Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

Gb prolog halaman 6

Sumber: http://hendronovianto.blogspot.com/2011/08/asam-basa.html

Jenis-jenis asam basa

kurva titrasi halaman 19


a. Kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat
b. Kurva titrasi bas akuat oleh asam kuat

c. Kurva titrasi asam lemaqh oleh basa kuat


d. Kurva titrasi basa lemah oleh asam kuat
Gb prolog halaman 28

Sumber: https://www.cirebonmedia.com
Pembuatan garam dengan air laut

Gambar asam dan basa halaman 37

Sumber: http://www.rumuskimia.net/

Larutan penyangga
Gambar prolog kesetimbangan larutan hal 55

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Larutan

Garam dilarutkan

Gambar prolog sistem koloid halaman 64

Sumber: google/imgae

Tanah humus

Soal Hots
1. Cermatilah data pH dan perubahan warna beberapa indikator berikut.

Indikator Warna Trayek pH


Fenolftalein Tidak berwarna-warna 8,3 – 10,0
Bromkresol hijau Kuning-biru 3,8 - 5,4
Metil merah Merah - kuning 4,4 – 6,2
Tentukanlah perubahan warna ketiga indikator tersebut dalam larutan dengan
pH = 6.5?

2. Zat yang dapat membirukan lakmus merah adalah zat yang bersifat
basa. Artinya garam NaNO2 adalah garam yang larutannya bersifat
basa. Kenapa demikian?

3. Perhatikan data percobaan penambahan sedikit air, sedikit asam dan


sedikit basa pada lima macam larutan berikut ini. 

 
Dari data yang diperoleh pada percobaan di atas, tentukan larutan mana
yang termasuk larutan penyangga!
4. PCl5 dapat terdekomposisi menjadi PCl3 dan Cl2 membentuk reaksi
kesetimbangan
PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)
Jika pada suhu 250°C harga Kp untuk reaksi tersebut adalah 2 dan
PCl5 terdisosiasi sebanyak 10%, tentukan tekanan total sistem!
5. Mengapa koloid mampu menghamburkan cahaya ( efek tyndall)
sedangkan larutan tidak demikian?

Kunci:
1. Konsep yang perlu kalian ingat untuk menjawab soal ini adalah :
Jika misalnya indikator Fenolftalein memiliki trayek pH 8.3 - 10.0
dengan perubahan warna tidak berwarna - merah. Artinya adalah :
a. Jika pH larutan kecil dari 8.3 maka warna indikator berada pada
tidak berwarna.
b. Jika pH larutan besar dafi 10, maka indikator akan menunjukkan
warna merah.
c. Jika pH larutan berada diantara kedua rentang pH indikator maka
warna yang ditunjukkan adalah gabungan dari kedua warna pada trayek
pH nya.
Dengan menggunakan konsep indikator diatas kita akan dengan mudah
menjawab soal ini.
Pada larutan dengan pH = 6,5, maka warna indikator berikut
didalamnya adalah :
a. Fenolftalein = tidak berwarna
b. Bromkesol hijau = biru
c. Metul merah = kuning

2. Pertama yang harus kita tentukan adalah garam jenis garam NaNO2 ini.

NaNO2 ==> Na+ + NO2-


                      |          |
                     OH-     H+
                  NaOH  HNO2
                      |          |
                     BK       AL
Jadi, NaNO2 adalah garam BK-AL

Dalam larutannya garam ini akan mengalami hidrolisis parsial yaitu


komponen AL nya sesuia dengan reaksi berikut :

NO2- + H2O ==> HNO2 + OH-

Dapat kalian lihat bahwa dari reaksi hidrolisis NO2, dihasilkan ion OH-
sehingga jumlahnya akan semakin banyak dalam larutan. Ion ini akan
menyebabkan larutan bersifat basa dan dapat membirukan kertas
lakmus merah.

3. Ciri-ciri larutan penyangga:


- Saat ditambah sedikit air atau sedikit basa atau sedikit asam nilai pH
relatif tetap, jika terjadi perubahan relatif kecil.
Yang paling mendekati adalah larutan Q dan larutan S.
4. Terdisosiasi 10% artinya jumlah mol zat yang terurai atau bereaksi adalah
10% atau 0,1 dari jumlah mol mula-mula.
Misalkan jumlah mol PCl5 mula-mula adalah a, maka yang bereaksi adalah
0,1 a.

Reaksi:
PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)

Jumlah mol-mol gas saat setimbang: 


 

Tekanan parsial masing-masing gas: 

Dari rumus Kp 

Masukkan data 

5. Efek Tyndall terjadi karena partikel koloid yang berupa ion atau molekul
dengan ukuran cukup besar mampu menghamburkan cahaya yang
diterimanya ke segala arah, meskipun partikel koloidnya tidak tampak.
Namun, Efek Tyndall tidak terjadi pada larutan sejati. Hal ini
dikarenakan ukuran partikel zat terlarutnya terlalu kecil sehingga tidak
dapat menghamburkan cahaya.
Istilah Penting

Koloid : suatu campuran heterogen antara dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran
koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium pendispersi) (ukuran partikel 10 - 2.000 Å).
Larutan penyangga : (larutan buffer) larutan yang dapat mempertahankan pH pada kisarannya apabila ada upaya untuk
menaikan atau menurunkan pH, seperti penambahan sedikit asam, basa, ataupun pengenceran.
pH : bilangan yang menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan.
Suspensi : sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata dalam medium pendispersinya
(ukuran partikel lebih besar dari 2.000 Å).
Asam : zat yang bila dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion hidrogen (H + atau
H3O+) sebagai satu-satunya ion positif (Arrhenius).
Basa : zat yang bila dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion-ion hidroksida (OH –)
sebagai satu-satunya ion negatif (Arrhenius).
Derajat ionisasi () : perbandingan antara jumlah zat yang terionisasi dengan jumlah zat mula-mula.
Titrasi : suatu metode atau cara analisis untuk mengukur jumlah pasti dari suatu larutan dengan
mereaksikannya dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya.

Jendela Informasi
Koloid Emulsi

Bagaimana air dan minyak dapat bercampur sehingga membentuk emulsi cair?
Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi
(emulgator) ditambahkan dalam larutan tersebut. Karena kebanyakan emulsi adalah dispersiair
dalam mnyak, dan dispersiminyak dalam air, maka zat pengemulsi yang digunakan harus dapat
larut dengan baik di dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi tersebut adalah senyawa
organic yang memiliki gugus polar dan non-polar. Bagian non-polar akan berinteraksi dengan
minyak/ mengelilingi partikel-partikel minyak, sedangkan bagian yang polar akan berinteraksi
kuat dengan air. Apabila bagian polar ini terionisasi menjadi bermuatan negative, maka pertikel-
partikel minyak juga akan bermuatan negatif. Muatan tersebut akan mengakibatkan pertikel-
partikel minyak saling tolak-menolak dan tidak akan bergabung, sehingga emulsi menjadi stabil.
Contohnya: ada sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun dari “ekor”
alkil yang non-polar (larut dalam minyak) dan kepala ion karboksilat yang polar (larut dalam air).
Prinsip tersebut yang menyebabkan sabun dan deterjen memiliki daya pembersih. Ketika
kita mandi atau mencuci pakaian, “ekor” non-polar dari sabun akan menempel pada kotoran dan
kepala polarnya menempel pada air. Sehingga tegangan permukaan air akan semakin
berkurang, sehingga air akan jauh lebih mudah untuk menarik kotoran.
Sumber: http://sistemkoloid11.blogspot.com/2006/04/koloid-emulsi.html

Daftar Pustaka
Chang, R.2005. Kimia Dasar: Kon ep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Fauziah, Nenden. 2009. Kimia 2: SMA dan MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia 2: untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Hasan, Said Hamid dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum
Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., and Wood, J.H., Alih Bahasa: Pudjaatmaka, A.H. 1984. Kimia
Untuk Universitas. Jilid 1 dan Jilid 2. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga
Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyarsi. 2009. Mari Belajar Kimia 2 untuk SMAXI IPA. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 2: SMA/MA untuk Kelas XI, Semester 1 dan 2 Program
Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Premono, Sidiq dkk. 2009. Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional
Raharjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2. Solo: Platinum PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Sudarmo, Unggul. 2013. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Sunardi. 2008. Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI. Bandung: Yrama Widya
Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 2 untuk Kelas XI
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Suwardi, dkk. 2009. Panduan Pembelajaran Kimia: untuk SMA & MA Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Utami, Budi dkk. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu
Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai