Anda di halaman 1dari 11

BAB.

III
Sumbangan Bahasa Melayu Riau Terhadap Bahasa
Indonesia

Oleh Khaidir Anwar, M.A. Ph.D Page |


27
Ringkasan
Tulisan ini ingin menjelaskan sumbangan bahasa Melayu Riau
terhadap bahasa Indonesia. Sumbangan itu dianggapnya luar biasa
besarnya, bahkan diberi istilah pelimpahan, pemberian secara
menyeluruh.Besarnya sumbangan bahasa Melayu itu berpangkal
kepada ciri-cirinya seperti, berkemampuan sebagai alat komunikasi
untuk kehidupan tradisional dan modern, mudah penyesuaian
dengan dunia modern, mengandung unsur efisiensi bahasa yang
cukup besar dan lain-lain. Dewasa ini bahasa Indonesia telah
mendapat sumbangan dari bahasa daerah lain, terutama Jawa dan
sumbangan bahasa Melayu terlihat berkurang.

Pendahuluan
Umumnya orang mengetahui bahwa bahasa Indonesia
yang sekarang berasal dari bahasa Melayu. Yang
dimaksud dengan istilah bahasa Melayu adalah bahasa
Melayu Riau, yaitu bahasa Melayu yang dimasa-masa
sebelum perang dunia ke-2 diajarkan di sekolah-sekolah.
Sumbangan dari berbagai bahasa daerah ke dalam bahasa
Indonesia sudah banyak dituliskan, seperti dari bahasa
Jawa, Sunda, dan lain-lain. Tahun 1983 terbit sebuah
buku di Leiden dengan judul : European Loan Words in
Indonesian a check-list of words of Europien origin in
Bahasa Indonesia and Traditional Malay. Hal ini juga
untuk mengingatkan sumbangan dari bahasa-bahasa
Barat ke dalam bahasa Indonesia.
Jadi apakah yang akan kita sebut tentang
sumbangan bahasa Melayu Riau terhadap bahasa
Pemerintah Provinsi Riau. 1985. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya.
Indonesia? Akan dimasukkan kata-katanya, maka
seluruh Kamus Melayu harus digunakan, semua kata
Melayu adalah juga kata-kata Indonesia. Bagaimana pula
dengan tatabahasanya? Saya kira sama juga, kitab-kitab
tentang gramatika bahasa Melayu dapat juga dianggap Page |
28
membicarakan bahasa Indonesia. Kalau demikian ialan
pikiran kita, maka kita hanya mengganti nama saja, yaitu
dari bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia Akan
tetapi tentu cara begini bukan satu-satunya cara untuk
melihat persoalan itu (Anwar 1930 : 24-27).

Madalah Nama

Setiap bulan Oktober kita memperingati Hari Sumpah


Pemuda antara lain disebut bahasa persatuan, yaitu
bahasa Indonesia. Apakah semenjak tahun 1928 sesudah
Sumpah Pemuda yang pertama itu betul-betul sudah
mempunyai bahasa Indonesia atau lebih tepat
menanamkan bahasa Melayu bahasa Indonesia? Ataukah
pada waktu itu orang Indonesia menganggap bahwa
bahasa Melayu Riau sama dengan bahasa Indonesia?
Sepanjang yang pemberian secara menyeluruh.

Bahasa Indonesia Bahasa Modem

Saya kira bahasa Indonesia tidak harus dilihat hanya


sebagai kelanjutan dari Bahasa Melayu 3ala: Pustaka
atau Bahasa Melayu Riau. Orang akan dapat pula
mengemukakan argumentasi bahwa ragam bahasa
Melayu lain yang merupakan unsur penting dalam
menunjang terbentuknya bahasa Indonesia sebagai
bahasa modem. Bisa saja dikatakan umpamanya bahwa
bahasa Melayu Riau itu bukannya sebagai pendorong,
melainkan se-T.Erarr. penghambat tumbuhnya bahasa
Indonesia. Saya teringat pada polemik antara D. Drewes
dengan Dr. C.W. Watson. (Watson. 1971 : 417-
akademik itu bukan langsung tentang bahasa Indonesia, Page |
29
melainkan tentang sastra Indonesia, akan tetapi
implikasinya adalah menyangkut pula bidang bahasa. Dr.
Watson dianggap jurang menekankan pentingnya
peranan Balai Pustaka, tetapi mengingatkan jasa-jasa
penulis pada masa pra-Balai Pustaka, di antaranya
penulis-penulis Tiong Hoa. Memang tak dapat disangkal
bahwa tulisan -tulisan yang terdapat di berbagai surat
kabar yang menggunakan bahasa Melayu rendah, jadi
bukan bahasa Melayu Riau sangat memainkan peranan
dalam mendorong terbentuknya bahasa Indonesia yang
modern.
Bahasa Melayu Riau tentu mulanya lebih banyak
digunakan sebagai alat komunikasi dalam membicarakan
hal-hal yang lebih bersifat tradisional, sedangkan bahasa
Melayu rendah disurat-surat kabar sering membahas hal-
hal yang berkaitan dengan kehidupan modern, seperti
ekonomi, politik, pendidikan dan lain-lain. Dengan
sendirinya bahasa ini merupakan alat modernisasi. Akan
tetapi bagaimana dengan bahasa Melayu Riau yang
dipakai di sekolah-sekolah? Bahasa ini sedikit
banyaknya tentu dipakai pula untuk membicarakan hal-
hal yang ada hubungannya dengan zaman modern.
Yang cukup menarik untuk kita spekulasikan
ialah sebagaimanakah kiranya bentuknya andaikata
bahasa Melayu (Riau) tidak ada atau tidak dijadikan
basis pembentukan bahasa Indonesia. Apakah bahasa
Melayu rendah itu yang akan menjadi bahasa Indonesia?
Pemerintah Provinsi Riau. 1985. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya.
Apakah bangsa Indonesia akan mau menerima bahasa
rendahan itu menjadi bahasa nasional? Seperti kita
ketahui dunia mengenal lahirnya bahasa nasional dari
bahasa rendahan atau Creole Respektabilitas.
Pengalaman di beberapa negara berkembang, Page |
30
terutama dinegara-negara baru akan tetapi mempunyai
masyarakat yang sudah tua, masalah pemilihan bahasa
resmi atau bahasa nasional sering ada kaitannya dengan
soal Tradisi Besar. Banyak orang berpendapat bahwa
bahasa yang mempunyai martabat adalah bahasa yang
mempunyai Tradisi Besar, yaitu bahasa dimasa yang
silam sudah dipakai sebagai kendaraan budaya tinggi,
baik dalam bentuk sastra maupun dalam bentuk
pemikiran atau iimu pada umumnya. Sebaliknya dalam
alam modern yang amat diperlukan adalah efisiensi,
kepersisan dan perbendaharaan kata yang cukup untuk
mengungkapkan peradaban modern. Antara Tradisi
Besar dan tuntutan dunia modern itu tidak selalu terdapat
kaitan yang erat. Ada bahasa modern yang efisien dan
memenuhi tuntutan kehidupan modern. tetapi ada pula
yang tidak. Bila terjadi keadaan seperti yang terakhir ini.
maka terjadilah hal-hal yang menarik dalam pembinaan
bahasa. Adakalanya pengaruh Tradisi Besar itu demikian
mencekam pada suatu budaya sehingga orang rela
mengorbankan efisiensi demi untuk melestarikan Tradisi
Besar itu. Akan tetapi ada pula budaya yang tak segan-
segan mengorbankan kebanggaan akan Tradisi Besar itu
demi untuk mencapai suatu efisiensi di bidang bahasa.
juga di beberapa negara Arab. Di Tanah Air barang kali
bahasa Jawa lebih cenderung untuk digolongkan pada
yang terakhir ini pula.
Sekarang bagaimana dengan bahasa Melayu?
Apakah bahasa Melayu dapat dikatakan mempunyai
Tradisi Besar? Secara relatif di Nusantara ini saya kira
dapat. Barangkali secara gans besar dapat dikatakan
bahwa di Nusantara terdapat dua buah Tradisi Besar,
yaitu bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Dari segi umur Page |
31
dan ukuran Tradisi Jawa, terlihat lebih besar
martabatnya daripada Tradisi Melayu. Akan tetapi
terlihat pula bahwa dalam memenuhi tuntutan
penyesuaian terhadap dunia modern, bahasa Melayu
rasanya lebih unggul. Dalam hubungan ini Profesor
Marcel Bonneff mengemukakan sebuah tulisan kuno
dayanya tidak berorientasi pada istana. Seandainya
bahasa Melayu tidak diubah menjadi suatu bahasa yang
merakyat, maka sulitlah buat pergerakan nasional untuk
menerimanya sebagai bahasa persatuan. Sungguh
menarik bahwa bahasa yang pada mulanya agak
berorientasi feodal itu dapat berubah menjadi bahasa
rakyat dengan orientasi demokratis. Semua pergerakan
nasional Indonesia yang penting mempunyai orientasi
yang dekmoratis. kaum nasionalis kita dari segala aliran
bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
yang merdeka dan demokratis. Oleh karena itu, mereka
enggan menggunakan bahasa yang dianggapnya kurang
menunjukkan ciri-ciri demokrasi dalam kata-kata dan
tatacara penggunaannya. Bahasa Melayu Riau yang
modern dianggap memenuhi syarat untuk dipakai
sebagai alat komunikasi suatu masvarakat merdeka yang
demokratis. Kaum nasionalis Indonesia mempraktekkan
cara hidup berdemokrasi dengan memupuk kemerdekaan
menyatakan pendapat dan beradu argumentasi.
Sebenarnya pada lingkungan yang sangat terbatas,
penggunaan bahasa Belanda Iebih memuaskan buat
Pemerintah Provinsi Riau. 1985. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya.
kebanyakan mereka. Akan tetapi untuk mencapai
lingkungan yang lebih luas, mereka memerlukan bahasa
Melayu. Jadi tidak ternilai pula sumbangan bahasa
Melayu dalam bidang perjuangan bangsa ini.
Page |
32
Sumbangan Bahasa Melayu Dewasa Ini
Dewasa ini bahasa Indonesia mendapat sumbangan yang
tidak putus-putusnya dari berbagai bahasa daerah di
Indonesia. Sumbangan yang agak menonjol kelihatan
datang dari pulau Jawa. Kata-kata Sanskerta yang akhir-
akhir ini cukup banyak masuk ke dalam bahasa
Indonesia.
Adapun sumbangan yang berasal dari bahasa
Melayu pada umumnya terlihat berkurang. Bahasa
Melayu seolah-olah seperti kehabisan darah untuk ikut
memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia.
Dalam Bidang ketatabahasaan dan berbagai ungkapan
pun terlihat menurunya pengaruh bahasa Melayu dalam
bahasa Indonesia. Sebab dari gejala ini tentu melibatkan
banyak) faktor. Ambillah sebuah hal yang sepele sebagai
suatu penyebab Orang Melayu dalam percakapan sehari-
hari sering menggunakan kata jering, yaitu buah yang
mempunyai bau khusus kesukaan banyak orang
Indonesia. Saya memperoleh semacam kesan bahwa bila
berbicara dalam bahasa Indonesia, orang Melayu
terpelajar cenderung menggunakan kata jengkol dan
merasa lebih afdol (diutamakan) dengan kata jengkol itu
dibandingkan dengan kata jering. Bila hal ini memang
dapat dibuktikan, maka dapat diartikan bahwa masalah
jering vorsus jengkol ini adalah suatu sebab menurunnya
sumbangan bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia.
Orang Melayu nampaknya merasa lebih afdol bila
menggunakan kata yang berasal dari pulau Jawa.
Barangkali salah satu sebab pendorong ke arah ini ialah
kenyataan bahwa jumlah orang Melayu yang cerdas
yang belajar di perguruan-perguruan tinggi di Jawa
cukup besar. Tak ayal lagi lingkungan sosialnya akan Page |
33
sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahasanya.
Dan jangan dilupakan bahwa pengaruh kaum elite,
dalam pembentukan bahasa peradaban sangat besar
adanya.

Faktor lain yang penting yang menyebabkan


berkurangnya sumbangan bahasa Melayu ke dalam
bahasa Indonesia tentulah faktor demografi dan juga
faktor politik serta kekuasaan Orang Melayu bukanlah
bagian terbesar dari penduduk Indonesia dan mereka tak
dapat dikatakan sebagai pusat kekuasaan. Mungkin
bahasa Melayu sekarang semacam tahu diri. sehingga
lebih suka ikut daripada jadi ikutan. Kalau dalam hal
jering saja ia lebih menyukai jengkol, maka dapat diduga
betapa sikap bahasa Melayu sekarang tentang kata yang
lebih penting daripada nama buah itu. Kata
pengejawantahan, ambeg prama arta. sandang pangan
dan banyak lagi yang lain mulai terdengar merdu oleh
telinga Melayu.
Di waktu yang lalu bahasa Melayu sangat keras
mempertahankan kaedah dan ungkapan Melayu. Bahasa
Melayu mewajibkan para pemakainya untuk mematuhi
aturan-aturan yang ketat itu. Disiplin penggunaan bahasa
amat dipentingkan. Ini merupakan sumbangan dari
bahasa Melayu terhadap perkembangan bahasa
Indonesia, yaitu suatu sikap berbahasa yang sangat hati-
hati. Kita mengetahui bahwa apa yang dinamakan
Pemerintah Provinsi Riau. 1985. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya.
Bahasa Melayu Koran rendahan tidak atau kurang
mementingkan aspek ini.
Masalah yang sangat dirasakan berat ialah
kaburnya rujukan. Walaupun peranan bahasa Melayu
dalam perkembangan bahasa Indonesia sekarang sudah Page |
34
menurun, masih banyak para ahli bahasa yang tak
hendak membuang pola Melayu begitu saja. Dalam
usaha penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, kita masih melihat cara memperhatikan tuntutan-
tuntutan kepatutan bahasa Melayu yang sudah
diinsirnisasikan.
Sumbangan yang diberikan oleh bahasa Melayu
ialah penggunaan bahasa yang menghendaki kejernihan
pikiran itu tadi. Bahasa Melayu lebih menekankan
kepada kejernihan pikiran daripada betulnya gramatika
dalam arti teknis yang ketat. Cobalah lihat ungkapan-
ungkapan dan peribahasa Melayu. Ia tak seragam betul-
betul, penggunaan bahasanya dari sudut gramatika teknis
agak bervariasi. Akan tetapi pikiran yang dikandungnya
sangat jelas dan terang-benderang. Salah satu unsur
keindahan terletak pada ketajaman tusuk katanya bukan
pada kekaburan dan kegaibannya. Akhirnya patut
disebutkan bahwa kita semua mengetahui betapa eratnya
hubungan bahasa dan budaya. Sumbangan bahasa
Melayu terhadap perkembangan bahasa Indonesia juga
merupakan sumbangan budaya, sumbangan alam dan
cara berpikir. Bahasa dan kebudayaan Indonesia akan
terasa miskin, sekiranya sumbangan itu hanya datang
dari bahasa dan budaya Melayu. Sebaliknya, sekiranya
bahasa dan budaya Melayu tak mau menyumbang lagi,
maka bahasa dan budaya Indonesia akan kurang kaya.
Budaya dan Bahasa
Dalam kita membicarakan sumbangan bahasa Melayu
terhadap bahasa Indonesia, perlu pula disinggung sedikit
hubungan antara budaya dan bahasa Melayu, budaya
Indonesia dan bahasa Indonesia. Kita mengetahui bahwa Page |
35
banyak orang yang menganggap bahwa antara budaya
dan bahasa terdapat hubungan yang sangat erat. Kita
mengenal selogan yang berbunyi "Bahasa menunjukkan
bahasa.” Diantara para ahli bahasa dikenal hipotesis
Sapir dan Whorf yang mengatakan bahwa budaya
bahkan ditentukan oleh bahasa.
Pendapat Sapir dan Whorf ini sangat banyak
kelemahannya sehingga jarang diterima orang secara
utuh. Pendapat orang awan atau selogan yang
berbunyi”Bahasa menunjukkan Bangsa” juga sulit
membuktikannya secara menyakinkan. Terlalu banyak
bahasa di dunia ini yang boleh dikatakan terlepas dari
induk kebudayaannya. Bahasa Inggris di Amerika tidak
dapat kita katakan menunjukkan kebudayaan Ingyiis
secara keseluruhan Bahasa Arab terutama di masa-masa
kejayaan Islam dulu lebih merupakan hasil kebudayaan
Islam dari pada kebudayaan Arab. Bahasa Arab banyak
dikembangkan oleh orang-orang yang bukan dari bangsa
Arab. Bahkan orang Yahudi dan Kristen pun mempunyai
andil dalam perkembangan bahasa Arab.
Bila kita menengok kepada bahasa Melayu, maka
hal yang hampir serupa terlihat pula. Bahasa Melayu
dikembangkan bukan hanya oleh orang Melayu. Kita
umpamanya dapat menunjukkan kepada Nuruddin Ar
Raniri yang tidak dibesarkan dalam budaya Melayu dan
bukan berasal dari orang Melayu. Baru beberapa waktu
dia tiba di Aceh dia telah menulis karya besarnya dalam
Pemerintah Provinsi Riau. 1985. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya.
bahasa Melayu. Abdullah Munsyi juga demikian halnya.
Banyak lagi yang lain. Memang begitulah hakekatnya
bahasa atau beberapa bahasa yang akhirnya menjadi
bahasa umum yang besar. Bahasa Inggris dikembangkan
oleh berbagai bangsa, seperti orang scot. orang Wales, Page |
36
orang Irlandia dan lain-lain. Bahasa yang terlalu erat
hubungannya dengan budaya tertentu dan sulit untuk
melepaskan diri sedikit banyaknya dari budaya asalnya,
jarang yang diterima orang sebagai bahasa umum.
Faktor melonggarkan hubungan antara bahasa
dan budaya dalam pengertian di atas, sebenarnya juga
merupakan sumbangan bahasa Melayu terhadap bahasa
Indonesia. Bahasa yang terlalu erat hubungannya dengan
budaya kadang-kadang dapat merupakan sesuatu yang
mengukung. Sebaliknya bahasa yang tidak terlalu erat
hubungannya dengan budaya dapat menjadi alat untuk
menuju perluasan daerah pembebasan. Bahasa Melayu
yang mulanya sangat erat hubungannyan dengan budaya
Melayu lama kelamaan berubah menjadi bahasa yang
agak netral budaya dan akhirnya menjelma menjadi
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lalu menjadi
menjadi bahasa kita bersama yang mempunyai latar
belakang budaya yang beraneka ragam.

Kepustakaan
Anwar, Khaidir. Indonesia, the development and use of a
national language. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta, pp : 24-27.
1976 "Minangkabau : back round of the pioneers of
modern Standard Malay. Dalam : Archipel No.12, pp :
77-93.
Bonneff, Marcel ”Un Apercu De L’Influence Des
Aspirations Democratiques Sur La Con-seption Et, L.
Usage Des ’Niveaux De Langue’ En Javanais : Le
Mouvement Djojo-Dipo Et Ses Prolongements”. Dalam :
Papers on Indonesian Lan-guages and Literatures, Nigel
Philips and Khaidir Anwar (Eds.). London & Paris, pp : Page |
37
35-53.
Drewes. G.W.J. 1981 Balai Pustaka and Its Antecedents.
Dalam: Papers on Indonesian Languages and Literatures,
Nigel Philips and Khaidir Anwar (Eds.). London & Paris
pp : 102 -103.
Teeuw. A. 1980. The Impact of Balai Pustaka on
Modern Indonesian Literature”. Dalam :
Bulletin S.O.A.S., volume XXXV, p : 119. London.
Watson, C.W. 1971 ”Some Preliminary Remarks on
the Antecedents of Modern Indonesian
Literature . Dalam : Bijdragen tot de Tall-, Land-en
Volkenkunde, CXXVII (4). pp : 417-433. Leiden.

Pemerintah Provinsi Riau. 1985. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya.

Anda mungkin juga menyukai