Anda di halaman 1dari 12

KURANGNYA TENAGA PENDIDIK YANG PROFESIONAL

SEBAGAI PEMACU PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI INDONESIA


Hilda Ayu Lavanda
(201410080311110/1C)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dam Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Abstrak:
Kualitas tenaga pendidik profesional di Indonesia terbilang masih minim.
Hal tersebut mempengaruhi mutu pendidikan di Indonesia pula. Pada dasarnya
suatu pendidikan membutuhkan pendidik yang kompeten dalam bidangnya yang
telah teruji melalui prosedur-prosedur dan proses pelatihan. Saat ini banyak kita
lihat dan kita dengar suatu profesi dapat dibeli tanpa harus mengikuti alur maupun
tatacara yang seharusnya berlaku. Hal inilah yang membuat kita memiliki banyak
tenaga pengajar, namun mayoritas pengajar tersebut belum bisa dikatakan
profesional. Pemerintah masih mengabaikan pentingnya peranan pendidikan bagi
anak-anak jalanan. Pemerintah memang sudah menyediakan dan membuka
sekolah khusus bagi anak jalanan, namun tidak diikuti dengan memberikan tenaga
pendidik yang kompeten dan hanya asal-asalan merekrut tenaga pendidik. Dalam
tulisan ini akan dibahas tentang: penyebab minimnya tenaga pendidik yang
profesional, kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan anak jalanan,
permasalahan pendidikan di Indonesia, dan solusi peningkatan mutu pendidikan
di Indonesia.
Kurangnya tenaga pendidik profesional Indonesia disebabkan karena cara
dan proses untuk mendapat suatu profesi sudah salah. Apabila permasalahan
tersebut terus berjalan mau dibawa kemana pendidikan negara ini. Dengan jumlah
penduduk yang besar dan wilayah yang luas seharusnya kita memiliki tenaga
pendidik yang melimpah pula. Dengan tenaga pendidik profesional yang
melimpah tentukan akan menguntungkan. Dengan demikian tidak hanya sekolah
formal saja yang memiliki pengajar profesional namun lembaga pendidikan
seperti halnya sekolah anak jalanan juga memiliki tenaga pengajar yang ahli yang
tentunya bisa membuat mental dan cara pandang mereka terhadap pendidikan
akan semakin meningkat.

Kata Kunci: Kualitas pengajar, kurangnya perhatian pendidikan anak jalanan,


dan solusi permasalahan pendidikan anak jalanan di Indonesia

A.PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hak bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali.
Bagian dari bangsa Indonesia juga yang memiliki hak untuk mengenyam
pendidikan seperti halnya anak-anak lainnya.

1
Didalam pembukaan undang-undang dasar 1945 telah menunjukan cita-
cita para pahlawan. Para pahlawan menginginkan semua warga negaranya
mendapatkan pendidikan dan negara wajib mencerdaskan bangsanya. Dari sanalah
sudah membuktikan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk
meneruskan cita-cita dari para pahlawan kemerdekaan.
Pemerintah harus mampu memberikan pelayanan bagi seluruh rakyatnya.
Tapi sayangnya pemerintah kurang maksimal dalam memberikan pelayanan bagi
anak-anak yang kurang mampu dalam segi ekonomi terutama anak-anak jalanan.
Pemerintah memang sudah membuka sekolah khusus anak-anak jalanan namun
fasilitasnya sangat jauh dari yang diharapkan terutama kualitas pengajarnya yang
kurang profesional. Seharusnya pemerintah harus lebih serius dalam
mensosialisasikan pentingnya pendidikan pada anak-anak jalanan.
Dengan adanya sosialisasi dan didukung dengan pengajar-pengajar yang
profesional di bidangnya itu dapat mengubah cara berpikir anak-anak jalanan
yang kebanyakan menghiraukan pentingnya pendidikan dalam kehidupan mereka.
Sangat percuma apabila membuka sekolah-sekolah untuk anak jalanan namun
didalamnya tidak ada pengajar yang profesional. Namun akan berbeda apabila
sekolah yang fasilitasnya tidak terlalu bagus namun memilik pengajar-pengajar
yang kompeten didalamnya. Hasilnya pasti berbeda, para pengajar yang kopeten
pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik anak didiknya menjadi
maju tanpa melihat darimana mereka berasal.
Selain itu keberadaan guru yang profesional dapat juga memberikan
banyak efek mendidik yang luar biasa. Para pendidik yang profesional tidak hanya
mendidik dari segi akademis namun juga mendidik mental dan karakter peserta
didiknya. Tetapi sayangnya di negara ini masih minim sekali kita jumpai
pengajar-pengajar yang pofesional apalagi di lembaga pendidikan anak jalanan
yang disediakan oleh pemerintah. Seandainya keadaan seperti ini berlangsung
secara terus-menerus maka itu akan menjadi hal yang kurang baik bagi keadaan
pendidik.

