Anda di halaman 1dari 25

EVALUASI RADIOGRAFIK MENGENAI ARTHRITIS, PENYAKIT SENDI

DEGENERATIF DAN VARIASINYA.

Saat terjadi penyempitan celah sendi, adalah penting untuk membedakan


antara inflamasi dengan kondisi degeneratif. Terdapatnya osteofit, sklerosis tulang,
dan kista subkondral dan tidak adanya tanda-tanda inflamasi seperti erosi menunjukan
osteoarthritis. Osteoarthritis tipikal melibatkan sendi spesifik pada usia pasien
tertentu. Ketika osteoarthritis terjadi pada sendi yg tidak lazim terkena, terjadi pada
usia dini, atau dengan gambaran radiografik yg tidak biasanya, maka penyebab lain
terhadap destruksi kartilago harus dipertimbangkan, seperti trauma, deposisi kristal,
neuropati sendi, dan hemofilia. Terdapat beberapa tipe artritis seperti juvenile chronic
arthritis dan artritis gout, yang mungkin menunjukan gambaran yg berbeda
dibandingkan dengan artritis inflamasi pada umumnya.

RSNA, 2008

Jon A. Jacobson, MD
Gandikota Girish, MD
Yebin Jiang, MD, PhD
Brian J. Sabb, DO
Radiografik umumnya sering digunakan untuk evaluasi artritis. Temuan
radiografik dengan menggunakan algoritme dasar dapat digunakan untuk mencapai
diagnosis akhir dan biasanya diagnosisnya benar (gambar 1). Meskipun tidak
mungkin untuk memasukan semua bentuk artritis dengan variasinya kedalam satu
skema, algoritma ini dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk evaluasi, karena
mencakup gambaran radografik yg paling sering untuk artritis pada umumnya.
Poin awal dari algortime adalah penyempitan celah sendi. Langkah
selanjutnya adalah untuk menentukan apakah proses yg terjadi pada sendi adalah
proses inflamasi atau degeneratif. Meskipun kondisi inflamasi itu terjadi akibat
osteopenia dan pembengkakan jaringan lunak, terdapatnya erosi tulang merupakan
karakteristik yang ditemukan pada inflamasi. Pada awal erosi akan tampak sebagai
diskontinuitas yang tipis, putih pada subkondral plate dari tulang, umumnya
melibatkan margin sendi (gambar 2). Penyempitan celah sendi yang seragam juga
dapat muncul. Sebaliknya, penyempitan celah sendi akibat proses degeneratif ditandai
dengan adanya osteofit, sklerosis tulang, kista subkondral, atau geodes; penyempitan
celah sendi yang asimetris, dan kurangnya gambaran inflamasi seperti erosi tulang
(gambar 3).
Pada bagian pertama dari review ini (1), telah dibahas mengenai inflamasi
artritis pada umumnya. Pertama ulasan ini akan fokus pada penyakit sendi
degeneratif, meliputi osteoarthritis tipikal dan juga bentuk osteoarthritis yang kurang
tipikal, seperti yg terjadi pada trauma, penyakit deposisi Kristal, dan hemofilia. Pada
akhirnya, variasi algoritma akan dibahas, termasuk kondisi seperti juvenile cronic
arthritis, osteoarthritis inflamasi, dan artritis gout.
Gambar 1

Penyempitan Celah
Sendi
Simetris;
Simetris; Erosi;
Erosi; pembengkan
pembengkan Asimetris;
Asimetris; Osteofit;
Osteofit; Sklerosis
Sklerosis
jaringan
jaringan lunak
lunak

Inflamasi Degeneratif

Distribusi
Distribusi tidak
tidak
1 Sendi >1 sendi Osteoarthritis seperti biasa,
seperti biasa, Tingkat
Tingkat
Tipikal keparahan,
keparahan, Usia
Usia

Infeksi Distal;
Distal; +
+ Proliferasi
Proliferasi Osteoarthritis
Tulang
Tulang Atipikal
Proximal;
Proximal; tidak
tidak ada
ada
proliferasi
proliferasi tulang
tulang
Spondyloartropati
Seronegatif
Arthritis
Reumatoid Trauma, Deposisi Kristal,
Neuropati, Hemofilia
Gambar 1: Bagan diatas menunjukan pendekatan terhadap evaluasi radiografik.
Algoritme dimulai dari penyempitan celah sendi dan pembeda yg digunakan pada
awal untuk membedakan antara temuan inflamasi dan degeneratif untuk mencapai
diagnosis akhir. (cetakan ulang, dengan ijin, dari referensi 1).

