai
Tanda
kram abdominal.
- Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
: - Feses encer dengan atau tanpa disertai mucus atau darah.
Tanda
mual/muntah.
- Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
- Penurunan berat badan yang cepat/progresif.
: - Dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif.
- Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya
-
HIGIENE
Gejala
Tanda
lemak
subkutan/massa otot.
Tugor kulit buruk.
Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna
Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
Edema (umum, dependen).
diri.
NEUROSENSORI
Gejala
: - Pusing/pening, sakit kepala.
- Perubahan status mental, kehilangan ketajaman atau kemampuan diri
untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi
menurun.
- Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.
- Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
- Kebas, kesemutan pada ektremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan
Tanda
paling awal).
: - Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang realistis.
- Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai
demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis
retardasi psikomotor/respon melambat.
- Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan
ataksia.
- Tremor pada
motorik
kasar/halus,
menurunnya
motorik
hemiparesis, kejang.
- Hemoragi retina, dan eksudat (renitis CMV).
NYERI/KENYAMANAN
Gejala
: - Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki.
- Sakit kepala (keterlibatan SSP).
- Nyeri dada pleuritis.
Tanda
: - Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
- Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang.
fokalis;
berkeringat malam.
: - Rektum, luka-luka perianal atau abses.
- Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam, mis., eczema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola; mudah terjadi
memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh atau
rencana
: - Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat.
- Aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala
: - Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko
tinggi (mis., seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV).
- Penggunaan/penyalahgunaan obat-obatan IV, saat
ini
merokok,
penyalahgunaan alkohol.
Pertimbangan
DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 10,2 hari
Rencana Pemulangan : Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan
kulit/luka, peralatan/bahan; transportasi, belanja makanan dan
persiapan; perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas
perawatan/pemeliharaan rumah, perawatan anak; perubahan
fasilitas hidup.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. JDL : Anemia dan trombositopenia idiopatik.
b. DSP : Leukopenia mungkin ada; pergeseran diferensial ke kiri menunjukkan proses
infeksi (PCP); bergeser ke kanan dapat terlihat. Pada infeksi tertentu, jumlah sel-T
rendah, atau tumor sel-T, tak ada pergeseran juga dapat terjadi.
c. Panel Anergi : Anergi kutaneus (kurang reaktivitas pada antigen dimana pasien telah
mengetahuinya) adalah indikator yang umum ditemukan pada depresi sel imunitas
humoral.
d. TB (PPD) : Untuk menentukan pemajanan dan/atau penyakit aktif (harus diberikan
dengan panel anergi untuk menentukan hasil negatif-palsu pada respons defisiensi imun).
Pada pasien AIDS, 100% akan memiliki mikrobakterium TB positif pada kehidupan
mereka bila terjadi kontak.
e. Serologis :
i.
Tes antibodi serum : Skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan
ii.
iii.
iv.
v.
Jumlah yang kurang dari 200 mengindikasikan respons defisiensi imun hebat.
T8 (sel supresor sitopatik): Rasio terbalik (2:1 atau lebih besar) dari sel supresor
vi.
vii.
Kadar Ig : Umumnya meningkat, terutama IgG dan IgA dengan IgM yang normal
ataupun mendekati normal (indikator kemampuan tubuh untuk menunjukkan bila
proses penularan telah lengkap tetapi umumnya digunakan karena faktor-faktor
viii.
Diagnosa Keperawatan :
Faktor resiko meliputi :
Mandiri
1. Intervensi : Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan.
Instrusikan pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi silang.
2. Intervensi : Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa
pengunjung/staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
3. Intervensi : Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan
kesehatan pribadi.
Rasional : Meningkatkan kerjasama dengan cara hidup dan berusaha mengurangi rasa
terisolasi.
4. Intervensi : Pantau tanda-tanda vital, termasuk suhu.
Rasional : Memberikan informasi data dasar, awitan/peningkatan suhu secara berulangulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses
infeksi yang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang
tidak dapat disembuhkan.
12. Intervensi : Awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan
menggunakan wadah tersendiri.
Rasional : Mencegah inokulasi tak disengaja dari pemberi perawatan. Gunakan
pemotong jarum dan ujung jarum tersebut tidak boleh ditutup. Catatan : Inokulasi/pungsi
yang tidak disengaja harus dilaporakan sesegera mungkin dan evaluasi tindak lanjut
dilakukan per protokol.
13. Intervensi : Beri label pada tabung darah, wadah cairan tubuh, pembalut/linen yang kotor
dan dibungkus dengan layak untuk pembuangan setiap protokol isolasi.
Rasional : Menghindari kontaminasi silang dan mewaspadakan personel/departemen
dengan layak untuk latihan prosedur material berbahaya khusus.
14. Intervensi : Bersihkan percikan cairan tubuh/darah dengan larutan pemutih (1:10).
Rasional : Mengontrol mikroorganisme pada permukaan keras.
Kolaborasi
1. Intervensi : Pantau studi laboratorium mis.,
JDL/diferensial;
Rasional : Pemindahan diferensial dan perubahan pada jumlah SDP mengindikasikan
proses infeksi. Jumlah SDP yang rendah atau perubahan lain dalam jumlah darah dapat
berhubungan dengan perawatan/obat-obatan.
2. Intervensi : Periksa kultur/sensitivitas lesi, darah, urine dan sputum.
Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab demam, diagnosa infeksi
organisme, atau untuk menentukan metode perawatan yang sesuai.
3. Intervensi : Berikan antibiotik antijamur/agen antimikroba, mis., trimetroprim (Bactrim,
Septra), nistatin (Mycostatin), ketokonazol, pentamidin atau AZT/retrovir, dan gansik
lover (Cytovene), atau foskarnet (Fascavi), dideoksinosin (ddl, VIDEX), dideokstidin
(ddC, HIVID).
Rasional : Menghambat proses infeksi. Beberapa obat-obat ditargetkan untuk organisme
tertentu/sistem perusak. Obat-obatan lainnya ditargetkan untuk meningkatkan fungsi
imun. Meskipun tidak ada obat yang tepat, zat seperti AZT ditujukan untuk menghalangi
enzim yang memungkinkan virus memasuki material genetis sel T4 sehingga dapat
memperlambat
Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan
terhadap
yang
diharapkan/
volume
cairan,
resiko
tinggi
oleh
membran
Mandiri
1. Intervensi : Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi,
termasuk perubahan postural.
Rasional : Indikator dari volume cairan sirkulasi.
2. Intervensi : Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat
sesuai indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan kenyamanan suhu
lingkungan.
Rasional : Meningkatkan kebutuhan metabolism dan diaphoresis yang berlebihan
yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan
takkasatmata.
3. Intervensi : Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus.
Rasional : Indikator tidak langsung dari status cairan.
4. Intervensi : Ukur haluaran urine dan berat jenis urine. Ukur/kaji jumlah kehilangan
diarea.
Rasional : Peningkatan berat jenis urine/penurunan haluaran urine menunjukkan
perubahan perfusi ginjal/volume sirkulasi. Catatan : Pemantauan keseimbangan
cairan sulit karena kehilangan melalui gastrointestinal yang berlebihan/takkasatmata.
5. Intervensi : Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukkan penggunaan otot,
fluktuasi tiba-tiba menunjukkan status hidrasi. Kehilangan cairan berkenaan dengan
diare dapat dengan cepat menyebabkan krisis dan mengancam hidup.
6. Intervensi : Pantau pemasukan oral dan memasukkan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan
melembabkan membran mukosa.
7. Intervensi : Buat cairan yang mudah diberikan pada pasien; gunakan cairan yang
mudah ditoleransi oleh pasien dan yang menggantikan elektrolit yang dibutuhkan,
mis., Gatorade, air daging.
Rasional : Meningkatkan pemasukan. Cairan tertentu mungkin terlalu menimbulkan
nyeri untuk dikonsumsi (mis., jeruk asam) karena lesi pada mulut.
8. Intervensi : Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang
pedas/makanan
berkadar
lemak
tinggi,
kacang,
kubis,
susu.
Mengatur
Kolaborasi
1. Intervensi : Berikan cairan/elektrolit melalui selang pemberi makanan/IV.
Rasional : Mungkin diperlukan untuk mendukung/memperbesar volume sirkulasi,
terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/muntah terus menerus.
2. Intervensi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, mis.,
a. Intervensi : Hb/Ht.
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan.
b. Intervensi : Elektrolit serum/urine.
Rasional : Mewaspadakan kemungkinan adanya gangguan elektrolit dan
menentukan kebutuhan elektrolit tersebut.
c. Intervensi : BUN/Kr.
Rasional : Mengevaluasi perfusi/fungsi ginjal.
3. Intervensi : Berikan obat-obatan sesuai indikasi.
a. Intervensi : Antiemetik, mis., proklorperazin
maleat
(Compazine);
Diagnosa Keperawatan :
Pola
napas
tidak
efektif/perubahan
ekspansi paru).
b. Menahan sekresi (obstruksi trakeobronkial), proses
interstisial, anemia).
[Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejalagejala membuat diagnosa aktual].
a. Mempertahankan pola pernapasan efektif.
b. Tidak mengalami sesak napas/sianosis, dengan bunyi
napas dan sinar x bagian dada yang bersih/meningkat
dan GDA dalam batas normal pasien.
Mandiri
1. Intervensi : Auskultasi bunyi napas, tandai daerah paru yang mengalami
penurunan/kehilangan ventilasi, dan munculnya bunyi adventisius mis., krekels,
mengi, ronki.
Rasional : Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi/infeksi pernapasan,
mis., atelectasis/pneumonia. Catatan : PCP umumnya berkembang sebelum terjadinya
perubahan pada suara napas.
2. Intervensi : Catat kecepatan/kedalaman pernapasan, sianosis, penggunaan otot
aksesori/peningkatan kerja pernapasan dan munculnya dyspnea, ansietas.
Rasional : Takipnea, sianosis, tak dapat beristirahat, dan peningkatan napas
menunjukkan kesulitan pernapasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan
pengawasan/intervensi medis.
3. Intervensi : Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan pasien untuk berbalik, batuk,
menarik napas sesuai kebutuhan.
Rasional : Meningkatkan fungsi pernapasan yang optimal dan mengurangi aspirasi
atau infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis.
4. Intervensi : Hisap jalan napas sesuai kebutuhan, gunakan teknik steril dan lakukan
tindakan pencegahan, mis., menggunakan masker, pelindung mata.
efektif
untuk
Diagnosa Keperawatan :
faktor pembekuan
hepar,
antibodi
antiplatelet
autoimun,
Mandiri
1. Intervensi : Lakukan pemeriksaan darah pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya
darah pada urine, feses, dan cairan muntah.
Rasional : Mempercepat deteksi adanya perdarahan/penentuan dari terapi mungkin
dapat mencegah perdarahan kritis.
2. Intervensi : Amati/laporkan epistaksis, hemoptisis, hematuria, perdarahan vaginal
non-menstruasi atau pengeluaran darah melalui lesi/orifisium tubuh/daerah penusukan
terapi intravena.
Rasional : Perdarahan spontan mengindikasikan perkembangan atau trombositopenia
imun.
3. Intervensi : Pantau perubahan tanda-tanda vital dan warna kulit, mis., tekanan darah,
denyut nadi, pernapasan, pucat kulit/perubahan warna.
Rasional : Timbulnya perdarahan/hemoragi dapat
menunjukkan
gagalan
sirkulasi/syok.
4. Intervensi : Pantau perubahan tingkat kesadaran dan gangguan penglihatan.
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan adanya perdarahan otak.
5. Intervensi : Hindari injeksi IM, pengukuran suhu rektal/supositoria, selang rektal.
Rasional : Melindungi pasien dari prosedur berkenaan dengan penyebab perdarahan;
mis., insersi termometer, selang rektal dapat merusak ataupun merobek mukosa rektal.
perdarahan.
7. Intervensi : Pertahankan istirahat di tempat tidur/kursi apabila trombosit di bawah
10.000 atau sesuai kebutuhan perseorangan. Kaji aturan obat-obatan.
Rasional : Mengurangi kemungkinan cedera, meskipun aktivitas harus tetap
dipertahankan. Mungkin diperlukan untuk menghentikan atau mengurangi obatobatan, mis., AZT. Catatan : Pasien mungkin mengalami jumlah trombosit sangat
rendah tanpa perdarahan.
Kolaborasi
1. Intervensi : Tinjau ulang pemeriksaan laboratoriumm mis., PT, PTT, waktu
pembekuan, trombosit, Hb/Ht.
Rasional : Mendeteksi gangguan kemampuan pembekuan; mengidentifikasi
kebutuhan terapi.
2. Intervensi : Berikan produk darah sesuai indikasi.
Rasional : Transfusi mungkin diperlukan pada waktu terjadi perdarahan terus
menerus/perdarahan spontan masif.
3. Intervensi : Hindari penggunaan produk aspirin.
Rasional : Menggurangi agregasi trombosit, ketidakseimbangan/perpanjangan proses
koagulasi.
Diagnosa Keperawatan :
tubuh
a. Ketidakmampuan atau perubahan pada kemampuan
untuk
mencerna,
metabolisme:
Dapat dibuktikan oleh :
mual
mengunyah
atau
dan/atau
muntah,
nutrisi
refleks
gag
nutrisi
(demam/infeksi).
a. Penurunan
berat
lemak
badan,
penurunan
subkutan/massa otot.
b. Menurunnya napsu makan, keengganan untuk makan,
perubahan indera pengecap.
c. Kejang perut, bising usus hiperaktif, diare.
d. Luka, peradangan rongga bukal.
a. Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan
Mandiri
1. Intervensi : Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan.
Rasional : Lesi mulut, tenggorok, dan esofagus dapat menyebabkan disfagia,
penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan
untuk makan.
2. Intervensi : Auskultasi bising usus.
Rasional : Hipermotilitas saluran intestinal umum terjadi dan dihubungkan dengan
muntah dan diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet/cara makan. Catatan : Tidak
mampu mentoleransi laktosa dan malabsorbsi berhubungan dengan terjadinya diare
dan mungkin membutuhkan perubahan pada diet/formula tambahan (mis., sumber
makanan).
3. Intervensi : Timbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal
adanya berat badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran berat badan
dan antropometrik.
Rasional : Indikator kebutuhan nutrisi/pemasukan yang adekuat. Catatan : karena
adanya penekanan sistem imun, maka beberapa tes darah yang umumnya digunakan
untuk menguji status nutrisi menjadi tidak berguna.
4. Intervensi : Hilangkan rangsang lingkungan yang berbahaya atau kondisi yang
memperburuk refleks gag.
Rasional : Mengurangi stimulus pusat muntah di medulla.
5. Intervensi : Berikan perawatan mulut yang terus menerus, awasi tindakan
pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alkohol.
Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/muntah,
lesi oral, pengeringan mukosa, dan halitosis. Mulut yang bersih akan meningkatkan
napsu makan.
6. Intervensi : Rencanakan diet dengan pasien/orang terdekat; jika memungkinkan,
sarankan makanan dari rumah. Sediakan makanan/kudapan yang sedikit tapi sering
berupa makanan padat nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan
yang disukai pasien. Mendorong konsumsi makanan berkalori tinggi, yang dapat
merangsang napsu makan. Catat waktu, kapan napsu makan menjadi baik dan pada
waktu itu usahakan untuk menyajikan porsi makan yang lebih besar.
Rasional : Melibatkan pasien dalam rencana memberikan perasaan kontrol
lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi kebutuhan akan
makanan non-institusional mungkin juga meningkatkan pemasukan.
7. Intervensi : Kaji obat-obatan terhadap efek samping nutrisi.
Rasional : Profilaktik dan obat-obatan terapeutik mungkin memiliki efek samping
nutrisi,
mis.,
AZT
(pengubah
rasa,
mual/muntah).
Bactrim
(anoreksia,
Diagnosa Keperawatan :
Nyeri, [akut]/kronis
b.
c.
a.
b.
ekskoriasi
rektal,
penularan,
nekrosis.
Neuropati perifer, myalgia, dan artralgia.
Kejang abdomen.
Keluhan nyeri.
Berfokus pada diri sendiri: pandangan yang sempit,
perilaku melindungi.
c. Perubahan pada denyut nadi: kejang otot, ataksia,
d.
a.
b.
c.
Mandiri
1. Intervensi : Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi,
dan waktu. menandai gejala non verbal mis., gelisah, takikardia, meringis.
Rasional : Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
perkembangan/resolusi komplikasi. Catatan : sakit yang kronis tidak menimbulkan
perubahan autonomik.
2. Intervensi : Dorong pengungkapan perasaan.
Rasional : Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi
akan intensitas rasa sakit.
Diagnosa Keperawatan :
Mandiri
1. Intervensi : Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi.
Gambarkan lesi dan amati perubahan.
Rasional : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan
dan melakukan intervensi yang tepat.
2. Intervensi : Pertahankan/instruksikan dalam higiene kulit, mis., membasuh kemudian
mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan
losion atau krim.
Rasional : Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi
barrier infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan resiko
trauma dermal pada kulit yang kering/rapuh. Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan
meningkatkan kenyamanan. Catatan : Isolasi kewaspadaan diperlukan, terutama jika
muncul lesi mukokutaneus yang luas.
3. Intervensi : Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai kebutuhan. Dorong
pemindahan berat badan secara periodik. Lindungi penonjolan tulang dengan bantal,
bantalan tumit/siku, kulit domba.
Rasional : Mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah ke
jaringan dan meningkatkan proses kesembuhan.
4. Intervensi : Pertahankan seperti bersih, kering, dan tidak berkerut.
Rasional : Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang
menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.
5. Intervensi : Dorong untuk ambulasi/turun dari tempat tidur jika memungkinkan.
Rasional : Menurunkan tekanan pada kulit dari istirahat lama ditempat tidur.
6. Intervensi : Bersihkan area perianal dengan membersihkan feses dengan
menggunakan air dan air mineral. Hindari penggunaan kertas toilet jika timbul
vesikel. Berikan krim pelindung, mis., zink oksida, salep A dan D.
Rasional : Mencegah maserasi yang disebabkan oleh diare dan menjaga agar lesi
perianal tetap kering. Catatan : Penggunaan kertas toilet akan membuat lesi abrasi.
7. Intervensi : Gunting kuku secara teratur.
Rasional : Kuku yang panjang/kasar meningkatkan resiko kerusakan dermal.
8. Intervensi : Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier
protektif, mis., duoderm, sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat mengurangi kontaminasi
bakteri,
meningkatkan
proses
penyembuhan.
Kolaborasi
1. Intervensi : Berikan matras atau tempat tidur busa/flotasi.
Rasional : Menurunkan iskemia jaringan, mengurangi tekanan pada kulit, jaringan,
dan lesi.
2. Intervensi : Dapatkan kultur dari lesi kulit terbuka.
Rasional : Mengidentifikasi bakteri patogen dan pilihan perawatan yang sesuai.
3. Intervensi : Gunakan/berikan obat-obatan topical/sistemik sesuai indikasi.
Rasional : Digunakan pada perawatan lesi kulit. Catatan : jika digunakan salep
multidosis, perawatan harus dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang.
4. Intervensi : Lindungi lesi atau ulkus dengan balutan basah atau salep antibiotik dan
balutan nonstick (mis., Telfa) sesuai petunjuk.
Rasional : Melindungi area ulserasi dari kontaminasi dan meningkatkan
penyembuhan.
Diagnosa Keperawatan :
b.
c.
Dapat dibuktikan oleh :
a.
b.
c.
Hasil yang diharapkan/kriteria
a.
evaluasi pasien akan :
jambu,
basah,
dan
bebas
dari
inflamasi/ulserasi.
b. Menunjukkan teknik memperbaiki/mempertahankan
keutuhan mukosa oral.
Mandiri
1. Intervensi : Kaji membran mukosa/catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri,
bengkak, sulit mengunyah/menelan.
Rasional : Edema, lesi, membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa
sakit dan sulit mengunyah/menelan.
2. Intervensi : Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi
halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci mulut dan alcohol dan pelembab bibir.
Rasional : Mengurangi rasa tidak nyaman. Meningkatkan rasa sehat dan mencegah
pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal.
3. Intervensi : Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida/salin atau
larutan soda kue.
Rasional : Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi dari kandidiasis dan meningkatkan
kenyamanan.
4. Intervensi : Anjurkan permen karet/permen tidak mengandung gula.
Rasional : Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membran
mukosa.