2
B.PEMBAHASAN
1. Pengertian Guru
Menurut Rusman (2011: 19), guru adalah seorang pendidik, pembimbing,
pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana
belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik,
memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif,
dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.

1.1 Profesionalitas Guru


Menurut Rusman (2011 : 17), profesional adalah pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang
berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, mereka harus mampu
menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan
kaidah-kaidah guru yang profesional (Rusman, 2011: 19).
Guru sebagai pendidik yang profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi panutan atau tauladan masyarakat sekelilingnya (Soetjipto & Kosasi,
2011: 42).
Berdasarkan hal ini seseorang membutuhkan waktu yang tidak sebentar
untuk mendapatkan pekerjaan yang dicita-citakan seperti halnya suatu pekerjaan
yang disebut profesi. Dimana profesi sendiri adalah pekerjaan yang memiliki
lembaga yang di dalamnya terdapat kode etik dan telah diakui dan diterima
keberadaannya oleh masyarakat. Dalam profesi terdapat aturan-aturan yang dibuat
suatu lembaga yang menaungi profesi tersebut dan para anggotanya wajib untuk
mentaati dan menjalankan peraturan-peraturan tersebut.
Seorang pendidik atau guru bisa dikatakan profesional apabila guru
tersebut sudah memenuhi syarat-syarat dan peraturan yang telah ditetapkan oleh
lembaga yang menaunginya. Selain itu guru harus bisa memberikan contoh atau

3
suri tauladan yang baik bagi peserta didik dan masyarakat di sekitar tempat
tinggalnya.
Menurut Mudyahardjo (2012: 37), mendidik yang baik adalah yang
berhasil membantu individu dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu
hidup. Hal ini terjadi apabila bentuk kegiatan pendidikan mempunyai tujuan yang
tepat. Selain itu juga terdapat kekeliruan-kekeliruan mendidik yaitu bentuk-bentuk
kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar atau cara pencapaiannya tidak
tepat. Tujuan pendidikan dikatakan tidak benar apabila berisi nilai-nilai hidup
yang bersifat mengingkari dan merusak harkat dan martabat manusia sebagai
pribadi, warga, dan hamba Allah. Sedangkan suatu cara mendidik dikatakan tidak
tepat apabila cara yang dipergunakan tidak dapat di mencapai tujuan pendidikan
yang diharapkan.

1.2 Kinerja Guru Profesional


Menurut Rusman (2011 : 50), kualitas kinerja guru meliputi beberapa hal
pokok yang berkenanan dengan (1) pengertian kinerja; (2) kualitas kinerja guru;
dan (3) ukuran kualitas kinerja guru.
Kinerja dalah perfomance atau untuk kerja. Kinerja dapat pula di artikan
prestasi kerja atau pelaksanaan kerja untuk hasil unjuk kerja. Kinerja merupakan
suatu wujud perilaku seorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ability, capacity, held,
incentive, environment, dan validity (Noto Atmojo,1992).
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah
kegiatan guru dalam proses pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan menilai hasil belajar.
Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam
mengadakan perbandingan terhadap apa yang dicapai dengan apa yang
diharapkan, atau kualitas kinerja adalah wujud perilaku atau kegiatan yang
dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak
dicapai secara efektif dan efisien.

4
1.2.1 Kriteria Kualitas Kerja Guru
Menurut Rusman (2011 : 53), kualitas kinerja guru dinyatakan dalam
peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 tentang standart kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan
bahwa standar utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

1.2.2 Ukuran Kualitas Kinerja Guru


Menurut Rusman (2011: 53), T.R Mitchel (1978) mengatakan, salah satu
ukuran standar kinerja adalah quality of work, hal ini diperjelas Ivancevich bahwa
ukuran kualitas kinerja guru dapat dilihat dari produktivitas pendidikan yang telah
dicapai menyangkut output siswa yang dihasilkan. Paul Mali (1978)
mendefinisikan produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan
hasil setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien.
Hubungan produktivitas dengan kinerja sesorang dipaparkan Sutermeister
(1976), bahwa (1) produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja
dan 10% bergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan; (2) prestasi kerja
itu sendiri untuk 80 - 90% bergantung pada motivasinya untuk bekerja, 10 -20 %
bergantung pada kemampuannya; dan (3) motivasi kerja 50% bergantung pada
kondisi sosial, 405 bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung
pada kondisi-kondisi fisik.
Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja guru akan memiliki
pengaruh terhadap produktivitas pendidikan. Besarnya pengaruh pada tingkat
efektivitasnya baik secara internal maupun secara eksternal diungkapkan oleh
Depdiknas sebagai berikut.
Efektivitas output sekolah dapat dikelompokkan kedalam dua bagian,
pertama efektifitas internal, merujuk pada keluaran pendidikan yang tidak diukur
secara moneter seperti prestasi belajar, dan jumlah lulusan yang bersifat meter’al
dan bukan material seperti; buku paket, metode pembelajaran, media
pembelajaran, kurikulum, dan sebagainya. Kedua efektivitas eksternal, merujuk
pada perbandingan antara masukan yang bersifat bukan moneter dengan keluaran

5
yang bersifat moneter misalnya, penjurusan program pendidikan tertentu
berpengaruh terhadap tingkat penghasilan lulusan yang telah bekerja.

2. Pentingnya Pendidikan Bagi Anak Jalanan


Menurut Ahmadi (2014: 38), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan hak yang harus didapatkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Hal tersebut tidak lepas dari cita-cita para pahlawan bangsa
ini yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kegiatan ini anak-anak
yang kurang beruntung dan anak-anak jalanan juga memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan pendidikan yang layak karena mereka juga termasuk bagian
dari negara ini.
Peranan pemerintah dalam mensosialisasikan pentingnya akan pendidikan
merupakan hal yang wajib dilaksanakan. Karena dengan mensosialisasikan
pendidikan, itu bisa diharapkan merubah pola pikir dan pandangan mereka yang
cenderung tidak menghiraukan akan pentingnya pendidikan.
Dari sanalah diharapkan akan tumbuh minat belajar dari anak-anak yang
tadinya tidak menghiraukan pentingnya suatu pendidikan menjadi anak-anak yang
haus akan ilmu dan berusaha untuk maju menjadi lebih baik. Apabila hal tersebut
dapat dilakukan tentunya kita dapat berharap banyak akan muncul ide-ide
kreatifitas yang telah mereka dapatkan yang tentunya akan berguna bagi kemajuan
negara Indonesia. Selain itu pendidikan dapat menjauhkan anak-anak jalanan dari
hal-hal yang berbau negatif yang bisa mengganggu suasana kondusif di negara
kita.
Maka dari itu untuk mengantisipasinya pemerintah harus segera
melakukan gebrakan pendidikan bagi anak-anak jalanan dengan membuka
sebanyak-banyaknya lembaga pendidikan untuk mengasah bakat, minat,
keterampilan dan skill mereka sehingga dapat digunakan sebagai usaha untuk
menghasilkan uang.

6
Dengan menghasilkan uang yang diperoleh dari jerih payah berupa
menciptakan hasil karya seni itu dapat mengangkat martabat mereka yang
sebelumnya seorang pengamen atau pengemis dan juga bisa mengangkat mental
mereka untuk menjadi manusia yang lebih baik.

3. Permasalahan Pendidikan
Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2012: 225), pendidikan mempunyai
tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah
pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman konsekuensi
logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru dan masalah-
masalah yang dihadapi demikian luas. Masalah yang dimaksud yaitu : masalah
pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan,
masalah relevansi pendidikan.

3.1 Masalah Pemerataan Pendidikan


Persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan
sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia
untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila
masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat
ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas
pendidikan yang tersedia.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab
jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada Sekolah Dasar,
maka merekamemiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis dan
berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui
berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya
berperan sebagai produsen maupun konsumen.
3.2 Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai
taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan dilakukan oleh

7
lembaga penghasil sebagai produsen terhadap calon luaran, dengan sistem
sertifikasi. Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya.

3.3 Masalah Efisiensi Pendidikan


Masalah ini mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi
yang sebaliknya, efisiensinya berarti rendah. Beberapa masalah efisiensi
pendidikan yang penting yaitu (a) bagaimana tenaga kependidikan difungsikan;
(b) bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan; (c) bagaimana
pendidikan diselenggarakan; dan (d) masalah efisiensi dalam memfungsikan
tenaga.

3.4 Masalah Relevansi Pendidikan


mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah yang
digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya pembangunan di bidang pendidikan tentu menginginkan
tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu khususnya bagi
anak yang kurang mampu dan anak-anak jalanan, tetapi pada saat upaya
pemerataan pendidikan sedang dilancarkan, maka pada saat yang sama mutu
pendidikan belum dapat diwujudkan, malah sering terlantarkan.

4. Pihak-Pihak yang Bertanggung Jawab


Dalam permasalahan ini tentunya ada pihak-pihak yang disalahkan dan
harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Diantara pihak-
pihak yang bertanggung jawab adalah mentri pendidikan dan khususnya
pemerintah. Pemerintah dijadikan pihak paling bertanggung jawab karena
pemerintah merupakan sosok yang bertugas menjalankan semua sistem dalam
bermasyarakat tidak terkecuali permasalahan dalam sistem pendidikan.

8
5. Pihak-Pihak yang Dirugikan
Dalam setiap permasalahan pastinya ada pihak yang dirugikan tidak
terkecuali dalam permasalahan ini. Dimana pihak yang dirugikan adalah anak-
anak yang kurang beruntung dalam segi ekonomi dan anak-anak jalanan. Mereka
seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah bukan malah jadi
korban ketidakadilan dari sebuah pemerintahan maupun oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Dari sanalah akan timbul banyak kerugian yang tentunya
sangat memprihatinkan dan memilukan bagi bangsa Indonesia. Kerugian yang
dihasilkan tidak hanya dalam bentuk material namun juga psikologis.
Dalam bentuk material adalah keuangan negara akan terbuang secara sia-
sia karena tujuan yang akan dicapai tidak berjalan dan jauh dari harapan.
Sedangkan dari segi psikologislah yang paling berbahaya, karena itu dapat
merusak mental generasi muda dan bisa juga menghilangkan karakter mereka
sebagai pemuda Pancasila. Untuk mengantisipasi hal-hal yang seperti itu
ketegasan pemerintah dalam menjujung keadilan hukum sangat diperlukan untuk
membuat jera para pelakunya tanpa pandang bulu.

6. Keuntungan Apabila Pendidikan Merata di Indonesia


Apabila pendidikan di negara ini merata tentunya akan banyak keuntungan
yang akan didapat dari keadaan tersebut. Baik keuntungan yang baru bisa
dirasakan dalam waktu yang relatif lama maupun yang bisa dirasakan langsung
saat pemerataan pendidikan berjalan sepenuhnya. Keuntungan yang bisa langsung
didapatkan adalah suasana kondusif di negara kita akan terjaga, dan berkurangnya
pemandangan yang memprihatinkan di setiap sudut jalan karena sudah
berkurangnya anak-anak jalanan yang meminta-minta di usia yang relatif muda.
Sedangkan hasil panjang yang akan didapat negara ini dari pemerataan
pendidikan adalah lahirnya generasi-generasi muda yang berjiwa Pancasila dan
pemuda-pemuda yang dapat menjadi sumber daya manusia yang kompeten dan
memiliki kualitas serta semangat bersaing dalam berbagai bidang seperti IPTEK
dan ekonomi yang semuanya bertujuan untuk memajukan bangsanya. Jadi
pemerintah harus berani berinvestasi dalam menggalakan progaram pemerataan
pendidikan dan tentunya harus memilih orang-orang yang tepat dalam membantu

9
pelaksanaanya agar negara ini bisa terus berkembang dan menjadi negara maju
yang kembali disegani oleh negara-negara lain.
Pemerintah tidak akan rugi apabila memberi anggaran dalam dunia
pendidikan. Karena hasil yang akan diterima dari keseriusan pemerintah dalam
memajukan pendidikan tentunya akan lebih besar dan berguna bagi pembangunan
dalam memajukan negara Indonesia. Dapat kita bayangkan apabila kita memiliki
sumber daya manusia yang bermutu dan berjiwa pancasila tentunya negara ini
bisa mengelola sumber daya alamnya yang begitu melimpah tanpa harus
membutuhkan campur tangan pihak asing dan yang pastinya itu akan semakin
menunjukan betapa hebatnya negara Indonesia dimata dunia.

7. Solusi Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia


Setiap permasalahan tentu ada solusi cara untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Begitupun dengan masalah pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.
Solusi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dapat dilakukan seperti
penjabaran berikut ini.

7.1 Meningkatkan Sosialisasi Pentingnya Pendidikan

Dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pemerintah


harus meningkatkan sosialisasi akan pentingnya pendidikan kepada masyarakat,
diharapkan dapat merubah pola pikir dan cara pandang mereka mengenai
pendidikan yang masih sering dihiraukan terutama dikalangan masyarakat kurang
beruntung seperti anak jalanan. Sosialisasi pentingnya pendidikan tentunya dapat
membantu pemerintah dalam membangun kepedulian masyarakat terhadap
pendidikan. Hal itu dapat memacu semangat masyarakat untuk belajar dan
berusaha maju dalam pendidikan yang tentunya dapat membantu mereka
mendapatkan kesejahteraan hidup dimasa depan. Melalui program pendidikan
diharapkan mereka yang kurang beruntung mendapatkan ketrampilan yang
nantinya bisa digunakan sebagai peluang mereka mendapatkan uang untuk
menyambung hidup di era modern ini.

10
7.2 Pemerataan Pendidikan di Daerah Terpencil

Pemerataan Pendidikan Masyarakat Miskin dan Terpencil di Indonesia


era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, kompetisi
dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta perubahan kebutuhan yang cepat
didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk memenuhi perkembangan
ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu,
pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan hingga ke pelosok negeri dan bagi
masyarakat menengah kebawah.
Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam
mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf adalah
masyarakat miskin di tempat-tempat yang jauh dan tersebar. Guna mengatasi hal
yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan konvensional atau tatap muka ini
perlu ditempuh strategi yang memanfaatkan potensi dan kemajuan teknologi baru
(Eka. 2007).

C. Penutup
1. Kesimpulan
Dalam usaha membangun pendidikan di Indonesia sudah sepatutnya kita
semua ikut berpartisipasi dan aktif mengawasi prosesnya agar ruang gerak
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menjadi sempit dan tidak leluasa.
Selain itu keseriusan pemerintah dalam memajukan pendidikan harus ditingkatkan
dan harus tegas pula dalam memberikan hukuman pada pihak-pihak yang terbukti
menyalahgunakan anggaran pendidikan. Dengan cara seperti itu maka akan
membuat jera para pelakunya.
Selain itu pemerintah diharapkan lebih memperhatikan masyarakat-
masyarakat yang kurang mampu seperti anak-anak jalanan. Mereka layak
mendapatkan pendidikan yang sama dan berkualitas. Dengan cara itu kita bisa
berharap banyak bangsa kita akan lebih maju khususnya di bidang pendidikan.
Selain itu suasana kondusif negara ini bisa terjaga dan nama mutu pendidikan kita
bisa terdengar di seluruh penjuru dunia akan keberhasilannya membangun dan

11
menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi di era
modern seperti saat ini.

2. Saran
Terdapat beberapa saran dalam tulisan ini seperti pemaparan berikut ini.
Pertama, Pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang
bertujuan untuk membantu proses menciptakan sumber daya manusia yang
unggul dan kompeten. Kedua, pemerintah harus terus memantau aliran anggaran
negara untuk kepentingan dunia pendidikan agar anggaran tersebut dapat
digunakan secara maksimal dalam upaya peningkatan mutu pendidikan negeri ini.

D. DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja,Umar dan S.L La Sulo. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Soetjipto & Kosasi, Raflis. 2011. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Eka. 2007. Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia. (Online), (http://edu-


articles.com), diakses 18 Desember 2014.

12

Anda mungkin juga menyukai