BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Secara internasional kasus gastritis meningkat setiap tahunnya. Persentase
angka kejadian di dunia yaitu diantaranya Inggris (22%), China (31%), Jepang
(14,5%), Kanada (35%), Perancis (29,5%), dan 40,8% di Indonesia (Gusti, 2011).
Bahkan dilaporkan kematian akibat gastritis di dunia pada tahun 2010 sebesar
43.817 kasus dan meningkat menjadi 47.269 kasus pada tahun 2015 (WHO,
2015).
Peningkatan jumlah lansia di indonesia terus terjadi disetiap tahun.
Berdasarkan data proyeksi penduduk yang ada pada World Health Organization
(WHO) dalam DEPKES RI (2017), pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa
penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Lalu diprediksi kembali bahwa jumlah
penduduk lansia akan meningkat pada tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69
juta) dan pada tahun 2035 diperkirakan akan meningkat pesat dengan jumlah
48,19 jiwa dari total populasi, sehingga pada tahun 2050 diperkirakan populasi
lansia meningkat tiga kali lipat dari jumlah penduduk lansia pada tahun 2017.
Peningkatan Usia Harapan Hidup menyebabkan transisi epidemiologi dari
penyakit infeksi menuju penyakit degeneratif. Salah satu penyakit yang sering
terjadi pada lansia adalah hiperkolesterol, jantung, konstipasi, osteophorosis,
katarak, bronkitis dan gastritis. Penyakit yang sering dialami oleh golongan lansia
yaitu gastritis (Indraswari, 2012).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung
(Nurhanifah, Afni, & Rahmawati, 2018). Banyaknya faktor yang dapat
menyebabkan gastritis yang membuat angka kejadian gastritis juga meningkat
menurut World Health Organization (WHO) angka kematian di dunia akibat
kejadian gastritis di rawat inap yaitu 17- 21% dari kasus yang ada pada tahun
2012. Di Indonesia menurut WHO (2012) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis
2
pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus
dari 238.452.952 jiwa penduduk (Waluyo & Suminar 2017).
Penyakit gastritis terjadi karena dua hal, yaitu gangguan fungsional dari
lambung yang tidak baik dan terdapat gangguan struktur anatomi. Gangguan
fungsional berhubungan dengan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan
dengan sistem saraf di lambung atau hal-hal yang bersifat psikologis. Gangguan
struktur anatomi bisa berupa luka erosi atau juga tumor. Faktor kejiawaan atau
stress juga terhadap timbulnya serangan berulang penyakit gastritis (Sukarmin,
2012).
Penyebab terjadinya gastritis karena pola makan yang tidak teratur. Hal ini
menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dirangsang oleh konsumsi
makanan atau minuman (Diyono, 2013). Faktor terjadinya Gastritis yaitu faktor
penggunaan obat-obatan seperti OAINS, infeksi bakteri helicobacteri pylori,
stress fisik, stress psikis, makanan dan minuman yang bersifat iritan, gaya hidup
yang buruk seperti pola makan yang tidak teratur, garam empedu, iskemia dan
trauma langsung lambung (Muttaqin dan Sari, 2011).
Angka kesakitan di Kota Bengkulu saat ini terutama disebabkan oleh
berbagai penyakit. Angka kesakitan lebih dominan disebabkan oleh penyakit
infeksi atau penyakit menular, tetapi setiap tahun cenderung penyakit tidak
menular (PTM) menunjukan peningkatan, hal ini dapat disebabkan karena
perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan masyarakat. Diantara beberapa
penyakit terbanyak di Kota Bengkulu tahun 2017 salah satunya adalah ISPA
39.301 Kasus, Gastritis 12.778 ,Rheumatik 8.620 kasus ,Penyakit kulit alergi
8.179 kasus Diare 6.202 kasus, Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 5.178
kasus, tongsilitis 3.945 kasus, Celpalegia 3.931 kasus, penyakit kulit infeksi 3.750
kasus. ( Profil Dinkes Kota Bengkulu, 2017).
Data tersebut difokuskan lagi pada penderita gastritis lanjut usia.
Berdasarkan servey awal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Pagar Dewa
Provinsi Bengkulu didapatkan hasil pencatatan daftar urutan penyakit terbanyak
pada lanjut usia di PSTW Pagar Dewa Provinsi Bengkulu pada tahun 2016 bahwa
Gastritis berada dalam penyakit terbanyak di Panti Sosial Tresna Werdha dengan
3
B. Batasan Masalah
Penulis hanya membatasi masalah penelitian tentang Penerapan
Keperawatan pada Pasien dengan Gastritis pada Lansia di PSTW Provinsi
4
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis pada
lansia di PSTW Provinsi Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a) Mendiskripsikan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gastritis
pada lansia di PSTW Provinsi Bengkulu.
b) Mendiskripsikan diagnosa keperawatan Sesuai perioritas mengenai
penerapan teknik relaksasi nafas dalam dan pemberian kompres hangat
untuk mengurangi nyeri pada pasien dengan gastritis pada lansia di
PSTW Provinsi Bengkulu.
c) Mendiskripsikan intervensi keperawatan mengenai penerapan teknik
relaksasi nafas dalam dan pemberian kompres hangat untuk mengurangi
nyeri pada pasien dengan gastritis pada lansia di PSTW Provinsi
Bengkulu.
d) Mendiskripsikan implementasi keperawatan penerapan teknik relaksasi
nafas dalam dan pemberian kompres hangat untuk mengurangi nyeri
pada pasien dengan gastritis pada lansia di PSTW Provinsi Bengkulu.
e) Mendiskripsikan evaluasi keperawatan penerapan teknik relaksasi nafas
dalam dan pemberian kompres hangat untuk mengurangi nyeri pada
pasien dengan gastritis pada lansia di PSTW Provinsi Bengkulu.
f) Mendiskripsikan hasil dokumentasi keperawatan penerapan teknik
relaksasi nafas dalam dan pemberian kompres hangat untuk mengurangi
nyeri pada pasien dengan gastritis pada lansia di PSTW Provinsi
Bengkulu.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.Klasifikasi Gastritis
a. Gastritis akut
Gastritis akaut merupakan peradangan pada mukosa lambung
yang menyebabkan erosif dan perdarahan pada mukosa lambung
setelah terpapar oleh zat iritan. Gastritis disebut erosif apabila
7
4.Patofisiologi
a.Gastritris Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia
misalnya obat-obatan, alkohol, makanan yang pedas atau asam. Pada
penderita yang mengalami stress akan terjadi peransangan saraf
simpatis (nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam
klorida (HCL) didalam lambung, peningkatan HCL yang berada di
dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Mucus berfungsi untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak
ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi
mucus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan
9
1. Pathway
Obat-obatan H. Phylori Kafein
( NSIAD, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis )
melekat pada epitel menurunnya produksi
mengganggu pembentukan lambung bikarbonat (HCO3-)
sawar mukosa lambung
menghancurkan lapisan menurunnya kemampuan
mukosa sel lambung protektif terhadap asam
inflamasi gastritis
Bagan 2.1
2. Manifestasi Klinis
Biasanya penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan
(indigesti) dan merasa tidak nyaman diperut sebelah atas. Namun
secara umum gejala yang didapatkan adalah hilangnya nafsu makan,
sering disertai pedih atau kembung ulu hati, mual muntah, perih atau
sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas dan kehilngan berat
badan.(Sharif La ode,2012)
a. Gastritis Bakterial
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
b. Gastritis karena (Stress A Tress)Akut
Penyebabnya biasanya menututupi gejala-gejala lambung: tetapi
perut sebelah atas terasa tidak enak.
c. Gastritis Erosive Kronik
Gejala berupa mual ringan, dan nyeri di perut sebelah atas, tetapi
banyak penderita yang tidak merasakan nyeri.
d. Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan
penyempitan atau penyumbatan ujung saluran lambung yang
menuju ke usus 12 jari.
e. Penyakit Meniere
Gejala yang sering temukann adalah nyeri lambung, hilangnya
nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan.
f. Gastritis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan
dengan timbulnya ruam kulit dan diare.
3. Komplikasi
Menurut Mutaqqin & Sari, 2013 Gastritis dapat menyebabkan
bebagai macam komplikasi yang bisa terjadi.
a. Komplikasi Gastritis akut :
12
5. Penatalaksanaan
Terapi gastritis sangant bergantung pada penyebab spesifiknya dan
mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau
dalam kasus yang jarang pembedahaan untuk mengobatinya.
a. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh H. Pylori, maka diberikan
antibiotik (misalnya amoxicillin & Claritromycin) dan obat anti-
tukak (misalnya omeprazole)
b. penderita gastristis karena stress akut banyak mengalami
perubahan (penyakit berat, cedera atau perdarahan).
c. Penderita gastritis erosif kronis bisa diobati dengan antasid.
Penderita sebaiknya menghindari obat tertentu (misalnya
aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan
makanan yang menyebabkan iritasi lambung.
d. Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung
pada gastritis eosinofilik bisa diberikan kortikosteroid atau
dilakukan pembedahaan.
e. Gastritis atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar
penderitanya mendapat suntikan tambahan vitamin B12.
f. Penderita meyner bisa disembuhkan dengan mengangkat
sebagian atau seluruh lambung.
g. Gastritis sel plasma diobati dengan obat anti-ulkus yang
menghalangi pelepasan asam lambung.
h. Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah
sedikit tapi sering.
i. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan
berlemak seperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.
14
6. Tindakan Medis
Menurut Warianto (2011) adapun penaktalaksanaan medis dari
penyakit gastritis erosif :
1. Farmakologi
a. Antasida untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak
enak di abdomen, serta untuk menetralisir asam lambung.
b. Antagonis H2 (seperti rantine dan ranitidine, simetedin),
karena mampu menurunkan sekresi asam lambung.
c. Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh
Helicobaer pylori.
2. Nonfarmakologi
a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien.
b. Instruksikanpasienuntukmenghindari makanan yang pedas
c. Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
d. Ajarkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi Nafas
dalam.
e. Instruksikan pasien untuk tidak merokok
3. Obat herbal
a. Kunyit
Sifat-sifat kunyit yang menyembuhkan luka Dengan cara
meminum perasan sarinya dari kunyit yang sudah di parut.
b. Pisang
Pisang punya sifat antasida, atau sifat meredam produksi zat
asam yang berlebihan.Selain itu pisang juga mengandung
kalium yang bermamfaat buat tulang.
c. Kacang hijau
Kacang hijau juga bermamfaat untuk pengobatan sakit maag
karena mampu bantu menebalkan lapisan lambung. Cara
konsumsinya bisa dibuat jadi bubur kacang hijau.
15
d. Cincau
Merupakan salah satu obat herbal yang dapat menetralisirkan
asam lambung. Cincau juga punya banyak kandungan
kalsium, fosfor, dan vitsin (A, B1,dan C ). Dan rendah kalori.
7. Data Penunjang
a. Hematologi
Pemeriksaan darah rutin :
Pada penderita gastritis infeksi kemungkinan dijumpai angka
leukosit >10.000/µL. Sedakan untuk hemoglobin kemungkinan
dijumpai nilainya <12 gr/dL sebagai dampak penurunan intake
nutrisi terutama yang mengandung Fe.
b. Tes Darah
Dokter dapat memeriksa anemia, suatu kondisi di mana darah yang
kaya besi subtansi, hemoglobin, juga berkurang. Anemia mungkin
merupakan tanda pendarahan di perut.
c. Tes untuk Helicobacter pylori infeksi.
Tes napas pasien, darah, atau tinja untuk tanda-tanda infeksi.
Helicobacter pylori juga dapat dikonfirmasi dengan biopsi diambil
dari perut selama endoskopi.
nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang
tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain,
sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Perry & Potter,
2009).
2. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan sifatnya menurut Kozier Erb (2011),
yaitu :
1. Nyeri akut
Nyeri yang berlangsung selama periode pemulihan yang telah
diperkirakan dan memiliki awitan mendadak atau lambat tanpa
memperhatikan intensitasnya.
2. Nyeri kronik
Nyeri yang berlangsung lama, biasanya bersifat kambuhan atau
menetap selama 6 bulan atau lebih dan menggangu fungsi tubuh.
4. Pengkajian Nyeri
Pengkajian pada masalah nyeri (gangguan rasa nyaman) yang dapat
dilakukan adalah adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi nyeri,
intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan
dengan cara PQRST :
a. P (pemacu) : Nyeri akibat inflamasi lambung
b. Q (quality) : Nyeri digambarkan seperti tajam,dangkal, rasa
terbakar, dan perih.
c. R (region) : Nyeri diepigastrium
d. S (skala) : Skala nyeri 6-7
e. T (time) : ± 10-15 menit, nyeri bertambah hebat jika pasien
terlambat makan.
Pengukuran nyeri dapat menggunakan skala numerik, yang
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Pada alat ukur ini,
21
diurutkan dari tidak ada nyeri sampai nyeri paling hebat. Perawat meminta
pada klien menunjukkan intensitas nyeri yang ia rasakan dengan
menunjukkan skala tersebut. Dalam pengukuran ini, diberikan skala 0-10
untuk menggambarkan keparahan nyeri. Angka 0 berati klien tidak
merasakan nyeri, sedangkan angka 10 mengindikasikan nyeri paling hebat.
Skala ini efektif digunakan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
terapeutik (Prasetyo, 2010).
Gambar 2.1 (Skala nyeri wong baker Faces pain Rating scale)
6.Neurosensori
Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang,
kelemahan pada otot
Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk)
29
7.Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri di ulu hati, dangkal , rasa terbakar , perih.
Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang.
8.Pernafasan
Gejala : sedikit sesak
9.Ekstremitas :
penurunan masa otot ekstremitas atas dan bawah, lingkar lengan
otot bisep dan trisep <10 cm.Kulit menurun ke elastisannya,
terlihat kering.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisa data
sehingga diperoleh diagnose keperawatan terjadinya masalah kesehatan
(pada individu,kelompok,keluarga). Diagnosa yang sering pada pasien
dengan gastritis sebagai berikut: SDKI (PPNI, 2016),).
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (perlukaan
mukosa gaster)
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan makanan tidak adekuat dan
rangsangan muntah.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah,
haematemesis dan melena.
30
D.Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri :
cedera biologi (perlukaan mukosa keperawatan selama ..3..x24 jam 1. Kaji dan catat keluhan nyeri, 1. Untuk menentukan
gaster) diharapkan termasuk lokasi, lamanya, dan intervensi dan menentukan
NOC: Pain control intensitasnya (dengan skala intervensi selanjutnya
Gejala Dan Tanda Mayor Dipertahankan pada level..( 4 ) nyeri 0-10)
Subjektif: Ditingkatkan pada level...( 5 ) 2. Monitor vital sign 2. Mengetahui keadaan umum
1.Mengeluh nyeri 1.Tidak pernah klien
Objektif: 2.Kadang-kadang 3. Gunakan terapi komunikasi 3. Pasien dapat percaya dan
1.tampak meringis 3.Sewaktu-waktu untuk mengetahui pengalaman mempercepat penyembuhan
2.bersikap protektif( mis, waspada 4.Sering nyeri.
Posisi menghindari nyeri) 5.Selalu 4. Jelaskan pada klien untuk 4. Makanan yang mengiritasi
3.gelisah menghindari makanan yang lambung dapat merangsang
Dengan Kriteria hasil :
4.frekuensi nadi meningkat dapat merangsang nyeri nyeri
1. Mengenali kapan nyeri
5.sulit tidur (makanan pedas dan asam
terjadi 1/2/3/4/5
2. Mengenali apa yang 5. Anjurkan klien utuk diposisi 5. Aktivitas yang nyaman
Gejala Dan Tanda minor yang nyaman dapat menurunkan kerja
terkait dengan gejala
Subjektif: gaster
nyeri 1/2/3/4/5
(Tidak ada) 6. Anjurkan klien untuk 6. Relaksasi dan distraksi
3. Melaporkan nyeri yang
31
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna
untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap
secara tertulis dengan tanggung jawab perawat.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian itu adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus
untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan lansia dengan gastritis di
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kota Bengkulu. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian asuhan keperawatan
lansia dengan gastritis di Panti Sosial Tresna Werdha Bengkulu adalah
individu yang menderita dengan gangguan atau penyakit gastritis. Adapun
subyek penelitian yang akan diteliti berjumlah Dua orang dengan satu kasus
dengan masalah keperawatan gastritis.
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)
1. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap kegiatan dalam praktik
keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan ini di lakukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh penerima asuhan keperawatan
(pasien) yang tahapnya terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Pasien adalah orang yang menerima perawatan medis atau asuhan
keperawatan yang dipenuhi kebutuhannya dengan tahapan asuhan
keperawatan.
3. Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang paling
sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet. Makan terlalu banyak, terlalu
cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi.
penyebab yang lain termasuk alcohol, aspirin, refluk empedu atau therapy
radiasi. (Brunner & Suddarth, 2012).
34
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria. Howard Butcher, Joanne Dochterman & Cheryl Wagner. 2016.
Terjemahan Nursing Interventions Classification (NIC) edisi ke-6.
Yogyakarta : Mocomedia.
BPPLU. 2017. Daftar Nama Lansia Penderita Pada Tahun 2017. Bengkulu :
BPPLU.
BPPLU 2018. Daftar Urutan Penyakit Terbanyak Pada Lanjut Usia Di BPPLU
Pagar Dewa Bengkulu Pada bulan juli Tahun 2018 . Bengkulu : BPPLU.
Pricilla .L. 2016. Buku Ajar Keperawatan atau Medikal Bedah Ed.5.vol.2.
Jakarta : EGC.
Subekti, Tri, & Utami, M.S. (2011). “Metode Relaksasi Untuk Menurunkan
Stres Dan Keluhan Tukak Lambung Pada Penderita Tukak
Lambung Kronis.” Jurnal Psikologi 38(2):147–63.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) . Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Warianto, Chaider. 2011.“Mutasi”http//skp.unair.ac.id/repository/guru-
indonesia/Mutasi_ChaiderWarianto_17.pdf. Diakses tanggal 21
september 2018 pukul 18.38.WIB