Gambar 2: Artritis Inflamasi (artritis rheumatoid). Radiograf posteroanterior


menunjukan diskontinuitas korteks tulang, menunjukan adanya erosi marginal
(panah).

Penyakit sendi degeneratif


Proses degeneratif dicurigai bila ditemukan penyempitan celah sendi,
pembentukan osteofit, sklerosis tulang, dan kista subkondral yang terlihat dengan
tidak adanya perubahan inflamasi (gambar 3). Ketika penyakit sendi degeneratif
melibatkan artikulasi synovial, disebut dengan istilah osteoarthritis atau osteoartrosis.
Umumnya, penyempitan celah sendi pada osteoarthritis berkaitan dengan
pembentukan osteofit, terutama pada lutut (2). Pada panggul dan lutut, radiografi
dengan menanggung beban akan meningkatkan deteksi dini terhadap penyempitan
celah sendi. Temuan terhadap osteofit marginal khas digunakan untuk mendeteksi
osteoarthritis, sedangkan temuan penyempitan celah sendi, sklerosis tulang, dan kista
subkondral digunakan untuk menilai tingkat keparahan (2). Dengan terjadinya
penyempitan celah sendi, osteofit menjadi lebih besar, sklerosis pada tulang
meningkat, dan pembentukan kista subkondral atau geode dapat terlihat. Ketika
osteoarthritis teridentifikasi pada radiografi, penting untuk menentukan apakah sendi
terlibat, usia pasien, dan gambaran radiografi sebagai langkah selanjutnya dalam
algoritme.
Gambar 3: Osteoartritis. Radiograf posteroanterior menunjukan penyempitan celah
sendi interphalangeal, sklerosis subkondral, dan pembentukan osteofit (panah).

Osteoarthritis Tipikal
Osteoarthritis biasanya merupakan hasil dari kerusakan kartilago articular dan
penggunaan dan robekan dari microtrauma berulang yang terjadi selama hidupnya,
walaupun faktor genetik, faktor hereditas, faktor nutrisional, faktor metabolik, riwayat
penyakit articular, dan kebiasaan tubuh dapat menjadi penyebab pada beberapa kasus.
Proses ini cenderung melibatkan sendi spesifik pada usia tertentu dalam kehidupan
seseorang dan tergantung kebiasaan bagian tubuh pasien tersebut dan tingkat aktivitas
fisiknya. Misalnya, salah satu dari persendian yang menunjukan osteoarthritis adalah
sendi acromioclavicular, dimana pembentukan osteofit minimal dapat terlihat pada
dekade ke-4 atau lebih dari kehidupan seseorang, dikarenakan stress yang terjadi pada
persendian tersebut (gambar 4). Sendi lain yang sering terjadi osteoarthritis tipikal
adalah sendi carpometacarpal I, sering dimulai setelah dekade ke-5 dari kehidupan,
dikarenakan stress yang berhubungan dengan penggunaan ibu jari lawannya secara
konstan atau kelemahan sendi (gambar 5a) (3). Secara karakteristik osteoarthritis juga
melibatkan sendi interphalangeal pada tangan setelah dekade ke-4 atau ke-5 dari
kehidupan. Hal ini berhubungan dengan bagian dari derajat penggunaan dan
penggunaan yang berlebih (gamabr 5b) (4).

Gambar 4: Osteoartritis. Radiograf sendi acromioclavicular anteroposterior


menunjukan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit yg
melibatkan sendi acromioclavicular (panah).

Gambar 5: Osteoartritis. (a) Posteroanterior dan (b) radiograf tangan oblique


menunjukkan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit dari (a)
carpometacarpal I (panah) dan (b) sendi interphalangeal dan metacarpophalangeal.

Terlibatnya sendi metacarpophalangeal tidak selalu berhubungan dengan


osteoarthritis pada sendi interphalangeal meskipun tipe keterlibatan ini lebih rendah
tingkat keparahannya. Tidak seperti pada sendi yang lebih besar, penyempitan celah
sendi pada sendi interphalangeal dan metacarpophalangeal pada osteoarthritis
mungkin simetris. Osteoarthritis pada sendi metatarsophalangeal I sering dimulai pada
dekade ke-5 dari kehidupan (gambar 6) dan mungkin berhubungan dengan deformitas
hallux valgus.

Gambar 6: Osteoartritis. Radiograf kaki anteroposterior menunjukan penyempitan


celah sendi metatarsophalangeal I, sklerosis, dan pembentukan osteofit (panah).

Seiring meningkatnya usia seseorang, osteoarthritis teridentifikasi melibatkan


sendi lutut dan sendi panggul, dimulai setelah dekade ke-4 atau ke-5 dalam kehidupan
(4). Mengenai sendi lutut, penyempitan celah sendi biasanya asimetris dan umumnya
melibatkan kompartemen femorotibial medial, mungkin juga dengan kompartemen
patellofemoral (gambar 7) (5). Sama halnya dengan, penyempitan celah sendi panggul
yang asimetri, dengan migrasi superior dari kepala femoral lebih sering terjadi
dibandingkan dengan migrasi medial (gambar 8) (6). Displasia acetabular yang
mendasari berhubungan dengan migrasi superolateral. Dengan osteoartrosis dini pada
sendi panggul, gambaran frog leg (seperti kaki kodok) akan sering terlihat melingkar
atau seperti kerah osteofit yang mungkin lebih sulit untuk dilihat pada radiografi
anteroposterior.

Rangakaian osteoarthritis yang dijelaskan diatas dapat bervariasi. Terlepas


dari itu, ketika osteoarthritis teridentifikasi, penting untuk mempertimbangakn sendi
yang terlibat, tingkat keparahan pada perubahan radiografi, distribusi dari
osteoarthritis dan usia pasien untuk membedakan antara osteoarthritis tipikal dan
osteoarthritis atipikal.

Essentials
 Adanya penyempitan celah sendi sangat penting untuk membedakan
penyebabnya, apakah inflamasi atau degeneratif,
 Osteoartritis tipikal melibatkan sendi spesifik pada pasien usia tertentu.
 Osteoartritis pada sendi yg atipikal, pada usia dini, atau dengan gambaran
atipikal menunjukan penyebab lain yang jarang terjadi pada destruksi
kartilago.
 Gambaran atipikal dari osteoartritis dapat disebabkan oleh trauma, penyakit
deposisi kristal, neuropati sendi, dan hemofilia.
 Juvenile chronic artritis dan artritis gout merupakan dua jenis artritis yang
memiliki gambaran yang berbeda dari artritis inflamasi yang sering lainnya.

Gambar 7: Osteoartritis. Radiograf lutut anteroposterior menunjukan penyempitan


celah sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit (panah) secara predominan
melibatkan kompartemen medial.
Gambar 8: Osteoartritis. (a) Anteroposterior dan (b) radiograf panggul frog-leg
(seperti kaki kodok) menunjukan penyempitan celah sendi superolateral, sklerosis,
kista subkondral, dan pembentukan osteofit (panah) dengan menopang leher femur.

Osteoarthritis Atipikal
Jika temuan radiografik dari osteoartritis teridentifikasi tetapi keterlibatan
sendi tidak terjadi pada sendi yang biasanya terserang osteoartritis, tingkat keparahan
dari temuan adalah parah atau tidak biasa, atau usia pasien tidak pada umumnya,
maka penyebab lain yang jarang terhadap kerusakan kartilago harus dipertimbangkan.
Penyebab yang mungkin dari gambaran osteoarthritis atipikal ini termasuk trauma,
penyakit deposisi kristal, neuropati sendi, dan hemofilia. Penyebab lain yang mungkin
termasuk kelainan kongenital dan anomali perkembangan, yaitu displasia, yang
merusak biomekanik normal.
Trauma merupakan penyebab tersering osteoartritis atipikal. Hal ini dapat
merupakan kelanjutan dari (a) kejadian trauma sebelumnya yang menyebabkan
kerusakan kartilago dan mempercepat terjadinya osteoarthritis atau (b) luka berulang
yang tidak biasa dan berlebih, yang dapat terlihat pada atlet atau dapat juga terjadi
akibat pekerjaan. Misalnya, luka kecil pada atletik dapat mempercepat gambaran
osteoarthrosis pada lutut atau panggul. Kunci untuk diagnosis adalah usia pasien yang
relatif muda, keterlibatan dari sendi atipikal (gambar 9), ditandai keterlibatan sendi
ekstremitas bawah yang asimeteris unilateral, atau tingkat keparahan yang tidak biasa.
Contoh lain dari osteoartritis atipikal adalah akibat stress yg berlebih akibat pekerjaan
dan luka berulang yang atipikal karena usia pasien dan keterlibatan sendi yg tidak
biasa, misalnya sendi siku.

