Anda di halaman 1dari 19

Strategi Mengingat (Mnemonics)

Dalam teknik mnemonic atau membantu daya ingat, fungsi otak kanan diaktifkan karena anak
dilatih untuk membuat suatu cerita, berimajinasi, lagu atau irama dan gambar sehingga suatu
materi menjadi sesuatu yang unik, menarik, dan menyenangkan. 

a. Perhatian selektif (Selective Attention); Perhatian selektif terdapat pada situasi dimana


seseorang memantau beberapa sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih
salah satu sumber informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor
yang memengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-nilai. Penerima
informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan informasi dan memberikan
perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang paling memberikan efek atau
terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber informasi yang paling penting.
b. Perhatian terfokus (Focused Attention); Perhatian terfokus mengacu pada situasi
dimana seseorang diberikan beberapa input namun harus fokus pada satu input saja selama
selang waktu tertentu. Penerima informasi berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi
oleh gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus adalah jarak
dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi akan lebih mudah
menerima informasi dari sumber yang berada langsung di depannya.
c. Perhatian terbagi (Divided Attention); Perhatian terbagi terjadi ketika penerima
informasi diharuskan menerima informasi dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis
pekerjaan sekaligus.
d. Perhatian yang terus menerus (Sustained Attention); Perhatian terus menerus
dilakukan penerima informasi yang harus melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu
yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah
kehilangan sinyal.
e. Kurang perhatian (Lack of Attention); Kurang perhatian merupakan situasi dimana
penerima informasi tidak berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh
kebosanan/kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan situasi kurang
perhatian adalah pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit membutuhkan pergerakan tubuh,
lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi dengan pekerja lain, motivasi rendah, dan tempat
kerja memiliki pencahayaan yang buruk.

Menurut Vygotsky, pembicaraan yang dilakukan oleh anak tidak hanya untuk
berkomunikasi saja, melainkan untuk membantu mereka dalam memenuhi
kebutuhan mereka. Karena dengan menggunakan bahasa meskipun bahasa yang
diucapkan belum sempurna, tapi dengan bahasa tersebut sudah mewakili apa yang
diinginkan atau diutrakan oleh anak.

Dibandingkan dengan memori eksplisit, memori implisit berkembang lebih awal dan sempurna lebih
cepat. Dua jenis memori implisit telah ada pada beberapa bulan pertama kehidupan. Salah satunya yaitu
memori prosedural yang berupa ingatan seperti rangkaian lampu, berpusat di stratium. Jenis yang
lainnya adalah pengkondisian yang bergantung pada cellebellum dan nuclei cell yang terdapat jauh di
dalam batang otak. Sinyal mirip gerakan refleks memori eksplisit sanagt tergantung
pada hippocampus (bentuk seperti bintang laut yang berada jauh di dalam medial temporal lobe). Sistem
memori preeksplisit ini memungkinkan bayi mengingat cukup lama sinyal untuk dapat menunjukkan
preferensi sederhana.

Kematangan otak adalah faktor utama dalam perkembangan kognitif. Demikianlah


yang telah dibuktikan oleh penelitian otak terhadap asumsi pakar psikologi ternama,
Piaget. Para pakar psikologi telah membuktikan bahwa perkembangan memori pada
bayi dimulai dari usia 2 bulan. Dari usia tersebut, bayi sudah belajar mengingat apa
yang dilihatnya, didengarnya ataupun yang dirasakannya.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa dengan menggunakan pindai otak, kita


dapat menemukan tempat struktur otak berdampak, tempat fungsi kognitif, dan
pemetaan perubahan perkembangan. Hal ini berkaitan dengan lokasi memori jangka
panjang yang terpisah, yang mendapatkan dan menyimpan berbagai informasi. Kedua
memori jangka panjang tersebut adalah memori eksplisit dan memori implisit.
Memori eksplisit adalah ingatan sadar atau ingatan yang disengaja. Ingatan ini berupa
fakta, nama, peristiwa atau hal penting lainnya yang bisa dijelaskan. Memori eksplisit
juga disebut sebagai memori deklaratif. Sedangkan memori implisit adalah memori
yang berkaitan dengan ketidaksadaran. Ingatan ini merujuk pada ingatan yang terjadi
tanpa usaha atau bawah sadar. Umumnya ingatan ini berhubungan dengan kebiasaan
atau keterampilan.

Dibandingkan dengan memori eksplisit, memori implisit berkembang lebih awal dan
sempurna lebih cepat. Dua jenis memori implisit telah ada pada beberapa bulan
pertama kehidupan. Salah satunya yaitu memori prosedural yang berupa ingatan
seperti rangkaian lampu, berpusat di stratium. Jenis yang lainnya adalah
pengkondisian yang bergantung pada cellebellum dan nuclei cell yang terdapat jauh di
dalam batang otak. Sinyal mirip gerakan refleks memori eksplisit sanagt tergantung
pada hippocampus (bentuk seperti bintang laut yang berada jauh di dalam medial
temporal lobe). Sistem memori preeksplisit ini memungkinkan bayi mengingat cukup
lama sinyal untuk dapat menunjukkan preferensi sederhana.

Prefrontal cortex (bagian besar lobus frontalis yang berada tepat di belakang kepala
bagian depan) dipercaya mengontrol banyak aspek kognitif. Sepanjang paruh kedua
tahun pertama, prefontal cortex dan sirkuit yang berkaitan dengannya
mengembangkan kapasitas memori kerja, penyimpanan informasi jangka pendek
dalam otak yang berproses dan terus bekerja secara aktif.

Bayi pada usia 2 bulan sudah dapat mengingat apa yang dia dengarkan ataupun dia
lihat. Lalu pada usia 3-4 bulan, bayi sudah mampu mengenali wajah orang-orang di
sekitarnya, seperti wajah ibunya sendiri. Dan semakin berkembang untuk
membedakan wajah satu orang dengan orang lain. Jadi tidak kaget jika kadang-kadang
bayi akan menangis jika dia didekatkan dengan orang yang tidak dia kenal wajahnya.
Pada usia 6 bulan, bayi sudah mulai mengembangkan memori atau ingatan pada
waktu tidur. Dia ingat terakhir kali dia di gendong ibunya sebelum di tempatkan di
tempat tidurnya. Lalu pada usia 9 bulan, bayi akan mengingat konsep ‘obyek
permanen’. Dia akan memahami jika ibunya pergi dari kamar tidurnya, bukan berarti
ibunya tidak akan datang lagi atau menghilang. Dan memasuki usia 10 bulan, memori
bayi akan berkembang pesat dan mampu mengenali beberapa orang, meskipun dia
jarang bertemu dengan mereka. Semakin bertambah usia bayi semakin berkembang
pula ingatannya. Dia akan semakin mengenal lingkungannya dan orang-orang
disekitarnya. Dia juga akan menyimpan berbagai memori yang terjadi di sekitarnya.

Berkaitan dengan bahasa, bayi menggunakan berbagai media untuk mengutarakan


keinginannya. Baik itu berupa bahasa tubuh, tangisan atau yang lainnya. Menangis
adalah vokalisasi pertama kali ketika dia dilahirkan. Lalu pada usia 6 minggu hingga 3
bulan, bayi mulai berdegut dan tertawa, seperti memekik, berteriak dan mengeluarkan
suara ‘ahh’. Pada usia 3-6 bulan, bayi bermain dengan suara-suara bicara,
mencocokkan suara yang didengarnya di sekitar mereka. Bayi mulai mengoceh tanpa
makna pada usia 6 bulan. Dan dia juga mulai menggunakan bahasa tubuhnya –dengan
menunjuk-nunjuk- untuk berkomunikasi dengan orang disekitarnya. Lalu pada usia 9-
10 bulan, bayi sengaja menirukan suara dan mulai belajar mengatakan kata tunggal.
Bayi mulai mengatakan kalimat pertama (2 kata) pada usia 18 bulan. Dan akan lancar
berbicara pada usia 3 tahun.

Saat bayi mulai bisa mengucapkan kata-kata, bayi akan lebih meudah mengucapkan
kata yang mengandung unsur ‘a’ daripada ‘i’. Pada umumnya, banyak orangtua yang
mengajarkan bayinya berbicara dengan kata ‘ma’, ‘pa’, ‘da’, dan ‘ba’. Kata-kata
tersebut adalah kata-kata yang memang mudah diucapkan oleh bayi. Apabila bayi
diajari berbicara dengan mengucapkan kata ‘bi’, ‘pi’ dan sebagainya, kemungkinan
akan merasa kesulitan mengatakannya. Karena membuat suara yang berbeda akan
menghasilkan posisi lidah yang berbeda.

Sejumlah penelitian baru-baru ini terutama di bidang sociocultural theory (SCT) menegaskan bahwa
yang disebut pembelajaran pasti dikonstruksi secara sosial. Menurut para Vygotskian tentang belajar
bahasa, jika siswa yang belajar bahasa kedua atau bahasa asing berinteraksi, baik dengan guru maupun
penutur asing, atau siswa lain, maka fungsi bahasa akan bisa dengan optimal mereka pelajari dan
terapkan. Mereka bisa menginternalisasi fungsi ini dengan cara praktek tadi. P

caffolding  pertama kali diperkenalkan oleh Wood, Bruner, dan Ross (dalam Jalmo, 2009), merupakan
proses meningkatkan kemampuan siswa atau orang yang baru dalam memecahkan masalah atau
mencapai tujuan di luar dari kemampuan dirinya. 

Reigeluth menyatakan konsep scaffolding berbeda dengan bantuan belajar yang


diberikan guru kepada siswa pada umumnya. Scaffolding adalah bantuan yang
diberikan untuk mendukung peningkatan kompetensi yang dimiliki siswa. Jika
bantuan yang diberikan tidak berhubungan dengan kompetensi tersebut maka tidak
dapat dikatakan sebagai scaffolding. 

agi Piaget, bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap perkembangan
yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak tergantung pada tahap
perkembangan kognitif saat itu. Namun, bagi Vygotsky, bahasa berkembang dari
interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah
komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak
mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu
memecahkan masalah.

