BIOTEKNOLOGI CENDAWAN
“BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)”
Disusun oleh :
PRODI BIOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020
A. FUNGI
Fungi dapat diartikan sebagai cendawan, yaitu makrofungi atau fungi yang
memiliki tubuh buah yang sangat mencolok atau makrokopis, dan dibandingkan
dengan bagian vegetative yang mikrokopis. Pada tubuh buah tersebut memiliki warna
yang menarik, yaitu putih, coklat cerah, merah cerah, kuning sitron, jingga, dan juga
bahkan ada yang berwarna hitam. Dapat dilihat langsung dengan kasat mata, dan
dapat dipetik langsung menggunakan tangan serta sebagian dapat dikonsumsi atau
edible. Contohnya yaitu jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) (Nadyah, 2011).
Fungi juga berasal dari bahasa yunani yaitu mykos yang aertinya cendawan atau fungi
yang berbentuk paying (Hafsan, 2011).
Secara sederhana pengertian jamur yaitu tumbuhan sederhana, berinti,
berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau jumlah sel dalam bentuk benang-benang
yang biasa disebut dengan miselia yang bercabang-cabang. Bakal tubuh buah atau
primordial dari basidiomycetes adalah gumpalan kecil yang terdiri dari kumupulan
miselia yang akan berrekembang menjadi tubuh buah. Diameter tubuh buah sekitar 1
mm, primordial berkembang dan pada tubuh buah terlihat bagian-bagian tubuh buah
seperti tudung dan tangkai yang terletak ditengah tudung (Maulana, 2011).
Menurut Alexopoulus dalam kutipan Maulana (2011) menyatakan bahwa
Thallophyta tidak dapat berklorofil dapat dibedakan ke dalam 3 keluarga besar dan
memiliki 4 kerabat yaitu :
1. Phylum schizomycophyta (keluarga besar bakteri)
2. Phylum mycomycophyta (keluarga besar jamur lendir)
3. Phylum eunichophyta (keluarga besar jamur) terdiri atas :
a. Kelas Phycomycetes (keluarga jamur ganggang)
b. Kelas Ascomycetes
c. Kelas Deutromycetes (fungi imperfecti)
d. Kelas Basidiomycetes (keluarga jamur tingkat tinggi)
Kelompok fungi Basidiomycota sering disebut jamur oleh orang awam
karena banyak jenis-jenis yang karpusnya atau tubuh buahnya besar daoat dilihat
dengan mata telanjang atau secara langsung. Fungi atau jamur sudah dimanfaatkan
manusia missal nya jamur Agaricus bisporus, Pleurotus flabellatus, dan Flamulina
velutippes. Ada juga jamur yang bersifat racun, bahkan racun yang dapat mematikan
contohnya yaitu jamur Amanita sp, dan Coprinus cinereus. Dalam bahasa inggris
perbedaan cendawan antara yang beracun dan yang tidak beracun yaitu cukup jelas,
yaitu yang tidak beracun disebut mushroom sedangkan yang bersifat racun disebut
toadstool (Gandjar, dkk, 2006).
B. Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Jamur tiram merupakan jamur pangan yang berasal dari kelompok jamur
Basidiomycetes, jamur ini memiliki nama binomial Pleurotus astreatus karena tubuh
buah memiliki batang yang berada dipinggir dan balam bahasa latin disebut Pleurotus
dan memiliki bentuk seperti tiram dalam bahasa latin disebut ostreotus. Jamur tiram
masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King oyster. Warna tudung pada
jamur tiram pun beragam yaitu ada yang berwarna putih, putih kekuningan, kuning,
abu-abu, abu kecoklatan, bahkan ada juga yang berwarna merah dan biru. Permukaan
tudung jamur tiram ini sedikit licin namun tidak lengket dan berdiameter dari 3-15 cm,
sebagian besar jamur ini memiliki tangkai yang bercabang dan tubuh atau batang nya
berwarna putih, pendek dan menyamping (Meinanda, 2013).
Jamur tiram merupakan salah satu komuditas yang sedang diminati masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pangan. Permintaan jamur tiram yang cukup tinggi masih
belum terpenuhi karena masih banyak yang didatangkan dari luar daerah. Berdasarkan
hal tersebut perlu dilakukan budidaya jamur tiram (Fritz, dkk, 2017). Menurut Badan
Pusat statistik pada tahun 2017 peningkatan konsumsi jamur diindonesia mencapai
47.753 ton sedangkan pada produksinya hanya 37.020 ton. Setiap tahunnya
meningkat sebanyak 10% baik untuk kebutuhan hotel, rumah makan, tempat jualan
dan lain- lain (Kalsium, dkk. 2011). Produksi jamur tiram masih rendah karena
permintaan konsumen cukup banyak (Karisman, 2015).
Jamur tiram merupakan salah satu produk pertanian yang mempunyai
kandungan gizi yang tinggi dibandingkan dengan jamur lainnya dengan berat kering
jamur tiram putih setiap 100gr adalah 128 kalori, protein 27%, lemak 1,6%,
karbohidrat 58% (Suharjo, 2015). Jamur tiram putih mengandung protein, lemak,
fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain
(Nunung, 2001).
1. Bekatul
Digunakan sebagai nutria untuk pertumbuhan pada jamur tiram putih terutama
sebgai Carbon (C), serta Nitrogen (N), bekatul yang dipilih sebaiknya bekatul yang
masih baru belum berbau tengik dan juga tidak rusak.
2. Kapur dan Gips
Kapur adalah sumber kalsium selain itu juga berperan untuk mengatur tingkat
keasaman pH pada media tumbuh jamur tiram putih. Unsur kalsium dan karbon
memperkaya kandungan mineral pada media tanam, sangat diperlukan untuk
pertumbuhan jamur. Sedangkan pada gips berguna sebagai bahan sumber kalsium
tambahan terutama digunakan untuk memperkuat dan memperkokoh media, Tujuan
nya supaya media tanam tidak mudah hancur dan mudah rusak. Penambahan gips pada
substrat media jamur tiram ini selain untuk sumber kalsium dan bersama dengan kapur
juga berfungsi untuk memelihara kelembapan dan porositas kompos sehingga aerasi
dapat berjalan dengan baik (Cahyana, 2009).
G. Proses Pembuatan Budidaya Jamur Tiram Dengan Media Serbuk Gergaji
Persiapan Media
Media yang diperlukan yaitu berupa serbuk gergaji
Diamkan serbuk kurang lebih 1-5 hari
Nutrisi yang digunakan ialah berupa dedak atau bekatul, kapur dan air.
Campurkan semua air antara 60-65%.
Proses Pengadukan
komposisi terdiri dari :
serbuk gergaji kayu sebanyak 100Kg
kemudian dedak sebanyak 15kg
kemudian kapur 5kg
air bersih 45-60% dari berat total bahan.
TSP 0,5 Kg (tambahan)
Gypsum 0,5 Kg
Campurkan semua bahan baku tersebut dan diaduk hingga merata
Pembuatan media Baglog jamur tiram putih
Bahan setelah dicampur rata kemudian dikomposkan.
Saat dikomposkan kondisi harus tertutup
Ciri-ciri media yang baik adalah ketika menggumpal saat dikepal.
Kadar air tidak menetes
Kemudian media dimasukkan kedalam plastic yang anti panas dan sesuai
ukuran, kondisi tersebut harus lah padat. Kemudian beri cincin diujung plastik
untuk keluar jamur. Setelah itu cincin ditutup dengan Koran atau plastic atau
bisa juga dengan menggunakan kapas.
Gambar 3. Baglog Yang Sudah Disi Media
Sterilisasi Baglog Jamur Tiram Putih
Disusun baglog secata berdiri atau vertical jika disusun secara horizontal
kepadatan baglog harus bagus dan isi stemer harus penuh.
Jika kepadatan kurang jangan disusun secara horizontal, karena baglog dapat
rusak oleh tekanan uap panas saat proses sterilisasi.
Uap panas dialirkan kedalam steamer menggunakan boiler, penggunaan boiler
ini bertujuan untuk menghasilkan uap panas dengan optimal dengan penggunaan
bahan bakar yang ekonomis.
Inokulasi Baglog Jamur Tiram Putih
Yang perlu diperhatikan saat inokulasi yaitu :
Pada perletakan baglog jangan ditumpuk terlalu tinggi maksimal ditumbuk
sampai 3 bagian tumpuk.
Ruang inokulasi harus bersih sekali dan sangat rapat, dan kalau bisa udara tidak
boleh masuk.
Baglog sudah cukup dingin saat diinokulasi
Baglog yang bersuhu diatas 50˚C akan menimbulkan mati jika diinokulasi pada
bibit jamur.
Langkah-langkah saat inokulasi
Semprot kaki, tangan, badan dengan alcohol sebelum memasuki ruangan
inokulasi
Nyalakan Bunsen dan diusahakan selama proses inokulasi, bibit selalu dekat
dengan nyala api.
Buka cicnci baglog kemudia masukkan bibit jamur tiram putih secukupnya
dalam baglog. Kemudian pasang kembali cinci, dan tutup rapat dengan kertas
Koran dan dirapatkan menggunakan karet.
Kertas Koran harus dalam keadaan steril, sebaiknya ikutkan saat proses
sterilisasi baglog dalam steamer.
Panen Jamur Tiram Putih
Pada umur 10 sampai 20 hari setelah miselium tumbuh 100%, maka jamur sudah
mulai tumbuh dan dapat dipanen untuk pertama kalinya.
Panen yang kedua dalam rentang waktu 15 sampai 20 hari setelah panen
pertama.
Usia produktif rata-rata 4 sampai 6 bulan.
Produksi satu baglog antara 0,8 sampai 1 kg.
Gambar 4. Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Yang sudah Siap Dipanen
DAFTAR PUSTAKA
Agus, GTK. 2002. Budidaya Jamur Konsusmsi. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Cahyana, 2009. Jamur tiram. Penebar Swadaya : Jakarta.
Chazali, S. dan P.S Pratiwi, 2009. Usaha Jamur Tiram Skala Rumah Tangga. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Darnetty, 2006. Pengantar Mikologi. Padang : Andalas Universitas press.
Djarijah, N.M. dan A.S. Djarijah, 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius,
Yogyakarta.
Gandjar, Indrawati, Sjamsuridzal W, Oetari, A,. 2006. Mikologi, Dasar Dan Terapan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hafsan. 2011. Mikrobiologi Umum. Makassar : Alauddin University Press.
Meina, 2007. Budidaya Jamur Tiram. Azka Press, Jakarta.
Nunung, M. D. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisi.
Fritz Tanza Sitompul, Elza Zuhry, Dan Armaini. 2017. Pengaruh Berbagai Media
Tumbuh Dan Penambahan Gula Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). JOM Faperta, 4(2): 1-15. Pekanbaru: Fakultas
Pertanian Universitas Riau.
Kalsium, U., Siti Fatimah, dan Catur Wasonowati. 2011. Efektivitas Pemberian Air
Leri Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus). AGROVIGOR, 4(2): 86-92.
Karisman, W. 2015. Pengaruh Perbandingan Limbah Serbuk Kayu Dan Blotong
Terhadap Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi. UMM Malang.
Maulana. 2011. Panen Jamur Tiap Musim. Lamppung : Lily Publisher.
Meinanda. 2013. Panen Cepat Budidaya Jamur. Bandung.
Nadyah 2011. Dasar-Dasar Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Ilmu Kesehatan.
Makassar : Alauddin University Press.
Narwati EE. 2013. Perbedaan Pengaruh Sekam Padi Dan Serbuk Gergaji Sengon
Terhadap Berat Basah, Jumlah Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dan
Efficiency Biology Rate. Skripsi. Semarang : Fakultas Pendidikan Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Setiagama, Rossa, 2014. Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) Dengan Komposisi Media Tumbuh Serbuk Gergaji
Kayu Sengon, Tandan Kosong Kelapa Sawit Dan Ampas Tahu Yang
Berbeda. Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Soenanto, 2010. Jamur Tiram,Budidaya Dan Peluang Usaha. Aneka Ilmu, Semarang.
Suharjo. E. 2015. Budidaya jamur tiram media kardus. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka.
Suriawiria, H.U., 2006. Budidaya Jamur Tiram. Kasinius, Yogyakarta.
Steviani. S. 2011. Pengaruh Penambahan Molase Pada Berbagai Media Pada Jamur
Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus). Skripsi. Surakarta : Fakultas Pertanian
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Untung P, Triono. 2013. Bisnis Jamur Tiram. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
Winarni, I. dan Rahayu, U,. 2002. Pengaruh Formulasi Media Tanam Dengan Bahan
Dasar Serbuk Gergaji Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).
Jurnal Matematika, Sains Dan Teknologi 3(2): 20-27.