Gambar 9: Osteoartritis atipikal akibat trauma. Radiograf mortise ankle (pergelangan


kaki) menunjukan penyempitan celah sendi, sklerosis, kista subkondral, dan
pembentukan osteofit (panah).

Penyakit deposisi kristal calcium pyrophosphate dehydrate (CPPD) dapat


menyebabkan chondrocalcinosis dan kalsifikasi synovium, kapsul sendi, tendon, dan
ligamen. Dengan kata lain, penyakit deposisi kristal CPPD dapat menyebabkan
artropathy yang muncul sebagai osteoartritis atipikal. Meskipun temuan radiografik
dari CPPD muncul seperti osteoartritis tersebut, kelainan ini atipikal karena distribusi
sendi, dan pembentukan kista subkondral yang luas, dan berhubungan dengan
deposisi kalsium, termasuk chondrocalcinosis. Misalnya, secara karakteristik
artropathy CPPD melibatkan sendi radiocarpal dari pergelangan tangan dan sendi
metacarpophalangeal III dan IV pada tangan (gambar 10) (6). Chondrocalcinosis pada
fibrokartilago triangular adalah sering, walaupun deposisi kalsium pada ligamen
carpal intrinsik (terutama ligamen lunotriquetral) dan kapsul sendi juga terlihat (7).
Pada lutut, yang merupakan sendi tersering yang terkena penyakit deposisi kristal
CPPD, dengan karakteristik perubahan degeneratif patellofemoral yang tidak
proporsional (gambar 11) dan berhubungan dengan chondrocalcinosis, yang
mempengaruhi fibrokartilago meniscus dan kartilago hyaline (8). Deposisi kalsium
pada origo tendon gastrocnemius adalah temuan lain pada penyakit deposisi Kristal
CPPD dalam lutut (gambar 11) (8). Tempat lain terjadinya chondrocalcinosis
termasuk simfisis pubis dan labrum panggul (9).

Gambar 11: Penyakit deposisi Kristal


Gambar 10: Penyakit deposisi Kristal
CPPD pada lutut. (a) Anteroposterior dan
CPPD pada tangan. Radiograf
(b) radiograf lateral menunjukan
posteroanterior menunjukan penyempitan
kondrokalsinosis melibatkan meniscus
celah sendi metacarpophalangeal II dan
(kepala panah) dan kartilago hyaline,
III, sklerosis, kista subkondral, dan
osteoartritis predominan sendi
pembentukan osteofit (kepala panah). patellofemoral (panah lurus), dan
Perhatikan kondrokalsinosis dari kalsifikasi origo tendon gastrocnemius
fibrokartilago triangular (panah), dan (panah lengkung).
osteoartritis berat dari sendi
carpometacarpal I.

Karena hanya dengan menemukan chondrocalcinosis saja tidak spesifik


(penyebab lainnya termasuk hemokromatosis dan hiperparatiroid, diantara yang
lainnya) bersamaan dengan ditemukannya CPPD artropathi yang menunjukkan bahwa
penyakit deposisi kristal CPPD sebagai penyebabnya. Hal ini penting untuk
mempertimbangkan diagnosis hemokromatosis ketika pada temuan radiografik
mengidentifikasi adanya CPPD, karena adanya tumpang tindih yang nyata pada
temuan radiografiknya. Pada hemokromatosis, keterlibatan lebih luas pada sendi
metacarpophalangeal kedua sampai kelima telah dijelaskan, dan lebih sering terlihat
osteofit berbentuk seperti kait atau merunduk pada metacarpal radial (Gambar 12) (9).