Nama Jean Peaget dan Lew Vygotsky sudah tak asing lagi di telinga kita. Kedua tokoh
tersebut merupakan psikolog yang terkenal di dunia, penelitian mereka telah
menghasilkan berbagai teori tentang berbagai hal. Salah satu dari teori yang
dikemukakan mereka yaitu teori perkembangan kognitif. Namun, pandanganmereka
tentang perkembangan kognitif terdapat perbedaan. Piaget memandang anak
sebagai ilmuwan kecil yang kesepian, bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian
dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Peaget berpendapat bahwa
perkembangan anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan
Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan anak.

Nama Jean Peaget dan Lew Vygotsky sudah tak asing lagi di telinga kita. Kedua
tokoh tersebut merupakan psikolog yang terkenal di dunia, penelitian mereka telah
menghasilkan berbagai teori tentang berbagai hal. Salah satu dari teori yang
dikemukakan mereka yaitu teori perkembangan kognitif. Namun, pandanganmereka
tentang perkembangan kognitif terdapat perbedaan. Piaget memandang anak sebagai
ilmuwan kecil yang kesepian, bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan
membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Peaget berpendapat bahwa
perkembangan anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan
Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan anak.

Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap
dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju
dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk
gambaran realitas batinnya sendiri. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi
mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan
memusatkan perhatian.

Anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan,
berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini
dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan  alat-alat itu berasal
dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota
kebudayaan yang lebih tua  selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.
Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan
membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak
dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya. Menurut vygotsky
(1962), keterampilan-keterampilan dalam memfungsikan mental anak berkembang
melalui interaksi sosial langsung.

Dalam teorinya, Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan


kognitif daripada Piaget. Bagi Piaget, bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai
tahap perkembangan yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak tergantung pada
tahap perkembangan kognitif saat itu. Namun, bagi Vygotsky, bahasa berkembang
dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah
komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak
mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu
memecahkan masalah.

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep


melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih
berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah
mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky
mengemukakan bahwa fungsi-fungsi kognitif anak-anak belum benar-benar matang,
tetapi masih dalam proses pematangan. Sehingga secara tidak langsung anak
membutuhkan orang lain untuk mematangkan dan mengembangkan pola pikirnya.

Vygotsky juga membedakan antara aktual development dan potensial development


pada anak. Aktual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development
membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di
bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Menurut teori
Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara aktual
development dan potensial development, antara seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan seorang anak dapat melakukan sesuatu
dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman.

Intinya, vygotsky dan Peaget mempunyai cara pandang yang berbeda mengenai
perkembangan kognitif. Peaget menekankan bahwa perkembangan kognitif seutuhnya
berasal dari kemampuan yang dimiliki anak sendiri. Bahwa proses perkembangan
kognitif sejalan dengan kemajuan anak-anak, dan dia menggambarkan bahwa  anak-
anak mampu melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Sedangkan
Vygotsky mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak membutuhkan peran
orang lain, berupainteraksi dengan orang lain yang diperoleh oleh orang yang lebih
dewasa dan teman-teman sebayanya.=)

. Memori visual, memungkinkan Si Kecil mengingat wajah Anda dan


wajah orang-orang yang ia kenali.
2. Memori pendengaran, membuat Si Kecil bisa mengenali suara
Anda atau orang dekatnya, meski tidak bertatapan wajah (misalnya,
jika Anda meneleponnya). Memori ini juga membuatnya sadar saat
namanya dipanggil.
3. Memori rasa, muncul ketika anak Anda mencium atau merasakan
sesuatu. Si Kecil akan mengingat makanan yang ia suka dari bau dan
rasanya, meski makanan itu mungkin sudah lama tidak
dikonsumsinya.
4. Memori kinestetik, adalah memori yang terkait dengan gerakan
tubuh, misalnya Si Kecil akan ingat bagaimana menggerakkan sebuah
mainan.
5. Memori kata, memungkinkan anak memahami dan ingat kata-kata.
Ia akan tahu kata tertentu yang menunjukkan benda tertentu.

Heather Turgeon, penulis artikel Momento: What Do Children


Remember and What They Forget, membagi memori
berdasarkan posisi memori itu di otak.
1. Memori tanpa sadar, adalah memori yang dikembangkan dengan
cara pengulangan perilaku. Sebagai catatan, perilaku yang dilakukan
adalah yang sedikit menggunakan otak, seperti pengetahuan cara
mengikat tali sepatu.
2. Memori sadar, yaitu kemampuan mengingat sesuatu yang lebih
kompleks karena memakai banyak saraf otak. Kemampuan memori
sadar ini dipengaruhi oleh perkembangan hippocampus, yaitu bagian
otak yang bertugas menyimpan memori. Sekitar 40 persen
bagian hippocampus matang saat bayi dilahirkan, dan 50 persen lagi
berkembang saat bayi berusia enam minggu. Ketika Si Kecil
memasuki usia 18 bulan, bagian hippocampus berkembang dengan
sempurna.
Menurut Turgeon, memori sadar akan disimpan otak
saat hippocampus matang sempurna. Itulah sebabnya saat Si Kecil
belum mampu mengingat dengan jelas sesuatu saat usianya masih di
bawah 2 tahun. Namun pada usia 3-4 tahun, ia akan mulai memiliki
ingatan tetap tentang sesuatu.

