Anda di halaman 1dari 47

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A.    TINJAUAN TEORITIS MEDIS


Latar belakang
Sekitar 10-15% orang yang terinfeksi penyakit meningokokus akan mati . Ada 11-19%
korban akan memiliki cacat jangka panjang, seperti kehilangan anggota tubuh, tuli ,masalah
system saraf, bahkan kerusakan otak . Kelompok pada peningkatan risiko untuk penyakit
meningokokus termasuk kontak langsung dengan penderita, pasien disfungsi limpa atau
kekurangan komponen pelengkap termina , mikrobiologi yang terpapar rutin dengan isolat
Neisseria meningitidis, orang yang diidentifikasi sebagai peningkatan risiko karena wabah
penyakit meningokokus.
Orang yang bepergian ke Negara di mana penyakit meningokokus adalah epidemic atau
sangat endemik.  Mahasiswa tahun pertama kuliah yang tinggal di asrama ,dan merekrut
militer juga rentan terinfeksi Meningokokus. Bayi kurang dari satu tahun dan remaja usia 16
sampai 23 tahun memiliki tingkat lebih tinggi dari penyakit dari pada kelompok usia lainnya ,
tetapi kasus terjadi pada semua kelompok umur termasuk orang tua. (Centers for Disease
Control and Prevention)
Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001). Black
menambahkan bahwa meningitis dapat disebabkan oleh semua organisme parasit (Black,
2008). Mullin juga berpendapat Meningitis merupakan infeksi pada cairan serebrospinal dan
menyelubungi spinal cord ( Mullins, 2006). Dapat disimpulkan bahwa meningitis merupakan
infeksi pada lapisan meningen yang membungkus spinal cord dan otak, dan disebabkan oleh
patogen.

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal colum
yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat (Suriadi, 2001).

Meningitis adalah radang pada meningen atau membrane yang mengelilingi otak dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Brunner & Suddath.
2002).
Meningitis bacterial adalah infeksi pada lapisan otak yang biasa terjadi pada anak-anak yang
dapat menyebabkan timbulnya hidrosefalus akibat dari fibrosis letomeningeal atau inflamasi
akuaduktus. (Satyanegara, 2014)

Meningitis bakteri merupakan salah satu dari infeksi yang kemungkinan paling serius pada
bayi dan anak yang lebih dewasa infeksi ini disertai dengan frekuensi komplikasi akut dan
resiko morbiditas kronis yang tinggi. (Aryin, 2000)

B.     KESIMPULAN
Meningitis merupakan infeksi pada lapisan meningen yang membungkus medulla
spinalis dan otak, dan disebabkan oleh patogen.
C.    ETIOLOGI
       Klasifikasi Meningitis :
1.    Meningitis Bakteri
        Hampir semua bakteri yang memasuki tubuh dapat menyebabkan meningitis. Bakteri
yang  paling sering adalah meningokokus (Neisseria meningitidis), pneumokokus
(streptokokus pneumoniae) dan Haemophilus influenzae.
1.    Meningitis Virus
        Tipe dari meningitis ini sering di sebut aseptik meningitis. Ini biasa di sebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang di sebabkan oleh virus seperti gondok campak, mumps, herpez
simplek dan herpez zoster.
   3. Meningitis jamur:
Meningitis cryptococal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada
pasien dengan AIDS.
   4. Meningitis Tuberkolosis
Meningitis TB merupakan peradangan pada selaput otak (meningen) yang di sebabkan
oleh Mycrobacterium tuberkulosis. Penyakit ini sering muncul pada komplikasi TB paru.
Microbacterium tubeerkulosis mempunyai sifat tahan asam, dapat hidup berminggu-minggu
dalam keadaan kering, serta lambat bermultiplikasi (setiap 5 sampai 20 jam).
5. Meningitis Bakteri
Pada umumnya, orang dewasa memiliki kekebalan terhadap Neisseria meningitidis.
Bakteri ini hidup di luar tubuh manusia, menyebar melalui kontak langsung atau dari jarak
dekat, misalnya melalui batuk, bersin, atau berciuman.  pneumokokus (streptokokus
pneumoniae) hidup dalam hidung dan tenggorokan tanpa menimbulkan infeksi. Tapi ketika
sistem kekebalan tubuh manusia turun, bakteri ini menyerang dan menyebabkan meningitis.
Bakteri ini lebih sering menyerang bayi, yaitu pada saat sistem kekebalan tubuh belum
sepenuhnya berkembang. Haemophilus influenzae adalah bakteri yang menyebabkan infeksi
saluran pernafasan bagian atas, teliinga bagian dalam dan sinusitis. Inveksi jenis bakteri ini
biasa di atasi dengan pemberian vaksin Hib.  Organisme tersebut seringnya berada di
nasofaring. Streptokokus pneumoniae dan Neisseria meningutidis ditemukan paling sering
pada orang dewasa. Faktor-faktor yang berperan pada meningitis bakterial termasuk situasi-
situasi yang menyebabkan gangguan pada dura, seperti cedera otak terbuka atau operasi otak,
infeksi sistemik, gangguan anatomis dari tengkorak, gangguan imunitas, dan penyakit
sistemik lainya. Lingkungan penduduk padat (asrama dan penjara), kebersian buruk serta
malnutrisi. Pasien dengan kondisi seperti otitis media, pneumonia, sinusitas akut
atasiccklesell anemia yang dapat memungkinkan terjadinya meningitis. Pasien dengan
kondisi seperti otitis media, pneumonia, sinusitas akut atasiccklesell anemia yang dapat
memungkinkan terjadinya meningitis. Penyebab yang paling sering adalah bakteri, Tubuh
akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya
peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari
bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahchnoid ini akan terkumpul di dalam
cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan
cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini dapat menyebabkan jaringan
otak akan mengalami infark.
6. Meningitis Virus
       Virus dapat menyebar melalui kontak dekat dengan orang terinfeksi melalui bersin dan
batuk. Meningitis virus juga merupakan infeksi meningen, dan cenderung bisa sembuh
dengan sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri di tempat terjadinya infeksi awal (naso
faring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem
vaskuler. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak di temukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada
seluruh korteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon jaringan otak terhadap virus
bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.  Peradangan akan terjadi pada seluruh
korteks cerebry.
7. Meningitis Jamur
Jamur ini berada di tanah atau kotorab burung  dan masuk ke dalam tubuh ketika
menghirup debu, dan menyebar. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari sitem kekebalan
tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi yang di timbulkan pada pasien dengan
menurunnya sitem imun, antara lain: bisa demam atau tidak, sakit kepala, mual, muntah dan
menurunya status mental.
8. Meningitis Tuberkolosis
                   Meningitis TB terjadi akibat  terjadi akibat penyebaran inveksi secara hematogen ke
meningen. Dalam perjalananya meningitis TB terjadi melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk
lesi di otak atau meningen akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer.
Penyebaran hematogen juga dapat terjadi pada TB kronik, tetapi keadaan ini jarang di
temukan. Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen TB dari fokus
kaseosa (lesi permulaan di otak) akibat trauma atau proses imunologik, kemudian masuk ke
subarachnoid. Meningitis TB biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Mikrobakterium Tuberkolosis masuk ke cairan serebrospinal dalam bentuk kolonisasi dari
nasofarig atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak atau selaput
meningen. Kerusakan lapisan dura dapat di sebabkan oleh fraktur, paska bedah saraf, injeksi
steroid secara epidural, tindakan anestesi, dll.
Faktor terjadinya resiko meningitis:
Infeksi sistemik di dapat dari infeksi organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai keselaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, tbc,
perikarditis, dll.
Trauma kepala, biasanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau fraktur basis crani
yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui otthorhea dan
rhinorhea.
Kelainan anatomis, terjadi pada pasien post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
tengah, operasi cranium:
1.    Terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (TIK) pada meningitis
2.    Hidrosefaluspada meningitis
3.    Meningoensefalitas( gejala campuran yang muncul).
 Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab non-infeksi seperti penyakit AIDS.
Pasien dengan AIDS sangat beresiko mengalami penyakit, karena daya tahan tubuh lemah
sehingga virus HIV/AIDS yang bersarang rentang menyerang otak yang masuk melalui
darah. diabetes melitus, cedera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan
sistemimun (imunopresif) (Lewis, 2005). Bayi kurang dari satu tahun dan remaja usia 16
sampai 23 tahun memiliki tingkat lebih tinggi dari penyakit daripada kelompok usia lainnya.
Selain penyakit AIDS, diabetes militus (DM) juga merupakan salah satu dari penambah
faktor resiko seseorang terkena meningitis. Pada pasien dengan DM, persyarafan pada pada
perifer tubuh mengalami gangguan, sehingga tidak lagi dapat berfungsi dengan baik.
Akibatnya adalah ketika pasien tidak sadar jika mengalami trauma/injuri pada bagian perifer
tubuh. Dengan demikian, injuri tersebut dapat menjadi port entry bagi berbagai patogen
penyebab meningitis.

D.    ANATOMI DAN FISIOLOGI


Otak dan medula spinalis dikelilingi oleh tiga lapisan jaringan, meningen (selaput
otak), yang terletak di antara tengkorak dan otak, serta antara foramen vertebra dan
medulaspinalis. Meningen terdiri atas dura mater, araknoid, dan pia mater.

Dura mater
Dura mater serebral terdiri atas dua lapis jaringan fibrosa padat. Dura mater
merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras yang berasal dari jaringan ikat tebal dan
kuat. Di antara duramater dan selaput araknoid terdapat ruang yang disebut subdura. Terdapat
ruangan taradua lapisan ini, kecuali dimana lapisan terdalam menyusup kedalam diantara
hemisfer serebri untuk membentuk falks serebri antara hemisfer serebelum untuk membentuk
falks sereberi; antara serebrum dan serebelum untuk membentuk tentorium serebelum. Darah
vena dari otak mengalir ke sinus vena antara lapisan duramater. Sinus sagitalis superior
dibentuk oleh falks serebri, dan tentorium serebelum membentuk sinus transversumdan
linear. Dura mater spinal membentuk selubung longgar di sekitar medula spinalis,
memanjang dari foramen magnum ke vertebra sakral kedua. Selanjutnya, selubung ini
membungkus filum terminal dan bergabung dengan periosteum koksigis. Selubung ini
merupakan perpanjangan lapisan terdalam duramater serebral dan terpisah dari periosteum
vertebra dan ligamen dalam kanal neuron oleh epidural atau ruang ekstradural, yang
mengandung pembuluh darah dan jaringan ikat.
Araknoid mater
Araknoid merupakan lapisan jaringan fibrosa yang terletak di antara dura dan piamater.
Antara duramater dan araknoid, dipisahkan oleh ruang subdura, sedangkan antara araknoid
dan piamater, dipisahkan oleh ruang subaraknoid, yang mengandung cairan serebrospinal.
Pia mater
Pia mater merupakan lapisan tipis jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh
darah. Piamater melekat  pada otak dan berlanjut menyelubungi medulaspinalis. Ruangan
otak yang sering di isi darah setelah trauma kepala termasuk ruangan yang potensial (ruang
subdural) antara dura mater dalam dan arakhnoid dan ruang epidural di antara dura mater dan
periosteum. Meningen menambatkan medula spinalis. Pia mater, yang mengelilingi medula
spinalis, berlanjut dari ujung konus berlanjut sebagai struktur menyerupai benang (filum
terminal) menuju keujung kolumna vertebralis, dimana struktur ini ditambatkan pada ligamen
pada sisi posterior coccyx. Ligamentum dentikulatum memanjang di lateral pia mater kedura
mater untuk menggantung medula spinalis dari dura mater.
Dua ruang yang sering diakses dokter adalah ruang subaraknoid (untuk studi
diagnosis) dan ruang epidural (untuk memberikan obat). Ruang subarachnoid terdapat di
sepanjang medula spinalis di bawah vertebra sakral 2 danruang epidural terletak antara
lapisan dura dan tulang vertebral.

