Anda di halaman 1dari 2

1. Bagaimana kaum konservatif dan liberal memandang tentang kemiskinan ? Jelaskan !

Kaum konservatif menuding kesalahan pada orang miskin sendiri, karena mereka bodoh,
malas, tidak memiliki ketrerampilan, dan tidak mempunyai motivasi untuk beprestasi.
Sehingga menurut mereka untuk mengatasinya mentalitas kaum miskin perlu diubah
Kaum liberal berpendapat bahwa kemiskinan tidak terjadi semata-mata karena kesalahan orang
miskin itu sendiri, mereka berpendapat bahwa untuk mengurangi kemiskinan hendaknya
diciptakan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk berusaha, membuka lapangan kerja
baru, membangun perumahan, menyebarluaskan dan meningkatkan mutu pendidikan.
2. Ada istilah “ Gereja tidak hanya hadir di sekitar altar, tetapi juga harus hadir di pasar “,apa
maksud istilah ini ?
Istilah “Gereja ke dalam – Gereja ke luar”, atau lebih tegas dalam bentuk kritik “Gereja
jangan hanya tinggal di sekitar altar, harus masuk ke pasar”. Saya mempunyai beberapa
catatan kritis mengenai hal ini. Pertama, seharusnya dalam dinamika beriman berkembanglah
dinamika kontemplasi – aksi atau mistik – politik. Maksudnya, seharusnya pengalaman kita
akan Allah (kontemplasi, mistik) mendorong kita untuk terlibat dalam aksi (=terlibat dalam
kegembiraan dan harapan, keprihatinan dan kecemasan sesama/dunia) atau politik (=berjuang
untuk kebaikan bersama). Bukankah Yesus secara berkala pergi ke tempat yang. sunyi untuk
berdoa dan kemudian melanjutkan karya-Nya mewartakan Kerajaan Allah (bdk Mrk 1:35;
6:31). Dinamika seperti inilah yang dengan mudah dapat diamati dalam diri orang-orang suci,
para pendiri Tarekat Religius, dan para tokoh gerakan pembaharuan di dalam Gereja. Dan
bukankah Perayaan Ekaristi berakhir dengan seruan “Marilah kita pergi, kita diutus”. Kalau
kita – atau siapa pun – masih menggunakan istilah yang dikotomis altar – pasar,
pertanyaannya, apa yang salah dengan pembinaan liturgi, katekese, dan pembinaan rohani
yang lain? Kedua, apakah di balik dikotomi itu tidak tersembunyi mentalitas klerikal?
Maksudnya, keterlibatan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat (sosial, politik,
ekonomi, budaya dst) yang tidak diprakarsai oleh lembaga gerejawi tidak termasuk di dalam
yang disebut pasar? Bukankah ada sekian banyak anggota Gereja, khususnya kaum awam,
yang sudah dengan sendirinya berada di pasar dan bergelut serta berjuang di situ dengan
inspirasi iman katolik? Ketiga, mungkinkah ungkapan itu keluar karena tidak disadari adanya
perbedaan peranan masing-masing bagian dari Gereja, yaitu kaum awam, kaum religius dan
kaum klerus? Bagian terbesar dari Gereja adalah kaum awam yang dengan status ke-awam-
annya dengan sendirinya sudah berada di dalam pasar dalam arti yang seluas-luasnya.
3. Bagaimana pandangan Gereja Katolik tentang kemiskinan ?
Gereja dan pelayanannya harus membawa kabar baik bagi kaum miskin, sehingga dapat
memberik kesaksian kasih Tuhan untuk zaman sekarang. Gereja berperah sebagai roh yang
memberikan semangat iman kepada anggotanya.
4. Bagaimana cara penularan HIV-AIDS pada seseorang dan jelaskan persepsi yang salah tentang
HIV-AIDS
Cara penualaran HIV-AIDS
Dapat ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam atau aliran darah dengan
cairan tubuh yang mengandung HIV seperti : darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu.
Penularannya dapat melalui hubungan intim ( vaginal, anal, ataupun oral ) , transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui serta bentuk kontak lainnya dengan cairan tubuh tersebut.
Persepsi yang salah tentang HIV-AIDS
- Bahwa HIV-AIDS menular lewat kontak sosial, padahal sebenarnya tidak menular lewat
kontak sosial, misalnya seperti hidup bersama, berjabatan tangan, berenang dikolam yang
sama, memakai alat makan bersama. Jadi kita tidak perlu menjauhi para pengindap HIV-
AIDS
- Selain itu HIV-AIDS juga tidak terjadi penularan melalui fasilitas umum ( kereta api, bus,
dll )
- Selain itu pemahaman bahwa HIV-AIDS hanya menjangkit kaum homoseksual dan
pengguna narkoba saja merupakan kesalahan besar. Siapa saja bisa terjangkit HIV-AIDS
bahkan kenyataan nya penularan HIV-AIDS lebih banyak pada kalangan heteroseksual.
5. Bagaimana sikap Gereja terhadap penderita HIV-AIDS ?
Bagi Gereja AIDS bukanlah masalah kesehatan semata, melainkan juga masalah moral,
hubungan sosial, ekonomi, etika, dan hukum. Gereja memandang HIV-AIDS sebagai
kejahatan sosial baru yang merupoakan dampak dari situasi bangsa yang berada dalam
lingkaran kemiskinan. Penderita AIDS adalah orang-orang yang berada pada posisi yang
paling lemah. Paus mendesak untuk bersama-sama dapat menyajikan kepada dunia kita ini
tanda-tanda baru pengharapan. Sehingga sikap gereja adalah membantu para penderita HIV-
AIDS. Mereka adalah orang yang membutuhkan pertolongan untuk mengembalikan
keluhurannya sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai