TINJAUAN TEORITIS
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal colum
yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat (Suriadi, 2001).
Meningitis adalah radang pada meningen atau membrane yang mengelilingi otak dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Brunner & Suddath.
2002).
Meningitis bacterial adalah infeksi pada lapisan otak yang biasa terjadi pada anak-anak yang
dapat menyebabkan timbulnya hidrosefalus akibat dari fibrosis letomeningeal atau inflamasi
akuaduktus. (Satyanegara, 2014)
Meningitis bakteri merupakan salah satu dari infeksi yang kemungkinan paling serius pada
bayi dan anak yang lebih dewasa infeksi ini disertai dengan frekuensi komplikasi akut dan
resiko morbiditas kronis yang tinggi. (Aryin, 2000)
B. KESIMPULAN
Meningitis merupakan infeksi pada lapisan meningen yang membungkus medulla
spinalis dan otak, dan disebabkan oleh patogen.
C. ETIOLOGI
Klasifikasi Meningitis :
1. Meningitis Bakteri
Hampir semua bakteri yang memasuki tubuh dapat menyebabkan meningitis. Bakteri
yang paling sering adalah meningokokus (Neisseria meningitidis), pneumokokus
(streptokokus pneumoniae) dan Haemophilus influenzae.
1. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering di sebut aseptik meningitis. Ini biasa di sebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang di sebabkan oleh virus seperti gondok campak, mumps, herpez
simplek dan herpez zoster.
3. Meningitis jamur:
Meningitis cryptococal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada
pasien dengan AIDS.
4. Meningitis Tuberkolosis
Meningitis TB merupakan peradangan pada selaput otak (meningen) yang di sebabkan
oleh Mycrobacterium tuberkulosis. Penyakit ini sering muncul pada komplikasi TB paru.
Microbacterium tubeerkulosis mempunyai sifat tahan asam, dapat hidup berminggu-minggu
dalam keadaan kering, serta lambat bermultiplikasi (setiap 5 sampai 20 jam).
5. Meningitis Bakteri
Pada umumnya, orang dewasa memiliki kekebalan terhadap Neisseria meningitidis.
Bakteri ini hidup di luar tubuh manusia, menyebar melalui kontak langsung atau dari jarak
dekat, misalnya melalui batuk, bersin, atau berciuman. pneumokokus (streptokokus
pneumoniae) hidup dalam hidung dan tenggorokan tanpa menimbulkan infeksi. Tapi ketika
sistem kekebalan tubuh manusia turun, bakteri ini menyerang dan menyebabkan meningitis.
Bakteri ini lebih sering menyerang bayi, yaitu pada saat sistem kekebalan tubuh belum
sepenuhnya berkembang. Haemophilus influenzae adalah bakteri yang menyebabkan infeksi
saluran pernafasan bagian atas, teliinga bagian dalam dan sinusitis. Inveksi jenis bakteri ini
biasa di atasi dengan pemberian vaksin Hib. Organisme tersebut seringnya berada di
nasofaring. Streptokokus pneumoniae dan Neisseria meningutidis ditemukan paling sering
pada orang dewasa. Faktor-faktor yang berperan pada meningitis bakterial termasuk situasi-
situasi yang menyebabkan gangguan pada dura, seperti cedera otak terbuka atau operasi otak,
infeksi sistemik, gangguan anatomis dari tengkorak, gangguan imunitas, dan penyakit
sistemik lainya. Lingkungan penduduk padat (asrama dan penjara), kebersian buruk serta
malnutrisi. Pasien dengan kondisi seperti otitis media, pneumonia, sinusitas akut
atasiccklesell anemia yang dapat memungkinkan terjadinya meningitis. Pasien dengan
kondisi seperti otitis media, pneumonia, sinusitas akut atasiccklesell anemia yang dapat
memungkinkan terjadinya meningitis. Penyebab yang paling sering adalah bakteri, Tubuh
akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya
peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari
bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahchnoid ini akan terkumpul di dalam
cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan
cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini dapat menyebabkan jaringan
otak akan mengalami infark.
6. Meningitis Virus
Virus dapat menyebar melalui kontak dekat dengan orang terinfeksi melalui bersin dan
batuk. Meningitis virus juga merupakan infeksi meningen, dan cenderung bisa sembuh
dengan sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri di tempat terjadinya infeksi awal (naso
faring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem
vaskuler. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak di temukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada
seluruh korteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon jaringan otak terhadap virus
bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat. Peradangan akan terjadi pada seluruh
korteks cerebry.
7. Meningitis Jamur
Jamur ini berada di tanah atau kotorab burung dan masuk ke dalam tubuh ketika
menghirup debu, dan menyebar. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari sitem kekebalan
tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi yang di timbulkan pada pasien dengan
menurunnya sitem imun, antara lain: bisa demam atau tidak, sakit kepala, mual, muntah dan
menurunya status mental.
8. Meningitis Tuberkolosis
Meningitis TB terjadi akibat terjadi akibat penyebaran inveksi secara hematogen ke
meningen. Dalam perjalananya meningitis TB terjadi melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk
lesi di otak atau meningen akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer.
Penyebaran hematogen juga dapat terjadi pada TB kronik, tetapi keadaan ini jarang di
temukan. Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen TB dari fokus
kaseosa (lesi permulaan di otak) akibat trauma atau proses imunologik, kemudian masuk ke
subarachnoid. Meningitis TB biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Mikrobakterium Tuberkolosis masuk ke cairan serebrospinal dalam bentuk kolonisasi dari
nasofarig atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak atau selaput
meningen. Kerusakan lapisan dura dapat di sebabkan oleh fraktur, paska bedah saraf, injeksi
steroid secara epidural, tindakan anestesi, dll.
Faktor terjadinya resiko meningitis:
Infeksi sistemik di dapat dari infeksi organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai keselaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, tbc,
perikarditis, dll.
Trauma kepala, biasanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau fraktur basis crani
yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui otthorhea dan
rhinorhea.
Kelainan anatomis, terjadi pada pasien post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
tengah, operasi cranium:
1. Terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (TIK) pada meningitis
2. Hidrosefaluspada meningitis
3. Meningoensefalitas( gejala campuran yang muncul).
Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab non-infeksi seperti penyakit AIDS.
Pasien dengan AIDS sangat beresiko mengalami penyakit, karena daya tahan tubuh lemah
sehingga virus HIV/AIDS yang bersarang rentang menyerang otak yang masuk melalui
darah. diabetes melitus, cedera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan
sistemimun (imunopresif) (Lewis, 2005). Bayi kurang dari satu tahun dan remaja usia 16
sampai 23 tahun memiliki tingkat lebih tinggi dari penyakit daripada kelompok usia lainnya.
Selain penyakit AIDS, diabetes militus (DM) juga merupakan salah satu dari penambah
faktor resiko seseorang terkena meningitis. Pada pasien dengan DM, persyarafan pada pada
perifer tubuh mengalami gangguan, sehingga tidak lagi dapat berfungsi dengan baik.
Akibatnya adalah ketika pasien tidak sadar jika mengalami trauma/injuri pada bagian perifer
tubuh. Dengan demikian, injuri tersebut dapat menjadi port entry bagi berbagai patogen
penyebab meningitis.
Dura mater
Dura mater serebral terdiri atas dua lapis jaringan fibrosa padat. Dura mater
merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras yang berasal dari jaringan ikat tebal dan
kuat. Di antara duramater dan selaput araknoid terdapat ruang yang disebut subdura. Terdapat
ruangan taradua lapisan ini, kecuali dimana lapisan terdalam menyusup kedalam diantara
hemisfer serebri untuk membentuk falks serebri antara hemisfer serebelum untuk membentuk
falks sereberi; antara serebrum dan serebelum untuk membentuk tentorium serebelum. Darah
vena dari otak mengalir ke sinus vena antara lapisan duramater. Sinus sagitalis superior
dibentuk oleh falks serebri, dan tentorium serebelum membentuk sinus transversumdan
linear. Dura mater spinal membentuk selubung longgar di sekitar medula spinalis,
memanjang dari foramen magnum ke vertebra sakral kedua. Selanjutnya, selubung ini
membungkus filum terminal dan bergabung dengan periosteum koksigis. Selubung ini
merupakan perpanjangan lapisan terdalam duramater serebral dan terpisah dari periosteum
vertebra dan ligamen dalam kanal neuron oleh epidural atau ruang ekstradural, yang
mengandung pembuluh darah dan jaringan ikat.
Araknoid mater
Araknoid merupakan lapisan jaringan fibrosa yang terletak di antara dura dan piamater.
Antara duramater dan araknoid, dipisahkan oleh ruang subdura, sedangkan antara araknoid
dan piamater, dipisahkan oleh ruang subaraknoid, yang mengandung cairan serebrospinal.
Pia mater
Pia mater merupakan lapisan tipis jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh
darah. Piamater melekat pada otak dan berlanjut menyelubungi medulaspinalis. Ruangan
otak yang sering di isi darah setelah trauma kepala termasuk ruangan yang potensial (ruang
subdural) antara dura mater dalam dan arakhnoid dan ruang epidural di antara dura mater dan
periosteum. Meningen menambatkan medula spinalis. Pia mater, yang mengelilingi medula
spinalis, berlanjut dari ujung konus berlanjut sebagai struktur menyerupai benang (filum
terminal) menuju keujung kolumna vertebralis, dimana struktur ini ditambatkan pada ligamen
pada sisi posterior coccyx. Ligamentum dentikulatum memanjang di lateral pia mater kedura
mater untuk menggantung medula spinalis dari dura mater.
Dua ruang yang sering diakses dokter adalah ruang subaraknoid (untuk studi
diagnosis) dan ruang epidural (untuk memberikan obat). Ruang subarachnoid terdapat di
sepanjang medula spinalis di bawah vertebra sakral 2 danruang epidural terletak antara
lapisan dura dan tulang vertebral.
Suplai Darah
Untuk mengetahui perjalanan terjadinya meningitis hingga dapat timbul tanda dan
gejalanya, berikut ini dibahas mengenai sistem peredaran darah, khususnya suplai darah
diotak hingga ke lapisan meningen. Pada lapisan meningen, darah vena dari otak mengalir ke
sinus vena antara lapisan dura mater. Pada ruangan subdural, yakni ruangan di antara dura
mater dan araknoid mater terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan
sistem otak dengan meningen serta di penuhi oleh cairan serebrospinal. Sedangkan pia mater
merupakan lapisan tipis jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah.
Otak menerima 20% curah jantung dan menggunakan 20% oksigen tubuh. Glukosa di
katabolisme atau dibakar untuk menyediakan energi bagi otak. Substansi agrisea memiliki
kebutuhan metabolik yang lebih tinggi dibandingkan substansia alba. Aliran darah diatur oleh
kadar metabolit karbondioksida. Suatu peningkatan produk metabolik neuron dapat
meningkatkan kadar karbondioksida yang menyebabkan vasodilatasi lokal. Regulasi lokal
aliran darah memastikan aliran darah proporsional pada kebutuhan metabolik neuron.Arteri
vertebralis dan arteri karotis interna memberikan suplai arteri ke otak.
Suplai Arteri
Arteri vertebralis dipercabangkan dari arteri subklavia,berjalan sepanjang foramina
transversalis dan masuk rongga kranial melalui foramen magnum. Arteri vertebralis terletak
dipermukaan anterolateral medula. Pada daerah batas medula dan pons, arteri vertebralis
bergabung membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris bercabang setinggi otak tengah untuk
membentuk dua arteri serebralis posterior. Sistem arteri vertebralis memberikan suplai pada
batang otak, serebelum, bagian bawah diensefalon dan daerah medial dan inferior lobus
temporalis dan lobus oksipitalis.
Arteri karotis interna dipercabangkan dari arteri karotis komunis dan memasuki dasar
kranium melalui kanal iskarotikus. Arteri karotis interna bercabang menjadi arteri serebralis
anterior dan arteri serebralis media. Dekat percabangan ini,terbentuk sirkulus Willis (suatu
lingkaran pembuluh darah pada dasarotak) dari arteri serebralis posterior, arteri komunikan
posterior, arteri karotisinterna, arteri serebralis anterior dan cabang-cabang arteri komunikan.
Arteri karotis interna memberi suplai diensefalon bagian atas, ganglia basal, lobus temporalis,
parietalis, dan frontalis. Arteri serebralis media memberi suplai sebagian besar lobus
frontalis, parietalis, temporalis, oksipitalis, dan insular, juga ganglia basal, kapsula interna,
dan talamus. Arteri serebralis anterior memberi suplai pada bagian medial lobus frontalis dan
lobus parietalis ; ganglia basal bagian atas dan kapsula interna.
Medula spinalis mendapatkan suplai darah arterial dan arteri spinalis kecil yang
merupakan cabang dari arteri yang lebih besar seperti arteri vertebralis, arteri servikalis
asenden, arteri servikalis profunda, arteri intercoktalis, arteri lumbalis, dan arteri sakralis.
Arteri-arteri ini dan cabang-cabangnya membentuk tiga arteri utama medula spinalis-arteri
spinalis anterior dan sepasang arteri spinalis posterior, yang berjalan sepanjang medula
spinalis.
Suplai Vena
Kebanyakan darah vena dari kepala kembali ke jantung melalui vena jugularis interna,
vena jugularis eksterna, dan vena vertebralis. Distribusi vena pada medula spinalis serupa
dengan arteri. Sistem vena mengalirkan darah ke sinus venosus yang terletak di antara dura
mater dan periosteum kolumna vertebralis.
E. PATOFISIOLOGI
Patogen yang berupa bakteri, jamur, virus dan protozoa masuk kedalam tubuh pasien
melalui nasofaring atau melalui luka terbuka. Kemudian ikut terbawa ke seluruh tubuh
melalui aliran darah, termasuk ke sistem serebral. Darah yang terinfeksi oleh patogen
tersebut, membentuk trombus (Disseminated Intravascular Coagulation [DIC])
tromboemboli ini yang akhirnya tersebar ke seluruh tubuh, melalui sistem vaskular, dapat
sampai di daerah ginjal. Terjadi gangguan pada nefron ginjal sehingga darah dan protein
dapat lolos dari proses penaringan ginjal, sehingga dapat muncul manifestasi klinis berupa
hematuria dan albuminaria. Kemudian tromboemboli juga dapat masuk menembus Blood
Brain Barrier (BBB). Setelah BBB dapat ditembus, menyebarlah trombus tersebut kedalam
Cairan Cerebro Spinal (CSS). Keberadaan dari tromus darah yang terinfeksi tersebut
mengganggu keseimbangan pada Tekanan intra Kranial klien (TIK), juga menghasilkan
reaksi inflamasi pada lapisan mengingen. Inilah yang disebut Meningitis. Bakteri penyebab
meningitis yang terbawa ke seluruh tubuh melalui sistem vaskular, dapat sampai ke kelenjar
adrenal pada superior ginjal, dan mengganggu kerjanya. Sehingga dampak dari terganggunya
kerja adrenal adalah kolaps pembuluh darah. Pembuluh darah yang kolaps, membuat darah
banyak berada di luar sistem vaskular. Jika terjadi di serebral, tubuh harus melakukan perfusi
secara maksimal agar dapat mengembalikan darah masuk kembali kedalam sistem vaskular.
Dengan demkian terjadilah hiperperfusi pada jaringan serebral. Diagnosa keperawatan untuk
kasus ini adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Akumulasi sekret yang terbawa dalam aliran darah ke seluruh tubuh. Darah yang
terbawa tersebut beresiko menimbulkan infeksi sistemik. Diagnosa untuk situasi ini adalah
Resiko infeksi sitemik.
Bakteri yang masuk ke meningen, membuat tubuh berespon imun untuk mematikan
patogen. Hasil dari imun tersebut terbentuklah sekret sebagai hasil dari imun tubuh. Dengan
terbentuknya sekret, akan menambah komponen darah, sehingga akan meningkatkan
viskositas darah. Darah yang semakin kental akan menyebabkan sulitnya darah mengalir dan
berosmosis dalam vaskular. Sulitnya darah mengalir akan menurunkan perfusi jaringan,
sehingga juga dapat menimbulkan diagnosis ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Dengan darah yang semakin kental, akan meningkatkan permeabilitas kapiler agar
dapat lewat dengan mudah. Permeabilitas yang semakin meningkat, akan membuat dinding
pembuluh darah semakin menipis, dan memunculkan kebocoran pada sistem vaskular.
Kebocoran dari sistem vaskular akan membawa cairan yang bocor tersebut kedalam ruang
intestinal. Cairan yang masuk kedalam ronga intestinal akan mengganggu keseimbangan ion
dalam rongga intestinal. Ion yang tidak seimbang akan mengganggu keseimbangan asam-
basa dalam tubuh. Kondisi tubuh yang terganggu asam-basanya akan menimbulkan kelainan
depolarisasi ion, juga menimbulkan hiperaktivitas neuron. Hiperaktivitas neuron ini akan
menimbulkan meningkatnya kebutuhan energi. Selain itu juga dapat menimbulkan kejang.
Ketika keang, terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol, sehingga dapat menimbulkan
resiko cidera. ketika kejang, terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Pembuluh darah yang
semakin banyak mengalir menuju jaringan serebral. Dengan semakin banyaknya darah pada
rongga serebral, akan meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK), juga akan berlaku pustulat
monroe klein. Saat TIK meningkat, akan merangsan sistem saraf simpatis untuk bekerja
bekerjanya saraf simpatis yang berlebihan akan memicu klien untuk merasakan mual dan
muntah. Sehingga dapat menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Peningkatan TIK juga dapat menekan saraf pada bagian servikal. Sehingga terjadi
kontraksi otot bagian servikal secara berlebihan. Kontraksi yang berebihan ini akan
menimbulkan gejala seperti kaku kuduk / otot pada tengkuk yang menegang. Peningkatan
TIK dapat menimbulkan kurangnya aliran darah ke otak sebab aliran darah banyak masuk ke
aliran serebral. Respon tubuh umum yang dilakukan ketika suplai darah ke otot kurang adalah
meningkatkan tekanan darah sistemik. Ditandai dengan takikardia dan takipnea. Dampak
meningkatnya tekanan darah tersebut, akan menekan saraf pada sistem saraf kranial, jika
terjadi pada saraf optikus, dapat menyebabkan menurunya ketajaman penglihatan klien, atau
terjadi gangguan persepsi visual.
Berdasarkan postulat klein monroe, volume dalam rongga tengkorak harus selalu
sama. Dengan adanya peningkatan volume dalam rongga tengkorak, akan menekan kearah
luar tengkorak pada anak, atau akan menimbulkan hidrosefalus. Jika pada orang dewasa
akan menekan organ yang ada di dalamnya. Bagian otak yang terpengaruh dari penekanan ini
adaah dienchepaloh dan mensesephalon. Penekanan pada mensesephalon dapat menyebabkan
Retikulum Activity System (RAS) tidak dapat melepaskan zat ketokolamin. Dengan kurangnya
kadar ketokolamin, dapat menurunkan kesadaran klien. Dengan kondisi klien yang menurun
kesadarannya, dapat menyebabkan ketidakefektifan pola nafas. kesadaran yang menurun
juga akan menurunkan kemampuan klien untuk batuk efektif, sehingga akan terjadi
penumpukan sekret dalam saluran nafas klien. Dengan demikian akan terjadi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi serta yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada
meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial, lesi cerebral fokal,
hydrosefalus atau penumpukan cairan serebrospinal dan menyebabkan dilatasi sistem
ventrikel otak) serta disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya
(infeksi okular, arthritis, purpura) adalah kelainan yang berupa gangguan autoimun yang
menetap(trombosit darah kurang dari 150.000/ml), pericarditis, endocarditis, myocarditis,
orchitis, epididymitis, perdarahan adrenal juga termasuk komplikasi dari meningitis. DIC
adalah suatu keadaan dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah,
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan
yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. DIC masuk ke ginjal,lalu terakumulasi
pada nefron ginjal. Nefron tidak berfungsi dengan baik sehingga protein dan darah lolos dari
proses filtrasi sehingga juga terjadi Albuminura dan Hematuria
Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga Tengah
dan paru-paru,biasanya disebabkan karena komplikasi dari nervous system.
I. PROGNOSIS
1. Resiko
- Dewasa
Meningitis bakteri masih merupakan penyakit yang sangat mematikan pada orang
dewasa yang lebih tua, dengan tingkat kematian rata-rata> 20% meskipun terapi antibiotik
modern. Dalam populasi ini, presentasi lebih bervariasi terlihat, dengan sedikit pasien
memanifestasikan demam, leher kaku, dan sakit kepala dibandingkan pada orang dewasa
muda. Selain itu, banyak orang dewasa yang lebih tua (berusia >60 tahun) mungkin memiliki
penyakit yang mendasari lain yang menyebabkan gejala yang mungkin disamakan dengan
mereka yang terkena meningitis.