Gambar 12: Hemochromatosis. Radiograf tangan posteroanterior menunjukan


osteoartritis sendi metacarpophalangeal, dengan osteofit yg berbentuk seperti kait
(kepala panah).
Penyebab lain terhadap adanya gambaran atipikal pada osteoartritis termasuk
neuropati sendi awal. Pada situasi ini, hilangnya mekanisme umpan balik terhadap
sensasi dan propriosepsi menyebabkan ketidakstabilan sendi dan perubahan
degeneratif selama aktivitas sehari-hari. Sementara temuan karakteristik pada
neuropati sendi disebut sklerosis, fragmentasi, dan subluksasi adalah jelas pada tahap
lanjut dari proses ini, perubahan awal pada neuropati sendi akan sering muncul
sebagai osteoartritis atipikal (10). Pentunjuk utama untuk diagnosis awal pada
neuropati sendi adalah distribusi dari perubahan radiografik, yang tergantung dari
penyebab neuropati itu sendiri. Misalnya, keterlibatan kaki bagian tengah adalah
karakteristik dari diabetes mellitus, dimana akan terlihat penyempitan celah sendi,
sklerosis tulang dan osteofit (Gambar 13). Bersamaan dengan temuan terhadap
kalsifikasi arterial akan lebih menunjukan diagnosis neuropati sendi, dan korelasi
dengan riwayat pasien merupakan hal yang penting. Penyebab lain dari neuropati
sendi meliputi sifilis atau tabes dorsalis (melibatkan sendi ekstremitas bawah dan
tulang belakang) dan syrinx (melibatkan sendi bahu bilateral).

Perdarahan intraartikular yang berulang, seperti yang terlihat pada hemophilia,


dapat menyebabkan destruksi kartilago dan gambaran radiografi dari osteoartritis
atipikal (Gambar 14). Meskipun erosi tulang akibat inflamasi sinovial sekunder dapat
terlihat, seringkali osteofit, sclerosis tulang dan kista subkondral yang paling jelas
terlihat. Kombinasi erosi tulang dan pembentukan osteofit menciptakan gambaran
permukaan artikular menjadi irreguler. Ketika terlihat adanya perubahan degeneratif,
kemungkinan merupakan distribusi sendi atipikal dan pada usia muda yang
karakteristiknya berbeda dengan osteoartritis tipikal (Gambar 15). Gambaran lain dari
hemofilia meliputi hilangnya celah sendi yang lebih simetris dan adanya pembentukan
kista subkhondral yang berlebih, dan kemungkinan adanya efusi padat dari
perdarahan. Selain osteopenia, tampak pertumbuhan berlebih pada epifisis, akibat
hiperemi kronis pada masa anak-anak (11). Di lutut, elongasi atau perubahan bentuk
patela menjadi lebih kotak dan pelebaran dari interkondilaris notch dapat terlihat
(Gambar 14). Perdarahan yang berulang bisa menyebabkan abnormalitas yang besar,
luas dan destruktif yang dikenal dengan pseudotumor hemofilia, yang pada umumnya
melibatkan femur dan os pelvis. Sering terjadi overlap antara gambaran radiografi
hemofilia dengan juvenile chronic arthritis; namun, keterlibatan lutut, pergelangan
kaki, dan siku lebih sering terjadi pada hemofilia. Korelasi dengan riwayat pasien juga
penting dalam diagnosis hemofilia.
Penyebab yang kurang umum lainnya untuk gambaran osteoarthritis atipikal
termasuk displasia epifisis, ochronosis, dan akromegali. Pada dysplasia epifisis,
banyak sendi akan terlibat, dengan permukaan artikular yang irreguler dan bentuk
epifisis yang abnormal. Ochronosis, sebuah istilah yang menggambarkan pigmentasi
abnormal pada gangguan alkaptonuria, berkaitan dengan karakteristik kalsifikasi
multipel pada cakram. Pada akromegali, temuan radiografi lainnya mencakup falang
distal yang berbentuk seperti sekop (spade-shape), pelebaran awal pada celah sendi,
peningkatan penebalan bantalan tumit, membengkoknya vertebral posterior, dan
pelebaran mandibula dan sinus.

Gambar 13: Neuropati sendi. (a) Anteroposterior dan (b) radiografi kaki lateral
menunjukan penyempitan celah sendi, sklerosis, kista subkondral, dan pembentukan
osteofit (panah). Perhatikan kemiringan plantar navicular dan pes planus.
Gambar 14. Hemofilia. Radiografi lutut anteroposterior pada pria berusia 20 tahun
yang menunjukkan adanya penyempitan celah sendi yang agak simetris, sklerosis,
kista subkondral, dan pembentukan osteofit (kepala panah), dengan pelebaran lekukan
interkondilaris (panah). Perhatikan pendataran permukaan distal kondilus femoralis.
Gambar 15. Hemofilia. Radiografi kaki lateral menunjukkan penyempitan celah
sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit (panah).

