Anda di halaman 1dari 15

219

BUKU AJAR

Mata Kuliah : NUTRISI IKAN


SKS : 3
Semester : IV (EMPAT)
Program Studi : BUDIDAYA PERAIRAN
Fakultas : PIK

Disusun oleh:
DR.IR. SUBANDIYONO, MAppSc.
DR.IR. SRI HASTUTI, MSi.

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2010

ISBN: 978-979-097-044-1
220

H. NON-NUTRIEN DAN
ANTI-NUTRIEN

- POKOK BAHASAN VII –

(SUPLEMEN II)

ISBN: 978-979-097-044-1
221

H. NON-NUTRIEN DAN ANTI-NUTRIEN

I. NON-NUTRIEN

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat


Pada prinsipnya, komponen non-nutrien tidak memiliki nilai energetik, tidak
memiliki nilai nutritif sebagaimana makro- dan mikro-nutrien pada umumnya, serta
keberadaannya dalam pakan memiliki tujuan-tujuan yang lebih terbatas. Namun
pada hakekatnya, komponen non-nutrien bersifat positif dan bermanfaat, baik bagi
peningkatan daya tahan, stabilitas, daya tarik atau atraktan, dan rasa atau
stimulan pakan; maupun demi peningkatan kualitas daging dan kesehatam ikan.

1.2. Relevansi
Pemahaman terhadap komponen makro- dan mikro-nutrien saja belumlah
cukup untuk dapat menyediakan pakan lengkap dan terbaik untuk ikan. Berbagai
komponen non-nutrien mampu meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan. Oleh
karena itu, Sub-Pokok Bahasan I pada Pokok Bahasan VII ini penting untuk
dipahami mahasiswa guna melengkapi berbagai macam pengetahuan tentang
nutrien serta kebutuhannya oleh ikan yang dibudidayakan sebagaimana telah
dijabarkan pada pokok-pokok bahasan sebelumnya.

ISBN: 978-979-097-044-1
222

1.3. Kompetensi

1.3.1. Standar Kompetensi


Pada akhir penyajian materi ‘Non-Nutrien’ dari Pokok Bahasan VII ini

mahasiswa diharapkan mampu menyebutkan dan/atau menjelaskan kembali


berbagai komponen non-nutrisi dan peran pentingnya terhadap kualitas pakan
serta pertumbuhan maupun kesehatan ikan pada kegiatan budidaya perikanan.

1.3.1. Kompetensi Dasar


Pada akhir pemaparan dari materi ini, mahasiswa semester IV PS.

Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, hendaknya telah mampu menyebutkan,


menjelaskan, dan/atau mendeskripsikan kembali mengenai:
a. Pengertian non-nutrien;
b. Beberapa contoh komponen yang termasuk kedalam kelompok non-
nutrien; serta
c. Peran non-nutrien penting pada pakan dan ikan.

2. Penyajian

2.1. URAIAN
A. Pengertian Non-Nutrien. Pada prinsipnya, komponen yang termasuk
kedalam kelompok non-nutrien tidak memiliki nilai energetik, tidak memiliki nilai
nutritif sebagaimana makro- dan mikro-nutrien pada umumnya, serta
keberadaannya dalam pakan memiliki tujuan-tujuan yang lebih terbatas.

ISBN: 978-979-097-044-1
223

Komponen non-nutrien dapat muncul secara alamiah ikut masuk ke dalam pakan
bersama-sama dengan bahan pakan yang digunakan. Namun, beberapa jenis
komponen non-nutrien dapat pula dengan sengaja ditambahkan ke dalam pakan,
atau mungkin saja masuk ke dalam pakan secara alamiah mengikuti fenomena
alam, misalnya peningkatan kelembaban pakan dikarenakan masuknya air yang
berasal dari udara. Meskipun demikian, komponen non-nutrien pada hakekatnya
bersifat positif dan bermanfaat, baik bagi peningkatan daya tahan, stabilitas, daya
tarik atau atraktan, dan rasa atau stimulan pakan; maupun demi peningkatan
kualitas daging dan kesehatam ikan. Contoh komponen non-nutrien meliputi
berbagai senyawa seperti air, serat, hormon, antibiotik, antioksidan, pewarna
(pigmen), perekat (binder), dan perangsang atau stimulus pakan.

B. Peran atau Kebutuhan Non-Nutrien. Berbagai macam pakan

mengandung berbagai komponen non-nutrien yang pada akhirnya dapat


mempengaruhi ikan. Peran dan/atau kebutuhan beberapa contoh komponen non-
nutrien yang umum dijumpai pada pakan ikan dijelaskan secara singkat di bawah
ini.
Air. Pakan mengandung air. Air tersebut mungkin merupakan bagian dari
bahan penyusun pakan, berasal dari udara, atau ditambahkan. Semakin sedikit
kandungan air dalam pakan, semakin mudah penyimpanan dan penanganan
pakan tersebut. Bilamana kelembaban pakan melebihi 12%, pakan tersebut lebih
mudah busuk atau rusak. Beberapa pakan komersial mengandung tingkat
kelembaban yang tinggi karena ikan jenis tertentu terlihat lebih memilih pakan
yang lembab.
Serat. Serat mengacu pada bahan tanaman seperti selulosa, hemiselulosa,
lignin, pentosum, dan karbohidrat kompleks lainnya. Berbagai jenis serta tersebut
tidak dapat dicerna dan tidak memiliki peran yang penting dalam nutrisi. Serat
menambah volume pakan namun meningkatkan jumlah material feses yang
dihasilkannya. Tujuan dalam budidaya ikan secara komersial adalah membatasi
kandungan serat pakan dan menggunakan pakan dengan tingkat kecernaan yang
tinggi.
Hormon. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan
berbagai jenis hormon alami maupun sintetik pada ikan. Hormon-hormon tersebut

ISBN: 978-979-097-044-1
224

meliputi hormon pertumbuhan, hormon tiroid, gonadotrofin (GnH), prolaktin,


insulin, dan berbagai jenis steroid (-androgen dan estrogen). Hormon digunakan
untuk 2 tujuan: (1) perangsangan atau sinkronisasi pemijahan; dan (2) seks
reversal atau pembalikan jenis kelamin. Perangsangan atau sinkronisasi
pemijahan meningkatkan kepastian dan ketersediaan akan benih. Steroid seksual
merubah atau membalik kelamin ikan salmonid, mas, serta tilapia, dan yang
menghasilkan sistem budidaya kelamin tunggal (monosex) ikan steril. Hal
tersebut dapat memperbaiki laju pertumbuhan, mencegah kematangan seksual,
dan memperbaik kualitas daging.
Antibiotik. Diantara sejumlah antibiotik yang tersedia untuk manusia maupun
hewan peliharaan, hanya 2 jenis yang mendapatkan persetujuan Food and Drug
Administration (FDA) untuk digunakan pada ikan, yaitu sulfadimetoksin
ormetoprim dan oksitetrasiklin (OTC). Bilamana antibiotik tersebut digunakan
dalam pakan, maka kuatitas pakan, tingkat pemberian pakan, dan waktu
penghentiannya haruslah dikontrol dengan ketat. Hanya produsen yang memiliki
lisensi dapat menambahkan antibiotik ke dalam pakan di USA. Tidak
sebagaimana hewan darat, ikan tidak memperlihatkan keuntungan apapun dari
tingkat subterapetik antibiotik dalam pakannya.
Antioksidan. Pakan ikan yang mengandung kadar lemak tinggi seringkali
menggunakan antioksidan. Oksidasi lemak mempengaruhi nilai nutrisi dari lemak
tersebut dan beberapa jenis vitamin. Vitamin E sintetik apabila digunakan dalam
pakan biasanya mempunyai sedikit aktivitas antioksidan, sehingga antioksidan
sintetik seperti ethoxyquin, BHT, BHA, dan propyl gallate digunakan.
Pigmen. Pigmentasi atau pewarnaan kulit dan daging pada ikan berasal dari
karotenoida. Ikan tidak mampu membuat karotenoida tersebut, sehingga harus
ditambahkan ke dalam pakan. Pada ikan salmonid, karotenoida seperti
astaxanthin dan canthaxanthin bertanggungjawab terhadap warna merah hingga
oranye dari daging ikan tersebut. Di alam, karotenoida tersebut terutama berasal
dari zooplankton. Beberapa bahan alami yang digunakan untuk pewarna daging
salmonid meliputi kepiting, brill, udang, dan khamir (yeast). Pigmentasi kuning
dari daging lele tidak dikehendaki. Pigmentasi tersebut disebabkan oleh
karotenoida lutein dan zeaxanthin dari bahan tanaman dalam pakan.

ISBN: 978-979-097-044-1
225

Perekat pellet. Perekat atau binder memperbaiki stabilitas pellet dalam air,
kekenyalan pellet, dan mengurangi hancuran atau debu selama pemrosesan,
transportasi, dan penanganan atau penyimpanan. Perekat yang digunakan
secara luas adalah sodium dan kalsium bentonit, lignosulfat, karboksimetilselulosa
(carboxymethylcellulose, CMC) hemiselulosa, guar gum alginat, dan beberapa
polimer inert.
Stimulus pakan. Stimulus mencakup atraktan dan stimulan. Atraktan
merupakan daya tarik suatu obyek (misalnya pakan) agar ikan mau menghampiri
dan menemukan pakan tersebut; sedangkan stimulan berkaitan dengan rasa yang
dapat merangsang nafsu makan sehingga ikan mau menerima, menelan, dan
mengkonsumsi. Ikan menggunakan penglihatan dan pembau untuk menemukan
makanan, namun rasa makanan tersebut menentukan tingkat penerimaan oleh
ikan yang dapat diindikasikan dengan banyaknya pakan yang dikonsumsi. Para
peneliti dan produsen terus berusaha untuk meningkatkan rasa atau palatabilitas
dan penerimaan dari pakan. Hal ini penting terutama pada pakan larva dan
setelahnya, yaitu pakan starter. Secara umum, ikan karnivora memberikan
respons terhadap senyawa basa (alkali) dan netral. Ikan herbivora memberikan
respons terhadap senyawa asam. Disamping meningkatkan konsumsi pakan,
beberapa komponen stimulus berperan sebagai senyawa untuk mengelak atau
menghindar. Ini adalah hal terakhir yang diinginkan oleh banyak pembudidaya.

3. Penutup

3.1. Rangkuman

Pada prinsipnya, komponen non-nutrien tidak memiliki nilai

energetik, tidak memiliki nilai nutritif sebagaimana makro- dan mikro-

nutrien pada umumnya, serta keberadaannya dalam pakan memiliki tujuan-

tujuan yang lebih terbatas. Komponen non-nutrien dapat muncul secara

ISBN: 978-979-097-044-1
226

(lanjutan)

alamiah ikut masuk ke dalam pakan bersama-sama dengan bahan pakan

yang digunakan. Namun, komponen non-nutrien dapat pula dengan sengaja

ditambahkan ke dalam pakan, atau mungkin saja masuk ke dalam pakan

secara alamiah mengikuti fenomena alam. Komponen non-nutrien pada

hakekatnya bersifat positif dan bermanfaat, baik bagi peningkatan daya

tahan, stabilitas, daya tarik atau atraktan, dan rasa atau stimulan pakan;

maupun demi peningkatan kualitas daging dan kesehatam ikan. Contoh

komponen non-nutrien meliputi berbagai senyawa seperti air, serat,

hormon, antibiotik, antioksidan, pewarna (pigmen), perekat (binder), dan

perangsang atau stimulus pakan.

DAFTAR PUSTAKA/ACUAN/BACAAN ANJURAN


1. Berdanier, C.D. 1998. Advanced Nutrition-Micronutrients. CRC Press, Boca
Raton, Florida. 223 p.

2. Cowey, C.B. and Cho, C.Y. 1991. Nutritional Strategies & Aquaculture Waste.
Univ. of Guelph, Canada. 275 p.

3. Halver, J.E. 1972. Fish Nutrition. Acad. Press., New York. 713 p.

4. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. 2nd ed. Acad. Press, Inc., San Diego. 798
p.

5. Halver, J.E. and Hardy, R.W. 2002. Fish Nutrition. 3rd ed. Acad. Press,
Amsterdam. 822 p.

6. Lawrence, E. 1989. Biological Terms. 10th ed. Longman Sci. & Technical,
Singapore. 645 p.

7. Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning,


USA. 621 p.

ISBN: 978-979-097-044-1
227

II. ANTI-NUTRIEN

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat


Anti-nutrien, sebagaimana non-nutrien, merupakan komponen yang tidak

memiliki nilai energetik maupun nilai nutritif. Namun, keberadaan komponen anti-
nutrien dalam pakan sangat tidak dikehendaki dan pada hakekatnya bersifat
negatif atau merugikan, baik bagi pakan maupun ikan yang mengkonsumsinya.
Anti-nutrien berperan menurunkan dan merusak kualitas pakan hingga mematikan
ikan.

1.2. Relevansi
Tidak sebagaimana komponen non-nutrien yang pada umumnya bersifat

positif dan bermanfaat, komponen anti-nutrien sebagaimana dijelaskan pada Sub-


Pokok Bahasan II ini dapat sangat merugikan baik bagi pakan maupun ikan yang
mengkonsumsinya. Kontaminan dan pencemar termasuk kedalam kategori anti-
nutrien. Oleh karena itu, materi kuliah ini (yang merupakan bagian terakhir dari
buku ajar ini) juga penting agar mahasiwa mewaspadai keberadaannya dalam
pakan serta guna melengkapi berbagai macam pengetahuan tentang nutrien
sebagaimana dijabarkan pada pokok-pokok bahasan sebelumnya.

ISBN: 978-979-097-044-1
228

1.3. Kompetensi

1.3.1. Standar Kompetensi


Pada akhir penyajian materi ‘Anti-Nutrien’ dari Pokok Bahasan VII ini

mahasiswa diharapkan mampu menyebutkan dan/atau menjelaskan kembali


berbagai komponen anti-nutrisi penting yang dapat menurunkan kualitas pakan
dan mengganggu pertumbuhan ataupun kesehatan ikan budidaya. Selanjutnya,
mahasiswa juga diharapkan mampu medeskripsikan kembali perbedaan
mendasar antara non-nutrien dan anti-nutrien.

1.3.1. Kompetensi Dasar


Pada akhir pemaparan dari materi ini, mahasiswa semester IV PS.

Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, hendaknya telah mampu menyebutkan,


menjelaskan, dan/atau mendeskripsikan kembali mengenai:
a. Pengertian anti-nutrien;
b. Beberapa contoh komponen yang termasuk kedalam kelompok anti-
nutrien;
c. Sumber asal beberapa jenis komponen anti-nutrien;
d. Pengaruh negatif komponen anti-nutrien bila terdapat dalam pakan;
e. Senyawa beracun yang perlu diwaspadai dalam pakan ikan; serta
f. Perbedaan mendasar antara non-nutrien dan anti-nutrien.

ISBN: 978-979-097-044-1
229

2. Penyajian

2.1. URAIAN
A. Pengertian Anti-Nutrien. Sebagaimana komponen non-nutrien,

berbagai komponen yang termasuk ke dalam kelompok anti-nutrien tidak memiliki


nilai energetik maupun nilai nutritif. Keberadaannya dalam pakan juga dapat
masuk melalui bahan pakan yang digunakan, sebagian lainnya terjadi melalui
proses-proses alamiah, atau menemukan jalannya sendiri ke dalam pakan.
Namun tidak sebagaimana non-nutrien, keberadaan komponen anti-nutrien dalam
pakan sangat tidak dikehendaki dan pada hakekatnya bersifat negatif atau
merugikan, baik bagi pakan maupun ikan yang mengkonsumsinya. Berbagai
komponen yang termasuk kedalam kelompok ini mencakup berbagai bentuk
persenyawaan dalam pakan yang dapat menurunkan nilai nutrisi pakan tersebut
maupun bersifat racun atau toksik bagi ikan perliharaan. Kontaminan dan
pencemar termasuk kedalam kategori anti-nutrisi.

B. Peran dan Pengaruh Anti-Nutrien. Peran anti-nutrien tentu saja

menurunkan dan merusak kualitas pakan hingga mematikan ikan. Pengaruh anti-
nutrien terhadap pakan maupun ikan yang mengkonsumsinya bersifat merugikan,
dan karena itu tidak dibutuhkan serta keberadaannya dalam pakan tidak
dikehendaki. Beberapa persenyawaan yang terjadi secara alamiah dapat
mengkontaminasi atau mencemari pakan ikan dan mempengaruhi tampilan atau
performa ikan. Beberapa anti-nutrien terdapat pada bahan pakan asal tanaman
dan hewan. Kontaminan dan pencemar pakan jenis lainnya terjadi melalui proses-
proses alamiah atau menemukan caranya sendiri untuk masuk ke dalam pakan.
Berbagai komponen anti-nutrien, sumber asal, pengaruh, serta kemungkinan
pencegahannnya disajikan pada Tabel H.1. Sedangkan Tabel H.2. menyajikan
berbagai jenis kontaminan dan pencemar yang dapat merugikan pakan maupun
ikan yang mengkonsumsinya (Parker, 2002).

ISBN: 978-979-097-044-1
230

Tabel H.1. Berbagai Komponen Anti-Nutrien yang Dapat Dijumpai dalam Bahan
Penyusun Pakan, Sumber Asal, Pengaruh, serta Pencegahannya

No. Nama Sumber Pengaruh Pencegahan


1. Tripsin Biji kedelai mentah Menghambat Proses
inhibitor enzim pencernaan pemanasan
tripsin
2. Asam fitat Tepung kedelai Menurunkan Batasi bahan
(Phytate) dan bahan pakan ketersediaan pakan dari
lain dari tumbuhan protein dan mineral tumbuhan;
seperti Zn, Mn, Cu, meningkatkan
Ca, Fe kadar nutrien
3. Gossypol Tepung biji kapas Menekan Batasi
pertumbuhan; penggunaan
merusak organ dan tepung biji
jaringan; berperan kapas
sebagai
karsinogen
4. Asam lemak Tepung biji kapas Luka; deposisi Batasi
siklopropenoat glikogen; asam penggunaan
(CFAs) lemak meningkat; tepung biji
berperan sebagai kapas
karsinogen
5. Glukosinolat Lobak Berperan sebagai
Gunakan jenis
agen anti-tiroid
glukosinolat
menjelang rendah seperti
canola; batasi
hidrolisis enzimatik
penggunaan
lobak atau
canola
6. Asam erucic Minyak lobak Kematian; masalah Hindari
dengan kuilit, minyak lobak
insang, ginjal, dan
jantung
7. Alkaloid Kontaminasi dari Pertumbuhan Kualitas
tepung kapas atau tertekan dan tepung kapas
kedelai kematian atau kedelai
8. Tiaminase Beberapa Menghacurkan Pemanasan;
persiapan ikan vitamin thiamin beri thiamin
mentah dalam pakan
terpisah
Sumber: Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson
Learning, USA.

ISBN: 978-979-097-044-1
231

Tabel H.2. Berbagai Jenis Kontaminan Pakan dari Proses-Proses Alamiah dan
Kontaminasi Lingkungan, Pengaruh, dan Pencegahannya

No. Nama Sumber Pengaruh Pencegahan


1. Mikotoksin Aflatoksin yang Karsinogenik; Cek
dihasilkan oleh kematian; menurunkan kontaminasi;
jamur Aspergilus pertumbuhan; keringkan
flavus atau menurunkan konsumsi pakan
Fusarium tricintum pakan
2. Toksin Toksin alga seperti Kematian Identifikasi
asal alga Ganyaulax spp, alga beracun
dan laut Gyrodinium spp. dan buang
3. Ketengikan Oto-oksidasi lemak Produksi radikal bebas, Tambahkan
oksidatif tidak jenuh peroksida, aldehida, anti-oksidan
dan keton menurunkan sintetik atau
nilai nutrisi alamiah ke
pakan
4. Merkuri Kontaminasi Permasalahan pada Selenium
industri insang; mungkin menurunkan
terakumulasi dalam daya racun
jaringan otot dan dan laju
berbahaya bagi akumulasi
manusia jika ikan
dikonsumsi
5. Cadmium Air industri Nekrosis pada hati; EDTA untuk
kematian mengikat
6. Arsenik Tepung ikan laut Daya racun potensial -
pada kompleks organik
tidak diketahui
7. Poliklorinat Limbah industri; Terakumulasi dalam Periksa
bifenil minyak ikan; lemak; menyebar; bahan-bahan
(PCBs) tepung ikan dapat menyebabkan penyusun
pembengkakan hati, pakan dan
disfungsi hati, dan kualitas air
menurunkan aktivitas
tiroid
8. Pestisida Kebetulan Bermacam-macam Penangan
tergantung pada yang hati-hati
pestisida; kebanyakan
terakumulasi dalam
jaringan; mungkin
mempengaruhi
kesehatan manusia
atau nilai jual pasar
Sumber: Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson
Learning, USA.

ISBN: 978-979-097-044-1
232

3. Penutup

3.1. Rangkuman

Komponen anti-nutrien, sebagaimana non-nutrien, tidak memiliki

nilai energetik maupun nilai nutritif. Keberadaannya dalam pakan juga

dapat masuk melalui bahan pakan yang digunakan, sebagian lainnya terjadi

melalui proses-proses alamiah, atau menemukan jalannya sendiri ke dalam

pakan. Namun tidak sebagaimana non-nutrien, keberadaan komponen anti-

nutrien dalam pakan sangat tidak dikehendaki dan pada hakekatnya

bersifat negatif atau merugikan, baik bagi pakan maupun ikan yang

mengkonsumsinya. Berbagai komponen yang termasuk kedalam kelompok

ini mencakup berbagai bentuk persenyawaan dalam pakan yang dapat

menurunkan nilai nutrisi pakan tersebut maupun bersifat racun atau

toksik bagi ikan perliharaan. Kontaminan dan pencemar termasuk kedalam

kategori anti-nutrisi. Peran anti-nutrien tentu saja menurunkan dan

merusak kualitas pakan hingga mematikan ikan. Pengaruh anti-nutrien

terhadap pakan maupun ikan yang mengkonsumsinya bersifat merugikan,

dan karena itu tidak dibutuhkan serta keberadaannya dalam pakan tidak

dikehendaki.

ISBN: 978-979-097-044-1
233

DAFTAR PUSTAKA/ACUAN/BACAAN ANJURAN


1. Berdanier, C.D. 1998. Advanced Nutrition-Micronutrients. CRC Press, Boca
Raton, Florida. 223 p.

2. Cowey, C.B. and Cho, C.Y. 1991. Nutritional Strategies & Aquaculture
Waste. Univ. of Guelph, Canada. 275 p.

3. Halver, J.E. 1972. Fish Nutrition. Acad. Press., New York. 713 p.

4. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. 2nd ed. Acad. Press, Inc., San Diego. 798
p.

5. Halver, J.E. and Hardy, R.W. 2002. Fish Nutrition. 3rd ed. Acad. Press,
Amsterdam. 822 p.

6. Lawrence, E. 1989. Biological Terms. 10th ed. Longman Sci. & Technical,
Singapore. 645 p.

7. Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning,


USA. 621 p.

ISBN: 978-979-097-044-1

Anda mungkin juga menyukai