Anda di halaman 1dari 14

TUGAS REVIEW PAPER

BIOTEKNOLOGI CENDAWAN
“BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)”

Disusun oleh :

Nama : Wirda Hanim


Nim : 170602007

PRODI BIOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020
A. FUNGI
Fungi dapat diartikan sebagai cendawan, yaitu makrofungi atau fungi yang
memiliki tubuh buah yang sangat mencolok atau makrokopis, dan dibandingkan
dengan bagian vegetative yang mikrokopis. Pada tubuh buah tersebut memiliki warna
yang menarik, yaitu putih, coklat cerah, merah cerah, kuning sitron, jingga, dan juga
bahkan ada yang berwarna hitam. Dapat dilihat langsung dengan kasat mata, dan
dapat dipetik langsung menggunakan tangan serta sebagian dapat dikonsumsi atau
edible. Contohnya yaitu jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) (Nadyah, 2011).
Fungi juga berasal dari bahasa yunani yaitu mykos yang aertinya cendawan atau fungi
yang berbentuk paying (Hafsan, 2011).
Secara sederhana pengertian jamur yaitu tumbuhan sederhana, berinti,
berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau jumlah sel dalam bentuk benang-benang
yang biasa disebut dengan miselia yang bercabang-cabang. Bakal tubuh buah atau
primordial dari basidiomycetes adalah gumpalan kecil yang terdiri dari kumupulan
miselia yang akan berrekembang menjadi tubuh buah. Diameter tubuh buah sekitar 1
mm, primordial berkembang dan pada tubuh buah terlihat bagian-bagian tubuh buah
seperti tudung dan tangkai yang terletak ditengah tudung (Maulana, 2011).
Menurut Alexopoulus dalam kutipan Maulana (2011) menyatakan bahwa
Thallophyta tidak dapat berklorofil dapat dibedakan ke dalam 3 keluarga besar dan
memiliki 4 kerabat yaitu :
1. Phylum schizomycophyta (keluarga besar bakteri)
2. Phylum mycomycophyta (keluarga besar jamur lendir)
3. Phylum eunichophyta (keluarga besar jamur) terdiri atas :
a. Kelas Phycomycetes (keluarga jamur ganggang)
b. Kelas Ascomycetes
c. Kelas Deutromycetes (fungi imperfecti)
d. Kelas Basidiomycetes (keluarga jamur tingkat tinggi)
Kelompok fungi Basidiomycota sering disebut jamur oleh orang awam
karena banyak jenis-jenis yang karpusnya atau tubuh buahnya besar daoat dilihat
dengan mata telanjang atau secara langsung. Fungi atau jamur sudah dimanfaatkan
manusia missal nya jamur Agaricus bisporus, Pleurotus flabellatus, dan Flamulina
velutippes. Ada juga jamur yang bersifat racun, bahkan racun yang dapat mematikan
contohnya yaitu jamur Amanita sp, dan Coprinus cinereus. Dalam bahasa inggris
perbedaan cendawan antara yang beracun dan yang tidak beracun yaitu cukup jelas,
yaitu yang tidak beracun disebut mushroom sedangkan yang bersifat racun disebut
toadstool (Gandjar, dkk, 2006).
B. Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Jamur tiram merupakan jamur pangan yang berasal dari kelompok jamur
Basidiomycetes, jamur ini memiliki nama binomial Pleurotus astreatus karena tubuh
buah memiliki batang yang berada dipinggir dan balam bahasa latin disebut Pleurotus
dan memiliki bentuk seperti tiram dalam bahasa latin disebut ostreotus. Jamur tiram
masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King oyster. Warna tudung pada
jamur tiram pun beragam yaitu ada yang berwarna putih, putih kekuningan, kuning,
abu-abu, abu kecoklatan, bahkan ada juga yang berwarna merah dan biru. Permukaan
tudung jamur tiram ini sedikit licin namun tidak lengket dan berdiameter dari 3-15 cm,
sebagian besar jamur ini memiliki tangkai yang bercabang dan tubuh atau batang nya
berwarna putih, pendek dan menyamping (Meinanda, 2013).
Jamur tiram merupakan salah satu komuditas yang sedang diminati masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pangan. Permintaan jamur tiram yang cukup tinggi masih
belum terpenuhi karena masih banyak yang didatangkan dari luar daerah. Berdasarkan
hal tersebut perlu dilakukan budidaya jamur tiram (Fritz, dkk, 2017). Menurut Badan
Pusat statistik pada tahun 2017 peningkatan konsumsi jamur diindonesia mencapai
47.753 ton sedangkan pada produksinya hanya 37.020 ton. Setiap tahunnya
meningkat sebanyak 10% baik untuk kebutuhan hotel, rumah makan, tempat jualan
dan lain- lain (Kalsium, dkk. 2011). Produksi jamur tiram masih rendah karena
permintaan konsumen cukup banyak (Karisman, 2015).
Jamur tiram merupakan salah satu produk pertanian yang mempunyai
kandungan gizi yang tinggi dibandingkan dengan jamur lainnya dengan berat kering
jamur tiram putih setiap 100gr adalah 128 kalori, protein 27%, lemak 1,6%,
karbohidrat 58% (Suharjo, 2015). Jamur tiram putih mengandung protein, lemak,
fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain
(Nunung, 2001).

C. Klasifikasi Jamur Tiram Putih


Menurut sub kelas nya jamur dapat dibedakan menjadi 2 yakni, Acomycetes
dan Basidiomycetes. Jamur dari kelas Basidiomycetes lebih mudah diamati karena
ukuran nya lebih besar, dan pada jamur Ascomycetes sulit diamati karna ukurannya
mikrokopis dan harus diamati menggunakan mikroskop (Agus, 2002).
Klasifikikasi Jamur tiram putuh menurut Darnetty (2006) yaitu:
Kindom : Plantae
Divisi : Mycota
Sub divisi : Eumycotina
Kelas : Basidiomycetes
Sub kelas : Homobasidiomycetidae
Ordo : Himenomycetales
Sub ordo : Agaricale
Family : Agariceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus

Gambar 1. Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

D. Siklus Hidup Jamur


Siklus hidup jamur tiram mula-mula dari spora yang lepas dari insang jamur
tiram yang telah matang secara fisisologis, jika spora jatuh ditempat yang baik maka
spora akan membentuk hifa. Kemudian hifa akan melebur dan akan membentuk
miselium kemudia miselium akan tumbuh menjadi calon tunas. Kemudian calon tunas
ini akan terus tumbuh membesar sehingga membentuktubuh buah yaitu berupa batang
atau (stipe, stalk) dan tudung (pileus,cap) dan tudung ini nantinya akan mengeluarkan
spora baru dan siklus ini akan berulang terus menerus (Untung, 2013).
Jamur dapat bereproduksi dengan cara yaitu melepaskan spora yang dihasilkan
melalui aseksual dan seksual, pada reproduksi seksual hanya dilakukan jika terjadi
perubahan pada lingkungan yang tidak tepat atau kuurang sesuai dengan keadaan
jamur. Sedangkan pada reproduksi seksual ini akan menghasilkan keturunan yang
keanekaragaman genetic yang lebih besar. Pada variasi individu yakni keturunan ini
mampu membantu mereka beradaptasi ketika terjadi perubahan pada lingkungan. Dan
pada reproduksi aseksual pada jamur menggunakan spora yang telah dihasilkan oleh
hifa yang sudah terspesialisasi. Saat kondisi lingkungan jamur memungkinkan untuk
pertumbuhannya maka pertumbuhan akan cepat, dan jamur memperbanyak diri
dengan cara mengahsilkan banyak spora secara aseksual dan spora ini nantinya akan
terbawa oleh angin dan kemudian berekecambah jika mendarat ditempat yang lembab
dan dengan permukaan yang bagus untuk pertumbuhan jamur tersebut. Kemudian
spora akan berkecambah membentuk benang-benang halus yang merupakan bagian-
bagian pada dinding tubuler yang akan mengelilingi membrane plasma dan sitoplasma
yang disebut juga dengan hifa, hifa akan membentuk suatu hamparan anyaman yang
disebut juga miselium. Miselium merupakan jaringan “makan” dari jamur (Narwati,
2013).
Pertumbuhan jamur ini berawal dari spora atau disebut juga basidiospora yang
nantinya akan berkecambah dan membentuk hifa yaitu benang-benang halus. Dan
kemudian hifa akan menyebar dan tumbuh ke media, dan dari kumpulan hifa ini akan
membentuk miselium dan akan terbentuk gumpalan kecil seperti benang yang
disimpul menandakan bahwa tubuh buah mulai terbentuk. Kemudian simpul ini akan
membesar dan disebut juga yakni stadia kancing kecil, dan kemudian stadia kancing
kecil ini akan terus membesar dan mencapai stadia kancing dan stadia telur, Kemudian
diikuti dengan stadia perpanjangan, dan cawan pada stadia ini berpisah dengan tudung
karena perpanjangan tangkai kemudian yaitu stadia terakhir yakni stadia dewasa atau
tubuh buah (Steviani, 2011).
Gambar 2. Siklus Hidup Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).

Menurut Meinanda (2013), dalam perkembangan dan pertumbuhan jamur


tiram dapat dibedakan dalam beberapa fase tumbuh, yaitu :
a. Spora
Awal mulanya jamur berasal dari spora, spora ini berukuran kecil hanya
dengan ukuran nya yakni 8-11ʯ m x 4−5 ʯ m sehingga sangat mudah berterbangan dan
menyebar ke berbagai tempat dengan bantuan dari angin. Kemudian spora yang telah
matang akan terjadi pelepasan dari tubuh jamjr dan akan jatuh atau menempel
diberbagai objek. Dan spora akan tumbuh jika kondisi lingkungan tempat spora
menempel tersebut stabil dan mendung untuk pertumbuhan spora. Kelembapan dan
suhu serta sumber makanan merupakan kondisi yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan spora untuk menjadi jamur.
b. Hifa
Jika kondisi lingkungan sudah bagus atau memadai untuk pertumbuhan spora
makan spora akan mulai berkecambah. Dan kemudian kecambah yang dibentuk spora
berupa benang-benang yang halus dan berwarna putih yang disebut dengan hifa, hifa
berfungsi untuk menyerap sumber makanan.
c. Miselium
Setelah itu hifa akan terus tumbuh dan kemudian akan menyebar keseluruh
media untuk tumbuh dan pertumbuhan hifa akan memanjang , bercabang dan akan
saling bertumpuk-tumpuk yang disebut dengan miselium. Kemudian miselium akan
menutupi seluruh permukaan pada media tuumbuh dan miselium ini berwarna putih.
d. Pin Head
Pin head akan terus tumbuh dari miselim yang saling menumpuk dan
membentuk benjolan atau gumpalan kecil seperti kancing, kemudian pin head ini
akan berkembang menjadi jamur dewasa setelah itu dari tudung yang menguncup
kemudian mekar dan membentuk setengah lingkaran dan berbentuk seperti cangkang
tiram.
e. Jamur Dewasa
Selanjutnya setelah 2-4 hari kemunculan pin head kemudian jamur akan mulai
memasuki fase dewasanya, jamur dewasa akan kembali menghasilkan spora kemudian
spora yang dihasilkan dari serat-serat halus yang dibawah tudung jamur yaitu disebut
dengan lamella. Kemudian didalam lamella ini terdapat basidium yakni sel-sel
pengahasil spora.

E. Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)


Jamur tiram putih mengandung 18 asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia dan tidak mengandung kolestrol. Dan berfungsi sebagai sumber pangan
bernilai gizi tinggi, jamur tiram juga digunakan sebagai obat anti tumor dddan
meningkatkan siistem kekebalan tubuh dan menurunkan kolestrol dan efek
antioksidan. Dan jamur tiram mengandung asam folat yang berguna mencegah dan
mengobati anemia. Jamur tiram juga sangat kaya vitamin seperti vitamin B (B1, B2,
B3, B12 dan Biotin) dan Vitamin C dan Bioflavonoid. Dan mengandung beberapa
mineral seperti sodium, potasoum, fosfor, mangan, magnesium, besi dan seng.
Komposisi dan Kandungan jamur tiram putih disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Dan Kandungan Nutrisi Kamur Tiram