Variasi Algoritma
Pada algoritme yg telah disampaikan sebelumnya sebagai pendekatan
diagnosis untuk artritis pada radiografi, penyempitan celah sendi telah digunakan
sebagai titik awal sembarang, terutama untuk menekankan pentingnya membedakan
antara artritis inflamasi dan artritis degeneratif ketika penyempitan celah sendi
terlihat. Namun demikian, terdapat beberapa kondisi yang tidak sesuai dengan
algoritme, termasuk juvenile chronic arthritis, artritis inflamasi dengan osteoartritis
sekunder, osteoartritis erosive atau inflamasi, gout, dan systemic lupus eritematous.
Meskipun tidak didiskusikan disini, pigmented villonodular synovitis dan
osteochondromatosis synovial dapat menyebabkan osteoartritis sekunder dengan erosi
tekanan, terutama jika kondisinya telah berlangsung lama dan melibatkan sendi
dengan kapasitas kecil.

Juvenile Chronic Arthritis


Kategori dari juvenile chronic arthritis (atau juvenile rheumatoid arthritis)
meliputi Still disease (atau seronegative chronic arthritis), artritis rheumatoid onset-
juvenil tipe-dewasa, ankylosing spondylitis onset-juvenile, psoriatic artritis, artritis
pada inflammatory bowel disease, seronegative sondyloarthropathies lain, dan
beberapa macam artritis (12). Diskusi ini terutama akan focus pada Still disease
karena merupakan tipe yang paling sering, terhitung 70% dari kasus juvenile chronic
arthritis.
Still disease mempunyai 3 subtipe: pauciarticular, polyarticular, dan sistemik.
Tipe yg paling sering adalah penyakit pauciartikular (60% dari kasus), yang
melibatkan sendi perifer terbesar yaitu lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan
tangan dan mengenai satu sampai empat sendi (13). Subtype yang lain termasuk
penyakit polyarticular (20% dari kasus), sering mengenai tangan secara bilateral,
pergelangan tangan, lutut, pergelangan kaki, dan kaki (gambar 16). Subtype yg ketiga,
penyakit sistemik (20% dari kasus) dapat atau tidak dapat berhubungan dengan artritis
namun ditandai dengan demam, ruam, limfadenopati, hepatosplenomegali,
pericarditis, myocarditis, dan anemia.
Gambaran radiografik yang sering terlihat dari artritis pada Still disease
termasuk pembengkakan jaringan lunak dan osteopenia; namun demikian, terdapat
beberapa perbedaan yang jelas ketika dibandingkan dengan artritis rheumatoid pada
dewasa. Perbedaan ini termasuk penyempitan celah sendi yg terhambat dan perubahan
erosi, dapat periostitis, gangguan pertumbuhan, dan, penyatuan sendi yang terlambat
(gambar 16). Terjadinya periostitis adalah karena hilangnya penyokong periosteum
secara relatif pada anak dibandingkan pada dewasa. Gangguan pertumbuhan termasuk
peningkatan pertumbuhan tulang epifisis akibat hiperemia kronik dan berkurangnya
pertumbuhan tulang akibat penyatuan lempeng pertumbuhan yang prematur.
Gambar 16. Juvenile Chronic Arthritis: Still disease. (A) Radiografi tangan
posteroanterior menunjukkan penyempitan celah sendi dan perubahan inflamasi pada
beberapa sendi, dengan pertumbuhan epifisis berlebih dan gangguan pertumbuhan
lainnya akibat fusi epifisis yang lebih awal. (B) Radiografi lutut bilateral
anteroposterior menunjukkan penyempitan celah sendi yang seragam (panah),
osteopenia, dan pertumbuhan epifisis berlebih dengan pelebaran lekukan
interkondilaris (kepala panah). Perhatikan osteoarthritis sekunder.

Penyempitan celah sendi tanpa Erosi atau Osteofit


Pada awal algoritme, langkah awal adalah untuk menentukan apakah erosi
atau osteofit terdapat pada penyempitan celah sendi. Dengan tidak adanya erosi atau
osteofit, salah satu yang bergantung pada distribusi keterlibatan sendi, karakteristik
dari penyempitan celah sendi, dan tanda sekunder dari inflamasi untuk mencapai
diagnosis yg tepat. Misalnya, jika penyempitan celah sendi melibatkan sendi
interphalangeal distal pada pasien usia 60 tahun tanpa osteopenia periartikuler atau
pembengkakan jaringan lunak, maka osteoartritis dini lebih tepat (gambar 17). Jika
penyempitan celah sendi melibatkan lutut tetapi secara simetris melibatkan sendi
dengan osteopenia periartikuler, maka lebih mengarah kepada artritis inflamasi seperti
artritis rheumatoid (gambar 18). Jika penyempitan celah sendi melibatkan satu sendi
dengan pembengkakan jaringan lunak dan osteopenia periartikuler, maka harus
dipertimbangkan sebagai septik sendi dini.
Gambar 17. Osteoarthritis awal. Radiografi Posteroanterior dari jari menunjukkan
adanya penyempitan celah sendi pada interphalangeal proksimal dan distal dengan
sklerosis subkondral minimal dan osteofit relatif sedikit.

Gambar 18. Rheumatoid arthritis. Radiografi lutut anteroposterior menunjukkan


adanya penyempitan celah sendi yang seragam dan difus.
Arthritis inflamasi dengan Osteoarthritis Sekunder
Pasien dengan arthritis inflamasi kronis dan mungkin artritis inflamasi yang telah
diobati dapat berkembang mengalami perubahan sekunder dari osteoarthritis.
Penilaian menggunakan algoritma yang ada menjadi sulit dalam situasi ini, karena
kombinasi dari erosi dan osteofit dapat muncul dan melibatkan sendi yang sama.
Terdapat beberapa gambaran radiografi yang menunjukkan arthritis inflamasi dengan
osteoarthritis sekunder. Sering kali, gambaran yang paling jelas adalah keterlibatan
sendi yang tidak tipikal yang terkena osteoarthritis, seperti sendi
metacarpophalangeal. Ketika osteofit diidentifikasi dalam situasi ini, salah satu dapat
menjadi pertimbangan awal sebagai penyebab osteoarthritis atipikal. Namun, temuan
lain dari arthritis inflamasi yang mendasari sering terjadi, seperti kehilangan celah
sendi yang simetris dan bukti terjadinya erosi (Gambar 19). Erosi yang telah sembuh
dapat menunjukkan margin yang halus atau sklerotik. Karakteristik distribusi
abnormalitas sendi dengan arthritis inflamasi juga dapat dilihat, seperti keterlibatan
bilateral, simetri dari ekstremitas proksimal atau keterlibatan sendi
metatarsophalangeal kelima bilateral, seperti yang terlihat dalam rheumatoid arthritis.
Temuan terhadap hilangnya celah sendi yang simetris dengan osteofit juga
menunjukkan arthritis inflamasi dengan osteoarthritis sekunder (Gambar 20).

Gambar 19. Rheumatoid arthritis dengan osteoarthritis awal sekunder. Radiografi


tangan Posteroanterior menunjukkan hilangnya celah sendi yang seragam di setiap
sendi metacarpophalangeal. Perhatikan erosi kecil (kepala panah) dan
osteofit kecil (panah).
Gambar 20. Rheumatoid arthritis dengan osteoarthritis sekunder. Radiografi pelvis
anteroposterior menunjukkan penyempitan celah sendi di setiap sendi panggul.
Perhatikan erosi kecil (kepala panah) dan osteofit (panah). Keterlibatan sendi
sacroiliaca juga terjadi penyempitan, ireguler, dan sklerosis.

Osteoarthritis Inflamasi atau Erosiva


Osteoartritis inflamasi atau erosiva dapat dilihat sebagai variasi dari
osteoarthritis yang pada umumnya melibatkan sendi interphalangeal pada tangan, dan
osteofit cukup jelas. Gambaran karakteristik tambahan adalah erosi sentral yang
menghasilkan dua konveksitas dari permukaan sendi, seperti sayap burung camar
(Gambar 21). Erosi sentral ini seharusnya tidak dibingungkan dengan erosi marginal
pada rheumatoid arthritis. Adanya sinovitis proliferatif, dan akibat peradangan dari
sendi yang terlibat dapat menyebabkan ankilosis (14).
Gambar 21. Osteoarthritis inflamasi atau osteoarthritis erosiva. Radiografi jari
posteroanterior menunjukkan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan pembentukan
osteofit pada sendi interphalangeal distal dengan erosi sentral yang menonjol (panah).

Gout
Artritis gout disebabkan oleh kristal monosodium urat, yang memperlihatkan
bias ganda negatif yang kuat pada pemeriksaan cahaya polarisasi. Gambaran
radiografi pada gout tidak sesuai dengan algoritme yang telah disampaikan, pada
penyempitan celah sendi yang terjadi lebih lambat (gambar 22). Dengan kata lain,
erosi memiliki karakteristik yang terjadi lebih sering pada dekat sendi tetapi tidak
spesifik pada marginal, dan memiliki margin sklerotik yang memberikan gambaran
seperti hendak menghantam (gambar 23) (15). Osteopenia periartikular juga tidak
ditemukan. Tanda lain untuk diagnosis gout adalah adanya tanda pembengkakan
jaringan lunak dari deposisi thopus pada gout. Kalsifikasi dari tophi adalah jarang
terjadi pada keadaan tidak adanya penyakit renal yg menyertai. Destruksi tulang yang
jelas terjadi pada kasus yang berat, dengan pembengkakan jaringan lunak yang besar
(gambar 24). Tempat yg paling sering terjadinya gout adalah sendi
metatarsophalangeal I pada kaki. Sendi lain, yaitu sendi interphalangeal pada tangan
dan kaki jarang terjadi, meskipun gout dapat juga terjadi pada sendi yg lain (gambar
25). Karakteristik lain tempat terjadinya erosi gout adalah tulang tarsal. Gambaran
lusen yang bulat pada sendi dapat menunjukan adanya erosi atau tophi intraoseus.
Gout dapat juga menyebabkan pembengkan jaringan lunak pada bursitis, yaitu bursitis
olecranon. Karena temuan radiografi dapat membingungkan dan terlihat sedikit tidak
biasa, mungkin dapat membantu jika mengingat, “ketika ragu, pikirkan gout.”
Gambar 22. Gout. Radiografi tangan posteroanterior menunjukkan erosi sklerotik
(panah), dengan pembengkakan jaringan lunak dan celah sendi yang melebar.

Gambar 23. Gout. Radiografi kaki anteroposterior menunjukkan beberapa erosi


sklerotik dengan gambaran seperti pukulan (panah), dengan pembengkakan jaringan
lunak.
Gambar 24. Gout. Radiografi jari posteroanterior yang menunjukkan kerusakan
besar berpusat di sendi distal interphalangeal (panah).

Gambar 25. Gout. Radiografi lutut anteroposterior menunjukkan erosi sklerotik


dengan gambaran seperti pukulan (panah) dan pembengkakan jaringan lunak (kepala
panah).
Systemic Lupus Erythematosus
Gambaran radiografi dari systemic lupus erythematosus (SLE)
mungkin tidak jelas, penyempitan celah sendi dan erosi tidak sering ditemukan.
Temuan yang paling umum pada SLE adalah adanya subluksasi sendi
metacarpophalangeal tanpa adanya erosi yang dapat diturunkan angka kejadinnya;
temuan tersebut sering teridentifikasi hanya pada radiografi oblik dan tidak tampak
pada tampilan foto posteroanterior (Gambar 26). Osteopenia periarticular dan
pembengkakan jaringan lunak dapat terlihat

Gambar 26. Systemic lupus erythematosus. A) Posteroanterior dan (b) Radiografi


tangan oblique menunjukkan subluksasi yang dapat direduksi dan deformitas seperti
leher angsa (swan-neck) di beberapa sendi (kepala panah)

Kesimpulan
Sekalinya penyempitan celah sendi ditemukan, adanya erosi
menunjukkan suatu arthritis inflamasi, sedangkan adanya osteofit menunjukkan
artritis degeneratif. Ketika dicurigai adanya osteoarthritis, penting untuk
memperhitungkan distribusi sendi yang terlibat, tingkat keparahan penyakit, dan usia
pasien untuk mempertimbangkan penyebab yang kurang umum dari kerusakan tulang
rawan. Satu hal yang juga harus dibiasakan dengan arthritis adalah untuk tidak benar-
benar berpatokan dengan algoritma, seperti gout arthritis.

Anda mungkin juga menyukai