Cairan Serebrospinal dan Sistem Ventrikel


CSS merupakan suatu cairan jernih dan tidak berwarna. Sekitar 100-160 ml CSS
bersirkulasi melalui ventrikel dan di dalam ruangan subaraknoid. Ketika sesorang berbaring
pada posisi horizontal, reratatekanan CSS mencapai 100-180 mmHg.
Sekitar 2/3 CSS dibuat dalam pleksus koroideus pada ventrikel keempat, sisanya pada
ventrikel lateralis. Sejumlah kecil diproduksi oleh ependimal, arakhnoid dan sel otak yang
lain. Pleksuskoroideus adalah suatu anyaman pembuluh darah di dalam pia mater yang
berhubungan langsung dengan pelapis ventrikel. Pleksus koroideus menghasilkan 500 ml
CSS/hari. Jika CSS terusdiproduksi, CSS ini akan berkumpul terus sehingga dapat
menghasilkan tekanan yang dapat merusak otak. Secara normal, CSS diabsorpsike darah
dengan laju yang sama dengan pembuatannya. Tekanan Intrakranial (TIK) adalah tekanan di
dalam tempurung kepala yang berasal dari komponennya, yaitu jaringan otak, darah, dan
cairan serebrospinal. TIK normal adalah 5 sampai 15 mmHg.

Suplai Darah
Untuk mengetahui perjalanan terjadinya meningitis hingga dapat timbul tanda dan
gejalanya, berikut ini dibahas mengenai sistem peredaran darah, khususnya suplai darah
diotak hingga ke lapisan meningen. Pada lapisan meningen, darah vena dari otak mengalir ke
sinus vena antara lapisan dura mater. Pada ruangan subdural, yakni ruangan di antara dura
mater dan araknoid mater terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan
sistem otak dengan meningen serta di penuhi oleh cairan serebrospinal. Sedangkan pia mater
merupakan lapisan tipis jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah.
Otak menerima 20% curah jantung dan menggunakan 20% oksigen tubuh. Glukosa di
katabolisme atau dibakar untuk menyediakan energi bagi otak. Substansi agrisea memiliki
kebutuhan metabolik yang lebih tinggi dibandingkan substansia alba. Aliran darah diatur oleh
kadar metabolit karbondioksida. Suatu peningkatan produk metabolik neuron dapat
meningkatkan kadar karbondioksida yang menyebabkan vasodilatasi lokal. Regulasi lokal
aliran darah memastikan aliran darah proporsional pada kebutuhan metabolik neuron.Arteri
vertebralis dan arteri karotis interna memberikan suplai arteri ke otak.

Suplai Arteri
 Arteri vertebralis dipercabangkan dari arteri subklavia,berjalan sepanjang foramina
transversalis dan masuk rongga kranial melalui foramen magnum. Arteri vertebralis terletak
dipermukaan anterolateral medula. Pada daerah batas medula dan pons, arteri vertebralis
bergabung membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris bercabang setinggi otak tengah untuk
membentuk dua arteri serebralis posterior. Sistem arteri vertebralis memberikan suplai pada
batang otak, serebelum, bagian bawah diensefalon dan daerah medial dan inferior lobus
temporalis dan lobus oksipitalis.
Arteri karotis interna dipercabangkan dari arteri karotis komunis dan memasuki dasar
kranium melalui kanal iskarotikus. Arteri karotis interna bercabang menjadi arteri serebralis
anterior dan arteri serebralis media. Dekat percabangan ini,terbentuk sirkulus Willis (suatu
lingkaran pembuluh darah pada dasarotak) dari arteri serebralis posterior, arteri komunikan
posterior, arteri karotisinterna, arteri serebralis anterior dan cabang-cabang arteri komunikan.
Arteri karotis interna memberi suplai diensefalon bagian atas, ganglia basal, lobus temporalis,
parietalis, dan frontalis. Arteri serebralis media memberi suplai sebagian besar lobus
frontalis, parietalis, temporalis, oksipitalis, dan insular, juga ganglia basal, kapsula interna,
dan talamus. Arteri serebralis anterior memberi suplai pada bagian medial lobus frontalis dan
lobus parietalis ; ganglia basal bagian atas dan kapsula interna.
Medula spinalis mendapatkan suplai darah arterial dan arteri spinalis kecil yang
merupakan cabang dari arteri yang lebih besar seperti arteri vertebralis, arteri servikalis
asenden, arteri servikalis profunda, arteri intercoktalis, arteri lumbalis, dan arteri sakralis.
Arteri-arteri ini dan cabang-cabangnya membentuk tiga arteri utama medula spinalis-arteri
spinalis anterior dan sepasang arteri spinalis posterior, yang berjalan sepanjang medula
spinalis.
Suplai Vena
Kebanyakan darah vena dari kepala kembali ke jantung melalui vena jugularis interna,
vena jugularis eksterna, dan vena vertebralis. Distribusi vena pada medula spinalis serupa
dengan arteri. Sistem vena mengalirkan darah ke sinus venosus yang terletak di antara dura
mater dan periosteum kolumna vertebralis.

E.     MANIFESTASU KLINIS


a.    Neonatus: menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare, bising usus
lebih dari 30x/menit ketika sedang diare, tonus otot melemah, menangis lemah     (bayi yang
sakit atau merasakan nyeri ditubuhnya akan merengek lemah sepanjang hari dan merintih
lemah seakan tidak memiliki energi yang kuat untuk menangis).
b.    Anak-anak dan remaja: demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang,
mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tenda kernig
dan brundzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).
c.    Ciri Khas: penderita yang tanpak sakit berat, demam akut yang tinggi, kesadaran yang
menurun (lethargi atau gaduh gelisah), nyeri kepala, muntah dan kaku kuduk.
         Manisfestasi klasik dari meningistis adalah regiditas nukal (kaku tengkuk
leher/kuduk), tanda brudzisky dan kernig, serta fotofobia. Untuk mengkaji tanda kernig,
mulai dengan klien berbaring dan paha ditekuk dengan sudut yang tepat terhadap abdomen
dan dengan lutut ditekuk 90 derajat kepaha. Kemudian ekstensikan kaki bawah klien pada
iritasi meningen, meluruskan kaki ke arah atas akan menimbulkan nyeri, spasme dari otot
hamstring, dan resistansi pada lutut terhadap ekstensi kaki lebih lanjut. Untuk memeriksa
tanda brudzinski, dengan klien berbaring telentang angkat kepada ranjang dengan cepat. Jika
tidak ada iritasi meningen, fleksi leher ke depan akan menghasilkan fleksi pada kedua paha
pada pangkal dan gerakan fleksi pada lutut dan engkel.
            Manisfestasi umum yang terkait dengan dengan infeksi dapat juga ditemukan,
seperti sakit kepala, demam, takikardia, kelemahan, menggigil, mual, dan muntah. Klien
mungkin tampak pemarah  pada awalnya, tetapi saat infeksi berlanjut, klien tanpak sakit akut
dan kebingungan, stupor atau koma. Kejang dapat terjadi Petekie atau ruam perdarahan dapat
muncul. Diagnosis detegakkan dengan pungsi lumbal. CSS (Cairan Serebro Spinal) keruh.
Pewarnaan gram pada CSS menunjukkan organisme pada 70% hingga 80% kasus. Ketika
organisme tidak dapat diidentifikasi, antigen bakterial dapat dicari. H.influenzae sering kali
terdeteksi dengan teknik ini. Klien dengan menigitis bakterial menunjukkan hal berikut.
  Tekanan CSS meningkat.
  Peningkatan kadar protein CSS (normal, 15 hingga 45mg/dL).
  Penurunan kadar glukosa CSS (normal, 60 hingga 80mg/dL, atau dua pertiga nilai glukosa
serum).
  Peningkatan sel darah putih, biasanya meningkat (100 hingga 10.000/cm3) dengan dominasi
leukosit polimorfonuklear.

E.     PATOFISIOLOGI
Patogen yang berupa bakteri, jamur, virus dan protozoa masuk kedalam tubuh pasien
melalui nasofaring atau melalui luka terbuka. Kemudian ikut terbawa ke seluruh tubuh
melalui aliran darah, termasuk ke sistem serebral. Darah yang terinfeksi oleh patogen
tersebut, membentuk trombus (Disseminated Intravascular Coagulation [DIC])
tromboemboli ini yang akhirnya tersebar ke seluruh tubuh, melalui sistem vaskular, dapat
sampai di daerah ginjal. Terjadi gangguan pada nefron ginjal sehingga darah dan protein
dapat lolos dari proses penaringan ginjal, sehingga dapat muncul manifestasi klinis berupa
hematuria dan albuminaria. Kemudian tromboemboli juga  dapat masuk menembus Blood
Brain Barrier (BBB). Setelah BBB dapat ditembus, menyebarlah trombus tersebut kedalam
Cairan Cerebro Spinal (CSS). Keberadaan dari tromus darah yang terinfeksi tersebut
mengganggu keseimbangan pada Tekanan intra Kranial klien (TIK), juga menghasilkan
reaksi inflamasi pada lapisan mengingen. Inilah yang disebut Meningitis. Bakteri penyebab
meningitis yang terbawa ke seluruh tubuh melalui sistem vaskular, dapat sampai ke kelenjar
adrenal pada superior ginjal, dan mengganggu kerjanya. Sehingga dampak dari terganggunya
kerja adrenal adalah kolaps pembuluh darah. Pembuluh darah yang kolaps, membuat darah
banyak berada di luar sistem vaskular. Jika terjadi di serebral, tubuh harus melakukan perfusi
secara maksimal agar dapat mengembalikan darah masuk kembali kedalam sistem vaskular.
Dengan demkian terjadilah hiperperfusi pada jaringan serebral. Diagnosa keperawatan untuk
kasus ini adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Akumulasi sekret yang terbawa dalam aliran darah ke seluruh tubuh. Darah yang
terbawa tersebut beresiko menimbulkan infeksi sistemik. Diagnosa untuk situasi ini adalah
Resiko infeksi sitemik.
Bakteri yang masuk ke meningen, membuat tubuh berespon imun untuk mematikan
patogen. Hasil dari imun tersebut terbentuklah sekret sebagai hasil dari imun tubuh. Dengan
terbentuknya sekret, akan menambah komponen darah, sehingga akan meningkatkan
viskositas darah. Darah yang semakin kental akan menyebabkan sulitnya darah mengalir dan
berosmosis dalam vaskular. Sulitnya darah mengalir akan menurunkan perfusi jaringan,
sehingga juga dapat menimbulkan diagnosis ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Dengan darah yang semakin kental, akan meningkatkan permeabilitas kapiler agar
dapat lewat dengan mudah. Permeabilitas yang semakin meningkat, akan membuat dinding
pembuluh darah semakin menipis, dan memunculkan kebocoran pada sistem vaskular.
Kebocoran dari sistem vaskular akan membawa cairan yang bocor tersebut kedalam ruang
intestinal. Cairan yang masuk kedalam ronga intestinal akan mengganggu keseimbangan ion
dalam rongga intestinal. Ion yang tidak seimbang akan mengganggu keseimbangan asam-
basa dalam tubuh. Kondisi tubuh yang terganggu asam-basanya akan menimbulkan kelainan
depolarisasi ion, juga menimbulkan hiperaktivitas neuron. Hiperaktivitas neuron ini akan
menimbulkan meningkatnya kebutuhan energi. Selain itu juga dapat menimbulkan kejang.
Ketika keang, terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol, sehingga dapat menimbulkan
resiko cidera. ketika kejang, terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Pembuluh darah yang
semakin banyak mengalir menuju jaringan serebral. Dengan semakin banyaknya darah pada
rongga serebral, akan meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK), juga akan berlaku pustulat
monroe klein. Saat TIK meningkat, akan merangsan sistem saraf simpatis untuk bekerja
bekerjanya saraf simpatis yang berlebihan akan memicu klien untuk merasakan mual dan
muntah. Sehingga dapat menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Peningkatan TIK juga dapat menekan saraf pada bagian servikal. Sehingga terjadi
kontraksi otot bagian servikal secara berlebihan. Kontraksi yang berebihan ini akan
menimbulkan gejala seperti kaku kuduk / otot pada tengkuk yang menegang. Peningkatan
TIK dapat menimbulkan kurangnya aliran darah ke otak sebab aliran darah banyak masuk ke
aliran serebral. Respon tubuh umum yang dilakukan ketika suplai darah ke otot kurang adalah
meningkatkan tekanan darah sistemik. Ditandai dengan takikardia dan takipnea. Dampak
meningkatnya tekanan darah tersebut, akan menekan saraf pada sistem saraf kranial, jika
terjadi pada saraf optikus, dapat menyebabkan menurunya ketajaman penglihatan klien, atau
terjadi gangguan persepsi visual.
Berdasarkan postulat klein monroe, volume dalam rongga tengkorak harus selalu
sama. Dengan adanya peningkatan volume dalam rongga tengkorak, akan menekan kearah
luar tengkorak pada anak, atau akan menimbulkan hidrosefalus. Jika pada orang dewasa
akan menekan organ yang ada di dalamnya. Bagian otak yang terpengaruh dari penekanan ini
adaah dienchepaloh dan mensesephalon. Penekanan pada mensesephalon dapat menyebabkan
Retikulum Activity System (RAS) tidak dapat melepaskan zat ketokolamin. Dengan kurangnya
kadar ketokolamin, dapat menurunkan kesadaran klien. Dengan kondisi klien yang menurun
kesadarannya, dapat menyebabkan ketidakefektifan pola nafas. kesadaran yang menurun
juga akan menurunkan kemampuan klien untuk batuk efektif, sehingga akan terjadi
penumpukan sekret dalam saluran nafas klien. Dengan demikian akan terjadi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.    Pemeriksaan Laboratorium
-       Pemeriksaan Darah
Ditemukan :
      Eritrosit : rendah (<4,9/ml)
      Leukosit : meningkat (>11000/dL)
      Laju endap darah : meningkat (>15mm/jam)
      Urine : terdapat albuminuria
(Albuminuria adalah kelainan pada ginjal karena terdapat albumin dan protein di
dalam urine. Penyakit ini menyebabkan terlalu banyak albumin yang lolos dari saringan
ginjal dan terbuang bersama urine sedangkan albumin merupakan protein yang bermanfaat
bagi manusia karena berfungsi mencegah agar cairan tidak terlalu banyak keluar dari darah.
Penyebab albuminuria adalah kekurangan protein, penyakit ginjal, penyakit hati)
-       Pemeriksaan Lumbal Punksi
Lumbal pungsi dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
serebrospinal, lumbal pungsi dapat  dilakukan jika pasien tidak mengalami masa intracranial
(diketahui dari pemindaian CT atau MRI). Suatu lumbal pungsi dapat membantu diagnosis
infeksi atau perdarahan sebagai penyebab koma. CSS dapat menjadi keruh jika pasien
mengalami infeksi atau merah jika terdapat perdarahan pada ventrikel atau ruang
subaraknoid.
Tabel berikut lebih memperjelas spesifikasi hasil pemeriksaan lumbal punksi pada meningitis
:
Normal Bakterial Viral TB Fungal
Jernih,tak
Makroskopik Keruh Jernih Jernih Jernih
berwarna
Normal atau Normal atau
Tekanan Normal Meningkat Meningkat
meningkat meningkat
100-60.000/
Sel 0-5/mm3 3
5-100/mm3 5-1000/mm3 20-500/mm3
mm
Neutrofil Tak ada >80% <50% <50% <50%
75% glukosa Rendah  <40% Rendah (<50% Rendah (<80%
Glukosa Normal
darah glukosa darah) glukosa darah) glukosa darah)
Protein <0,4 g/L 1-5 g/L >0,4-0,9 g/L 1-5g/L 0,5-5 g/L
Gram positif
<90%, kultur Gram negatif,
PCR kultur Kultur positif
Lainnya positif <80%, kultur positif
positif <50% 50-80%
kultur darah 25-50%
positif <60%

2.    Pemeriksaan Diagnostik


Pada meningitis umumnya dilakukan pemeriksaan radiologis seperti :
a.    Foto thorax
Tujuan foto thorax adalah untuk menilai adanya kelainan jantung, kelainan paru,
gangguan dinding toraks, gangguan rongga pleura, dan gangguan diafragma. Umumnya pada
pasien meningitis TB ditemukan adanya gambaran tuberculosis, tetapi untuk meningitis jenis
lain tidak ditemukan keabnormalan pada pemeriksaan foto thorax.
b.    Foto kepala
Pemeriksaan ini diindikasikan pada pasien yang merasa nyeri kepala hebat agar dapat
membantu menegakkan diagnosa. Foto kepala membantu menegakkan diagnosa jika terdapat
tanda-tanda klinis misalnya kelainan neurologis, peningkatan tekanan intracranial, atau
kebutaan. Foto kepala lateral juga akan membantu menunjukkan adanya metastase di kepala. 
c.     CT Scan
Pemeriksaan CT scan dapat menentukkan ada dan luasnya kelainan di daerah basal, serta
adanya dan luasnya hidrosefalus                                                     
Ditemukan enhancement di daerah basal, tampak hidrosefalus komunikans yang
disertai dengan tanda-tanda edema otak atau iskema fokal yang masih dini. Selain itu, dapat
juga ditemukan tuberkuloma yang silent, biasanya korteks serebri atau thalamus.

G.    PENATALAKSANAAN MEDIS


Meliputi pemberian antibiotik yang mampu melewati darah-barier otak ke dalam ruang
subaraknoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri.
Biasanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji
resistensi antibiotik agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Obat anti-infeksi:
-       Meningitis tuberkulosa:
         Isoniazid 10-20mh/kgBB/24jam, oral 2x sehari maksimal 500mg selama 1 ½ tahun.
         Rifampisin 10-15mg/kg/BB/24 jam, oral 1x sehari selama 1 tahun.
         Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM 1-2x sehari selama 3 bulan.
-       Meningitis bakterial:
    Sefalosporin generasi ketiga
    Amfisilin 150-200mg (400mg)/kgBB/24jam, IV 4-6x sehari
    Kloramfenikol 50mg/kgBB/24jam IV 4x sehari.
Pengobatan simtomatis:
  Antikonvulsi (mengontrol kejang), Diazepam IV; O,2-0,5mg/kgBB/dosis, atau rektal 0,4-
0,6mg/kgBB, atau Fenitoin 5mg/kgBB/24jam, 3x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24
jam, 3x sehari.
    Antipiretik (mengurangi nyeri): parasetamol/asam salisilat 10mg/kgBB/dosis.
    Kortikosteroid (mengurangi edema serebri, meningitis TBC mencegah perlengketan):
1mg/kgBB/hari
                        Terapi non farmakologis:
-       Konsumsi cairan sebanyak mungkin
Gejala awal munculnya penyakit meningitis biasanya adalah dehidrasi secara
berlebihan. Untuk mengatasi gejala konsumsi banyak cairan. Mulai dari air putih, teh, jus
jeruk ataupun minuman yang mengandung banyak isotonik. Jika biasanya manusia
memerlukan konsumsi cairan sebanyak minimal 8 gelas, akan tetapi untuk penderita penyakit
meningitis memerlukan konsumsi cairan yang lebih banyak dari 8 gelas.
-        Istirahat secara total
Terapi non farmakologi penyakit meningitis selanjutnya adalah dengan istirahat
secara total. Istirahat total ini sangat diperlukan bagi penderita penyakit meningitis, terutama
istirahat dari aktivitas-aktivitas berat yang memerlukan banyak tenaga dan pikiran. Istirahat
yang terbaik bagi penyakit meningitis adalah dengan tidur sebanyak mungkin.
-       Diet makanan
Makanan yang dikonsumsi oleh penderita penyakit meningitis, haruslah berbeda
dengan makanan yang dikonsumsi oleh masyakat pada umumnya. Adapun makanan yang
dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita penyakit meningitis antara lain seperti kacang-
kacangan, buah, sayur dan sereal. Selain makanan jenis tersebut, usahakan untuk mengurangi
atau menghindari sebisa mungkin.
-        Mandi air hangat
Terapi non farmakologi penyakit meningitis yang terakhir adalah dengan selalu
melakukan mandi dengan air hangat. Hal ini bertujuan agar meminimalisir sakit kepala yang
disebabkan oleh peradangan di selaput otak. Usahakan untuk mandi dengan air hangat di atas
suhu 35◦C setiap hari.