Zat gizi Kandungan Zat gizi Kandungan
Kalori 367 kal Niacin 77,2 mg
Protein 10,5-30,4% Ca 14 mg
Karbohidrat 56,6% K 3,793 mg
Lemak 1,7-2,2% P 717 mg
Thiamin 0,2% Na 873 mg
Riboflavin 4,7-1,9% Fe 3,4-18, 2 mg

F. Syarat Tumbuh Jamur Tiram Putih


a. Media
Secara tradisional budidaya jamur kayu menggunakan cara sederhana yaitu
dengan menggunakan batang kayu lunak yang telah mengalami pelapukan, selanjutnya
hanya dengan menyirami kayu tersebut menggunakan air dengan sendirinya akan
tumbuh jamur. Namun cara tradisional yang hanya menggunakan kayu lunak kurang
efektif dan belum efesien terhap untuk produksi yang dihasilkan, dan dibuatlah media
tanam berupa jamur buatan dengan berbagai formula tergantung jenis jamur yang akan
dibudidayakan. Bahan utama yang bisa digunakan dalam media tanam jamur tiram
biasanya yaitu dengan menggunakan serbuk gergaji, jerami padi, sekam, sisa kertas,
serta bahan lainnya seperti bagas tebu ampas aren dan sabut kelapa. Selain bahan-
bahan tersebut bisa juga digunakan bsahan lain seperti bekatul, gypsum dan kapur.
Untuk pertumbuhannya jamur sanbgat memerlukan sumber zat makanan yakni dalam
bentuk unsure berupa nitrogen, fosfor, belerang, karbon dan lain-lain (Suriawiria,
2009).
b. Lokasi Tumbuh dan Kelembapan
Ketinggian tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur tiram putih yakni
pada ketinggian 400-800m diatas permukaan laut, akan tetapi mungkin dapat ditanam
pada dataran rendah sesuai dengan iklim yang sejuk atau dibawah pohon yang rindang
(Soenanto, 2010). Kelembapan yang dibutuhkan pada saat pembibitan sebanyak 90%
dan kelembapan berfungsi untuk menjaga substrat tanah agar tidak mongering
sehingga harus dijaga dengan sebaik mungkin, dan menjaga kelembapan pada jamur
tiram dapat dilakukan penyiraman dengan rutin dan menggunakan air yang bersih.
Menjaga kelembapan jamur juga dibutuhkan adanya oksigen karena jamur tiram
meruoakan tanaman yang saprofit yang semiaerob, jika asupan oksigen berkurang
maka jamur tiram akan layu dan mengalami kematian (Chazali dan Pratiwi, 2009).
c. Temperature dan Cahaya
Serat atau miselim jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada suhu sekitar
23˚C-28˚C yang arinya pada temperatur tersebut normal pertumbuhannya jika
temperatur rendah maka ada 2 kemungkinan yaitu tubuh buah tidak dapat terbentuk
dan jika terbentuk akan membutuhkan waktu yang lama (Meina, 2007).
Pada temperature sendiri didukung adanya intensitas cahaya yang cukup,
sehingga dapat membantu untuk pertumbuhan jamur. Jika cahaya terlalu banyak akan
menimbulkan bahaya bagi pertumbuhan jamur dan jamur bisa mati.
d. Sumber Nutrien
Nutrisi dibutuhkan pada saat pertumbuhan jamur yaitu addalah fospor, kalium,
nitrogen, belerang, kalium, karbon, dan unsure-unsur lainnya. Nutrisi biasanya
diperoleh pada media pertumbuhan kayu atau pupuk tambahan. Kandungan air yang
dibutuhkan yaitu sebanyak 75% untuk pertumbuhan jamur.
e. Keasaman pH
Media yang terlalu asam dapat menyebabkan pertumbuhan jamur kurang
optimal untuk tumbuh, menurut pendapat Djarijah (2001) dalam Setiagama (2014), pH
yang optimal atau yang baik untuk pertumbuhan jamur tiram dlam kondisi asam
berkisar yaitu dengan pH 5,5 sampai 6.5.

f. Formulasi Media Jamur Tiram Putih


Formulasi media tanam jamur tiram terdiri dari bahan dasar yaitu serbuk
gergaji, dan bahan tambahan yaitu seperti bekatul, gypsum, dan kapur. Penggunaan
bahan seperti ini lebih sering efektif, muda, efesien dibandingkan dengan cara yang
lain yang digunakan oleh beberapa pekebun budidaya jamur. Formulasi yang baik
adalah dengan cara yang paling cocok, murah, dan mudah didapat (Winarni dan
Rahayu, 2002). Bahan tambahan yang harus diperhatikan dalam pembuatan media
jamur tiram putih yang bagus terdiri dari bekatul, gypsum, dan kapur.

1. Bekatul
Digunakan sebagai nutria untuk pertumbuhan pada jamur tiram putih terutama
sebgai Carbon (C), serta Nitrogen (N), bekatul yang dipilih sebaiknya bekatul yang
masih baru belum berbau tengik dan juga tidak rusak.
2. Kapur dan Gips
Kapur adalah sumber kalsium selain itu juga berperan untuk mengatur tingkat
keasaman pH pada media tumbuh jamur tiram putih. Unsur kalsium dan karbon
memperkaya kandungan mineral pada media tanam, sangat diperlukan untuk
pertumbuhan jamur. Sedangkan pada gips berguna sebagai bahan sumber kalsium
tambahan terutama digunakan untuk memperkuat dan memperkokoh media, Tujuan
nya supaya media tanam tidak mudah hancur dan mudah rusak. Penambahan gips pada
substrat media jamur tiram ini selain untuk sumber kalsium dan bersama dengan kapur
juga berfungsi untuk memelihara kelembapan dan porositas kompos sehingga aerasi
dapat berjalan dengan baik (Cahyana, 2009).
G. Proses Pembuatan Budidaya Jamur Tiram Dengan Media Serbuk Gergaji
Persiapan Media
 Media yang diperlukan yaitu berupa serbuk gergaji
 Diamkan serbuk kurang lebih 1-5 hari
 Nutrisi yang digunakan ialah berupa dedak atau bekatul, kapur dan air.
 Campurkan semua air antara 60-65%.
Proses Pengadukan
 komposisi terdiri dari :
 serbuk gergaji kayu sebanyak 100Kg
 kemudian dedak sebanyak 15kg
 kemudian kapur 5kg
 air bersih 45-60% dari berat total bahan.
 TSP 0,5 Kg (tambahan)
 Gypsum 0,5 Kg
 Campurkan semua bahan baku tersebut dan diaduk hingga merata
Pembuatan media Baglog jamur tiram putih
 Bahan setelah dicampur rata kemudian dikomposkan.
 Saat dikomposkan kondisi harus tertutup
 Ciri-ciri media yang baik adalah ketika menggumpal saat dikepal.
 Kadar air tidak menetes
 Kemudian media dimasukkan kedalam plastic yang anti panas dan sesuai
ukuran, kondisi tersebut harus lah padat. Kemudian beri cincin diujung plastik
untuk keluar jamur. Setelah itu cincin ditutup dengan Koran atau plastic atau
bisa juga dengan menggunakan kapas.
Gambar 3. Baglog Yang Sudah Disi Media
Sterilisasi Baglog Jamur Tiram Putih
 Disusun baglog secata berdiri atau vertical jika disusun secara horizontal
kepadatan baglog harus bagus dan isi stemer harus penuh.
 Jika kepadatan kurang jangan disusun secara horizontal, karena baglog dapat
rusak oleh tekanan uap panas saat proses sterilisasi.
 Uap panas dialirkan kedalam steamer menggunakan boiler, penggunaan boiler
ini bertujuan untuk menghasilkan uap panas dengan optimal dengan penggunaan
bahan bakar yang ekonomis.
Inokulasi Baglog Jamur Tiram Putih
Yang perlu diperhatikan saat inokulasi yaitu :
 Pada perletakan baglog jangan ditumpuk terlalu tinggi maksimal ditumbuk
sampai 3 bagian tumpuk.
 Ruang inokulasi harus bersih sekali dan sangat rapat, dan kalau bisa udara tidak
boleh masuk.
 Baglog sudah cukup dingin saat diinokulasi
 Baglog yang bersuhu diatas 50˚C akan menimbulkan mati jika diinokulasi pada
bibit jamur.
Langkah-langkah saat inokulasi
 Semprot kaki, tangan, badan dengan alcohol sebelum memasuki ruangan
inokulasi
 Nyalakan Bunsen dan diusahakan selama proses inokulasi, bibit selalu dekat
dengan nyala api.
 Buka cicnci baglog kemudia masukkan bibit jamur tiram putih secukupnya
dalam baglog. Kemudian pasang kembali cinci, dan tutup rapat dengan kertas
Koran dan dirapatkan menggunakan karet.
 Kertas Koran harus dalam keadaan steril, sebaiknya ikutkan saat proses
sterilisasi baglog dalam steamer.
Panen Jamur Tiram Putih
 Pada umur 10 sampai 20 hari setelah miselium tumbuh 100%, maka jamur sudah
mulai tumbuh dan dapat dipanen untuk pertama kalinya.
 Panen yang kedua dalam rentang waktu 15 sampai 20 hari setelah panen
pertama.
 Usia produktif rata-rata 4 sampai 6 bulan.
 Produksi satu baglog antara 0,8 sampai 1 kg.

Gambar 4. Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Yang sudah Siap Dipanen

DAFTAR PUSTAKA
Agus, GTK. 2002. Budidaya Jamur Konsusmsi. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Cahyana, 2009. Jamur tiram. Penebar Swadaya : Jakarta.
Chazali, S. dan P.S Pratiwi, 2009. Usaha Jamur Tiram Skala Rumah Tangga. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Darnetty, 2006. Pengantar Mikologi. Padang : Andalas Universitas press.
Djarijah, N.M. dan A.S. Djarijah, 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius,
Yogyakarta.
Gandjar, Indrawati, Sjamsuridzal W, Oetari, A,. 2006. Mikologi, Dasar Dan Terapan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hafsan. 2011. Mikrobiologi Umum. Makassar : Alauddin University Press.
Meina, 2007. Budidaya Jamur Tiram. Azka Press, Jakarta.
Nunung, M. D. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisi.
Fritz Tanza Sitompul, Elza Zuhry, Dan Armaini. 2017. Pengaruh Berbagai Media
Tumbuh Dan Penambahan Gula Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). JOM Faperta, 4(2): 1-15. Pekanbaru: Fakultas
Pertanian Universitas Riau.
Kalsium, U., Siti Fatimah, dan Catur Wasonowati. 2011. Efektivitas Pemberian Air
Leri Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus). AGROVIGOR, 4(2): 86-92.
Karisman, W. 2015. Pengaruh Perbandingan Limbah Serbuk Kayu Dan Blotong
Terhadap Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi. UMM Malang.
Maulana. 2011. Panen Jamur Tiap Musim. Lamppung : Lily Publisher.
Meinanda. 2013. Panen Cepat Budidaya Jamur. Bandung.
Nadyah 2011. Dasar-Dasar Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Ilmu Kesehatan.
Makassar : Alauddin University Press.
Narwati EE. 2013. Perbedaan Pengaruh Sekam Padi Dan Serbuk Gergaji Sengon
Terhadap Berat Basah, Jumlah Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dan
Efficiency Biology Rate. Skripsi. Semarang : Fakultas Pendidikan Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Setiagama, Rossa, 2014. Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) Dengan Komposisi Media Tumbuh Serbuk Gergaji
Kayu Sengon, Tandan Kosong Kelapa Sawit Dan Ampas Tahu Yang
Berbeda. Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Soenanto, 2010. Jamur Tiram,Budidaya Dan Peluang Usaha. Aneka Ilmu, Semarang.
Suharjo. E. 2015. Budidaya jamur tiram media kardus. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka.
Suriawiria, H.U., 2006. Budidaya Jamur Tiram. Kasinius, Yogyakarta.
Steviani. S. 2011. Pengaruh Penambahan Molase Pada Berbagai Media Pada Jamur
Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus). Skripsi. Surakarta : Fakultas Pertanian
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Untung P, Triono. 2013. Bisnis Jamur Tiram. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
Winarni, I. dan Rahayu, U,. 2002. Pengaruh Formulasi Media Tanam Dengan Bahan
Dasar Serbuk Gergaji Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).
Jurnal Matematika, Sains Dan Teknologi 3(2): 20-27.

Anda mungkin juga menyukai