A. DEFINIS BISNIS
Bisnis mememiliki beberapa pengertian, menurut Huat, T Chwee, Bisnis dalam arti luas adalah
istilah umum yang menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi barang &
jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis sebagai suatu sistem yang memproduksi barang dan
jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat (bussinessis then simply a system that produces
goods and service to satisfy the needs of our society. Sedangkan menurut Mahmud Machfoed,
Bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi
untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan consume. Di dalam KBBI sendiri bisnis adalah usaha komersial dalam dunia
perdagangan.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dengan jumlah dan standar kualitas yang sesuai dengan kebutuhan suatu
perindustrian tentu akan membuat industri tersebut menjadi lancar dan mempu
berkembang di masa depan. Jika suatu negara kelebihan tenaga kerja, maka salah satu
solusi yang baik adalah mengirim tenaga kerja ke luar negeri menjadi tenaga kerja asing.
Contohnya indonesia dengan tenaga kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita
(TKW). Jika suatu negara kekurangan tenaga kerja maka salah satu jalan keluarnya
adalah mendatangkan tenaga kerja asing dari luar negaranya.
2. Teknologi
Dengan berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu akan dapat membantu industri
untuk dapat memproduksi dengan lebih efektif dan efisien serta mampu menciptakan dan
memproduksi barang-barang yang lebih modern dan berteknologi tinggi.
3. Pemerintah
Pemerintah adalah bagian yang cukup penting dalam perkembangan suatu industri karena
segala peraturan dan kebijakan perindustrian ditetapkan dan dilaksanakan oleh
pemerintah beserta aparat-aparatnya. Pemerintahan yang stabil mampu membantu
perkembangan industri baik dalam segi keamanan, kemudahan-kemudahan, subsidi,
pemberian modal ringan, dan sebagainya.
4. Dukungan Masyarakat
Semangat masyarakat untuk mau membangun daerah atau negaranya akan membantu
industri di sekitarnya. Masyarakat yang cepat beradaptasi dengan pembangunan industri
baik di desa dan di kota akan sangat mendukung sukses suatu indutri.
5. Kondisi Alam
Kondisi alam yang baik serta iklim yang bersahabat akan membantu industri
memperlancar kegiatan usahanya. Di Indonesia memiliki iklim tropis tanpa banyak cuaca
yang ekstrim sehingga kegiatan produksi rata-rata dapat berjalan dengan baik sepanjang
tahun.
6. Kondisi Perekonomian
Pendapatan masyarakat yang baik dan tinggi akan meningkatkan daya beli masyarakat
untuk membeli produk industri, sehingga efeknya akan sangat baik untuk perkembangan
perindustrian lokal maupun internasional. Di samping itu Saluran distribusi yang baik
untuk menyalurkan barang dan jasa dari tangan produsen ke konsumen juga menjadi hal
yang sangat penting.
c) Faktor-Faktor Pendorong
1. Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak
kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan,
keduanya tidak akan menjadi Pebisnis yang sukses. Sebaliknya, orang yang memiliki
kemauan dilengkapi dengan kemampuan akan menjadi orang sukses. Kemauan saja
tidak cukup bila tidak dilengkapi dengan kemampuan.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat, tetapi
memiliki kemauan untuk bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi
tidak memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan pernah berhasil.
3. Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang, sebaliknya tidak ada solusi tidak
akan ada peluang. Peluang ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri, bukan
mencari-cari atau menunggu peluang yang datang kepada kita
d) Faktor-Faktor Penghambat
1. Tidak kompeten dalam hal manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan untuk mengelola usaha merupakan faktor penyebab
utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman, baik dalam kemampuan teknik, memvisualisasikan
usaha, mengkoordinasikan, mengelola sumber daya manusia maupun
mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan
baik, faktor paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas,
mengatur pengeluaran dan pemasukan secara cermat. Kekeliruan dalam
pemeliharaan aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan
mengakibatkan jalannya perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan,
sekali gagal dalam perencanaan, maka akan mengalami kesulitan dalam
pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan
perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6. Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi
dan efektivitas. Kurangnya pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan
peralatan (fasilitas) perusahaan secara tidak efesien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-
setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil
dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan terjadinya gagal lebih
bersih.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi Perbisnisan. Pebisnis yang
kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan tidak akan menjadi Pebisnis
yang berhasil. Keberhasilan dalam ber bisnis hanya bisa diperoleh apabila berani
mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
Dalam persaingan bisnis, terdapat 2 jenis persaingan bisnis, yaitu persaingan bisnis sehat dan
tidak sehat.
a) Persaingan tidak sehat
Persaingan Bisnis tidak sehat adalah persaingan antar pelaku Bisnis dalam menjalankan
kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara
tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Berikut kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat:
1) Perjanjian yang dilarang, yang termasuk dalam perjanjian yang dilarang yaitu:
a. Oligopoli, bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
e. Kartel, bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha
pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur
produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
f. Trust, bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
lain untuk melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau
perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan
kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang
bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
j. Perjanjian dengan pihak Luar Negeri, bahwa pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
3. Penguasaan pasar, bahwa pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa
kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
b. Pemilikan saham, bahwa pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada
beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang
sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan
yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama.
c. Penggabungan dan peleburan, dan pengambil alihan bahwa pelaku usaha
dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat. Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain
apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.