H.    KOMPLIKASI
Komplikasi serta yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada
meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial, lesi cerebral fokal,
hydrosefalus atau penumpukan cairan serebrospinal dan menyebabkan dilatasi sistem
ventrikel otak) serta disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya
(infeksi okular, arthritis, purpura) adalah kelainan yang berupa gangguan autoimun yang
menetap(trombosit darah kurang dari 150.000/ml), pericarditis, endocarditis, myocarditis,
orchitis, epididymitis, perdarahan adrenal juga termasuk komplikasi dari meningitis. DIC
adalah suatu keadaan dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah,
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan
yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. DIC masuk ke ginjal,lalu terakumulasi
pada nefron ginjal. Nefron tidak berfungsi dengan baik sehingga protein dan darah lolos dari
proses filtrasi sehingga juga terjadi Albuminura dan Hematuria
Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga Tengah
dan paru-paru,biasanya disebabkan karena komplikasi dari nervous system.
I.       PROGNOSIS
1.    Resiko
-       Dewasa
Meningitis bakteri masih merupakan penyakit yang sangat mematikan pada orang
dewasa yang lebih tua, dengan tingkat kematian rata-rata> 20% meskipun terapi antibiotik
modern. Dalam populasi ini, presentasi lebih bervariasi terlihat, dengan sedikit pasien
memanifestasikan demam, leher kaku, dan sakit kepala dibandingkan pada orang dewasa
muda. Selain itu, banyak orang dewasa yang lebih tua (berusia >60 tahun) mungkin memiliki
penyakit yang mendasari lain yang menyebabkan gejala yang mungkin disamakan dengan
mereka yang terkena meningitis.
Pada mereka dengan meningitis bakteri berat, angka kematian bisa setinggi 90%.
Jika orang tersebut bertahan, bahkan dengan perawatan yang tepat, dapat mengakibatkan
cacat jangka panjang, termasuk ketulian, kejang, kelumpuhan, kebutaan, atau kehilangan
anggota tubuh. Pada mereka dengan kasus yang lebih ringan dengan meningitis bakteri,
angka kematian masih bisa mendekati 25%. Cacat jangka panjang mungkin terjadi. Orang
yang mungkin memerlukan waktu lama rawat inap dan rehabilitasi.
Untuk orang dengan meningitis viral, pemulihan penuh dapat berlangsung dalam
tujuh sampai 10 hari. Hampir selalu fatal jika tidak diobati (90% pasien meninggal dalam
waktu satu tahun).
-       Anak - anak
Sekitar 25 sampai 30% orang dengan meningitis bakteri mati karenanya. Di antara
anak-anak yang bertahan hidup meningitis bakteri, 20 sampai 50% mengalami kerusakan
otak, masalah pendengaran, atau kesulitan perkembangan. Kebanyakan orang yang
mendapatkan meningitis viral sembuh sepenuhnya tanpa masalah. Namun, beberapa orang
akan mengalami sakit kepala, kelemahan, dan kelelahan selama 2 sampai 3 minggu setelah
gejala dimulai. Komplikasi dari meningitis mungkin termasuk gangguan pendengaran,
kejang, edema serebral (pembengkakan otak), kelemahan pada satu sisi tubuh, masalah
bicara, gangguan penglihatan atau kebutaan, gerakan kesulitan koordinasi, kesulitan
bernapas, pernapasan, dan meningitis berulang. Anak-anak yang memiliki meningitis
mungkin mengalami gangguan kognitif dan keterlambatan perkembangan.
-          Dewasa dan Anak – anak
Virus menyebabkan sejumlah besar kasus meningitis setiap tahun daripada bakteri.
Viral meningitis biasanya ringan dan biasanya membersihkan dengan sendirinya dalam 10
hari atau kurang. Sekelompok virus umum dikenal sebagai enterovirus, yang menyebabkan
flu perut, sekitar 90% dari meningitis viral di Amerika Serikat. Tanda-tanda dan gejala
infeksi enterovirus yang paling umum adalah ruam, sakit tenggorokan, nyeri sendi dan sakit
kepala. Banyak anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa dengan meningitis enterovirus
menggambarkan "sakit kepala." Virus ini cenderung beredar di akhir musim panas dan awal
musim gugur. Virus yang terkait dengan infeksi herpes, virus West Nile atau penyakit lain
juga dapat menyebabkan meningitis viral.
-          Dewasa dan anak – anak
Meningitis fungal pada orang dewasa dan anak – anak hampir selalu fatal jika tidak
diobati (90% dari pasien meninggal dalam waktu satu tahun).
-          Dewasa dan anak – anak
Meningitis Tuberkulosis dari 60 pasien yang dipilih, yang 33 (55%) adalah laki-laki.
Pasien usia berkisar 14-62 tahun. Pada sebagian besar pasien, penyakit itu dalam stadium
lanjut (66% dalam tahap III sesuai dengan kriteria neurologis Research Council British).
Tingkat komplikasi adalah tertinggi di antara pasien dalam stadium II dan III dengan seluruh
angka kematian 6,6%.
2.      Prognosis (Pencegahan / Treatment)
-          Dewasa dan Anak – anak
Pengobatan meningitis bakteri dengan antibiotik yang tepat dari jenis meningitis
bakteri dapat mengurangi risiko kematian akibat meningitis di bawah 15% dapat menembus
lapisan Blood Brain Barrier (BBB).
Pengobatan antibiotik yang sesuai untuk sebagian besar jenis meningitis dapat
mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini di bawah 15 persen, meskipun risiko tetap
tinggi pada bayi muda dan orang tua.
-          Meningitis bakteri
Pengobatan untuk meningitis bakteri diberikan melalui intravena (IV) obat antibiotik.
meningitis bakteri dapat diobati secara efektif dengan antibiotik. Adalah penting bahwa
pengobatan dimulai sesegera mungkin. pengobatan antibiotik yang tepat dari jenis yang
paling umum dari meningitis bakteri harus mengurangi risiko kematian akibat meningitis di
bawah 15%, meskipun risiko tetap tinggi pada bayi muda dan orang tua.
-          Meningitis Viral
Dalam kebanyakan kasus, tidak ada pengobatan khusus untuk meningitis viral.
Kebanyakan orang yang mendapatkan meningitis viral benar sembuh sendiri dalam waktu 7
sampai 10 hari. Namun, orang-orang dengan meningitis yang disebabkan oleh virus tertentu
seperti virus herpes dan influenza, dapat mengambil manfaat dari pengobatan dengan obat
antivirus.
Antibiotik tidak membantu infeksi virus, sehingga mereka tidak berguna dalam pengobatan
meningitis viral. Namun, antibiotik sangat penting ketika merawat meningitis bakteri. Bayi
dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah yang mengembangkan penyakit yang
parah mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
-          Meningitis jamur
Obat anti jamur dapat diberikan untuk anak dan orang dewasa dengan meningitis
jamur.
-          Meningitis TB
Untuk TB laten pada anak usia 2 sampai 11. Biasanya  6 sampai 12 bulan isoniazid
akan diberikan untuk membunuh organisme TB dalam tubuh. Untuk TB aktif pada anak-
anak. Dokter mungkin meresepkan 3 sampai 4 obat sekaligus termasuk hingga 6 bulan atau
lebih untuk obat yang akan efektif. Pasien biasanya mulai membaik dalam beberapa minggu
dari awal pengobatan. Setelah 2 minggu pengobatan dengan obat yang benar, pasien biasanya
tidak menular, asalkan pengobatan dilakukan sampai akhir, seperti yang ditentukan oleh
dokter.

-          Dewasa
Untuk orang dewasa yang lebih tua. Secara umum, pengobatan terhadap Staphylo
pneumoniae harus memperpanjang selama 10-14 hari, sedangkan pengobatan terhadap L.
monocytogenes, S. agalactiae, dan basil gram negatif harus selama 14-28 hari; N.
meningitidis meningitis umumnya dapat diobati untuk <7 hari dengan antibiotik yang efektif.
-          Anak – Anak
Diagnosis dan pengobatan meningitis bakteri dini sangat penting untuk mencegah
kerusakan saraf permanen. Viral meningitis biasanya tidak serius, dan gejala akan hilang
dalam waktu 2 minggu tanpa komplikasi berlangsung. Pengobatan dan perawatan anak
tergantung pada jenis meningitis ia memiliki. Mereka akan diberi antibiotik langsung ke
pembuluh darah (intravena atau IV) sampai jenis meningitis terdiagnosa.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Data demografi : umur < 1 tahun, 16-23 tahun
2.      Riwayat kesehatan sekarang
Kaku tengkuk leher, fotofobia, sakit kepala, refleks menghisap kurang, muntah, diare,
tonus otot melemah, kejang, kurangnya tingkat kesadaran.
3.      Riwayat kesehatan masa lalu
AIDS, DM, trauma kepala terbuka, gondok campak, mumps, herpez simplek dan herpez
zoster, fraktur tulang tengkorak, infeksi operasi otak atau sum-sum tulang belakang
4.      Cek TTV
Denyut nadi: diatas 100x/menit
Pernafasan: diatas 24x/ menit
Suhu: diatas 36,50 C
Nyeri: skala nyeri diatas 0
5.      Kaji head to toe
-        Kepala : terdapat nyeri kepala dan  diameter kepala membesar
-        Mata :terdapat photofobia
-        Mulut : terdapat vomitting
-        Leher : terdapat kaku kuduk
-        Jantung : terdapat frekuensi detak jantung lebih dari 100x/menit
-        Paru : terdapat bunyi nafas crackles
-        Abdomen : terdapat nausea dan mual
-        Urinaria : terdapat albuminuria, hematuria
-        Kulit : terdapat pteciae dan banyak berkeringat
-        Kesadaran: terlihat adanya penurunan kesadaran
-       Ekstremitas : dalam pemeriksaan kernigs dan brudzinsky, hemiplegi, hemiparase, tonus otot

berkurang, reflex babinsky (+)


6.      Kaji sistem pernafasan
Ditemukan takipnea (Respiration Rate > 24x/ menit).
7.      Kaji sistem kardiovaskuler
Ditemukan takikardia (Heart Rate > 100x/ menit).
8.      Kaji sistem gastro intestinal
Ditemukan menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare, bising usus
lebih dari 30x/menit ketika sedang diare.
9.      Kaji sistem neurologi
Ditemukan penurunan fungsi sensorik dan fungsi motorik, kejang, refleks berkurang
10.  Kaji urinaria
Ditemukan hematuria ketika kasus sudah parah.
11.  Pemeriksaan laboratorium (penunjang), seperti:
Kultur darah: leukosit meningkat
Kultur urin dan kultur nasofaring: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
Elektrolit serum: adanya peningkatan
Osmoralitas serum, MRI, CT-scan: untuk melokalisasi lesi, melihat ukuran atau Letak
ventrikel, hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
Punsi lumbal dan kultur CSS: berwarna keruh
Gordon 11 health patterns
1.      Health perception and health promotion

Meningitis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh patogen berupa bakteri, virus,
jamur. Bakteri yang  paling sering adalah meningokokus ( Neisseria meningitidis ),
pneumokokus (streptokokus pneumoniae) dan Haemophilus influenzae. Meningitis virus
sebabkan oleh virus seperti gondok campak, mumps, herpez simplek dan herpez zoster.
Meningitis cryptococal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada
pasien dengan AIDS. Meningitis TB merupakan peradangan pada selaput otak (meningen)
yang di sebabkan oleh Mycrobacterium tuberkulosis.
2.      Values and believes

Meningitis dapat menyerang manusia dari ras manapun dan orang dengan kepercayaan
apapun.
3.      Role and relationship

Berdasarkan data WHO tahun 2013-2015, meningitis menyerang paling banyak pada anak-
anak dibawah 1 tahun, remaja usia 15 hingga 21 tahun, dan manusia usia lanjut dengan umur
81 tahun keatas.
4. self concept and self perception
Pasien dengan meningitis pada umumnya mengalamai penurunan kesadaran dengan
GCS<15.Pada umumnya pasien dengan meningitis menginginkan agar dirinya dapat sembuh
dari penyakit yang dideritannya
5.Stress and coping mechanism

Pasien dengan meningitis pada umumnya memiliki stress dan cara-cara dalam menghadapi
stressor tersendiri tergantung dari tiap pribadi pasien.
6.      Sleep and rest

Pada umumnya pasien dengan meningitis akan mengalami gangguan pola tidur yang
disebabkan oleh nyeri yang disebabkan oleh proses infeksi. Ditambah dengan kaku kuduk
yang pada umumnya pasien dengan meningitis alami, juga akan mempengaruhi pola istirahan
pasien dengan meningitis.
7.      Cognition and perception

Data Objektif:
-          Tingkat kesadaran: mengalami penurunan kesadaran       GCS (E/M/V):< 4/<6/<5
-          Kejang : pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami kejang
-          Jenis kelumpuhan : pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami kelemahan otot
hingga berdampak dengan kelumpuhan
-          Koordinasi gerak : pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami ganggan dalam
koordinasi gerak tubuh. Adanya gangguan pada sistem persyarafan menyebabkan klien tidak
dapat bergerak dengan baik pada umumnya. 
-          Reflexes : pada umumnya pasien dengan meningitis ditemukan tanda kernigs positif dan
tanda Brudzinsky positif. Ini merupakan ciri khas dari penderita meningitis.
-          Penglihatan: pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami penurunan fungsi
penglihatan yang disebabkan oleh terhimpitnya syaraf kranial optikus akibat dari edema
serebral.

8.      Nutrition and metabolism


pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami kesulitan untuk makan. pada umumnya
pasien dengan meningitis juga mengalami mual dan muntah yang disebabkan oleh adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
9.      Eliminasi
pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami diare. Infeksi yang mungkin sampai ke
gastrointestinas sistem akan menyebabkan abnormalitas sehingga muncul manifestasi klinis
berupa diare.
10.  Activity and exercise (cardiovascular and respiratory)
pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami takikardia dan takipnea.
11.  Activity and exercise (musculosketal)
pada umumnya pasien dengan meningitis mengalami kelemahan pada otot ekstremitas akibat
dari tidak adekuatnya nutrisi yang masuk. Berikutnya, pada umumnya juga mengalami kaku
kuduk, khas dari penderita meningitis.
B.     ANALISA DATA
1.      Data objektif: demam tinggi, petechiae (bintik kemerahan akibat pendarahan) terlihat pada
kulit dan membran mukosa, refleks menghisap kurang , tonus otot melemah, takikardi, skala
nyeri, kesadaran menurun, hasil pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+), hasil
lab.
      Lukosa serum: meningkat (meningitis)
      LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
      Seldarahputih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksibakteri)
      Elektrolitdarah: Abnormal
      ESR/LED: meningkat pada meningitis 
      MRI/CT-scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
      Kulturdarah/ hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi
      Ronsen dada/kepala/ sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
      Arteriografikarotis: Letak abses
2.      Data subjektif : sakit kepala, leher kaku, memiliki pengalaman photophobia,
menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare,
Analisa data berasarkan hasil pengkajian, kami mengangkat ada tiga masalah
keperawatan yang menjadi prioritas, yaitu:
1.  Nyeri b.d meningkatnya TIK ditandai dengan sakit kepala dengan skala nyeri A/I 1-10,
pernafasan lebih dari 24x/ menit, denyut nadi lebih dari 100x/menit
2. Hipertermi b.d inflamasi akibat dari mikroorganisme ditandai dengan suhu tubuh diatas
36,50C
3. Intoleransi aktivitas b.d menurunnya tingkat kesadaran ditandai dengan nilai ROM       
kurang dari 5 setiap ekstremitas
Masalah
C.     Data Etiologi Diagnosa keperawatan
keperawatan
Ds: mengatakan
sakit kepala,
Do: nyeri A/I Nyeri b.d meningkatnya TIK
diatas 0 ditandai dengan sakit kepala
Pernafasan: dengan skala nyeri A/I diatas 0,
Nyeri Meningkatnya TIK
lebih dari pernafasan lebih dari 24x/ menit,
24x/menit denyut nadi lebih dari
Denyut nadi 100x/menit.
lebih dari 100x/
menit
Ds :demam Inflamasi akibat Hipertermi b.d inflamasi akibat
Do : suhu tubuh Hipertermi bakteri, virus, dari mikroorganisme ditandai
di atas 36,50C jamur dll. dengan suhu tubuh diatas 36,50C
Ds : kelemahan Intoleransi aktivitas b.d
Do : nilai ROM Intoleransi Menurunnya menurunnya tingkat kesadaran
di bawah 5 aktivitas tingkat kesadaran ditandai dengan nilai ROM
setiap ektremitas kurang dari 5 setiap ekstremitas

D.    INTERVENSI DAN RASIONAL


Masalah keperawatan :
 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan secret pada saluran
napas.
 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
 Kekurangan volume cairan behubungan dengan diaphoresis
 Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penyumbatan aliran darah
 Nyeri akut berhubungan proses infeksi
 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kejang
 Resiko infeksi berhubungan daya tahan tubuh berkurang
 Nyeri berhubungan dengan  peradagan pada selaput otak
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengn penurunan
intake makanan ditandai dengan mual dan muntah
 Resiko injuri berhubungan dengan kejang otot berhubungan dengan gangguan daya ingat
 Hipertermia berhubungan dengan infeksi cairan  serebrospinal
 Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya mikroorganisme
 Kurang perawatan diri ADL berhubungan dengan penurunan kesadaran
 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik dan perubahan
sirkulasi
 Penurunan integritas kulit berhubungan dengan pendarahan didalam ditandai dengan
petechiae pada kulit dan membrane mukosa
 Resiko ketidajefektufan perfusi jaringan otak
 Intolenransi aktvitas ditandai dengan leher kaku
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret pada saluran
nafas ditandai dengan penurunan reflek batuk.
 Gangguan persepsi berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan

Intervensi (rencana asuhan keperawatan)