Pada mereka dengan meningitis bakteri berat, angka kematian bisa setinggi 90%.
Jika orang tersebut bertahan, bahkan dengan perawatan yang tepat, dapat mengakibatkan
cacat jangka panjang, termasuk ketulian, kejang, kelumpuhan, kebutaan, atau kehilangan
anggota tubuh. Pada mereka dengan kasus yang lebih ringan dengan meningitis bakteri,
angka kematian masih bisa mendekati 25%. Cacat jangka panjang mungkin terjadi. Orang
yang mungkin memerlukan waktu lama rawat inap dan rehabilitasi.
Untuk orang dengan meningitis viral, pemulihan penuh dapat berlangsung dalam
tujuh sampai 10 hari. Hampir selalu fatal jika tidak diobati (90% pasien meninggal dalam
waktu satu tahun).
- Anak - anak
Sekitar 25 sampai 30% orang dengan meningitis bakteri mati karenanya. Di antara
anak-anak yang bertahan hidup meningitis bakteri, 20 sampai 50% mengalami kerusakan
otak, masalah pendengaran, atau kesulitan perkembangan. Kebanyakan orang yang
mendapatkan meningitis viral sembuh sepenuhnya tanpa masalah. Namun, beberapa orang
akan mengalami sakit kepala, kelemahan, dan kelelahan selama 2 sampai 3 minggu setelah
gejala dimulai. Komplikasi dari meningitis mungkin termasuk gangguan pendengaran,
kejang, edema serebral (pembengkakan otak), kelemahan pada satu sisi tubuh, masalah
bicara, gangguan penglihatan atau kebutaan, gerakan kesulitan koordinasi, kesulitan
bernapas, pernapasan, dan meningitis berulang. Anak-anak yang memiliki meningitis
mungkin mengalami gangguan kognitif dan keterlambatan perkembangan.
- Dewasa dan Anak – anak
Virus menyebabkan sejumlah besar kasus meningitis setiap tahun daripada bakteri.
Viral meningitis biasanya ringan dan biasanya membersihkan dengan sendirinya dalam 10
hari atau kurang. Sekelompok virus umum dikenal sebagai enterovirus, yang menyebabkan
flu perut, sekitar 90% dari meningitis viral di Amerika Serikat. Tanda-tanda dan gejala
infeksi enterovirus yang paling umum adalah ruam, sakit tenggorokan, nyeri sendi dan sakit
kepala. Banyak anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa dengan meningitis enterovirus
menggambarkan "sakit kepala." Virus ini cenderung beredar di akhir musim panas dan awal
musim gugur. Virus yang terkait dengan infeksi herpes, virus West Nile atau penyakit lain
juga dapat menyebabkan meningitis viral.
- Dewasa dan anak – anak
Meningitis fungal pada orang dewasa dan anak – anak hampir selalu fatal jika tidak
diobati (90% dari pasien meninggal dalam waktu satu tahun).
- Dewasa dan anak – anak
Meningitis Tuberkulosis dari 60 pasien yang dipilih, yang 33 (55%) adalah laki-laki.
Pasien usia berkisar 14-62 tahun. Pada sebagian besar pasien, penyakit itu dalam stadium
lanjut (66% dalam tahap III sesuai dengan kriteria neurologis Research Council British).
Tingkat komplikasi adalah tertinggi di antara pasien dalam stadium II dan III dengan seluruh
angka kematian 6,6%.
2. Prognosis (Pencegahan / Treatment)
- Dewasa dan Anak – anak
Pengobatan meningitis bakteri dengan antibiotik yang tepat dari jenis meningitis
bakteri dapat mengurangi risiko kematian akibat meningitis di bawah 15% dapat menembus
lapisan Blood Brain Barrier (BBB).
Pengobatan antibiotik yang sesuai untuk sebagian besar jenis meningitis dapat
mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini di bawah 15 persen, meskipun risiko tetap
tinggi pada bayi muda dan orang tua.
- Meningitis bakteri
Pengobatan untuk meningitis bakteri diberikan melalui intravena (IV) obat antibiotik.
meningitis bakteri dapat diobati secara efektif dengan antibiotik. Adalah penting bahwa
pengobatan dimulai sesegera mungkin. pengobatan antibiotik yang tepat dari jenis yang
paling umum dari meningitis bakteri harus mengurangi risiko kematian akibat meningitis di
bawah 15%, meskipun risiko tetap tinggi pada bayi muda dan orang tua.
- Meningitis Viral
Dalam kebanyakan kasus, tidak ada pengobatan khusus untuk meningitis viral.
Kebanyakan orang yang mendapatkan meningitis viral benar sembuh sendiri dalam waktu 7
sampai 10 hari. Namun, orang-orang dengan meningitis yang disebabkan oleh virus tertentu
seperti virus herpes dan influenza, dapat mengambil manfaat dari pengobatan dengan obat
antivirus.
Antibiotik tidak membantu infeksi virus, sehingga mereka tidak berguna dalam pengobatan
meningitis viral. Namun, antibiotik sangat penting ketika merawat meningitis bakteri. Bayi
dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah yang mengembangkan penyakit yang
parah mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
- Meningitis jamur
Obat anti jamur dapat diberikan untuk anak dan orang dewasa dengan meningitis
jamur.
- Meningitis TB
Untuk TB laten pada anak usia 2 sampai 11. Biasanya 6 sampai 12 bulan isoniazid
akan diberikan untuk membunuh organisme TB dalam tubuh. Untuk TB aktif pada anak-
anak. Dokter mungkin meresepkan 3 sampai 4 obat sekaligus termasuk hingga 6 bulan atau
lebih untuk obat yang akan efektif. Pasien biasanya mulai membaik dalam beberapa minggu
dari awal pengobatan. Setelah 2 minggu pengobatan dengan obat yang benar, pasien biasanya
tidak menular, asalkan pengobatan dilakukan sampai akhir, seperti yang ditentukan oleh
dokter.
- Dewasa
Untuk orang dewasa yang lebih tua. Secara umum, pengobatan terhadap Staphylo
pneumoniae harus memperpanjang selama 10-14 hari, sedangkan pengobatan terhadap L.
monocytogenes, S. agalactiae, dan basil gram negatif harus selama 14-28 hari; N.
meningitidis meningitis umumnya dapat diobati untuk <7 hari dengan antibiotik yang efektif.
- Anak – Anak
Diagnosis dan pengobatan meningitis bakteri dini sangat penting untuk mencegah
kerusakan saraf permanen. Viral meningitis biasanya tidak serius, dan gejala akan hilang
dalam waktu 2 minggu tanpa komplikasi berlangsung. Pengobatan dan perawatan anak
tergantung pada jenis meningitis ia memiliki. Mereka akan diberi antibiotik langsung ke
pembuluh darah (intravena atau IV) sampai jenis meningitis terdiagnosa.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data demografi : umur < 1 tahun, 16-23 tahun
2. Riwayat kesehatan sekarang
Kaku tengkuk leher, fotofobia, sakit kepala, refleks menghisap kurang, muntah, diare,
tonus otot melemah, kejang, kurangnya tingkat kesadaran.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
AIDS, DM, trauma kepala terbuka, gondok campak, mumps, herpez simplek dan herpez
zoster, fraktur tulang tengkorak, infeksi operasi otak atau sum-sum tulang belakang
4. Cek TTV
Denyut nadi: diatas 100x/menit
Pernafasan: diatas 24x/ menit
Suhu: diatas 36,50 C
Nyeri: skala nyeri diatas 0
5. Kaji head to toe
- Kepala : terdapat nyeri kepala dan diameter kepala membesar
- Mata :terdapat photofobia
- Mulut : terdapat vomitting
- Leher : terdapat kaku kuduk
- Jantung : terdapat frekuensi detak jantung lebih dari 100x/menit
- Paru : terdapat bunyi nafas crackles
- Abdomen : terdapat nausea dan mual
- Urinaria : terdapat albuminuria, hematuria
- Kulit : terdapat pteciae dan banyak berkeringat
- Kesadaran: terlihat adanya penurunan kesadaran
- Ekstremitas : dalam pemeriksaan kernigs dan brudzinsky, hemiplegi, hemiparase, tonus otot
Meningitis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh patogen berupa bakteri, virus,
jamur. Bakteri yang paling sering adalah meningokokus ( Neisseria meningitidis ),
pneumokokus (streptokokus pneumoniae) dan Haemophilus influenzae. Meningitis virus
sebabkan oleh virus seperti gondok campak, mumps, herpez simplek dan herpez zoster.
Meningitis cryptococal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada
pasien dengan AIDS. Meningitis TB merupakan peradangan pada selaput otak (meningen)
yang di sebabkan oleh Mycrobacterium tuberkulosis.
2. Values and believes
Meningitis dapat menyerang manusia dari ras manapun dan orang dengan kepercayaan
apapun.
3. Role and relationship
Berdasarkan data WHO tahun 2013-2015, meningitis menyerang paling banyak pada anak-
anak dibawah 1 tahun, remaja usia 15 hingga 21 tahun, dan manusia usia lanjut dengan umur
81 tahun keatas.
4. self concept and self perception
Pasien dengan meningitis pada umumnya mengalamai penurunan kesadaran dengan
GCS<15.Pada umumnya pasien dengan meningitis menginginkan agar dirinya dapat sembuh
dari penyakit yang dideritannya
5.Stress and coping mechanism
Pasien dengan meningitis pada umumnya memiliki stress dan cara-cara dalam menghadapi
stressor tersendiri tergantung dari tiap pribadi pasien.
6. Sleep and rest
Pada umumnya pasien dengan meningitis akan mengalami gangguan pola tidur yang
disebabkan oleh nyeri yang disebabkan oleh proses infeksi. Ditambah dengan kaku kuduk
yang pada umumnya pasien dengan meningitis alami, juga akan mempengaruhi pola istirahan
pasien dengan meningitis.
7. Cognition and perception
Data Objektif:
- Tingkat kesadaran: mengalami penurunan kesadaran GCS (E/M/V):< 4/<6/<5
- Kejang : pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami kejang
- Jenis kelumpuhan : pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami kelemahan otot
hingga berdampak dengan kelumpuhan
- Koordinasi gerak : pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami ganggan dalam
koordinasi gerak tubuh. Adanya gangguan pada sistem persyarafan menyebabkan klien tidak
dapat bergerak dengan baik pada umumnya.
- Reflexes : pada umumnya pasien dengan meningitis ditemukan tanda kernigs positif dan
tanda Brudzinsky positif. Ini merupakan ciri khas dari penderita meningitis.
- Penglihatan: pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami penurunan fungsi
penglihatan yang disebabkan oleh terhimpitnya syaraf kranial optikus akibat dari edema
serebral.
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan - Tanda-tanda vital dalam - Buka jalan nafas, gunakan
pola napas rentang normal. teknik chin lift atau jaw thrust.
berhubungan - Suara napas jernih, klien tidak
- Posisikan pasien untuk
dengan penurunan merasa tercekik, irama nafas memaksimalkan ventilasi.
tingkat kesadaran yang bagus, dan frekuensi - Lakukan fisioterapi dada, dan
pernafasan dalam rentang
keluarkan sekret dengan batuk
normal. atau suction
- Mendemostrasikan batuk
- Auskultasi suara nafas, catat
efektif, dan tidak adanya stidor,
adanya suara tambahan.
sianosis, pucat. - Lakukan suction pada mayo.
- Berikan bronkodilator bila
perlu dan berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab.
- Atur intake untuk
mengoptimalkan cairan.
- Monitor respirasi dan starus O2
( Oxygen Therapy ).
- Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea.
- Pertahankan jalan nafas yang
paten.
2. Ketidakefektifan - Lakukan fisioterapi dada, dan - Pastikan kebutuhan
bersihan jalan keluarkan sekret dengan batuk oral/tracheal suctioning.
napas atau suction. - Auskultasi suara nafas sebelum
berhubungan - Mendemostrasikan batuk dan sesudah suctioning.
dengan efektif dan suara nafas yang - Berikan O2 dengan
penumpukan secret bersih, tidak ada sianosis dan menggunakan nasal untuk
pada saluran dyspneu (mampu mengeluarkan memfasilitasi suction
napas. sputum, mampu bernafas dengan nasotrakeal.
mudah, tidak pursed lips). - Monitor status oksigen pasien,
- Mampu mengindentifikasi dan dan ajarkan keluarga pasien
mencegah faktor yang dapat bagaimana cara melakukan
menghambat jalan nafas. suction.
- Buka jalan nafas, gunakan
teknik chinlift atau jaw thrust.
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi,
lakukan fisioterapi dada bila
perlu.
- Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan.
3. Hipertermia Hasil yang diharapkan dalam Monitor suhu sesering mungkin.
berhubungan 1x24 jam : - Monitor warna dan suhu kulit.
proses infeksi - Suhu tubuh, nadi, respiratory - Monitor tekanan darah, nadi,
rate dalam rentang normal. RR, GCS, WBC, Hb, dan Hct.
- Tidak ada perubahan warna - Monitor intake dan output.
kulit dan tidak ada pusing. - Tingkatkan sirkulasi udara,
Kompers pasien pada lipat paha
dan aksila, lakukan tapid sponge,
dan kolaborasi pemberian cairan
intravena.
4. Kekurangan Hasil yang diharapkan dalam - Kolaborasikan pemberian
volume cairan
3x24 jam: cairan IV.
berhubungan -Mempertahankan urine output - Pertahankan catatan intake dan
dengan sesuai dengan usia dan BB. BJ output yang akurat, tawarkan
diaphoresis. urine normal, HT normal. snack (jus buah dan buah segar),
- Tekanan darah, suhu tubuh, dorong keluarga untuk
dalam batas normal. membantu pasien makan, atur
- Tidak ada tanda-tanda kemungkinan transfusi.
dehidrasi. - Monitor status hidrasi, ttv,
- Elastisitas turgor kulit baik, monitor masukan nutrisi dan
membran mukosa lembab, tidak intake kalori harian.
ada rasa haus berlebihan.
5. Resiko Hasil yang diharapkan dalam - Monitor adanya daerah tertentu
Ketidakefektifan 3x24 jam: yang hanya peka terhadap
perfusi jar. Otak Mendemonstrasikan kemampuan panas / dingin / tajam / tumpul.
berhubungan kognitif ditandai dengan : - Monitor adanya paretese.
dengan - Berkomunikasi dengan jelas - Instruksikan keluarga untuk
penyumbatan dan sesuai dengan kemampuan. mengobservasi kulit.
aliran darah. - Menunjukan perhatian - Gunakan sarung tangan untuk
konsentari dan orientasi. proteksi.
- Memproses infomasi, membuat - Batasi gerekan pada kepala,
keputusan dengan benar. leher dan puggung.
Menunjukkan fungsi sensori - Monitor kemampuan BAB,
motori cranial yang utuh : kolaborasi pemberian analgetik,
-tingkat kesadaran membaik, Monitor adanya tromboplebitis,
tidak ada gerakan-gerakan diskusikan mengenai penyebab
involunter. perubahan sensasi.
Mendemonstrasikan status - Batasi gerekan pada kepala,
sirkulasi yang ditandai dengan : leher dan puggung.
- Tekanan systole dan diastole - Kolaborasi pemberian analgetik
dalam rentang yang diharapkan.
- Tidak ada ortostatikhipertensi.
- Tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15mmHg).
Mendemonstrasikan kemampuan
kognitif ditandai dengan :
- Berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan kemampuan.
- Menunjukan perhatian
konsentari dan orientasi.
- Memproses infomasi, membuat
keputusan dengan benar.
Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
-Tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-gerakan
involunter.
6. Nyeri akut Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Lakukan pengkajian secara
berhubungan jam: komprehensif termasuk lokasi,
dengan proses - Mampu mengontrol nyeri ( tahu karakteristik, durasi, frekuensi,
infeksi penyebab nyeri, mampu kualitas, dan faktor presipitasi.
menggunakan teknik
- Observasi reaksi nonverbal dari
nonfarmakologi untuk
ketidaknyamanan.
mengurangi nyeri ). - Gunakan komunnikasi
- Melaporkan bahwa nyeri teraupeutik untuk mengetahui
berkurang dengan menggunakan pengalaman nyeri pasien.
manajemen nyeri. - Kaji kultur yang mempengaruhi
- Menyatakan rasanyaman respon nyeri.
setelah nyeri berkurang. - Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau, evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol
nyeri di masa lampau.
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
7. Hambatan Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Monitoring vital sign
mobilitas fisik jam: sebelum/sesudah latihan dan
berhubungan - Klien menigkat dalam aktivitas lihat respon klien saat latihan.
dengan kerusakan fisik. - Kolaborasi dan konsultasikan
neuromuskuler - Mengerti tujuan dari dengan terapi fisik tentang
peningkatan mobilitas. rencana ambulasi sesuai dengan
- Memverbalisasikan perasaan kebutuhan.
dalam meningkatkan kekuatan - Bantu klien untuk
dan kemampuan berpindah. menggunakan tongkat saat
- Memperagakan pengguunaan berjalan dan cegah terhadap
alat dan membantu untuk cedera.
mobilisasi. - Ajarkan pasien tentang teknik
ambulasi.
- Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi.
- Latihan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan.
- Dampingi dan bantu penuhi
kebutuhan pasien saat mobilisasi
dalam kebutuhan ADLs ps.
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
- Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
8. Resiko cidera Hasil yang diharapkan dalam - Sediakan lingkungan yang
berbanding kejang 3x24 jam: aman untuk pasien.
- Klien terbebas dari cedera, - Identifikasi kebutuhan
mampu menjelaskan cara untuk keamanan pasien, sesuai dengan
mencegah cedera. kondisi fisik dan fungsi kognitif
- Klien mampu menjelaskan pasien dan riwayat penyakit
factor resiko dari lingkungan terdahulu pasien.
perilaku personal. - Menghindarkan lingkungan
- Mampu memodifikasi gaya yang berbahaya ( misalnya
hidup untuk mencegah injury memindahkan perabotan )
- Menggunakan fasilitas - Memasang side rail tempat
kesehatan yang ada. tidur, menyediakan tempat tidur
- Mampu mengenali perubahan yang nyaman dan bersih.
status kesehatan. - Mengontrol lingkungan dari
kebisingan, memindahkan
barang-barang yang dapat
membahayakan.
- Berikan penjelasan pada pasien
dan kelua rga atau pengujung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
9. Resiko infeksi Hal yang perlu diperhatikan - Bersihkan lingkungan setelah
berhubungan dalam 3x24 jam: dipakai pasien lain.
dengan penyebaran - Klien bebas dari tanda dan - Pertahankan teknik isolasi
patogen di vaskular gejala infeksi. - Instruksikan pada pengunjung
- Mendeskripsikan proses mencuci tangan sebelum dan
penularan penyakit, faktor yang setelah mengunjungi klien.
mempengaruhi penularan serta - Gunakan sabun antimikrobia
penatalaksanannya. untuk mencuci tangan, cuci
- Menunjukkan kemampuan tangan setiap sebelum dan
untuk mencegah timbulya sesudah tindakan perawatan.
infeksi. - Pertahankan lingkungan aseptik
- Jumlah leukosit dalam jumblah selama pemasangan alat.
normal - Tingkatkan intake nutrisi, diet
- Menunjukan perilaku hidup TKTP
sehat - Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal,
monitor kerentanan terhadap
infeksi.
- Batasi pengunjung.
- Kolaborasi dengan penggunaan
anti-biotik
10. Hypertermia b.d. Menjaga keseimbangan nutrisi - Monitor Intake dan Output
Infeksi Cairan pasien. - Monitor WBC, Hb dan HCT
Serebrospinal -Monitor suhu klien. - Monitor Suhu minimal tiap 2
Jam
- Selimuti pasien
- Tingkatkan Sirkulasi Udara
- Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil.
- Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila pasien.
11. Resiko penyebaran - Mencegah penularan infeksi. - Batasi pengunjung
infeksi - Mempertahankan sikap - Instruksikan pada pengunjung
berhubungan sterilisasi untuk mencuci tangan saat
dengan adanya berkunjung dan setelah
mikroorganisme berkunjung meninggalkan
pasien.
- Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
- Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik,
antiviral, antifungal bila
diperlukan
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Pertahankan teknik isolasi
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Laporkan kultur positif
12. Resiko perfusi Kriteria hasil dalam 3x24 jam: - Anjurkan klien berbaring -Mencegah nyer
jaringan otak b.d Tingkat kesadaran meningkat minimal 4-6 jam setelah lumbal kepala yan
peradangan dan menjadi sadar, disorientasi pungsi. menyertai perubaha
edema pada otak negative, konsentrasi baik, - Monitor tanda-tanda tekanan intracranial
dan selaput otak. perfusi jaringan dan oksigenassi peningkatan tekanan intracranial - Mendeteksi tanda
baik, TTV dalam batas normal, selama perjalanan penyakit (nadi tanda syok.
dan syok dapat dihindari. Setelah lambat, TD meningkat, - Perubahan
diberikan tindakan keperawatan kesadaran menurun, nafas perubahan in
selama 3x24 jam intervensi ireguler, refleks pupil menurun, manandakan ad
perfusi jaringa otak meningkat. kelemahan). perubahan tekana
- Monitor TTV dan neurologis intracranial da
tiap 5-30 menit. Catat dan penting untu
laporkan segera perubahan- intervensi awal.
perubahan tekanan intra-cranial - Mencega
ke dokter. peningkatan tekana
- Hindari posisi tungkai ditekuk intracranial.
atau gerakan-gerakan klien, - Mengurang
anjurkan untuk tirah baring. tekanan intracranial
- Tinggikan sedikit kepala klien - Mencega
dengan hati-hati, cegah gerakan keregangan oto
yang tiba-tiba dan tidak perlu yang dapa
dari kepala dan leher, hindari menimbulkan
fleksi leher. peningkatan tekana
- Bantu seluruh aktivitas dan intracranial.
gerakan-gerakan klien. Anjurkan - Mencegah eksitas
klien untuk menghembuskan yang merangsan
nafas dalam bila miring dan otak yang suda
bergerak ditempat tidur. Cegah iritasi dan dapa
posisi fleksi pada lutut. menimbulkan
- Sesuaikan dan atur waktu kejang.
prosedur perawatan dengan - Mengurang
periode reelaxsasi; hidari disorientasi da
rangsangan lingkungan yang untuk klarifikas
tidak perlu. persefsi sensori
- Beri penjelasan kepada klien yang terganggu
tentang keadaa n lingkungan. - Untuk merujuk k
- Evaluasi selama masa rehabilitasi
penyembuhan terhadap menurunkan tekana
gangguan motorik, sensorik dan intracranial
intelektual.
- Kolaborasi pemberian steroid
osmotic
13. Gangguan Persepsi - Mengembalikan kesadaran - Deskripsikan lingkungan
berhubungan klien secara penuh. disekitar pasien
dengan penurunan - Memperbaiki atau - Jangan memindahkan sesuatu
ketajaman mempengaruhi persepsi pasien di ruangan pasien tanpa memberi
penglihatan untuk memberikan motivasi informasi pada pasien
ingin sembuh. - Informasikan letak benda-
benda yang sering diperlukan
pasien
- Ciptakan lingkungan yang
aman bagi pasien
- Pindahkan benda-benda
berbahaya dari lingkungan
pasien
- Pasang side rail
- Sediakan tempat tidur yang
rendah
- Tempatkan benda -benda pada
tempat yang dapat dijangkau
pasien
- Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
- Memberi penerangan yang
cukup.
14. Penurunan - Anjurkan pasien untuk
integritas kulit menggunakan pakaian yang
berhubungan longgar
dengan - Jaga kebersihan kulit agar tetap
pendarahan bersih dan kering
didalam ditandai - Anjurkan pasien supaya tidak
dengan petechiae mengggaruk bagian kulit yang
pada kulit dan terdapat petechiae
membrane mukosa - Monitor warna kulit pasien
- Monitor suhu kulit pasien
- Catat perubahan kulit atau
membran mukosa
- Instruksikan anggota keluarga /
pemberi perawatan tentang
tanda-tanda dari kerusakan kulit
15. Ketidakseimbanga Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Kaji adanya alergi makanan.
n nutrisi kurang jam : - Kolaborasi dengan ahli gizi
dari kebutuhan - Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah kalori
tubuh badansesuai dengan tujuan. dan nutrisi yang dibutuhkan
berhubungan - Berat badan ideal dan tinggi pasien.
dengn penurunan badan ideal. - Anjurkan pasien untuk
intake makanan - Tidak ada tanda malnutrisi. meningkatkan intake Fe.
ditandai dengan - Tidak terjadi penurunan berat - Anjurkan pasien untuk
mual dan muntah badan yang berarti. meningkatkan protein dan
- Menunjukkan peningkatan vitamin C, berikan substansi
fungsi pengecapan dari menelan. gula, Yakinkan diet yang
dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi.
16. Resiko cidera Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Sediakan lingkungan yang
berhubungan jam : aman untuk pasien.
dengan kejang otot. - Klien terbebas dari cedera dan - Identifikasi kebutuhan
mampu menjelaskan untuk keamanan pasien sesuai dengan
mencegah cedera. kondisi fisik.
- Mampu memodifikasi gaya - Memasang side rail tempat
hidup untuk mencegah injury. tidur.
- Mampu mengenali perubahan - Menghindarkan lingkungan
status kesehatan yang berbahaya
- Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih.
- Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
17. Intoleransi Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Kolaborasi dengan tenaga
aktivitas ditandai jam : Rehabilitasi Medik dalam
dengan leher kaku - Berpartisipasi dalam aktivitas merencanakan program terapi
fisik tanpa disertai peningkatan yang tepat.
tekanan darah, nadi dan RR. - Bantu untuk memilih aktivitas
- Mampu melakukan aktivitas konsisten yang sesuai dengan
sehari-hari secara mandiri kemampuan fisik psikologo dan
- TTV normal, sirkulasi status sosial.
baik, dan status respirasi : - Bantu untuk mengidentifikasi
pertukaran gas dan ventilasi aktivitas yang disukai.
adekuat. - Bantu Klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang.
- Bantu untuk mendapatkan alat
bantu.
- Bantu pasien unutk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan.
- Monitor respon fisik, emosi,
sosial,dan spiritual
18. Kurang perawatan Hasil yang diharapkan dalam - Latihan ROM rasinalnya
diri ADL b.d 3x24 jam : membantu pergerakandan batas
penurunan - Menjaga atau meningkatkan fungsi dari sendi dan ekstremitas.
keasadaran kekuatan dan fungsi bagian - Ganti posisi setiap 2 jam
ditandai dengan tubuh yang dipengaruhi. ( supine, side lying ) dan
nilai - Mendapatkan kembali atau kemungkinan lebih sering jika
mejaga posisi optimal dari ditempatkan di sisi yang terkena.
fungsi, yang telah ditandai Rasionalnya menurunkan resiko
dengan ketidakadaan kontraktur iskemia jaringan dan injuri,
atau footdroop. bagian yang terkena memiliki
- Menjagaintegritas kulit dan sirkulasi yang lebih buruk.
fungsi perkemihan dan
pencernaan.
19. Gangguan - Monitoring vital sign sebelum - mempertahanka
mobilitas fisik atau sesudah latihan dan lihat mobilisasi da
berhubungan respon pasien saat latihan fungsi norma
dengan penurunan - Konsultasikan dengan terapi ekstremitas
kesadaran fisik tentang rencana ambulasi - meningkatka
sesuai dengan kebutuhan sirkulasi, elastisita
- Bantu klien untuk kulit
menggunakan tongkat saat - menyeimbangka
berjalan dan cegah terhadap tekanan jaringan
cedera memperlancar
- Kaji kemampuan pasien dalam sirkulasi
mobilisasi - tanda vita
- Dampingi dan bantu pasien saat merupakan acua
mobilisasi dan bantu pemenuhan untuk mengetahu
kebutuhan adl keadaan umum
- Ajarkan pasien bagaimana pasien.
merubah posisi dan berikan - untuk melati
bantuan jika di perlukan pergerakan anggot
- Berikan perawatan kulit, tubuh
masase dengan pelembab - untuk menghindar
- Berikan matras udara atau air , resiko jatuh
perhatikan kesejajaran tubuh - untuk mengetahu
secara fungsional sejauh man
- Berikan program latihan dan kemmampuan
penggunaan alat mobilisasi pasien dalam
melakukan
pergerakan
- membantu dalam
mengantisipasi ata
merencanakan
pemenuhan
kebutuhan secar
individual
- mencega
terjadinya kerusaka
integritas kulit (luk
tekan)
20. Resiko kerusakan Hal yang diharapkan dalam 3x24 Anjurkan pasien untuk
integritas kulit jam : menggunakan pakaian longgar.
berhubungan Tidak ada luka / lesi pada kulit. Mobilisasi pasien (ubah posisi
dengan imobilisasi
Integritas kulit yang baik bisa pasien) setiap dua jam sekali.
fisik dan dipertahankan. Jaga kebersihan kulit agar tetsp
perubahan Perfusi jaringan baik. bersih dan kering.
sirkulasi Mampu melindungi kulit dan Monitor aktivitas dan mobilisasi
mempertahankan kelembaban pasien dan nutrisi pasien.
kulit dan perawatan alami. Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat.
21. Nyeri berhubungan Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Lakukan pengkajian nyeri
dengan jam : secara komprehensif, kaji kultur
peradangan pada - Menyatakan rasa nyaman yang mempengaruhi respon
selaput otak. setelah nyeri berkurang. nyeri.
- Mampu mengontrol nyeri (tahu - Evaluasi pengalaman nyeri
penyebab nyeri, mampu masa lampau, dan evaluasi
menggunakan teknik bersama pasien dan tim
nonfarmakologi untuk kesehatan lain tentang
mengurangi nyeri, mencari ketidakefektifan kontrol nyeri
bantuan). masa lampau.
- Mampu mengenali nyeri - Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
yang tidak berhasil
- Cek instruksi dokter dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi dan pilih analgesik
yang diperlukan dan evaluasi
efektifitas analgesik, tanda dan
gejala.
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri.
Meningitis atau radang otak disebabkan oleh infeksi disekitar otot,dan saraf tulang yang
disebabkan oleh virus yang masuk melalui peredaran darah dan cairan otak.Banyak bakteri
yang mengakibatkan serangan meningitis,diantaranya adalah stretococcur pneumonia dan
masih banyak lagi virus-virus yang menyebabkan meningitis.
REFERENSI
"Meningitis." N.p., 12 July 2014. Web. 28 Jan. 2016.
<http://umm.edu/health/medical/ency/articles/meningitis>.
"Meningitis in Adult." N.p., 18 Dec. 2015. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_adults/page10_em.htm>.
"Bacterial Meningitis in Aging Adults." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://cid.oxfordjournals.org/content/33/8/1380.full>.
"Kids Health Meningitis." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Meningitis/>.
"Meningitis in Children." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<https://www.urmc.rochester.edu/Encyclopedia/Content.aspx?
ContentTypeID=90&ContentID=P02528>.
"Bacterial Meningitis." Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease
Control and Prevention, 01 Apr. 2014. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.html>.
"Meningitis and Encephalitis Fact Sheet." Meningitis and Encephalitis Fact Sheet. N.p., 30
Apr. 2015. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.ninds.nih.gov/disorders/encephalitis_meningitis/detail_encephalitis_meningitis.
htm>.
"Meningitis." University of Maryland Medical Center. N.p., 23 Mar. 2015. Web. 28 Jan.
2016. <http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/meningitis>.
Chronic Meningitis. (1999). Retrieved March 19, 2016, from
http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/website/tritzid/chronmen.htm
University Health Services. (n.d.). Retrieved March 19, 2016, from
http://www.nicholls.edu/health/forms-and-more-information/facts-about-meningitis/
Meningitis. (n.d.). Retrieved March 18, 2016, from
http://umm.edu/health/medical/ency/articles/meningitis
Viral Meningitis. (2014). Retrieved March 18, 2016, from
http://www.cdc.gov/meningitis/viral.html
Fungal Meningitis. (2014). Retrieved March 18, 2016, from
http://www.cdc.gov/meningitis/fungal.html
Tuberculous Meningitis: A Report of 60 Adult Cases | The University of the West Indies at
Mona, Jamaica. (n.d.). Retrieved March 19, 2016, from
https://www.mona.uwi.edu/fms/wimj/tuberculous-meningitis-report-60-adult-cases
Ross and Wilson. 2011. Dasar-dasarAnatomidanFisiologi. Jakarta: Elsevier.Joyce M. Black,
PhD, RN, CPSN, CWCN, FAPWCA, Jane Hokanson Hawks,. (n.d).
KeperawatanMedikalBedahbuku 3, 8ed, 500-503. https://www.elsevier-
elibrary.com/pdfreader/keperawatan-medikal-bedah-buku-3-8ed/538-541
"Meningitis." N.p., 12 July 2014. Web. 28 Jan. 2016.
<http://umm.edu/health/medical/ency/articles/meningitis>.
"Meningitis in Adult." N.p., 18 Dec. 2015. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_adults/page10_em.htm>.
"Bacterial Meningitis in Aging Adults." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://cid.oxfordjournals.org/content/33/8/1380.full>.
"Kids Health Meningitis." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Meningitis/>.
"Meningitis in Children." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<https://www.urmc.rochester.edu/Encyclopedia/Content.aspx?
ContentTypeID=90&ContentID=P02528>.
"Bacterial Meningitis." Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease
Control and Prevention, 01 Apr. 2014. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.html>.
"Meningitis and Encephalitis Fact Sheet." Meningitis and Encephalitis Fact Sheet. N.p., 30
Apr. 2015. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.ninds.nih.gov/disorders/encephalitis_meningitis/detail_encephalitis_meningitis.
htm>.
"Meningitis." University of Maryland Medical Center. N.p., 23 Mar. 2015. Web. 28 Jan.
2016. <http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/meningitis>.
Chronic Meningitis. (1999). Retrieved March 19, 2016, from
http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/website/tritzid/chronmen.htm
Tuberculous Meningitis: A Report of 60 Adult Cases | The University of the West Indies at
Mona, Jamaica. (n.d.). Retrieved March 19, 2016, from
https://www.mona.uwi.edu/fms/wimj/tuberculous-meningitis-report-60-adult-cases
Black.M Joyce & Hawks H Jane.(2014) Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 buku
3.Singapura : Elsevier.
NANDA NIC NOC jilid 3 tahun 2015
Ross and Wilson. 2011. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Elsevier.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2008). Keperawatan medikal bedah (8th ed., Vol. 3). Singapore,
Singapore: Elsevier.