Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Kebidanan Bayi Hipotermi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Kualitas dari pelayanan kesehatan saat ini di tuntut untuk semakin meningkat ke arah
pelayanan yang lebih optimal. Hal tersebut didorong oleh berbagai perubahan mendasar di
masyarakat baik ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta berbagai perubahan lainnya.
Terlebih lagi tuntutan dari pemerintah yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi
masyarakat untuk menerima pelayanan kesehatan termasuk perubahan tuntutan masyarakat pada
peningkatan pelayanan kebidanan. Salah satu pelayanan kebidanan yang juga memerlukan
peningkatan kualitas adalah pelayanan asuhan kebidanan terhadap bayi hipotermia.
Penyebab utama mortalitas neonatus di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom
gangguan nafas, infeksi, serta komplikasi hipotermia. Hipotermia pada neonatus  merupakan
kejadian umum di seluruh dunia. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) di negara berkembang termasuk Indonesia, masih menjadi masalah utama
terutama yang berkaitan dengan kejadian hipotermia.
Hipotermia yaitu penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal. Kehidupan bayi baru
lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang menjadi masalah yang dialami bayi pada masa transisi
ini adalah hipotermia.
Bayi premature maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah,
terutama di bawah 2000 gram, terancam kematian akibat hipotermia yaitu penurunan suhu badan
di bawah 36,5oC disamping asfiksia dan infeksi. (Imral Chair,2007)
Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia tergolong masih tinggi, berdasarkan laporan
World Health Organitation (WHO) tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia
adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per
tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap
hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit
satu bayi Indonesia meninggal (Roesli Utami, 2008).
WHO memperkirakan hampir sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal terjadi di
negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan
42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis,
pneumonia, dan diare (Imral chair, 2007).
Angka kematian sepsis neonatorum menurut DEPKES RI cukup tinggi yaitu sekitar 13-
50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis
neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan
minum.(Depkes, 2007).
Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap kematian sehingga
memerlukan pengawasan dan perawatan yang intensif dan ketat dari tenaga kesehatan yang
berpengalaman dan berkualitas tinggi. Peran bidan sangat diperlukan untuk mencengah
terjadinya risiko hipotermia pada bayi. Seorang bidan itu harus memiliki pengetahuan yang luas,
sikap dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak
diinginkan. Pentingnya pengetahuan dari seorang bidan tersebut dalam pemberi asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir melatarbelakangi penulis dalam pembuatan makalah ini.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian/definisi dari hipotermia pada BBL?
2.      Apa saja etiologi dari hipotermia pada BBL?
3.      Bagaimana patofisiologi dari hipotermia pada BBL?
4.      Apa saja tanda dan gejala dari hipotermia pada BBL?
5.      Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada BBL yang mengalami hipotermia?
6.      Bagaimana penanganan serta pencegahan hipotermia pada BBL?

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan hipotermia pada bayi baru
lahir.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini :
a.       Untuk menjelaskan pengertian hipotermi pada bayi baru lahir.
b.      Untuk menjelaskan penyebab/etiologi dari hipotermi pada BBL.
c.       Untuk menjelaskan patofisiologi dari hipotermi pada BBL.
d.      Untuk menjelaskan tanda dan gejala dari hipotermi pada BBL.
e. Untuk menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada BBL yang mengalami
hipotermia.
f.      Untuk menjelaskan Penanganan serta pencegahan hipotermi pada BBL.

D.    Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Penulis dapat mengembangkan pola pikir serta menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang hipotermia dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
2.      Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang hipotermi pada bayi baru
lahir

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Beberapa definisi hipotermia dari beberapa sumber :
1.     Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001),bayi hipotermia adalah
bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal pada neonatus adalah  36,5o-
37,5oC. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan tangan  teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah  mengalami hipotermia sedang
(suhu 320-36o C). Disebut hipotermia berat bila suhu <32o C diperlukan termometer ukuran
rendah yang dapat mengukur sampai 25o C.
2. Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian.
3. Menurut Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun
sampai dibawah 35o C.

B. Klasifikasi Hipotermia
1.      Hipotermi spintas.
Yaitu penurunan suhu tubuh1-2◦c sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali
setelah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-baiknya. Hipotermi sepintas ini
terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi lama, ruangan tempat bersalin yang dingin,
bila bayi segera di bungkus setelah lahir terlalucepat di mandikan (kurang dari 4 -6 jam sesudah
lahir).
2.      Hipotermi akut.
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam, terdapat pada bayi dengan
BBLR, diruang tempat bersalin yang dingin, incubator yang cukup panas. Terapinya adalah:
segeralah masukan bayi segera kedalam inkubataor yang suhunya sudah menurut kebutuhan bayi
dan dalam kaadaan telanjang supaya dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi lemah,gelisah,
pernafasan dan bunyi jantung lambat serta kedu kaki dingin.

3.      Hipotermi sekunder


Penurunan suhu tubuh yang tidak di sebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh
sebab lain seperti sepsis, syndrome gangguan nafas, penyakit jantung bawaan yang
berat,hipoksia dan hipoglikemi, BBLR. Pengobatan dengan mengobati penyebab Misalnya:
pemberian antibiotika,larutan glukosa, oksigen dan sebagainya.
4.      Cold injuri
Yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam ruang dingin(lebih dari 12 jam). Gejala:
lemah, tidak mau minum, badan dingin, oligoria , suhu berkisar sekitar 29,5◦c-35◦c, tidak banyak
bergerak, oedema, serta kemerahan pada tangan, kaki dan muka, seolah-olah dalam keadaan
sehat, pengerasan jaringan sub kutis. Pengobatan : memanaskan secara perlahan-lahan,
antibiotika, pemberian larutan glukosa10% dan kastikastiroid.
·       Aktifitas berkurang
·       Suhu badan dibawah 36,5◦c
·       Lemah
·       Perabaan terhadap tubuhnya teraba dingin
·       Telapak kaki dingin (ini merupakan pertanda bahwa
hipoterminya sudah berlngsung lama)
·       Kaki, tangan dan badannya akan mengeras(sklerema)

C.     Etiologi
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir. Misalnya bayi baru lahir dibiarkan basah dan
telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan sekitar bayi cukup hangat
namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan
kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
1.      Penurunan Produksi Panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal
metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan
disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.
2.      Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas.
Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ dalam terutama di hati,
otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ
dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian dibuang ke udara dan lingkungan
sekitarnya, oleh karena itu, laju kehilangan panas hampir seluruhnya ditentukan oleh 2
faktor,yaitu :
1. Seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan, yakni dari dalam
inti tubuh ke kulit
2. Seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkungan
Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara :
a.       Konduksi :
Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua obyek.
Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit BBL dengan permukaan yang
lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL yang berada pada permukaan/alas yang
dingin, seperti pada waktu proses penimbangan. Bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur
atau timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui konduksi.
b.      Konveksi :
Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara permukaan kulit bayi dan aliran
udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini dapat berupa : bayi
yang diletakkan di dekat pintu/jendela terbuka, inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada
waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit.
c.       Radiasi :
Yaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya dari bayi dengan
suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat
berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang dingin. Bayi akan mengalami
kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan
langsung dengan tubuh bayi.
d.      Evaporasi :
Cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Panas terbuang akibat penguapan, melalui
permukaan kulit dan traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL yang
basah setelah lahir, karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah lahir
dan bayi tidak cepat dikeringkan atau terjadi setelah bayi dimandikan.

3.      Kegagalan Termoregulasi


Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena lingkungan
eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam uterus. Kegagalan termoregulasi secara
umum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai
penyebab. Keadaan hipoksia intrauterine/saat persalinan/post partum, defek neurologik dan
paparan obat prenatal (analgesik/anastesi) dapat menekan respon neurologik bayi dalam
mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam pengaturan suhu
dapat menjadi hipotermi atau hipertermi.
Setelah lahir, suhu tubuh bayi dapat turun sangat cepat. Bayi aterm yang sehat akan
berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran normal. Namun, jika bayi bermasalah
saat lahir oleh kondisi di bawah ini, stress tambahan akibat hipotermia dapat membahayakan :
a.       Asfiksia berat
b.      Resusitasi ekstensif
c.       Pengeringan setelah kelahiran yang terlambat
d.      Gawat napas
e.       Hipoglikemia
f.       Sepsis
g.      Bayi premature atau KMK

D.    Patofisiologi
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk
menghasilkan panas berupa :
1.      Shivering thermoregulation/ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gemetar secara involunter akibat dari
kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
2.      Non- Shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis untuk
menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat.
Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam
tubuh.

3.      Vasokonstriksi perifer


Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistem saraf simpatis, kemudian sistem saraf perifer akan
memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi sehingga terjadi vasokonstriksi. Keadaan ini
efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang
tidak berguna.

Pada bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan proses oksidasi dari
lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada BBL, NST (proses oksidasi jaringan lemak
coklat) adalah jalur yang utama dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi
atas paparan dingin. Paparan dingin yang berkepanjangan harus dihindarkan oleh karena dapat
menimbulkan efek samping serta gangguan – gangguan metabolik yang berat. Segera setelah
lahir, tanpa penanganan yang baik, suhu tubuh bayi rata-rata akan turun 0,1 oC-0,3oC setiap
menitnya, sedangkan LeBlanc (2002) menyebutkan bahwa suhu tubuh bayi akan turun 2oC
dalam setengah jam pertama kehidupan. WHO Consultative Group on Thermal Control
menyebutkan bahwa BBL yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, suhunya akan turun
2oC-4oC dalam 10-20 menit kemudian setelah kelahiran.

E. Tanda dan Gejala Hipotermi


a.         Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
1.      Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
2.      Bayi tidak mau minum atau menetek.
3.      Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
4.      Tubub bayi teraba dingin.
5.      Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema).
6.      Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7.      Lebih diam dari biasanya.
8.      Hilang kesadaran.
9.      Pernapasannya cepat.
10.  Denyut nadinya melemah.
11.  Gangguan penglihatan.
12.  Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.

b.         Berikut adalah tanda terjadinya hipotermia


Tanda-tanda hipotermia sedang :
a)      Aktifitas berkurang.
b)      Tangisan lemah.
c)      Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).
d)     Kemampuan menghisap lemah.
e)      Kaki teraba dingin.
f)       Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.

c.         Tanda-tanda hipotermia berat :


a)      Aktifitas berkurang,letargis.
b)      Bibir dan kuku kebiruan.
c)      Pernafasan lambat.
d)     Bunyi jantung lambat.
e)      Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis
metabolik.
f)       Risiko untuk kematian bayi.

d.        Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :


a)      Muka,ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
b)      Bagian tubuh lainnya pucat.
c)      Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada
punggung,kaki dan tangan(sklerema).

F. Anatomi Fisiologi
Suhu tubuh diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin

1. Sistem Saraf

Pusat pengatur suhu tubuh hipotalamus→ preoptik hipotalamus anterior.


Pemanasan → vasodilatasi
Dingin → vasokonstriksi
2.      Sistem Endokrin
a.          Medula adrenal : Dingin mengakibatkan sekresi yg menstimulasi metabolisme shg
meningkatkan pembentukan panas.
b.         Kelenjar tiroid : Dingin meningkatkan skresi tiroksin yg mengakibatkan peningkatan
metabolisme dan pembentukan panas
3.      Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu
lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormon progesterone pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal
4.      Hormon pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat
Anatomi Fisiologi pada Hipotermia
 Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal
hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C).
Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi
oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis
anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori
tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori
G. Diagnosis
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit bayi.
Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk deteksi awal
adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.
Untuk mengukur suhu hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
thermometer) yang dapat mengukur sampai 25oC.
H Pathway Hipotermia
I.     Komplikasi
Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi, seperti peningkatan konsumsi oksigen,
produksi asam laktat, apneu, penurunan kemampuan pembekuan darah dan yang paling sering
terlihat hipoglikemia. Pada bayi premature, stress dingin dapat menyebabkan penurunan sekresi
dan sintetis surfaktan. Membiarkan bayi dingin meningkatkan mortalitas dan morbiditas.

J.    Penanganan serta Pencegahan Hipotermia Bayi Baru Lahir


Kesempatan untuk bertahan hidup pada BBL ditandai dengan keberhasilan usahanya
dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh. Untuk itu, BBL haruslah dirawat dalam lingkungan
suhu netral (Neutral Thermal Environment/NTE). NTE adalah rentang suhu eksternal, dimana
metabolisme dan konsumsi oksigen berada pada tingkat minimum, dalam lingkungan tersebut
bayi dapat mempertahankan suhu tubuh normal.
Namun, pada bayi-bayi yang mengalami hipotermia maka harus ditangani secara cepat
dan tepat. Penanganan hipotermia pada bayi, yaitu :
1.      Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2.      Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan
bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada
dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru.
Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
3.      Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu,
yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi
hangat.
4.      Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-
sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80
ml/kg per hari.
5.      Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Untuk mencegah
terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan
bayi.
a.       Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat >2500 gram, langsung menangis kuat,
maka memandikan bayi ditunda selama ± 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memnadikan bayi,
gunakanlah air hangat.
b.      Pada bayi lahir dengan resiko (tidak temasuk kriteria diatas), keadaan umum bayi lemah atau
bayi dengan berat lahir <2000 gram, sebaiknya bayi jangan dimandikan, ditunda beberapa hari
sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi stabil, bayi sudah lebih kuat dan
dapat menghisap ASI dengan baik.

Sepuluh langkah proteksi termal untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi baru
lahir :
Langkah ke 1 : Ruang melahirkan yang hangat
Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan harus cukup hangat dengan suhu
ruangan antara 25oC-28oC serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu, ataupun dari
kipas angin. Selain itu sarana resusitasi lengkap yang diperlukan untuk pertolongan BBL sudah
disiapkan.

Langkah ke 2 : Pengeringan segera


Segera setelah lahir, bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera mengganti kain
yang basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian diletakkan dipermukaan yang hangat
seperti pada dada atau perut ibunya atau segera dibungkus dengan pakaian hangat.

Langkah ke 3 : Kontak kulit dengan kulit


Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah hilangnya
panas pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada atau perut ibu merupakan
tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk mendapatkan lingkungan suhu yang tepat.

Langkah ke 4 : Pemberian ASI


Pemberian ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam-jam pertama kehidupan
BBL. Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang mencukupi akan sangat menunjang kebutuhan
nutrisi, serta akan berperan dalam proses termoregulasi pada BBL.
Langkah ke 5 : Tidak segera memandikan/menimbang bayi
Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak setelah 6 jam)
yaitu setelah keadaan bayi stabil. Tindakan memandikan bayi segera setelah lahir akan
menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Menimbang bayi juga dapat ditunda
beberapa saat kemudian dan dianjurkan pada saat menimbang, timbangan yang digunakan diberi
alas kain hangat.

Langkah ke 6 : Pakaian dan selimut bayi adekuat


Kurang lebih 25% kehilangan panas dapat terjadi melalui kepala bayi sehingga BBL
perlu beberapa lapis pakaian serta selimut, dan diberi topi untuk mencegah kehilangan panas
tersebut.

Langkah ke 7 : Rawat gabung


Bayi-bayi yang dilahirkan dirumah ataupun di rumah sakit, perlu dijadikan satu dalam
tempat tidur yang sama dengan ibunya, selama 24 jam penuh dalam ruangan yang cukup hangat.
Hal ini akan sangat menunjang pemberian ASI on demand, serta mengurangi resiko terjadinya
infeksi nosokomial pada bayi-bayi yang lahir di rumah sakit.

Langkah ke 8 : Transpotasi hangat


Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit, atau ke bagian lain di lingkungan
rumah sakit seperti di ruang rawat bayi atau di NICU, sangat penting untuk selalu menjaga
kehangatan bayi selama dalam perjalanan.

Langkah ke 9 : Resusitasi hangat


Pada waktu melakukan resusitasi, perlu menjaga agar tubuh bayi tetap hangat. Hal ini
sangat penting karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia, tubuhnya tidak dapat menghasilkan
panas yang cukup efesien sehingga mempunyai resiko tinggi menderita hipotermia.

Langkah ke 10 : Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat


Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi (dokter, bidan,
perawat, dan lain-lain), perlu dilatih dan diberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip serta
prosedur yang benar tentang rantai hangat. Keluarga dan anggota masyarakat yang mempunyai
bayi di rumah, perlu diberikan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga agar
bayinya tetap hangat.
K. SOAP
No.Reg: 12 1208
Tanggal Lahir : 01 Februari 2011 pukul : 14.00 Wita
Tanggal Pengkajian : 01 Februari 2011 pukul : 16.00 Wita

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR


A. Identitas Bayi
Nama : By “R”
Tanggal Lahir : 01 Februari 2011 pukul : 14.00 Wita
Jenis Kelamin : Laki - laki (♂)
Anak ke : IV ( empat )

B. Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah)


Nama : Ny “ R ” / Tn “ H ”
Umur : 32 th / 35 th
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA /S1
Pekerjaan : IRT / PNS
Pernikahan : 1kali / ±12
Alamat : Perumahan Bukit Mutiara

C.Data Biologis / Data Fisiologis


1.            Riwayat persalinan sekarang
a.       Jenis persalinan : persalinan spontan
b.      Di tolong oleh : Bidan
c.       Jenis kehamilan : Multiple
d.      Ketuban : jernih
e.       Usia kehamilan : 31-32 minggu

2.            Keluhan utama


Hipotermia suhu 34,2 C, bayi lahir spontan belakang kepala, bayi mengalami hipotermia dengan
suhu 34,2 C.
3.            Riwayat kesehatan sekarang
Pasien kiriman ponek jam 16.00 WITA, GIV P30002 31-32 minggu gemeli inpartu kala 1 lahir
spontan, ketuban jernih, A-S=6-8, jenis kelamin laki- laki, keluhan akral dingin, sesak +
hipersalivasi.
4.            Riwayat kesehatan lalu
Ibu mengatakan bahwa bayinya selama dalam kandungan tidak ada keluhan atau kelainan
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti :
jantung, DM, hipertensi, asma, penyakit menahun seperti : jantung, DM, penyakit menular :
TBC, HIV/AIDS.
5. Riwayat neonatal, kehamilan dan persalinan
a.       Prenatal : ibu hamil anak ke-4
ANC TM I : 2X di bidan, terapi: Fe,kalk
TM II : 4X di bidan, terapi: fe, kalk
TM III : 3X di bidan, terapi : fe, kalk
b.      Natal : ibu telah melahirkan anak yang ke-4, lahir bayi laki-laki secara normal, di tolong
oleh bidan, A-S=6-8
c.       Post Natal : saat ini keadaan bayi jelek, bayi mengalami hipotermia sedang dengan
suhu 34,2 C. BB: 2300 gram, PB: 43 cm, LIDA: 24 cm, lingkar abdomen: 24 cm.
6. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
a.Refleks mengisap kurang baik
b.Bayi sudah mendapat asupan cairan dari susu formula dengan takaran 30 cc / 2 jam.
2. Eliminasi
a. BAK : kebiasaan : tidak teratur
warna : kuning muda
b. BAB : Kebiasaan : tidak tetap
warna : hitam kehijauan ( mekonium )

3. Personal Hygiene
a. Bayi dibersihkan dengan waslap
b. Tali pusat bersih, basah, terbungkus dengan gaas steril
c. Pakaian diganti apabila basah
4. Istirahat
- Lamanya tidak tetap
- Bayi sering terbangun apabila lapar,BAK, BAB
7. Riwayat Psikososial Orang Tua
- Emosi orang tua stabil
- Ibu dan keluarga sangat bahagia dengan kelahiran bayinya
- Kedua orang tua berharap mampu merawat bayinya setelah kembali kerumah.
- Orang tua mengharapkan bayinya sehat.
- Kedua orang tua tinggal satu rumah.
- Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah atas musyawarah suami dan istri.
8. Data Psikologis
1. Data emosional bayi
- Bayi nampak tenang
- Bayi akan nangis bila lapar, BAK, BAB
2. Data emosional orang tua
- Emosi stabil
- Orang tua senang dengan kelahiran bayinya

D. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah
Warna kulit : cyanosis
Reflek :
  Rooting (menoleh) : lemah
  Moro (mendekap) : lemah
  Walking (menendang) : lemah
  Graph(menggenggam) : lemah
  Sucking (menghisap) : lemah

TTV
Suhu : 34,2 C
RR : 54 x/ menit
HR : 144x/ menit
BB : 2300 gram
PB : 43 cm
APGAR SCORE
Menit 1 : appeance (warna kulit): 1 menit 5 A:1
Pulse (frek. nadi) :2 P:2
Grimace (rangsangan) : 1 G:2
Activity (tonus otot) :1 A:1
Respiration (pernapasan):1 R:2

2.      Pemeriksaan Fisik Umum


 Inspeksi
  Kepala : simetris, tumbuh rambut warna hitam, tidak ada kelainan
  Muka : simetris, kebiruan, tidak ada lanugo
  Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih.
  Hidung : simetris, terpasang oksigen nasal 2 Lpm
  Telinga : simetris, tidak ada serumen
  Mulut : simetris, bibir tampak kering, terpasang OGT
er : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak tampak bendungan vena jugularis.
  Dada : tidak ada kelainan
  Mamae : simetris, putting susu menonjol,areola mamae kemerahan.
pusat : bersih, tidak ada perdarahan, tali pusat belum kering da belum lepas, tali pusat di balut dengan
kasa steril, terpasang infuse umbilical.
  Genetalia : labia mayor menutupi labia minor
  Anus : tidak ada atresia ani
  Ekstremitas : tidak ada kelainan, terlihat berwarna kebiruan.

 Palpasi
ala : tidak ada oedema, tidak ada kelainan seperti chepal hematom, caput sucsadenum, anensefalus,
dan hidrosefalus.
  Ubun – ubun : datar

  Auskultasi
  Dada : tidak ada wheezing, tidak ada ronchi

  Antropometri
  FO : 30 cm
  Lingkar dada : 24 cm
  Lingkar abdomen : 24 cm

3.      Pemeriksaan penunjang


  Hemoglobin : 14,2 g/dl
  Lekosit : 9400 cmm
  Hematokrit : 44, 9 %
  Eritrosit : 3.850.000
  Trombosit : 398.000 cmm
  Gol darah :B
  Terapi
  Inf. D10 0,18 % 100 cc
  Ca gluconas 5 cc
  Aminof 50 cc
  Aminipilin bolus drip 3 cc
  Inj. Ampi 2x100 mg
  P.O urdg hex d pomobarbital
  PASI 8x2,5 cc

LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

Analisa Data
Dx : bayi Ny “R” umur 1 hari dengan hipotermia
Ds :-
Do : keadaan umum : jelek
TTV
Suhu : 34,2 C
RR : 54x/menit
HR : 144x/ menit
BB : 2300 gram
PB : 43 cm
LIDA : 24 cm
L.abdomen : 24 cm
Sesak : (+)
Terpasang : 2 Lpm
Masalah :-
Kebutuhan :
  Thermoregulasi
  Pemberian ASI atau PASI
  Perawtan bayi sehat sehari-hari
  OGT
  Infus DL 10% 100 cc
  RL 40 cc / 1 jam
  Vit K 1 mg IM
  Inj. Ampi 2x100 mg
  Inf. D10 0,18 % 100 cc
  Ca gluconas 5 cc
  Aminofusin 50 cc
  Aminopilin bolus drip 3 cc
  PASI 8x2,5 cc

-
LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Masalah Potensial : Terjadinya hipotermi dan gangguan nutrisi
Hipotermi
DS : Bayi lahir tanggal 01 Februari 2011
DO : BBL = 2300 gr
Suhu = 34,2ºC

Analisa dan Interpretasi Data


Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5ºC – 37,5ºCaksila. Gejala awal hipotermi
apabila suhu kurang dari 36ºC atau keadaan dimana kedua kaki dan tangan bayi teraba dingin.
Bila seluruh tubuh bayi dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang.Suhu 32ºC - 36ºC
disebut hipotermi berat, bila suhu tubuh < 32ºC hipotermi menyebabkan terjadinya penyempitan
yang menyebabkan metabolik anaerobik menigkat kebutuhan oksigen mengakibatkan
hipoksemia dan berlanjut dengan kematian ( Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBD
Sarwono Hal 373)
Potensial Gangguan Nutrisi
DS : Ibu mengatakan bayinya kebanyakan tidur
DO : Berat badan lahir 2300 gr
ASI belum lancar
Analisa dan Interpretasi Data
Bayi lahir membutuhkan nutrisi yang cukup. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi
dimana bayi dengan struktur saluran cerna dan banyak mengandung gizi lengkap( colostrum )
yang diberikan oleh bayi sebagai anti body yang dapat mencegah infeksi pada bayi ( Sarwono
Hal 259 ).

LANGKAH IV : TINDAKAN EMERGENCY DAN KOLABORASI


Tidak ada data yang menunjang

LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN


Diagnosa : BCB / SMK / BBLR
Masalah Potensial :Terjadi Hipotermi
Terjadi gangguan pemenuhan nutrisi
Tujuan :-Tidak terjadi hipotermi
-Bayi dapat beradaptasi dengan lingkungan
-Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
Kriteria : - Suhu 36,5ºC – 37,5ºC
-Berat badan bertambah 20 – 40 gr/hari
-Tidak terjadi gangguan metabolisme dan sistem pencernaan
Rencana Tindakan:
1. Beri pakaian dan bedong bayi dengan kain
Rasional : Bayi kecil mudah kehilangan panas secara konduksi karena bayi berada di tempat
yang suhunya lebih rendah dari rahim.
2. Ganti pakaian bayi setiap kali basah
Rasional : Pakaian yang basah dapat menyebabkan kehilangan panas secara konveksi
3. Observasi tanda – tanda vital
Rasional : Tanda – tanda vital merupakan indikator untuk mengetahui keadaan bayi
4. Timbang berat badan bayi setiap pagi
Rasional : BB merupakan indikator pertumbuhan dan perkembangan bayi.
5. Beri susu setiap 2 jam
Rasional : Pemberian nutrisi setiap 2 jam sekali dapat memenuhi kebutuhan ASI dengan dosis
30cc.
6. Observasi tanda – tanda radang
Rasional : Dengan mengobservasi tanda – tanda radang, kita dapat dengan cepat mengambil
keputusan jika terdapat infeksi.
7. Anjurkan kepada ibu untuk pemberian ASI eksklusif.

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

1.                  01-02-2011 Lakukan penghangatan pada tubuh bayi


16.00 WITA Melakukan penghangatan pada tubuh bayi dengan cara meletakan bayi pada
incubator dengan suhu 37,5 C.
Agar bayi hangat dan tidak terjadi hipotermia.
2. 01-02-2011 lakukan observasi TTV pada bayi
16.30 WITA melakukan observasi TTV pada bayi dengan cara mengukur suhu tubuh bayi,
menghitung frek. Nafas bayi.

S : 34,5 C
HR : 144x/ menit
RR : 54x/ menit
3.      01-02-2011 lakukan pemasangan infus, pemasangan O2 nasal,
pemasangan OGT.
Melakukan pemasangan infus RL DL 10 % 100 cc,
pemasangan O2 nasal 2 Lpm, dan pemasangan OGT.
Agar kondisi bayi lebih baik
LANGKAH VII : EVALUASI
Tanggal : 02-02-2011
Jam : 16.00 WIB

S:-
O: keadaan umum : lemah
Suhu : 34,2 C
Nadi : 120 x/ menit
BAB/ BAK : +/+
Tangis : lemah
Gerak / tonus : lemah
Warna kulit : cyanosis
A : Bayi “R” umur 2 hari BCB dengan hipotermia sedang
P:
  Thermoregulasi
  Pemberian ASI atau PASI
  Perawatan bayi sehat sehari-hari
  RL 40 cc/ 1 jam
  Inj. Ampi 2x100 mg
  Ca gluconas 5 cc
  Aminopilin bolus drip 3 cc
  PASI 8x2,5 cc

Tanggal : 03-01-2011
Jam : 09.00 WITA

S:-
O: keadaan umum : Jelek
Suhu : 33,6 C
Nadi : 52 x/ menit
BAB/ BAK : +/-
Tangis : lemah
Gerak / tonus : lemah
Warna kulit : cyanosis
A : Bayi “R” umur 3 hari BCB dengan hipotermia sedang
P:
  Thermoregulasi
  Inf. DL 10% 100cc
  Inj. Ampi 2x100 mg
  Ca gluconas 5 cc
  Aminopilin bolus drip 3 cc
  PASI 8x2,5 cc
  Resusitasi

Tanggal : 03-02-2011
Jam : 10.30 WITA
Bayi “R” umur 3 hari BCB dengan hipotermia sedang meninggal dunia

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hipotermia didefinisikan sebagai suhu inti tubuh di bawah 36 oC (Rutter 1999). BBL
dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan
tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas diantaranya
adalah penurunan produksi panas, peningkatan panas yang hilang dan kegagalan termoregulasi.
Hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif, kutis marmorata,
pucat, takipneu atau takikardi. Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu melalui
aksila, rektal atau kulit.
Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi, seperti peningkatan konsumsi oksigen,
produksi asam laktat, apneu, penurunan kemampuan pembekuan darah dan yang paling sering
terlihat hipoglikemia. Jika bayi sudah mengalami hipotermia, penanganan yang diberikan harus
adekuat dengan cara hangatkan tubuh bayi dengan incubator, penyinaran lampu atau dengan cara
kontak kulit langsung. Selain itu cegah terjadinya hipoglikemi dengan memberikan cairan pada
bayi baik ASI maupun cairan dextrose.
B.     Saran
1.      Hipotermia pada bayi baru lahir dapat lebih mudah di tangani bahkan di cegah apabila ada
kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan anggota keluarga.
2.      Bidan sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota
keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipotermia. Dengan demikian,
keluarga sudah dipersiapkan untuk melengkapi kebutuhan (misalnya : topi, pakaian, selimut
bayi) untuk digunakan bayi setelah lahir.

DAFTAR PUSTAKA

Fraser Diane M, Margareth A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta:EGC


Prawiroharjo, Sarwono dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta:YBBPS
Kosim, Soleh, dkk. 2010. Buku Ajar Neonatologi Edisi I Cetakan Kedua. Jakarta: IDAI
Diposkan oleh Ulfah Luksitasari di 04.24
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
2009.  Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Hipoterm Sedang Terhadap
Bayi. Jakarta : http://d3kebidanan.blogspot.com (diakses tanggal  15 oktober 2011 jam 16.53
WIB)
Getty.2011.Bila Bayi Alami Hipotermia. Jakarta : http://lifestyle.okezone.com (diakses tanggal
12 Maret 2013, jam 17.00 WIB)
Ronaldo.2009.Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak (terjemahan). Jakarta (halaman 90-91)
Penanganan Esensial dasar Kegawat-Daruratan Obstetri dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
(halaman 75-76)
Wiknjosastro,Gulardi H,George Adriaansz,Omo Abdul Madjid,R.Soerjo Hardjono,J.M.Seno
Adjie.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta( Halaman 123-126)

Anda mungkin juga menyukai