No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan - Tanda-tanda vital dalam - Buka jalan nafas, gunakan
pola napas rentang normal. teknik chin lift atau jaw thrust.
berhubungan -   Suara napas jernih, klien tidak
- Posisikan pasien untuk
dengan penurunan merasa tercekik, irama nafas memaksimalkan ventilasi.
tingkat kesadaran yang bagus, dan frekuensi -  Lakukan fisioterapi dada, dan
pernafasan dalam rentang
keluarkan sekret dengan batuk
normal. atau suction
- Mendemostrasikan batuk
-  Auskultasi suara nafas, catat
efektif, dan tidak adanya stidor,
adanya suara tambahan.
sianosis, pucat. -  Lakukan suction pada mayo.
-  Berikan bronkodilator bila
perlu dan berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab.
- Atur intake untuk
mengoptimalkan cairan.
- Monitor respirasi dan starus O2
( Oxygen Therapy ).
- Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea.
- Pertahankan jalan nafas yang
paten.
2. Ketidakefektifan - Lakukan fisioterapi dada, dan - Pastikan kebutuhan
bersihan jalan keluarkan sekret dengan batuk oral/tracheal suctioning.
napas atau suction. - Auskultasi suara nafas sebelum
berhubungan - Mendemostrasikan batuk dan sesudah suctioning.
dengan efektif dan suara nafas yang - Berikan O2 dengan
penumpukan secret bersih, tidak ada sianosis dan menggunakan nasal untuk
pada saluran dyspneu (mampu mengeluarkan memfasilitasi suction
napas. sputum, mampu bernafas dengan nasotrakeal.
mudah, tidak pursed lips). - Monitor status oksigen pasien,
- Mampu mengindentifikasi dan dan ajarkan keluarga pasien
mencegah faktor yang dapat bagaimana cara melakukan
menghambat jalan nafas. suction.
- Buka jalan nafas, gunakan
teknik chinlift atau jaw thrust.
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi,
lakukan fisioterapi dada bila
perlu.
- Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan.
3. Hipertermia Hasil yang diharapkan dalam Monitor suhu sesering mungkin.
berhubungan 1x24 jam : -  Monitor warna dan suhu kulit.
proses infeksi - Suhu tubuh, nadi, respiratory - Monitor tekanan darah, nadi,
rate dalam rentang normal. RR, GCS, WBC, Hb, dan Hct.
- Tidak ada perubahan warna - Monitor intake dan output.
kulit dan tidak ada pusing. - Tingkatkan sirkulasi udara,
Kompers pasien pada lipat paha
dan aksila, lakukan tapid sponge,
dan kolaborasi pemberian cairan
intravena.
4. Kekurangan Hasil yang diharapkan dalam - Kolaborasikan pemberian
volume cairan
3x24 jam: cairan IV.
berhubungan -Mempertahankan urine output - Pertahankan catatan intake dan
dengan sesuai dengan usia dan BB. BJ output yang akurat, tawarkan
diaphoresis. urine normal, HT normal. snack (jus buah dan buah segar),
- Tekanan darah, suhu tubuh, dorong keluarga untuk
dalam batas normal. membantu pasien makan, atur
- Tidak ada tanda-tanda kemungkinan transfusi.
dehidrasi. - Monitor status hidrasi, ttv,
- Elastisitas turgor kulit baik, monitor masukan nutrisi dan
membran mukosa lembab, tidak intake kalori harian.
ada rasa haus berlebihan.
5. Resiko Hasil yang diharapkan dalam - Monitor adanya daerah tertentu
Ketidakefektifan 3x24 jam: yang hanya peka terhadap
perfusi jar. Otak Mendemonstrasikan kemampuan panas / dingin / tajam / tumpul.
berhubungan kognitif ditandai dengan : - Monitor adanya paretese.
dengan - Berkomunikasi dengan jelas - Instruksikan keluarga untuk
penyumbatan dan sesuai dengan kemampuan. mengobservasi kulit.
aliran darah. - Menunjukan perhatian - Gunakan sarung tangan untuk
konsentari dan orientasi. proteksi.
- Memproses infomasi, membuat - Batasi gerekan pada kepala,
keputusan dengan benar. leher dan puggung.
Menunjukkan fungsi sensori - Monitor kemampuan BAB,
motori cranial yang utuh : kolaborasi pemberian analgetik,
-tingkat kesadaran membaik, Monitor adanya tromboplebitis,
tidak ada gerakan-gerakan diskusikan mengenai penyebab
involunter. perubahan sensasi.
Mendemonstrasikan status - Batasi gerekan pada kepala,
sirkulasi yang ditandai dengan : leher dan puggung.
- Tekanan systole dan diastole - Kolaborasi pemberian analgetik
dalam rentang yang diharapkan.
- Tidak ada ortostatikhipertensi.
- Tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15mmHg).
Mendemonstrasikan kemampuan
kognitif ditandai dengan :
- Berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan kemampuan.
- Menunjukan perhatian
konsentari dan orientasi.
- Memproses infomasi, membuat
keputusan dengan benar.
Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
-Tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-gerakan
involunter.
6. Nyeri akut Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Lakukan pengkajian secara
berhubungan jam: komprehensif termasuk lokasi,
dengan proses - Mampu mengontrol nyeri ( tahu karakteristik, durasi, frekuensi,
infeksi penyebab nyeri, mampu kualitas, dan faktor presipitasi.
menggunakan teknik
- Observasi reaksi nonverbal dari
nonfarmakologi untuk
ketidaknyamanan.
mengurangi nyeri ). - Gunakan komunnikasi
- Melaporkan bahwa nyeri teraupeutik untuk mengetahui
berkurang dengan menggunakan pengalaman nyeri pasien.
manajemen nyeri. - Kaji kultur yang mempengaruhi
- Menyatakan rasanyaman respon nyeri.
setelah nyeri berkurang. - Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau, evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol
nyeri di masa lampau.
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
7. Hambatan Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Monitoring vital sign
mobilitas fisik jam: sebelum/sesudah latihan dan
berhubungan - Klien menigkat dalam aktivitas lihat respon klien saat latihan.
dengan kerusakan fisik. - Kolaborasi dan konsultasikan
neuromuskuler - Mengerti tujuan dari dengan terapi fisik tentang
peningkatan mobilitas. rencana ambulasi sesuai dengan
- Memverbalisasikan perasaan kebutuhan.
dalam meningkatkan kekuatan - Bantu klien untuk
dan kemampuan berpindah. menggunakan tongkat saat
- Memperagakan pengguunaan berjalan dan cegah terhadap
alat dan membantu untuk cedera.
mobilisasi. - Ajarkan pasien tentang teknik
ambulasi.
- Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi.
- Latihan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan.
- Dampingi dan bantu penuhi
kebutuhan pasien saat mobilisasi
dalam kebutuhan ADLs ps.
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
- Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
8. Resiko cidera Hasil yang diharapkan dalam - Sediakan lingkungan yang
berbanding kejang 3x24 jam: aman untuk pasien.
- Klien terbebas dari cedera, - Identifikasi kebutuhan
mampu menjelaskan cara untuk keamanan pasien, sesuai dengan
mencegah cedera. kondisi fisik dan fungsi kognitif
- Klien mampu menjelaskan pasien dan riwayat penyakit
factor resiko dari lingkungan terdahulu pasien.
perilaku personal. - Menghindarkan lingkungan
- Mampu memodifikasi gaya yang berbahaya ( misalnya
hidup untuk mencegah injury memindahkan perabotan )
- Menggunakan fasilitas - Memasang side rail tempat
kesehatan yang ada. tidur, menyediakan tempat tidur
- Mampu mengenali perubahan yang nyaman dan bersih.
status kesehatan. - Mengontrol lingkungan dari
kebisingan, memindahkan
barang-barang yang dapat
membahayakan.
- Berikan penjelasan pada pasien
dan kelua rga atau pengujung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
9. Resiko infeksi Hal yang perlu diperhatikan - Bersihkan lingkungan setelah
berhubungan dalam 3x24 jam: dipakai pasien lain.
dengan penyebaran - Klien bebas dari tanda dan - Pertahankan teknik isolasi
patogen di vaskular gejala infeksi. - Instruksikan pada pengunjung
- Mendeskripsikan proses mencuci tangan sebelum dan
penularan penyakit, faktor yang setelah mengunjungi klien.
mempengaruhi penularan serta - Gunakan sabun antimikrobia
penatalaksanannya. untuk mencuci tangan, cuci
- Menunjukkan kemampuan tangan setiap sebelum dan
untuk mencegah timbulya sesudah tindakan perawatan.
infeksi. - Pertahankan lingkungan aseptik
- Jumlah leukosit dalam jumblah selama pemasangan alat.
normal - Tingkatkan intake nutrisi, diet
- Menunjukan perilaku hidup TKTP
sehat - Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal,
monitor kerentanan terhadap
infeksi.
- Batasi pengunjung.
- Kolaborasi dengan penggunaan
anti-biotik
10. Hypertermia b.d. Menjaga keseimbangan nutrisi - Monitor Intake dan Output
Infeksi Cairan pasien. - Monitor WBC, Hb dan HCT
Serebrospinal -Monitor suhu klien. - Monitor Suhu minimal tiap 2
Jam
- Selimuti pasien
- Tingkatkan Sirkulasi Udara
- Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil.
- Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila pasien.
11. Resiko penyebaran - Mencegah penularan infeksi. - Batasi pengunjung
infeksi - Mempertahankan sikap - Instruksikan pada pengunjung
berhubungan sterilisasi untuk mencuci tangan saat
dengan adanya berkunjung dan setelah
mikroorganisme berkunjung meninggalkan
pasien.
- Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
- Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik,
antiviral, antifungal bila
diperlukan
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Pertahankan teknik isolasi
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Laporkan kultur positif 
12. Resiko perfusi Kriteria hasil dalam 3x24 jam: - Anjurkan klien berbaring -Mencegah nyer
jaringan otak b.d Tingkat kesadaran meningkat minimal 4-6 jam setelah lumbal kepala yan
peradangan dan menjadi sadar, disorientasi pungsi. menyertai perubaha
edema pada otak negative, konsentrasi baik, - Monitor tanda-tanda tekanan intracranial
dan selaput otak. perfusi jaringan dan oksigenassi peningkatan tekanan intracranial - Mendeteksi tanda
baik, TTV dalam batas normal, selama perjalanan penyakit (nadi tanda syok.
dan syok dapat dihindari. Setelah lambat, TD meningkat, - Perubahan
diberikan tindakan keperawatan kesadaran menurun, nafas perubahan in
selama 3x24 jam intervensi ireguler, refleks pupil menurun, manandakan ad
perfusi jaringa otak meningkat. kelemahan). perubahan tekana
- Monitor TTV dan neurologis intracranial da
tiap 5-30 menit. Catat dan penting untu
laporkan segera perubahan- intervensi awal.
perubahan tekanan intra-cranial - Mencega
ke dokter. peningkatan tekana
- Hindari posisi tungkai ditekuk intracranial.
atau gerakan-gerakan klien, - Mengurang
anjurkan untuk tirah baring. tekanan intracranial
- Tinggikan sedikit kepala klien - Mencega
dengan hati-hati, cegah gerakan keregangan oto
yang tiba-tiba dan tidak perlu yang dapa
dari kepala dan leher, hindari menimbulkan
fleksi leher. peningkatan tekana
- Bantu seluruh aktivitas dan intracranial.
gerakan-gerakan klien. Anjurkan - Mencegah eksitas
klien untuk menghembuskan yang merangsan
nafas dalam bila miring dan otak yang suda
bergerak ditempat tidur. Cegah iritasi dan dapa
posisi fleksi pada lutut. menimbulkan
- Sesuaikan dan atur waktu kejang.
prosedur perawatan dengan - Mengurang
periode reelaxsasi; hidari disorientasi da
rangsangan lingkungan yang untuk klarifikas
tidak perlu. persefsi sensori
- Beri penjelasan kepada klien yang terganggu
tentang keadaa n lingkungan. - Untuk merujuk k
- Evaluasi selama masa rehabilitasi
penyembuhan terhadap menurunkan tekana
gangguan motorik, sensorik dan intracranial
intelektual.
- Kolaborasi pemberian steroid
osmotic
13. Gangguan Persepsi - Mengembalikan kesadaran - Deskripsikan lingkungan
berhubungan klien secara penuh. disekitar pasien
dengan penurunan - Memperbaiki atau - Jangan memindahkan sesuatu
ketajaman mempengaruhi persepsi pasien di ruangan pasien tanpa memberi
penglihatan untuk memberikan motivasi informasi pada pasien
ingin sembuh. - Informasikan letak benda-
benda yang sering diperlukan
pasien
- Ciptakan lingkungan yang
aman bagi pasien
- Pindahkan benda-benda
berbahaya dari lingkungan
pasien
- Pasang side rail
- Sediakan tempat tidur yang
rendah
- Tempatkan benda -benda pada
tempat yang dapat dijangkau
pasien
- Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
- Memberi penerangan yang
cukup.
14. Penurunan - Anjurkan pasien untuk
integritas kulit menggunakan pakaian yang
berhubungan longgar
dengan - Jaga kebersihan kulit agar tetap
pendarahan bersih dan kering
didalam ditandai - Anjurkan pasien supaya tidak
dengan petechiae mengggaruk bagian kulit yang
pada kulit dan terdapat petechiae
membrane mukosa - Monitor warna kulit pasien
- Monitor suhu kulit pasien
- Catat perubahan kulit atau
membran mukosa
- Instruksikan anggota keluarga /
pemberi perawatan tentang
tanda-tanda dari kerusakan kulit
15. Ketidakseimbanga Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Kaji adanya alergi makanan.
n nutrisi kurang jam : - Kolaborasi dengan ahli gizi
dari kebutuhan - Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah kalori
tubuh badansesuai dengan tujuan. dan nutrisi yang dibutuhkan
berhubungan - Berat badan ideal dan tinggi pasien.
dengn penurunan badan ideal. - Anjurkan pasien untuk
intake makanan - Tidak ada tanda malnutrisi. meningkatkan intake Fe.
ditandai dengan - Tidak terjadi penurunan berat - Anjurkan pasien untuk
mual dan muntah badan yang berarti. meningkatkan protein dan
- Menunjukkan peningkatan vitamin C, berikan substansi
fungsi pengecapan dari menelan. gula, Yakinkan diet yang
dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi.
16. Resiko cidera Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Sediakan lingkungan yang
berhubungan jam : aman untuk pasien.
dengan kejang otot. - Klien terbebas dari cedera dan - Identifikasi kebutuhan
mampu menjelaskan untuk keamanan pasien sesuai dengan
mencegah cedera. kondisi fisik.
- Mampu memodifikasi gaya - Memasang side rail tempat
hidup untuk mencegah injury. tidur.
- Mampu mengenali perubahan - Menghindarkan lingkungan
status kesehatan yang berbahaya
- Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih.
- Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
17. Intoleransi Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Kolaborasi dengan tenaga
aktivitas ditandai jam : Rehabilitasi Medik dalam
dengan leher kaku - Berpartisipasi dalam aktivitas merencanakan program terapi
fisik tanpa disertai peningkatan yang tepat.
tekanan darah, nadi dan RR. - Bantu untuk memilih aktivitas
- Mampu melakukan aktivitas konsisten yang sesuai dengan
sehari-hari secara mandiri kemampuan fisik psikologo dan
- TTV normal, sirkulasi status sosial.
baik, dan status respirasi : - Bantu untuk mengidentifikasi
pertukaran gas dan ventilasi aktivitas yang disukai.
adekuat. - Bantu Klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang.
- Bantu untuk mendapatkan alat
bantu.
- Bantu pasien unutk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan.
- Monitor respon fisik, emosi,
sosial,dan spiritual
18. Kurang perawatan Hasil yang diharapkan dalam - Latihan ROM rasinalnya
diri ADL b.d 3x24 jam : membantu pergerakandan batas
penurunan - Menjaga atau meningkatkan fungsi dari sendi dan ekstremitas.
keasadaran kekuatan dan fungsi bagian - Ganti posisi setiap 2 jam
ditandai dengan tubuh yang dipengaruhi. ( supine, side lying ) dan
nilai - Mendapatkan kembali atau kemungkinan lebih sering jika
mejaga posisi optimal dari ditempatkan di sisi yang terkena.
fungsi, yang telah ditandai Rasionalnya menurunkan resiko
dengan ketidakadaan kontraktur iskemia jaringan dan injuri,
atau footdroop. bagian yang terkena memiliki
- Menjagaintegritas kulit dan sirkulasi yang lebih buruk.
fungsi perkemihan dan
pencernaan.
19. Gangguan - Monitoring vital sign sebelum - mempertahanka
mobilitas fisik atau sesudah latihan dan lihat mobilisasi da
berhubungan respon pasien saat latihan fungsi norma
dengan penurunan - Konsultasikan dengan terapi ekstremitas
kesadaran fisik tentang rencana ambulasi - meningkatka
sesuai dengan kebutuhan sirkulasi, elastisita
- Bantu klien untuk kulit
menggunakan tongkat saat - menyeimbangka
berjalan dan cegah terhadap tekanan jaringan
cedera memperlancar
- Kaji kemampuan pasien dalam sirkulasi
mobilisasi - tanda vita
- Dampingi dan bantu pasien saat merupakan acua
mobilisasi dan bantu pemenuhan untuk mengetahu
kebutuhan adl keadaan umum
- Ajarkan pasien bagaimana pasien.
merubah posisi dan berikan - untuk melati
bantuan jika di perlukan pergerakan anggot
- Berikan perawatan kulit, tubuh
masase  dengan pelembab - untuk menghindar
- Berikan matras udara atau air , resiko jatuh
perhatikan kesejajaran tubuh - untuk mengetahu
secara fungsional sejauh man
- Berikan program latihan dan kemmampuan
penggunaan alat mobilisasi pasien dalam
melakukan
pergerakan
- membantu dalam
mengantisipasi ata
merencanakan
pemenuhan
kebutuhan secar
individual
- mencega
terjadinya kerusaka
integritas kulit (luk
tekan)
20. Resiko kerusakan Hal yang diharapkan dalam 3x24          Anjurkan pasien untuk
integritas kulit jam : menggunakan pakaian longgar.
berhubungan          Tidak ada luka / lesi pada kulit.         Mobilisasi pasien (ubah posisi
dengan imobilisasi
         Integritas kulit yang baik bisa pasien) setiap dua jam sekali.
fisik dan dipertahankan.          Jaga kebersihan kulit agar tetsp
perubahan          Perfusi jaringan baik. bersih dan kering.
sirkulasi          Mampu melindungi kulit dan          Monitor aktivitas dan mobilisasi
mempertahankan kelembaban pasien dan nutrisi pasien.
kulit dan perawatan alami.          Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat.
21. Nyeri berhubungan Hal yang diharapkan dalam 3x24 - Lakukan pengkajian nyeri
dengan jam : secara komprehensif, kaji kultur
peradangan pada - Menyatakan rasa nyaman yang mempengaruhi respon
selaput otak. setelah nyeri berkurang. nyeri.
- Mampu mengontrol nyeri (tahu - Evaluasi pengalaman nyeri
penyebab nyeri, mampu masa lampau, dan evaluasi
menggunakan teknik bersama pasien dan tim
nonfarmakologi untuk kesehatan lain tentang
mengurangi nyeri, mencari ketidakefektifan kontrol nyeri
bantuan). masa lampau.
- Mampu mengenali nyeri - Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
yang tidak berhasil
- Cek instruksi dokter dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi dan pilih analgesik
yang diperlukan dan evaluasi
efektifitas analgesik, tanda dan
gejala.
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri.

Intervensi (rencana asuhan keperawatan)


  Diagnosis: Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan penumpukan secret Hasil
yang diharapkan dalam 3x24 jam:
            Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
            Suara napas jernih, klien tidak merasa tercekik, irama nafas yang bagus, dan frekuensi
pernafasan dalam rentang normal.
            Mendemostrasikan batuk efektif, dan tidak adanya stidor, sianosis, pucat.
Intervensi :
            Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust.
            Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
            Lakukan fisioterapi dada, dan keluarkan sekret dengan batuk atau suction
            Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
            Lakukan suction pada mayo.
            Berikan bronkodilator bila perlu dan berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab.
            Atur intake untuk mengoptimalkan cairan.
            Monitor respirasi dan starus O2 ( Oxygen Therapy ).
            Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
            Pertahankan jalan nafas yang paten.
  Diagnosis: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
secret pada saluran napas.
Hasil yang dihaarapkan 3x24 jam:
            Lakukan fisioterapi dada, dan keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
           Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak pursed lips).
           Mampu mengindentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas.
Intervensi
            Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
            Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
                Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal.
           Monitor status oksigen pasien, dan ajarkan keluarga pasien bagaimana cara melakukan
suction.
            Buka jalan nafas, gunakan teknik chinlift atau jaw thrust.
           Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, lakukan fisioterapi dada bila perlu.
            Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
  Diagnosis : Hipertermia berhubungan proses infeksi
Hasil yang diharapkan dalam 1x24 jam :
            Suhu tubuh, nadi, respiratory rate dalam rentang normal.
            Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
Intervensi
              Monitor suhu sesering mungkin.
              Monitor IWL.
              Monitor warna dan suhu kulit.
              Monitor tekanan darah, nadi, RR, GCS, WBC, Hb, dan HCT.
              Monitor intake dan output.
              Tingkatkan sirkulasi udara, Kompers pasien pada lipat paha dan aksila, lakukan tapid
sponge, dan kolaborasi pemberian cairan intravena.
  Diagnosis : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diaphoresis.
Hasil yang diharapkan dalam 3x24 jam:
           Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB. Berat Jenis urine normal dan Ht
normal.
                Tekanan darah, suhu tubuh, dalam batas normal.
                Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
                Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus berlebihan.
Intervensi :
                Kolaborasikan pemberian cairan IV.
                Pertahankan catatan input dan output yang akurat, tawarkan snack (jus buah dan buah
segar), Dorong keluarga untuk membantu pasien makan, atur kemungkinan transfusi.
                Monitor status hidrasi, TTV, monitor masukan nutrisi dan intake kalori harian.
  Diagnosis: Resiko Ketidakefektifan perfusi jar. Otak berhubungan dengan
penyumbatan aliran darah.
Hasil yang diharapkan dalam 3x24 jam: Mendemonstrasikan kemampuan kognitif
ditandai dengan :
                Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
                Menunjukan perhatian konsentari dan orientasi.
                Memproses infomasi, membuat keputusan dengan benar.
Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh :
                tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter.
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
                Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan.
                Tidak ada ortostatikhipertensi.
                Tidak ada tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15mmHg).
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif ditandai dengan :
                Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
                Menunjukan perhatian konsentari dan orientasi.
                Memproses infomasi, membuat keputusan dengan benar.
Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh :
                Tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter.
Intervensi :
                Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas / dingin / tajam / tumpul.
                Monitor adanya paretese.
                Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit.
                Gunakan sarung tangan untuk proteksi.
                Batasi gerekan pada kepala, leher dan puggung.
                Monitor kemampuan BAB, kolaborasi pemberian analgetik, Monitor adanya tromboplebitis,
diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi.
                Batasi gerekan pada kepala, leher dan puggung.
                Kolaborasi pemberian analgetik
  Diagnosis : Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
Hal yang diharapkan dalam 3x24 jam:
         Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri ).
         Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
         Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervesi :
      Lakukan pengkajian secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan faktor presipitasi.
      Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
      Gunakan komunikasi teraupeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
      Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
      Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau, evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri di masa lampau.
      Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
  Diagnosis : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
Hal yang diharapkan dalam 3x24 jam:
      Klien meningkat dalam aktivitas fisik.
      Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas.
      Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah.
      Memperagakan penggunaan alat dan membantu untuk mobilisasi.
Intervensi :
      Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan.
      Kolaborasi dan konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.
      Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera.
      Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi.
      Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
      Latihan pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan.
      Dampingi dan bantu penuhi kebutuhan pasien saat mobilisasi dalam kebutuhan ADLs Pasien.
      Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
      Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.
  Diagnosis : Resiko cidera berbanding kejang
Hasil yang diharapkan dalam 3x24 jam:
      Klien terbebas dari cedera, mampu menjelaskan cara untuk mencegah cedera.
      Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan perilaku personal.
      Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
      Mennggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
      Mampu mengenali perubahan status kesehatan.
Intervensi :
      Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
      Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif
pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien.
      Menghindarkan lingkungan yang berbahaya ( misalnya memindahkan perabotan )
      Memasang side rail tempat tidur, menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
      Mengontrol lingkungan dari kebisingan, memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan.
      Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
  Diagnosis : Resiko infeksi berhubungan dengan penyebaran patogen di vaskular
Hal yang perlu diperhatikan dalam 3x24 jam:
      Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
      Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanannya.
      Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
      Jumlah leukosit dalam jumlah normal.
      Menunjukan perilaku hidup sehat.
Intervensi :
      Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
      Pertahankan teknik isolasi
      Instruksikan pada pengunjung mencuci tangan sebelum dan setelah mengunjungi klien.
      Gunakan sabun antimikrobia untuk mencuci tangan, cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan perawatan.
      Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.
      Tingkatkan intake nutrisi, diet TKTP
      Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal, monitor kerentanan terhadap infeksi.
      Batasi pengunjung.
      Kolaborasi dengan penggunaan anti-biotik
  Diagnosis : Hypertermia b.d. Infeksi Cairan Serebrospinal
Intervensi:
      Monitor Intake dan Output.
      Monitor WBC, Hb dan Ht.
      Monitor Suhu minimal tiap 2 Jam.
      Selimuti pasien.
      Tingkatkan Sirkulasi Udara.
      Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil.
      Kompres pasien pada lipat paha dan aksila pasien.
  Diagnosa : Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya mikroorganisme
      Batasi pengunjung.
      Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien.
      Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan.
      Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.
      Tingkatkan intake nutrisi.
      Berikan terapi antibiotik, antiviral, antifungal bila diperlukan.
      Monitor hitung granulosit, WBC.
      Pertahankan teknik isolasi.
      Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
      Laporkan kultur positif.
  Diagnosa : Resiko perfusi jaringan otak b.d peradangan dan edema pada otak dan
selaput otak.
Kriteria hasil dalam 3x24 jam:
Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar, disorientasi negative, konsentrasi baik,
perfusi jaringan dan oksigenasi baik, TTV dalam batas normal, dan syok dapat dihindari.
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam intervensi perfusi jaringa otak
meningkat.
Intervensi :
           Anjurkan klien berbaring minimal 4-6 jam setelah lumbal pungsi.
           Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial selama perjalanan penyakit (nadi
lambat, TD meningkat, kesadaran menurun, nafas ireguler, refleks pupil menurun,
kelemahan).
           Monitor TTV dan neurologis tiap 5-30 menit. Catat dan laporkan segera perubahan-
perubahan tekanan intra-cranial ke dokter.
           Hindari posisi tungkai ditekuk atau gerakan-gerakan klien, anjurkan untuk tirah baring.
           Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati-hati, cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak perlu
dari kepala dan leher, hindari fleksi leher.
           Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan klien. Anjurkan klien untuk menghembuskan
nafas dalam bila miring dan bergerak ditempat tidur. Cegah posisi fleksi pada lutut.
           Sesuaikan dan atur waktu prosedur perawatan dengan periode relaksasi; hindari rangsangan
lingkungan yang tidak perlu.
           Beri penjelasan kepada klien tentang keadaan lingkungan.
           Evaluasi selama masa penyembuhan terhadap gangguan motorik, sensorik dan intelektual.
           Kolaborasi pemberian steroid osmotik.
Rasional :
           Mencegah nyeri kepala yang menyertai perubahan tekanan intrakranial.
           Mendeteksi tanda-tanda syok.
           Perubahan-perubahan ini manandakan ada perubahan tekanan intrakranial dan penting untuk
intervensi awal.
           Mencegah peningkatan tekanan intrakranial.
           Mengurangi tekanan intrakranial.
           Mencegah keregangan otot yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial.
           Mencegah eksitasi yang merangsang otak yang sudah iritasi dan dapat menimbulkan kejang.
           Mengurangi disorientasi dan untuk klarifikasi persepsi sensorik yang terganggu.
           Untuk merujuk ke rehabilitasi menurunkan tekanan intrakranial.
  Diagnosa : Gangguan Persepsi berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
           Deskripsikan lingkungan di sekitar pasien.
           Jangan memindahkan sesuatu di ruangan pasien tanpa memberi informasi pada pasien.
           Informasikan letak benda-benda yang sering diperlukan pasien.
           Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.
           Pindahkan benda-benda berbahaya dari lingkungan pasien.
           Pasang side rail
           Sediakan tempat tidur yang rendah.
           Tempatkan benda -benda pada tempat yang dapat dijangkau pasien.
           Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
           Memberi penerangan yang cukup.
  Diagnosa :Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret  pada saluran nafas ditandai dengan penurunan refleks batuk.
Intervensi :
           Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air
hangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makan.
           Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan
cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan
distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
           Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmatik dan batuk.
Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk menghasilkan sekresi tanpa
menyebabkan sesak napas dan keletihan.
           Berikan humidifikasi tambahan, mis: Nebuliser ultranik, humidifier aerosol ruangan.
Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan dapat membantu
menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
           Bantu pengobatan pernapasan, mis: fisioterapi dada.
 Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekresi/kental dan
memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.
            Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada dokter dengan segera:
peningkatan sputum, perubahan dalam warna sputum, peningkatan kekentalan sputum,
peningkatan napas pendek, rasa sesak di dada, keletihan, peningkatan batuk. Infeksi
pernapasan minor yang tidak memberikan konsekuensi pada individu dengan paru-paru yang
normal dapat menyebabkan gangguan fatal. Pengenalan diri sangat penting.
           Berikan antibiotik sesuai resep dokter. Antibiotik untuk mencegah atau mengatasi infeksi.
  Diagnosa keperawatan : Penurunan integritas kulit berhubungan dengan pendarahan
didalam ditandai dengan petechiae pada kulit dan membrane mukosa
Intervensi Keperawatan :
           Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
           Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
           Anjurkan pasien supaya tidak mengggaruk bagian kulit yang terdapat petechiae.
           Monitor warna kulit pasien.
           Monitor suhu kulit pasien.
           Catat perubahan kulit atau membran mukosa.
           Instruksikan anggota keluarga / pemberi perawatan tentang tanda-tanda dari kerusakan kulit.
  Diagnosa :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengn penurunan intake makanan ditandai dengan mual dan muntah
Hal yang diharapkan dalam 3x24 jam :
           Adanya peningkatan berat badansesuai dengan tujuan.
           Berat badan ideal dan tinggi badan ideal.
           Tidak ada tanda malnutrisi.
           Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
           Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
Intrervensi :
                Kaji adanya alergi makanan.
                Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
                Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
                Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, berikan substansi gula,
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
                Ajarkan pasien untuk bagaimana membuat catatan makanan harian.
  Diagnosa : Resiko cidera berhubungan dengan kejang otot.
Hal yang diharapkan dalam 3x24 jam :
                Klien terbebas dari cedera dan mampu menjelaskan untuk mencegah cedera.
                Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury.
                Mampu mengenali perubahan status kesehatan.
Intervensi :
                Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
                Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik.
                Memasang side rail tempat tidur.
                Menghindarkan lingkungan yang berbahaya.
                Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
                Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
  Diagnosa : Intoleransi aktivitas ditandai dengan leher kaku
Hal yang diharapkan dalam 3x24 jam :
                Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
                Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
                TTV normal, sirkulasi status baik, dan status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
Intervensi :
                    Kolaborasi dengan tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang
tepat.
                    Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik psikologi dan
sosial.
                    Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.
                    Bantu Klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
                    Bantu untuk mendapatkan alat bantu.
                    Bantu pasien unutk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
                    Monitor respon fisik, emosi, sosial,dan spiritual.
  Diagnosa : Kurang perawatan diri ADL b.d penurunan keasadaran ditandai dengan
nilai
Hasil yang diharapkan dalam 3x24 jam :
                Menjaga atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang dipengaruhi.
                Mendapatkan kembali atau mejaga posisi optimal dari fungsi, yang telah ditandai dengan
ketidakadaan kontraktur atau footdroop.
                Menjaga integritas kulit dan fungsi perkemihan dan pencernaan.
Intervensi :
                Latihan ROM rasinalnya membantu pergerakandan batas fungsi dari sendi dan ekstremitas.
                Ganti posisi setiap 2 jam (supine, side lying) dan kemungkinan lebih sering jika ditempatkan
di sisi yang terkena. Rasionalnya menurunkan resiko iskemia jaringan dan injuri, bagian yang
terkena memiliki sirkulasi yang lebih buruk.
  Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran
Intervensi :
                Monitoring TTV sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
                Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan.
                Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera.
                Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
                Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhan ADL.
                Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika di perlukan.
                Berikan perawatan kulit, masase  dengan pelembab.
                Berikan matras udara atau air dan perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional.
                Berikan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi.
Rasional :
    Mempertahankan mobilisasi dan fungsi normal ekstremitas.
    Meningkatkan sirkulasi elastisitas kulit.
o      Menyeimbangkan tekanan jaringan , memperlancar sirkulasi.
o      Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
o      Untuk melatih pergerakan anggota tubuh.
o      Untuk menghindari resiko jatuh.
o      Untuk mempengaruhi sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan.
o      Membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
o      Mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit (luka tekan).
  Diagnosa : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik dan
perubahan sirkulasi
Hal yang diharapkan dalam 3x24 jam :
                Tidak ada luka / lesi pada kulit.
                Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
                Perfusi jaringan baik.
                Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
Intervensi :
                Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar.
                Positioning setiap dua jam sekali.
                Jaga kebersihan kulit agar tetsp bersih dan kering.
                Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien dan nutrisi pasien.
                Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
  Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan peradangan pada selaput otak.
Hal yang diharapkan dalam 3x24 jam :
                Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
                Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
                Mampu mengenali nyeri.
Intervensi :
                Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri.
                Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau, dan evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau.
                Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil
                Cek instruksi dokter dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi dan pilih analgesik yang
diperlukan dan evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala.
                Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri.

