Asuhan Kebidanan Bayi Hipotermi
Asuhan Kebidanan Bayi Hipotermi
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan hipotermia pada bayi baru
lahir.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini :
a. Untuk menjelaskan pengertian hipotermi pada bayi baru lahir.
b. Untuk menjelaskan penyebab/etiologi dari hipotermi pada BBL.
c. Untuk menjelaskan patofisiologi dari hipotermi pada BBL.
d. Untuk menjelaskan tanda dan gejala dari hipotermi pada BBL.
e. Untuk menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada BBL yang mengalami
hipotermia.
f. Untuk menjelaskan Penanganan serta pencegahan hipotermi pada BBL.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :
1. Penulis dapat mengembangkan pola pikir serta menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang hipotermia dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
2. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang hipotermi pada bayi baru
lahir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Beberapa definisi hipotermia dari beberapa sumber :
1. Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001),bayi hipotermia adalah
bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal pada neonatus adalah 36,5o-
37,5oC. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang
(suhu 320-36o C). Disebut hipotermia berat bila suhu <32o C diperlukan termometer ukuran
rendah yang dapat mengukur sampai 25o C.
2. Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian.
3. Menurut Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun
sampai dibawah 35o C.
B. Klasifikasi Hipotermia
1. Hipotermi spintas.
Yaitu penurunan suhu tubuh1-2◦c sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali
setelah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-baiknya. Hipotermi sepintas ini
terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi lama, ruangan tempat bersalin yang dingin,
bila bayi segera di bungkus setelah lahir terlalucepat di mandikan (kurang dari 4 -6 jam sesudah
lahir).
2. Hipotermi akut.
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam, terdapat pada bayi dengan
BBLR, diruang tempat bersalin yang dingin, incubator yang cukup panas. Terapinya adalah:
segeralah masukan bayi segera kedalam inkubataor yang suhunya sudah menurut kebutuhan bayi
dan dalam kaadaan telanjang supaya dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi lemah,gelisah,
pernafasan dan bunyi jantung lambat serta kedu kaki dingin.
C. Etiologi
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir. Misalnya bayi baru lahir dibiarkan basah dan
telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan sekitar bayi cukup hangat
namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan
kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
1. Penurunan Produksi Panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal
metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan
disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.
2. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas.
Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ dalam terutama di hati,
otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ
dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian dibuang ke udara dan lingkungan
sekitarnya, oleh karena itu, laju kehilangan panas hampir seluruhnya ditentukan oleh 2
faktor,yaitu :
1. Seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan, yakni dari dalam
inti tubuh ke kulit
2. Seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkungan
Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara :
a. Konduksi :
Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua obyek.
Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit BBL dengan permukaan yang
lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL yang berada pada permukaan/alas yang
dingin, seperti pada waktu proses penimbangan. Bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur
atau timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui konduksi.
b. Konveksi :
Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara permukaan kulit bayi dan aliran
udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini dapat berupa : bayi
yang diletakkan di dekat pintu/jendela terbuka, inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada
waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit.
c. Radiasi :
Yaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya dari bayi dengan
suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat
berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang dingin. Bayi akan mengalami
kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan
langsung dengan tubuh bayi.
d. Evaporasi :
Cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Panas terbuang akibat penguapan, melalui
permukaan kulit dan traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL yang
basah setelah lahir, karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah lahir
dan bayi tidak cepat dikeringkan atau terjadi setelah bayi dimandikan.
D. Patofisiologi
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk
menghasilkan panas berupa :
1. Shivering thermoregulation/ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gemetar secara involunter akibat dari
kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
2. Non- Shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis untuk
menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat.
Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam
tubuh.
Pada bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan proses oksidasi dari
lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada BBL, NST (proses oksidasi jaringan lemak
coklat) adalah jalur yang utama dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi
atas paparan dingin. Paparan dingin yang berkepanjangan harus dihindarkan oleh karena dapat
menimbulkan efek samping serta gangguan – gangguan metabolik yang berat. Segera setelah
lahir, tanpa penanganan yang baik, suhu tubuh bayi rata-rata akan turun 0,1 oC-0,3oC setiap
menitnya, sedangkan LeBlanc (2002) menyebutkan bahwa suhu tubuh bayi akan turun 2oC
dalam setengah jam pertama kehidupan. WHO Consultative Group on Thermal Control
menyebutkan bahwa BBL yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, suhunya akan turun
2oC-4oC dalam 10-20 menit kemudian setelah kelahiran.
F. Anatomi Fisiologi
Suhu tubuh diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin
1. Sistem Saraf
Sepuluh langkah proteksi termal untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi baru
lahir :
Langkah ke 1 : Ruang melahirkan yang hangat
Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan harus cukup hangat dengan suhu
ruangan antara 25oC-28oC serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu, ataupun dari
kipas angin. Selain itu sarana resusitasi lengkap yang diperlukan untuk pertolongan BBL sudah
disiapkan.
3. Personal Hygiene
a. Bayi dibersihkan dengan waslap
b. Tali pusat bersih, basah, terbungkus dengan gaas steril
c. Pakaian diganti apabila basah
4. Istirahat
- Lamanya tidak tetap
- Bayi sering terbangun apabila lapar,BAK, BAB
7. Riwayat Psikososial Orang Tua
- Emosi orang tua stabil
- Ibu dan keluarga sangat bahagia dengan kelahiran bayinya
- Kedua orang tua berharap mampu merawat bayinya setelah kembali kerumah.
- Orang tua mengharapkan bayinya sehat.
- Kedua orang tua tinggal satu rumah.
- Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah atas musyawarah suami dan istri.
8. Data Psikologis
1. Data emosional bayi
- Bayi nampak tenang
- Bayi akan nangis bila lapar, BAK, BAB
2. Data emosional orang tua
- Emosi stabil
- Orang tua senang dengan kelahiran bayinya
D. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah
Warna kulit : cyanosis
Reflek :
Rooting (menoleh) : lemah
Moro (mendekap) : lemah
Walking (menendang) : lemah
Graph(menggenggam) : lemah
Sucking (menghisap) : lemah
TTV
Suhu : 34,2 C
RR : 54 x/ menit
HR : 144x/ menit
BB : 2300 gram
PB : 43 cm
APGAR SCORE
Menit 1 : appeance (warna kulit): 1 menit 5 A:1
Pulse (frek. nadi) :2 P:2
Grimace (rangsangan) : 1 G:2
Activity (tonus otot) :1 A:1
Respiration (pernapasan):1 R:2
Palpasi
ala : tidak ada oedema, tidak ada kelainan seperti chepal hematom, caput sucsadenum, anensefalus,
dan hidrosefalus.
Ubun – ubun : datar
Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
Antropometri
FO : 30 cm
Lingkar dada : 24 cm
Lingkar abdomen : 24 cm
Analisa Data
Dx : bayi Ny “R” umur 1 hari dengan hipotermia
Ds :-
Do : keadaan umum : jelek
TTV
Suhu : 34,2 C
RR : 54x/menit
HR : 144x/ menit
BB : 2300 gram
PB : 43 cm
LIDA : 24 cm
L.abdomen : 24 cm
Sesak : (+)
Terpasang : 2 Lpm
Masalah :-
Kebutuhan :
Thermoregulasi
Pemberian ASI atau PASI
Perawtan bayi sehat sehari-hari
OGT
Infus DL 10% 100 cc
RL 40 cc / 1 jam
Vit K 1 mg IM
Inj. Ampi 2x100 mg
Inf. D10 0,18 % 100 cc
Ca gluconas 5 cc
Aminofusin 50 cc
Aminopilin bolus drip 3 cc
PASI 8x2,5 cc
-
LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Masalah Potensial : Terjadinya hipotermi dan gangguan nutrisi
Hipotermi
DS : Bayi lahir tanggal 01 Februari 2011
DO : BBL = 2300 gr
Suhu = 34,2ºC
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
S : 34,5 C
HR : 144x/ menit
RR : 54x/ menit
3. 01-02-2011 lakukan pemasangan infus, pemasangan O2 nasal,
pemasangan OGT.
Melakukan pemasangan infus RL DL 10 % 100 cc,
pemasangan O2 nasal 2 Lpm, dan pemasangan OGT.
Agar kondisi bayi lebih baik
LANGKAH VII : EVALUASI
Tanggal : 02-02-2011
Jam : 16.00 WIB
S:-
O: keadaan umum : lemah
Suhu : 34,2 C
Nadi : 120 x/ menit
BAB/ BAK : +/+
Tangis : lemah
Gerak / tonus : lemah
Warna kulit : cyanosis
A : Bayi “R” umur 2 hari BCB dengan hipotermia sedang
P:
Thermoregulasi
Pemberian ASI atau PASI
Perawatan bayi sehat sehari-hari
RL 40 cc/ 1 jam
Inj. Ampi 2x100 mg
Ca gluconas 5 cc
Aminopilin bolus drip 3 cc
PASI 8x2,5 cc
Tanggal : 03-01-2011
Jam : 09.00 WITA
S:-
O: keadaan umum : Jelek
Suhu : 33,6 C
Nadi : 52 x/ menit
BAB/ BAK : +/-
Tangis : lemah
Gerak / tonus : lemah
Warna kulit : cyanosis
A : Bayi “R” umur 3 hari BCB dengan hipotermia sedang
P:
Thermoregulasi
Inf. DL 10% 100cc
Inj. Ampi 2x100 mg
Ca gluconas 5 cc
Aminopilin bolus drip 3 cc
PASI 8x2,5 cc
Resusitasi
Tanggal : 03-02-2011
Jam : 10.30 WITA
Bayi “R” umur 3 hari BCB dengan hipotermia sedang meninggal dunia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipotermia didefinisikan sebagai suhu inti tubuh di bawah 36 oC (Rutter 1999). BBL
dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan
tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas diantaranya
adalah penurunan produksi panas, peningkatan panas yang hilang dan kegagalan termoregulasi.
Hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif, kutis marmorata,
pucat, takipneu atau takikardi. Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu melalui
aksila, rektal atau kulit.
Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi, seperti peningkatan konsumsi oksigen,
produksi asam laktat, apneu, penurunan kemampuan pembekuan darah dan yang paling sering
terlihat hipoglikemia. Jika bayi sudah mengalami hipotermia, penanganan yang diberikan harus
adekuat dengan cara hangatkan tubuh bayi dengan incubator, penyinaran lampu atau dengan cara
kontak kulit langsung. Selain itu cegah terjadinya hipoglikemi dengan memberikan cairan pada
bayi baik ASI maupun cairan dextrose.
B. Saran
1. Hipotermia pada bayi baru lahir dapat lebih mudah di tangani bahkan di cegah apabila ada
kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan anggota keluarga.
2. Bidan sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota
keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipotermia. Dengan demikian,
keluarga sudah dipersiapkan untuk melengkapi kebutuhan (misalnya : topi, pakaian, selimut
bayi) untuk digunakan bayi setelah lahir.
DAFTAR PUSTAKA