BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam berbagai tinjauan penelitian berbasis imunoneuropatobiologis
menunjukkan bahwa neurotransmiter berperanan sangat penting dalam gangguan
perilaku dan gangguan psikiatrik. Neurotransmiter yang berpengaruh pada
terjadinya gangguan perilaku dan pskiatrik diantaranya adalah dopamin,
norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan asetilkolin. Selain itu, penelitian-
penelitian juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang
berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk
endorfin, somatostatin, vasopresin dan oksitosin. Diketahui bahwa
neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam beberapa cara, tidak seimbang
(unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak individu normal. GABA
diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairan spinal pada pasien mania.
Norepinefrin meningkat kadarnya pada celah sinaptik, tapi dengan serotonin
normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik, menimbulkan
hiperaktivitas dan agresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia. Antidepresan
trisiklik dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang
timbulnya mania, dan antipsikotik yang memblok reseptor dopamin yang
menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada
skizofrenia (Guyton & Hall, 2006).
Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa
pesan untuk komunikasi berbagai bagian di otak dan sistem saraf. Senyawa
neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua
fungsi otak. Sebagai pembawa pesan, mereka datang dari satu tempat dan pergi ke
tempat lain untuk menyampaikan pesan-pesannya. Bila satu sel saraf (neuron)
berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron mengirimkan pesan dengan
mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di dekatnya melalui celah
sinaptik, kemudian ditangkap oleh reseptor-reseptor pada celah sinaptik tersebut
(Baehr & Frotscher, 2012).
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus yang membawa
sinyal di antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis,
sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi. Neurotransmitter
dalam bentuk zat kimia bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh
jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan
bahwa neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di otak dalam
berkomunikasi. Neurotransmiter muncul ketika ada pesan yang harus di
sampaikan ke bagian-bagian lain (Baehr & Frotscher, 2012).
Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur
melalui tiga cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang disebut
neurotransmitter dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh
aktivitas di otak memanfaatkan neurotransmitter (Baehr & Frotscher, 2012).
Serotonin
Asetilkolin
Dopamin
Berbagai penelitian menunjukkan dopamin juga makin mendekatkan pada
kesimpulan bahwa neurotransmiter jenis ini mempengaruhi proses
pengingatan. Melalui mekanisme kompensasi yang dimunculkan oleh
dopamin, maka hubungan zat kimia ini dalam proses belajar dan ingatan
dapat terlihat jelas.
Dopamin diproduksi pada inti-inti sel yang terletak dekat dengan sistem
aktivasi retikuler. Dopamin di bentuk dari asam amino tirosin, yang
berfungsi membantu otak mengatasi depresi, meningkatkan ingatan dan
meningkatkan kewaspadaan mental.
Walaupun dopamin di produksi oleh otak, individu tetap membutuhkan
asupan tirosin yang cukup guna memproduksi dopamin. Tirosin di
temukan pada makanan berprotein seperti : daging, produk-produk susu
(sperti keju), ikan , kacang panjang, kacang-kacangan dan produk kedelai.
Dengan 3-4 ons protein sehari, energi kita akan lebih terjaga.
Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh
neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini
terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin
biasanya sebagai inhibisi.
Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada
beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke
setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio
ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).
Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal,
mesolimbik, mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini berfungsi untuk
mengatur motivasi, konsentrasi, memulai aktivitas yang bertujuan, terarah
dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi eksekutif. Penurunan aktivitas
dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan kognitif, motorik, dan
anhedonia yang merupakan manifestasi simptom depresi (Guyton & Hall,
2006).
Glutamat
Asam amino glutamat dan glisin merupakan neurotransmiter utama di
SSP, yang terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor glutamat,
yaitu NMDA, kainat, L-AP4, dan ACPD. Bila berlebihan, glutamat bisa
menyebabkan neurotoksik. Obat-obat yang antagonis terhadap NMDA
mempunyai efek antidepresan.
Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatori utama pada otak dimana
hampir tiap area otak berisi glutamate. Glutamat memiliki konsentrasi
tinggi di kortikostriatal dan di dalam sel serebelar. Gangguan pada
neurotrasmitter ini akan berakibat gangguan atau penyakit bipolar afektif
dan epilepsi.
Fungsi utama glutamat adalah pengaturan kemampuan memori dan
memelihara fungsi otomatik.
Gejala defisit : gangguan memori, low energy, distractibilitas.
schizophrenia
Gejala berlebihan : kindling, seizures dan bipolar affective disorder
(Guyton & Hall, 2006).
GABA
Patofisiologi skizofrenia
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.