Sementara itu, berdasarkan jangka waktu prosesnya, memori dibagi


menjadi:
1. Memori jangka pendek, yaitu ingatan sesaat akan sesuatu. Jika Si
Kecil menerima begitu banyak informasi, ia hanya akan ingat
sebagian. Perlu diketahui, ingatan sebagian itu mungkin juga akan
hilang jika Anda tidak mengulang informasi yang sama.
2. Memori jangka panjang, adalah memori yang menempel
permanen di otak. Ingatan itu akan otomatis muncul begitu Si Kecil
mengalami masalah yang relevan sehingga ia dapat
menyelesaikannya.

Tahapan Perkembangan
Memori berkembang secara bertahap sesuai dengan umur
seseorang. Perkembangan memori bertahap itu ada hubungannya
dengan perkembangan otak. Asal Anda tahu, otak Si Kecil
berkembang pesat di lima tahun pertama kehidupannya. Pada masa
itulah, ia perlu mendapat stimulasi daya ingat agar keseluruhan
perkembangannya sempurna. Berikut adalah perkembangan daya
ingat Si Kecil:

Advertisement - Continue Reading Below


1. Mengenali orang tua
Menurut Turgeon, di usia 10 hari, seorang bayi dapat mengingat bau
tubuh ibunya. Sebuah penelitian juga menemukan fakta bahwa sejak
lahir, bayi sudah dapat mengenali wajah sang ibu. Lalu pada usia 4
bulan, ia dapat mengenali pengasuhnya di tengah kerumunan orang.
2. Mengingat urutan kejadian
Pada usia 2 bulan, bayi dapat mengingat kejadian yang terjadi satu
atau dua hari sebelumnya. Di usia enam bulan, ia akan mengingat
kejadian dua minggu lalu. Memasuki usia 7 bulan, Si Kecil akan ingat
urutan kejadian sederhana, misalnya cara mengeluarkan bunyi
mainannya, dan apa yang akan ia kerjakan setelah ia selesai
dimandikan.
3. Membahasakan ingatan
Turgeon mengatakan bahwa begitu seorang anak mengenal bahasa,
kemampuannya untuk menyadari dirinya, mengerti sesuatu peristiwa,
dan menjelaskan apa yang ia ingat akan berkembang. Namun
perkembangan untuk menjelaskan ingatan itu baru akan benar-benar
berkembang saat Si Kecil berusia lebih dari 18 bulan.
4. Mengamati dan mengingat
Di usia 8 bulan, bayi mulai dapat mengingat sesuatu yang ia lihat.
Anak usia 9 bulan dapat mengoperasikan sebuah mainan setelah
Anda menjelaskannya tanpa memberinya kesempatan untuk
memegang mainan itu terlebih dahulu, dan ia hanya memerhatikan. Di
usia 15 bulan, Si Kecil akan ingat bagaimana memakai sebuah
mainan meskipun ia sudah lama tidak memainkannya.
5. Memori emosional
Bahkan sejak baru dilahirkan, memori emosional sudah bekerja. Bayi
akan ingat betapa nyamannya dipeluk dan betapa bahagianya jika
Anda tersenyum. Memori emosional akan membantu bayi mengenali
emosi dan mengenal dunia lebih baik.
Prefrontal lobes ini yang menyimpan kenangan mengenai kejadian yang pernah
terjadi dalam hidup manusia. elum berkembang secara sempurna, kapasitas dalam
mengingat pun tidak bisa dilakukan secara sempurna.

Sigmund Freud (1899) adalah orang pertama yang menyadari adanya childhood


amnesia ini. Dalam teorinya, Freud menyatakan bahwa childhood amnesia terjadi
karena anak merasa traumatik, sehingga berusaha melupakan, karena menahan
nafsu seks mereka. Freud menyatakan bahwa masa kanak-kanak usia 1,5 hingga 3
tahun, anak fokus pada kenikmatan yang berada pada anusnya. Teori psikoseksual
dari Freud sendiri menyatakan bahwa selama hidupnya, manusia akan
memfokuskan dirinya pada kepuasan seksual. Kembali ke masa modern, ada
penelitian yang dilakukan oleh Paul Frankland, Sheena Josselyn, dan kolega (2012)
pada rumah sakit anak di Toronto. Penelitian ini memiliki dugaan bahwa amnesia
akan ingatan masa kecil terjadi karena pertumbuhan yang sangat cepat pada area
otak yang bernama hippocampus pada masa anak-anak.
Pertumbuhan hippocampus yang cepat ini menyebabkan memori yang lama
“membusuk” dan akhirnya dilupakan. Hippocampus sendiri adalah area pada otak
yang mengatur memori autobiografi kehidupan seseorang masa anak-anak, kita
cenderung melupakan banyak hal detil dibandingkan masa dewasa karena anak-
anak tidak dapat memproses potongan kenangan ke bentuk yang lebih rumit.

Teori dari Sigmund Freud mengatakan bahwa infantile


amnesia disebabkan oleh represi ingatan traumatis yang terjadi dalam
perkembangan psikoseksual awal anak, ungkap laman Psychology
Today. Ketidakmampuan dalam mengingat ketika bayi dan balita
disebabkan memori yang belum sepenuhnya terbentuk.

Salah satu teori menyebut, kita tidak bisa mengingat masa bayi dan balita karena di usia ini
memang belum terbentuk memori yang utuh. Walau begitu, bayi berusia 6 bulan bisa
memiliki memori jangka pendek. Ingatan pada bayi hanya bertahan satu menit, dan dalam
jangka panjang hanya dalam hitungan minggu atau bulan. Dalam sebuah penelitian, bayi
berumur 6 bulan yang belajar bagaimana menekan pengungkit mainan kereta-keretaan
bisa mengingat lagi cara kerja mainan ini tiga minggu kemudian.

enurut Jeanne Shinskey, dosen senior bidang psikologi dari Royal Holloway Universitas
London, kemampuan memori anak berusia tiga tahun memang tak seperti pada orang
dewasa, karena masih terus berkembang. "Perubahan-perubahan pada masa
perkembangan yang juga terjadi pada otak, mungkin bisa menjelaskan mengapa ingatan
Perkembangan yang juga terjadi pada bagian-bagian otak ini termasuk pembentukan,
mempertahankan, dan mengambil kembali memori. Misalnya saja, hipocampus yang
bertanggung jawab pada pembentukan memori, masih berkembang sampai usia 7 tahun.

A.  PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA KANAK-KANAK AWAL

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak).

Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan


kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau
upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang
lain.

Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan
pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Dalam kehidupan sehari-
hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya.
Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru
harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran,
pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan
sebagainya.

Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut
mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, dunia dan
minat anak semakin luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula
pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi
anak. Pada sekolah dasar, pemikiran seorang anak sudah berkembang ke arah konkrit,
rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar
dalam stadium belajar.

B.  PENDEKATAN PIAGET

Jean Piaget menggambarkan masa kanak-kanak awal sebagai tahap


praoperasional (preoperational stage) yaitu, tahap utama kedua dalam perkembangan
kognitif Piaget dimana seorang anak menjadi lebih canggih dalam menggunakan
pemikiran simbolis tetapi masih belum dapat menggunakan logika. Tahap
praoperasional berlangsung pada usia sekitar 2-7 tahun, ditandai oleh ekspansi besar
dalam pemikiran-pemikiran simbolis, atau kemampuan representasi yang pertama kali
muncul pada akhir tahap sensorimotorik (tahap pertama dalam perkembangan
kognitif).

1.Kemajuan pemikiran Praoperasional menurut piaget.

Kemajuan pemikiran simbolis disertai pemahaman yang tumbuh mengenai ruang,


sebab akibat, identitas, kategorisasi, dan lainya.

1)Fungsi simbolis

Fungsi simbolis (Symbolic function): kemampuan anak menggunakan representasi


mental  (kata-kata, angka, atau gambar). Tanpa simbul-simbul, individu tidak dapat
berkomuniasi secara verbal, membuat perubahan, membaca peta, atau mengenali foto-
foto yang disayangi dari kejauhan.

Menurut Vigotsky anak-anak menggunakan percakapan tidak hanya untuk


komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu dalam menyelesaikan masalah.
Vigotsky (1962) lebih jauh berpendpat bahwa anak-anak menggiunakan bahasa
untuk merencanakan, membimbing, dan memantau prilaku mereka. Penggunaan
bahasa untuk pengaturan diri (self regulation) disebut private speech. Bagi
Piaget Private Speech adalah egosentris dan tidak dewasa-tetapi bagi
Vigotsky, private speech adalah merupakan perangkat pemikiran yang penting
selama tahun-tahun masa kanak-kanak awal (John-Steiner, 2007).\

Vigotsky menyatakan bahwa anak-anak yang menggunakan banyak private speech


lebih kompeten secara sosial daripada mereka yang tidak. Iaberargumen bahwa
private speech mempresentasikan suatu transisi awal untuk menjadi komunikatif
secara sosial. Bagi Vigotsky, ketika anak-anak berbicara pada diri sendiri, mereka
menggunakan bahasa untuk mengatur prilaku mereka dan membimbing diri sendiri.
Sebagai contoh, seorang anak yang mengerjakan puzzle mungkin berkata pada diri
sendiri, “kepingan mana yang aku satukan terlebih dahulu?Aku akan mencoba yang
hijau dulu. Sekarang aku perlu yang biru. Tidak, yang biru tidak cocok disana. Aku
akan mencobanya di sini”.

Piaget berpendapat bahwa bicara sendiri bersifat egosentris dan mencerminkan


ketidak matangan. N

https://www.academia.edu/34791045/Perkembangan_Kognitif_Teori_VYGOTSKY.docx

https://media.neliti.com/media/publications/225531-perkembangan-bahasa-pada-anak-dalam-psik-
4550aeec.pdf

da banyak perbedaan perkembangan kognitif antara teori Piaget dan teori Vygotsky,
antara lain:

1. Yang paling membedakan antara teori Piaget dengan teori Vygotsky adalah
masalah sosial dan lingkungan anak, menurut Piaget konteks sosial dan kurtural
kurang ditekankan tetapi berbeda dengan Vygotsky, ia sangat menekankan bahwa
bantuan dan dukungan dari orang sekitar atau kulturan beserta interaksi sosial sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak itu sendiri.
2. Tahap-tahap perkembangan kognitif yang digunakan oleh Piaget adalah memberi
penekanan yang kuat pada tahap sensorimotorik (0-2tahun), praoprasional (2-7tahun),
operasional kongkrit (7-11tahun), dan operasional formal (11–dewasa) sedangkan,
Vygotsky tidak mempunyai tahap-tahap perkembangan khusus seperti Piaget.
3. Dalam perkembangan kognitif juga sangat membutuhkan proses-proses agar dapat
tercapai, proses yang digunakan Piaget adalah skema, asimilasi, akomodasi, operasi,
konservasi, klasifikasi, dan penalaran hipotesis-deduktif. Tetapi proses yang
digunakan oleh Vygotsky adalah zone of proximal development, bahasa, dialog, dan
sejumlah pelengkap budaya. Interaksi sosial dan lingkungan memang sangat
berpengaruh dalam proses perkembangan kognitif ini menurut Vygotsky.
4. Peran bahasa yang dalam teori Piaget memiliki peran yang minimal dan jarang
diterapkan karena lebih mengutamakan kognisi. Berbeda dengan Vygotsky, peran
bahasa dalam teorinya sangat berpengaruh bahkan lebih utama karena menurutnya
bahasa memainkan peran penting dalam membentuk pikiran anak.
5. Pandangan megenai pendidikan menurut Piaget hanya cara menghaluskan
ketrampilan kognitif anak yang telah muncul, maksudnya Pendidikan hanya
membantu atau lanjutan untuk megembangkan kognitif anak. Teori Vygotsky sangat
berlawanan dengan teori Piaget tentang pendidikan. Vygotsky berpendapat bahwa
pendidikan memainkan peran penting untuk membantu anak-anak mempelajari
perkembangan atau perlengkapan budaya yang mereka tinggali, jadi pendidikan
sangat membantu anak untuk bisa berinteraksi dengan lingkungannya.

Dari penjabaran perbedaan teori Piaget dan Vygotsky sangat terlihat jelas bahwa
Vygotsky memang lebih mengutamakan pendekatan sosial dan lingkungan daripada
teori Piaget. Tetapi dari perbedaan-perbedaan diatas, antara teori Piaget dan teori
Vygotsky mempunya kesmaan yaitu peran guru yang bertindak sebagai pembimbing,
pengarah dan dukungan bagi anak-anak untuk lebih berkembang dan maju.

Menurut piaget, Tahap sensoris-motorik (0-2 tahun) , perkembangan mental ditandai dengan
kemajuan pesat dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru
lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat inderanya,
melainkan juga aktif memberikan respon terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-
gerak refleks.

Tahap-tahap perkembangan pemikiran ini dibedakan Piaget atas empat tahap, yaitu tahap
pemikiran sensoris-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
Berikut ini akan diuraikan tahap pemikiran masa bayi, yaitu tahap sensoris-motorik.

Tahap sensoris-motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira 2 tahun. Selama tahap ini,
perkembangan mental ditandai dengan kemajuan pesat dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-
tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-
rangsangan terhadap alat-alat inderanya, melainkan juga aktif memberikan respon terhadap
rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks.

Denagan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan melakukan gerakan-gerakan motorik


dalam bentuk refleks-refleks, bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan
dengan dunia sekitarnya. Jadi, pada permulaan tahap sensoris-motorik, bayi memiliki lebih dari
sekedar refleks yang digunakan untuk mengkoordinasikan pikiran dengan tindakan. Pada akhir
tahap ini, ketika anak berusia sekitar 2 tahun, pola-pola sensoris-motoriknya semakin kompleks
dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif. Misalnya, anak usia 2 tahun dapat
membayangkan sebuah mainan dan memanipulasinya denagn tangannya sebelum mainan
tersebut benar-benar ada. Anak juga dapat menggunakan kata-kata sederhana, seperti “minum
susu” untuk menunjukkan telah terjadinya sebuah peristiwa sensoris-motorik (Santrock, 1998
dalam Desmita, 2012).

Tidak seperti tahap-tahap lainnya, tahap sensoris-motorik dibagi kedalam enam subtahap,
dimana masing-masing subtahap meliputi perubahan-perubahan kualitatif dalam organisasi
sensoris-motorik. Keenam subtahap perkembangan sensoris-motorik menurut Piaget secara
singkat sebagai berikut:

1.Tahap Early Refleks, terjadi pada usia 0-1 bulan, dimana bayi mempunyai kepercayaan atas
refleks bawaan sejak lahir untuk mengetahui lingkungan; asimilasi dari semua pengalaman
refleks misalnya menelan dan menyusu.

2.Tahap Primary Circular Reactions, terjadi pada usia 1-4 bulan, dimana bayi melakuakn
akomodasi (modifikasi) refleks untuk menyesuaikan objek dengan pengalaman baru; seperti bayi
mengulangi reaksi yang bersifat sederhana seperti membuka dan menutup mata, menarik selimut
untuk mendapatkan kesenangan. Jadi, tindakan yang diulang-ulang difokuskan pada tubuh bayi
sendiri.

3.Tahap Secondary Circular Reactions, terjadi pada usia 4-8 bulan, diamana tindakan yang
diulang oleh bayi sudah terfokus pada objek. Tindakan itu digunakan untuk mencapai tujuan,
tetapi masih melakukan secara sembrono. Juga memberikan perhatian terhadap benda-benda
yang bergerak, seperti mengayunkan lengan dan kakinya semata-mata untuk mencapai
kesenangan.

4.Tahap Combined Secondary Circular Reactions, terjadi pada usia 8-12 bulan. Bayi sudah dapat
menguasai sistem respons dan mengkombinasikan tindakan denagn tindakan yang telah
diperoleh sebelumnya (skema) untuk mendapatkan sesuatu. Dan ini merupakan titik awal dari
pengertian.

5.Tahap Tertiary Circular Reactions, terjadi pada usia 12-18 bulan. Anak mulai menggunakan
reaksi yang bersifat “trial and error” untuk mempelajari objek-objek disekitarnya. Kegiatan coba-
coba yang dilakukan anak mulai bisa mengubah gerak-geriknya untuk mencapai suatu tujuan
yang lebih jelas. Tahap ini menandai titik awal perkembangan keingintahuan dan minat pada
sesuatu yang baru.

6.Tahap The First Symbol, terjadi pada usia 18-24 bulan. Dimana fungsi mental bayi berubah
dari suatu taraf sensoris-motorik murni menjadi taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.

Di dalam subtahap tertentu, kemungkinan terdapat skema yang berbeda. Misalnya pada subtahap
1, terdapat skema menghisap, mencari dan mengedipkan mata. Pada dasarnya, skema pada
subtahap 1 lebih bersifat reflektif. Dari subtahap ke subtahap berikutnya, skema yang terbentuk
berubah.perubahan inilah yang menjadi inti dari tahap-tahap pemikiran Piaget (Santrock, 1998
dalam Desmita, 2012).

Pada perkembangan kognitif anak, ada 6 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.

1.Faktor hereditas/ keturunan

Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat schopenhauer,
berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi potensi tertentu yang tidak
dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa, taraf intelegensi sudah
ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahli psikologi lehrin, linzhey dan spuhier
berpendapat bahwa intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.

2.Faktor Lingkungan

Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Locke berpendapat bahwa,
manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan
atau noda sedikitpun. Teori ini dikenal luas dengan sebutan teori Tabula rasa.Menurut john
locke, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat
locke, taraf intelegensi sangatlah ditentukanoleh pengalaman dan pengetahuan yang
diperolehnya dari lingkungan hidupnya.

3.Faktor Kematangan

Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis
(usia kalender)

4.Faktor Pembentukan
Pembentukan ialah segalah keadaan diluar diri seseorang yang memengaruhi perkembangan
intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia berbuat intelegen karena
untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.

5.Faktor Minat dan Bakat

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih
giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan sebagai potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan
memengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan
semakin mudah dan cepat mempelajarinya.

6.Faktor Kebebasan

Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa
manusia dapat memilih metode metode tertentu dalam memecahkan masalah masalah, juga
bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

Diantara 6 faktor diatas, menurut saya faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan
kognitif seorang anak adalah faktor lingkungan. Karena, banyak sekali orang orang sukses yang
berasal dari latar belakang orang tua yang tidak berpendidikan tinggi. Dan juga beberapa faktor
dari enam faktor tersebut lebih mengacu kepada faktor lingkungan. Contohnya seperti faktor
pembentukan poin ke-empat. Sebagai contoh adalah seorang mahasiswi salah satu universitas
negeri di jawa tengah yang berhasil menjadi wisudawati terbaik dengan rata rata IP 3,98, yang
berasal dari latar belakang orang tidak mampu dan orang tua yang tidak berpendidikan tinggi.
Ayahnya adalah seorang petani dan ibunya adalaah seorang buruh. Dia di ajarkan sejak kecil
untuk belajar, belajar dan terus belajar. Sejak SD dia mendapat juara 1 di sekolahnya dan setiap
mendapat nilai bagus hadiah yang diberikan oleh kedua orang tuanya hanyaa mie ayam.

Dari cerita ini kita bisa menyimpulkan bahwa faktor lingkungan lebih berpengaruh pada faktor
pengembangan kognitif seorang anak.

Piaget dalam teori perkembangan kognitifnya mengidentifikasi 4 faktor


yang sangat berpengaruh, yaitu: (1) kematangan biologis; (2) aktivitas
fisik; (3) pengalaman-pengalaman sosial; dan (4) penyeimbangan
(ekuilibrasi). Kesemua faktor ini saling berinteraksi dan mempengaruhi
perkembangan kognitif dengan mengubah proses-proses berpikir.

Kematangan biologis adalah salah satu faktor yang terpenting dalam


perkembangan kognitif. Kematangan sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang memahami dunia di sekitarnya. Proses pematangan biologis
ini dikendalikan oleh gen. Setiap gen akan menunjukkan aksinya secara
perlahan-lahan dan tampak sebagai sesuatu yang telah terprogram
secara genetis. Ini diwarisi dari orang tua anak yang bersangkutan. Apa
yang dilakukan oleh guru dan orang tua mempunyai hanya sedikit
dampak  pada aspek pematangan biologis ini. Hal yang dapat dilakukan
untuk membantu proses pematangan biologis berjalan sebagaimana
seharusnya adalah dengan memberikan nutrisi yang cukup sehingga
anak-anak dapat tumbuh dengan sehat dan selanjutnya perkembangan
kognitif dari faktor pematangan biologis ini juga akan berlangsung
dengan normal.

Aktivitas fisik adalah faktor berikutnya. Aktivitas fisik berpengaruh


penting pada perkembangan kognitif anak-anak. Ketika anak-anak
melakukan beragam gerakan fisik dan beraktivitas secara bervariasi,
secara tidak langsung mereka akan meningkatkan koordinasi tubuhnya.
Saat itu pula mereka akan belajar memahami dan menemukan prinsip-
prinsip keseimbangan. Hal ini dilakukan dengan bereksperimen (secara
sederhana tentunya) sambil mereka bermain-main dengan aktivitas
fisiknya tersebut. Ketika anak-anak melakukan aktivitas fisik dan
sekaligus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, mereka akan
bereksplorasi, mereka akan mengujicoba, mereka akan mengamati,
dan selanjutnya akan mengorganisasikan informasi yang mereka
peroleh itu. Hal ini akan membuat proses-proses berpikir mereka
berjalan. Perkembangan kognitif, dengan demikian menurut Piaget
juga sangat dipengaruhi oleh faktor aktivitas fisik tubuh ini.

Kemudian, ketika seseorang berinteraksi dengan orang-orang yang


berada di lingkungan sekitarnya, menurut Piaget, kemampuan kognitif
orang itu akan meningkat bersamaan dengan terjadinya transmisi
sosial, atau secara lebih gamblang dapat disebut sebagai “belajar dari
orang lain”. Tanpa adanya transmisi sosial, maka setiap orang harus
menemukan kembali atau menciptakan kembali semua pengetahuan.
Dan ini tentu sangat tidak efektif. Oleh karena itu peranan faktor
pengalaman-pengalaman sosial saat berinteraksi dengan orang-orang
lain sangat penting bagi perkembangan kognitif. Kita belajar dengan
banyak dan cepat dari pengetahuan yang disediakan oleh budaya dan
masyarakat kita. Setiap orang dalam suatu komunitas dapat saling
belajar satu sama lain berdasarkan tingkat perkembangan kognitifnya.
Demikian kata Piaget.

Faktor keempat menurut Piaget yang sangat berpengaruh pada


perkembangan kognitif disebut sebagai ekuilibrasi (penyeimbangan).
Penyeimbangan terjadi ketika seseorang secara terus-menerus harus
memproses informasi baru yang didapatnya lalu mengeceknya dengan
informasi atau pengetahuan yang telah dimilikinya sebelumnya. Ketika
suatu informasi baru berbeda dengan informasi lama, maka orang
tersebut harus menyeimbangkannya untuk menentukan manakah
informasi yang tepat Dengan demikian struktur pengetahuan (kognitif)
seseorang terus-menerus dapat diubah dan disesuaikan dengan
informasi baru yang diperolehnya.

Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial dari berbagai jenis seperti


interaksi dengan anggota keluarga atau komunitas berpengetahuan akan
membantu anak-anak dalam memperoleh perilaku yang dapat diterima secara
budaya, keterampilan yang relevan, dan proses pemikiran. Menurutnya,
setiap anak dilahirkan dengan prinsip biologis dasar atau kemampuan mental.

Budaya, di sisi lain menyediakan "Alat Adaptasi Intelektual", sebagaimana


dimaksud olehnya. Alat-alat ini membantu anak-anak untuk memanfaatkan
kemampuan mental mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat
menyelaraskan dengan budaya di mana mereka tinggal.

https://pepnews.com/humaniora/p-e15685268919297/psikologi-8-perspektif-sosial-budaya-psikologi

Anda mungkin juga menyukai