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN

Meningitis atau radang otak disebabkan oleh infeksi disekitar otot,dan saraf tulang yang
disebabkan oleh virus yang masuk melalui peredaran darah dan cairan otak.Banyak bakteri
yang mengakibatkan serangan meningitis,diantaranya adalah stretococcur pneumonia dan
masih banyak lagi virus-virus yang menyebabkan meningitis.

REFERENSI
"Meningitis." N.p., 12 July 2014. Web. 28 Jan. 2016.
<http://umm.edu/health/medical/ency/articles/meningitis>.
"Meningitis in Adult." N.p., 18 Dec. 2015. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_adults/page10_em.htm>.
"Bacterial Meningitis in Aging Adults." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://cid.oxfordjournals.org/content/33/8/1380.full>.
"Kids Health Meningitis." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Meningitis/>.
"Meningitis in Children." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<https://www.urmc.rochester.edu/Encyclopedia/Content.aspx?
ContentTypeID=90&ContentID=P02528>.
"Bacterial Meningitis." Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease
Control and Prevention, 01 Apr. 2014. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.html>.
"Meningitis and Encephalitis Fact Sheet." Meningitis and Encephalitis Fact Sheet. N.p., 30
Apr. 2015. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.ninds.nih.gov/disorders/encephalitis_meningitis/detail_encephalitis_meningitis.
htm>.
"Meningitis." University of Maryland Medical Center. N.p., 23 Mar. 2015. Web. 28 Jan.
2016. <http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/meningitis>.
Chronic Meningitis. (1999). Retrieved March 19, 2016, from
http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/website/tritzid/chronmen.htm
University Health Services. (n.d.). Retrieved March 19, 2016, from
http://www.nicholls.edu/health/forms-and-more-information/facts-about-meningitis/
Meningitis. (n.d.). Retrieved March 18, 2016, from
http://umm.edu/health/medical/ency/articles/meningitis
Viral Meningitis. (2014). Retrieved March 18, 2016, from
http://www.cdc.gov/meningitis/viral.html
Fungal Meningitis. (2014). Retrieved March 18, 2016, from
http://www.cdc.gov/meningitis/fungal.html
Tuberculous Meningitis: A Report of 60 Adult Cases | The University of the West Indies at
Mona, Jamaica. (n.d.). Retrieved March 19, 2016, from
https://www.mona.uwi.edu/fms/wimj/tuberculous-meningitis-report-60-adult-cases
Ross and Wilson. 2011. Dasar-dasarAnatomidanFisiologi. Jakarta: Elsevier.Joyce M. Black,
PhD, RN, CPSN, CWCN, FAPWCA, Jane Hokanson Hawks,. (n.d).
KeperawatanMedikalBedahbuku 3, 8ed, 500-503. https://www.elsevier-
elibrary.com/pdfreader/keperawatan-medikal-bedah-buku-3-8ed/538-541
"Meningitis." N.p., 12 July 2014. Web. 28 Jan. 2016.
<http://umm.edu/health/medical/ency/articles/meningitis>.
"Meningitis in Adult." N.p., 18 Dec. 2015. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_adults/page10_em.htm>.
"Bacterial Meningitis in Aging Adults." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://cid.oxfordjournals.org/content/33/8/1380.full>.
"Kids Health Meningitis." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Meningitis/>.
"Meningitis in Children." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<https://www.urmc.rochester.edu/Encyclopedia/Content.aspx?
ContentTypeID=90&ContentID=P02528>.
"Bacterial Meningitis." Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease
Control and Prevention, 01 Apr. 2014. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.html>.
"Meningitis and Encephalitis Fact Sheet." Meningitis and Encephalitis Fact Sheet. N.p., 30
Apr. 2015. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.ninds.nih.gov/disorders/encephalitis_meningitis/detail_encephalitis_meningitis.
htm>.
"Meningitis." University of Maryland Medical Center. N.p., 23 Mar. 2015. Web. 28 Jan.
2016. <http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/meningitis>.
Chronic Meningitis. (1999). Retrieved March 19, 2016, from
http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/website/tritzid/chronmen.htm

University Health Services. (n.d.). Retrieved March 19, 2016, from


http://www.nicholls.edu/health/forms-and-more-information/facts-about-meningitis/

Meningitis. (n.d.). Retrieved March 18, 2016, from


http://umm.edu/health/medical/ency/articles/meningitis

Viral Meningitis. (2014). Retrieved March 18, 2016, from


http://www.cdc.gov/meningitis/viral.html

Fungal Meningitis. (2014). Retrieved March 18, 2016, from


http://www.cdc.gov/meningitis/fungal.html

Tuberculous Meningitis: A Report of 60 Adult Cases | The University of the West Indies at
Mona, Jamaica. (n.d.). Retrieved March 19, 2016, from
https://www.mona.uwi.edu/fms/wimj/tuberculous-meningitis-report-60-adult-cases

  Black.M Joyce & Hawks H Jane.(2014) Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 buku
3.Singapura : Elsevier.
  NANDA NIC NOC jilid 3 tahun 2015
  Ross and Wilson. 2011. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Elsevier.
  Black, J. M., & Hawks, J. H. (2008). Keperawatan medikal bedah (8th ed., Vol. 3). Singapore,
Singapore: Elsevier.

  "Meningitis."N.p.,12 July 2014. Web. 28 Jan. 2016.


<http://umm.edu/health/medical/ency/articles/meningitis>.
  "Meningitis in Adult." N.p., 18 Dec. 2015. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_adults/page10_em.htm>.
  "Bacterial Meningitis in Aging Adults." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://cid.oxfordjournals.org/content/33/8/1380.full>.
  "Kids Health Meningitis." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<http://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Meningitis/>.
  "Meningitis in Children." N.p., n.d. Web. 28 Jan. 2016.
<https://www.urmc.rochester.edu/Encyclopedia/Content.aspx?
ContentTypeID=90&ContentID=P02528>.
  "Bacterial Meningitis." Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease
Control and Prevention, 01 Apr. 2014. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.html>.
  "Meningitis and Encephalitis Fact Sheet." Meningitis and Encephalitis Fact Sheet. N.p., 30
Apr. 2015. Web. 16 Feb. 2016.
<http://www.ninds.nih.gov/disorders/encephalitis_meningitis/detail_encephalitis_meningitis.
htm>.
  "Meningitis." University of Maryland Medical Center. N.p., 23 Mar. 2015. Web. 28 Jan. 2016.
<http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/meningitis>.

Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai