Disusun Oleh :
KETENTUAN :
UU no.23 th 1992 di cabut.
Peraturan pelaksanaan UU 23 th 1992 masih berlaku jika tak Bertentangan.
Kesehatan adalah Investasi
Azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan,
penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan nondiskriminasi dan norma-norma agama.
Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.Pada
undang-undang ini menyebutkan pengertian dari :
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan,
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode yang ditujukan untuk membantu
menegakkan diagnosa, pencegahan, dan penanganan permasalahan kesehatan manusia.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,
dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.
Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian
penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan
Pasal 103
1. Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan, dan menggunakan narkotika dan
psikotropika wajib memenuhi standar dan/atau persyaratan tertentu.
2. Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran, serta penggunaan narkotika dan psikotropika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 108
1. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Yang dimaksud dengan “tenaga kesehatan” dalam ketentuan ini adalah tenaga kefarmasian sesuai dengan
keahlian dan kewenangannya. Dalam hal tidak ada tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat
melakukan praktik kefarmasian secara terbatas, misalnya antara lain dokter dan/atau dokter gigi, bidan,
dan perawat, yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pidana
Ayat (2) Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan,
dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah).
Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Membuka dan membaca ketentuan PP 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Terkait Pelayanan Kefarmasian, buat rangkuman.
Pasal 1
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi / Asisten Apoteker.
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang
telah diregistrasi.
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek atau
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Surat Izin Kerja (SIK) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian pada fasilitas produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran
Pasal 4
a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai degan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
PerPUUan, dan
c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga Kefarmasian
BAB II
Pasal 5
Pasal 33
(1) Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi.
(2) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukan bagi :
a. Apoteker berupa STRA dan
b. Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK.
Pasal 40
STRA berlaku selama 5 (lima tahun) dan dapat diperpanajng untuk jangka waktu 5 tahun apabila memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
ayat (1).
Pasal 42
(1) Apoteker lulusan luar negeri yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian di Indonesia harus memiliki STRA setelah melakukan adaptasi
pendidikan.
(2) STRA sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dapat berupa :
a. STRA sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 40 ayat (1); atau
b. STRA khusus
Pasal 44
STRA khusus sebagaimana dimaksudkan pada pasal 42 ayat (2) huruf b dapat diberikan kepada apoteker warga negara asing lulusan luar negeri dengan syarat
:
(1) Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memenuhi persyaratan :
a. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA di tempat Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja; dan
d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian.
(2) STRTTK dikeluarkan oleh Menteri.
(3) Menteri dapat mendelegasikan pemberian STRTTK kepada pejabat kesehatan yang berwenang pada pemerintah daerah provinsi.
Pasal 48
STRTTK berlaku selama 5 (lima tahun) dan dapat diperpanajng untuk jangka waktu 5 tahun apabila memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
47ayat (1).
Pasal 52
(1) Setiap Tenaga Kefarmasian yg melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian
bekerja
(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. SIPA bagi Apoteker yg melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit
b. SIPA bagi Apoteker yg melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Apoteker pendamping
c. SIK bagi Apoteker yg melakukan Pekerjaan Kefarmasian di fasilitas kefarmasian diluar Apotek dan instalasi farmasi rumah sakit; atau
d. SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Kefarmasian
Pasal 53
(1) Surat izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat Pekerjaan
Kefarmasian dilakukan
Pasal 55
(1) Untuk mendapatkan surat izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Tenaga Kefarmasian harus memiliki :
a. STRA, STRA Khusus, atau STRTTK yang masih berlaku;
b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian atau fasilitas kefarmasian atau Fasilitas Kesehatan yang memiliki izin; dan
c. Rekomendasi dari Organisasi Profesi setempat.
2. Membuka dan membaca ketentuan PMK 9/2017 Tentang Apotik dan PMK 26/2018 Tentang Pelayanan OSS, buat rangkuman
persyaratan tiap tahap dan Tahapan Proses Perizinan Apotik
Jawab:
1. PENGERTIAN APOTEK
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Pengaturan apotek bertujuan untuk:
a. meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;
b. memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian di Apotek;
c. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek
Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.Dalam hal
Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan.
2. Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.
Bangunan
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. Bangunan Apotek harus bersifat
permanen, dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan
yang sejenis.
Sarana, prasarana,peralatan
Sarana ruang yang berfungsi meliputi :
a. penerimaan Resep;
b. pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
c. penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. konseling;
e. penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
f. arsip
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a. instalasi air bersih;
b. instalasi listrik;
c. sistem tata udara;
d. sistem proteksi kebakaran.
Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian meliputi rak obat, alat peracikan,
bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan
lain sesuai dengan kebutuhan, formulir merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas
permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien. Sarana, prasarana, dan peralatan harus dalam keadaan
terpelihara dan berfungsi dengan baik.
Ketenagaan
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
Syarat ketenaga kerjaan:
1. Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi.
2. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. PERIZINAN APOTEK
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. (3) Izin berupa SIA. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh
SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 1.
Permohonan sebagaimana harus ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen administratif paling lama dalam waktu 6
(enam) hari kerja sejak menerima permohonan, paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa
harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan menggunakan Formulir 3.dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif meliputi:
a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan;
e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan
menggunakan Formulir 2. Tim harus melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:
tenaga kefarmasian;
tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan memenuhi
persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4. Dalam hal
hasil pemeriksaan dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan
paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan Formulir 5. Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi
persyaratan , pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat penundaan diterima, apabila pemohon
tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan dengan menggunakan
Formulir 6, apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka waktu , Apoteker pemohon dapat
menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA. Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA maka
penerbitannya bersama dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.
4. PERUBAHAN IZIN APOTEK
Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama
Apotek harus dilakukan perubahan izin. Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah
lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan perubahan izin kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, tidak perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa. Tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang
melakukan perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan Apoteker pemegang SIA mengikuti tatacara perizinan apotek.
5. PENYELENGGARAAN APOTEK
Apotek menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada ; a. Apotek lainnya, Puskesmas, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, dokter, bidan praktik mandiri, pasien; masyarakat.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan jumlah sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam hal:
terjadi kelangkaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di fasilitas distribusi;
terjadi kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di fasilitas pelayanan kesehatan.
Apotek hanya dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada:
Apotek lainnya;
Puskesmas;
Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
Instalasi Farmasi Klinik;
dokter;
bidan praktik mandiri;
pasien; dan h. masyarakat.
Penyerahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan jumlah
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam hal:
a. terjadi kelangkaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di fasilitas distribusi;
b. terjadi kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di fasilitas pelayanan kesehatan.
6. PERSYARATAN APOTEK
Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas:
a. papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama Apotek, nomor SIA, dan alamat; harus dipasang di dinding
bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan, secara jelas dan mudah terbaca.
b. papan nama praktik Apoteker, yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik Apoteker
harus berbeda dengan jadwal praktik Apoteker yang bersangkutan di fasilitas kefarmasian lain.
Setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan,
etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan kepentingan pasien.
Apoteker wajib melayani Resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Dalam
hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien. Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di
Apotek atau pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam Resep, Apoteker dapat mengganti obat setelah berkonsultasi dengan
dokter penulis Resep untuk pemilihan obat lain. mengganti obat setelah berkonsultasi dengan dokter penulis Resep untuk pemilihan obat lain.
Apabila Apoteker menganggap penulisan Resep terdapat kekeliruan atau tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis
Resep, apabila tetap pada pendiriannya, maka Apoteker tetap memberikan pelayanan sesuai dengan Resep dengan memberikan catatan dalam
Resep bahwa dokter sesuai dengan pendiriannya.
Pasien berhak meminta salinan Resep, harus disahkan oleh Apoteker. Salinan Resep harus sesuai aslinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Resep bersifat rahasia. Resep harus disimpan di Apotek dengan baik paling singkat 5 (lima) tahun. Resep atau salinan
Resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis Resep, pasien yang bersangkutan atau yang merawat pasien, petugas kesehatan atau
petugas lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
OSS
Notifikasi
Memenuhi
pemenuhan Max 3 hari
persyaratan
komitmen
Max 6 hari
setelah Pemeriksaan Berita acara Pemberitahuan Komitmen
komitmen lain sarana pemeriksaan Perbaikan perbaikan BAP dipenuhi
dipenuhi
Permasalahan terkait OSS
Pelaku usaha
Tidak memenuhi Penolakan
melengkapi
Melibatkan Dinas syarat
paling lambat 1
N
Kesehatan Kab/Kota Permasalahan PMK no 26 Tahun 2018 Keterangan bulan Usulan
o &
(Tenaga kefarmasian terkait OSS
Tenaga yang menangani Rumusan
sarana)
1. Jenis Izin Apotek PMK no 26 Tahun 2018
(Izin
Usaha/Operasional)
Pasal 86 Agar sesuai dengan ketentuan di Sudah berproses
PMK no 9 Tahun 2017 maka surat usulan
diusulkan untuk merevisi PP no perubahan PP no 24
(1) Izin Usaha berlaku 24 Tahun 2018 dan PMK no 26
selama Pelaku Usaha Tahun 2018 terkait dengan jenis
menjalankan usaha izin apotek izin operasional
dan/atau kegiatannya.
(2) Izin Komersial atau
Operasional berlaku
untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat
diperpanjang selama
memenuhi persyaratan
Jawab:
Aspek dan Sub Aspek PMK 72/2016 PMK 73/2016 PMK 74/2016
PER-UU-AN YANG DIPAKAI
Per-UU-an yang dipakai UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Kesehatan Psikotropika Psikotropika
UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang UU Nomor 35 Tahun 2009
Rumah Sakit Narkotika Tentang Narkotika
UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang UU Nomor 36 Tahun 2009
Pemerintahan Daerah Kesehatan Tentang Kesehatan
UU Nomor 36 Tahun 2014 Tentang UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang UU Nomor 23 Tahun 2014
Tenaga Kesehatan Pemerintah Daerah Tentang Pemerintah Daerah
PP Nomor 72 Tahun 1998 Tentang UU Nomor 36 Tahun 2014 Tentang UU Nomor 36 Tahun 2014
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Tenaga Kesehatan Tentang Tenaga Kesehatan
Alat Kesehatan PP Nomor 51 Tahun 2009 Tentang PP Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Pekerjaan Kefarmasian
Pekerjaan Kefarmasian PP Nomor 40 Tahun 2013 Tentang PP Nomor 40 Tahun 2013 Tentang
Keputusan Presiden Nomor 103 Pelaksanaan Undang-Undang Pelaksanaan Undang-Undang
Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Narkotika Narkotika
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Keputusan Presiden Nomor 103 Keputusan Presiden Nomor 103
Lembaga Pemerintah Non Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tahun 2001 Tentang Kedudukan,
Departemen Tugas, Fungsi, Kewenangan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
PMK Nomor 64 Tahun 2015 Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Susunan Organisasi, dan Tata
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non Departemen Kerja Lembaga Non Departemen
Kementerian Kesehatan PMK Nomor 64 Tahun 2015 PMK Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Tentang Pusat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Masyarakat
PMK Nomor 64 Tahun 2015
Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan
Tujuan Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety)
PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI (BMHP)
Pengelolaan Obat Dan Merupakan suatu siklus kegiatan, Pengelolaan sediaan farmasi, alat Pengelolaan sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai dimulai dari pemilihan, perencanaan kesehatan, dan BMHP dilakukan sesuai BMHP merupakan salah satu
(BMHP) kebutuhan, pengadaan, penerimaan, ketentuan peraturan perundang- kegiatan pelayanan kefarmasian,
penyimpanan, pendistribusian, undangan yang berlaku, meliputi : yang dimulai dari perencanaan,
pemusnahan dan penarikan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, permintaan, penerimaan,
pengendalian, dan administrasi yang penyimpanan, pemusnahan, penyimpanan, pendistribusian,
diperlukan bagi kegiatan pelayanan pengendalian, pencatatan dan pelaporan pengendalian, pencatatan, dan
kefarmasian pelaporan serta pemantauan dan
Apoteker bertanggung jawab evaluasi
terhadap pengelolaan sediaan Kepala ruang farmasi di puskesmas
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP mempunyai tugas dan tanggung
di rumah sakit, serta menjamin jawab untuk menjamin
seluruh rangkaian kegiatan dan terlaksananya pengelolaan sediaan
memastikan kualitas, manfaat, dan farmasi dan BMHP yang baik
keamanannya
PELAYANAN FARMASI KLINIS
FARMASI KLINIS Merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya
efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety), dan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(quality of life) terjamin
SUMBER DAYA KEFARMASIAN
Sumber Daya Manusia Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dalam melakukan pelayanan Penyelengaraan pelayanan
(SDM) : kefarmasian apoteker harus memenuhi kefarmasian di puskesmas minimal
Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri kriteria : harus dilaksanakan oleh 1 (satu)
dari : apoteker, tenaga teknis Persyaratan administrasi orang tenaga apoteker sebagai
kefarmasian Menggunakan atribut praktik antara penanggung jawab, yang dapat
Untuk pekerjaan penunjang terdiri lain baju praktik, tanda pengenal dibantu oleh Tenaga Teknis
dari : operator komputer/teknisi yang Wajib mengikuti pendidikan Kefarmasian sesuai kebutuhan
memahami kefarmasian, tenaga berkelanjutan dan mampu Jumlah kebutuhan apoteker di
administrasi, pekarya/pembantu memberikan pelatihan yang puskesmas dihitung berdasarkan
pelaksana berkesinambungan rasio kunjungan pasien, baik rawat
Apoteker harus mampu inap maupun rawat jalan serta
Persyaratan SDM : mengidentifikasi kebutuhan akan memperhatikan pengembangan
pengembangan diri, baik melalui puskesmas. Rasio untuk
Pelayanan kefarmasian harus
pelatihan, seminar, workshop, menentukan jumlah apoteker di
dilakukan oleh apoteker dan tenaga
pendidikan berkelanjutan atau puskesmas bila memungkinkan
teknis kefarmasian. Tenaga teknis
mandiri diupayakan 1 (satu) apoteker untuk
kefarmasian yang melakukan
Harus memahami dan melaksanakan 50 (lima puluh) pasien perhari
pelayanan kefarmasian harus di
bawah supervisi apoteker serta patuh terhadap peraturan
Instalasi farmasi harus dikepalai oleh perundang-undangan, sumpah
seorang apoteker yang merupakan apoteker, standar profesi (standar
apoteker penanggung jawab seluruh pendidikan, standar pelayanan,
pelayanan kefarmasian di rumah standar kompetensi dan kode etik)
sakit. Kepala instalasi farmasi yang berlaku
diutamakan telah memiliki
Dalam melakukan pelayanan
pengalaman bekerja di instalasi
kefarmasian seorang apoteker harus
farmasi minimal 3 (tiga) tahun
menjalankan peran yaitu :
Beban Kerja dan Kebutuhan Pemberi pelayanan
Beban Kerja : Pengambil keputusan
Perlu memperhatikan faktor-faktor : Komunikator
Kapasitas tempat tidur dan bed Pemimpin
occupancy rate (bor) Pengelola
Jumlah dan jenis kegiatan farmasi Pembelajar seumur hidup
yang dilakukan Peneliti
Jumlah resep atau formulir
permintaan obat (floor stock) per hari
Volume sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis
pakai
Peralatan
4. Dari PMK 72/2016, PMK 73/2016, PMK 74/2016, ambil dari dua aspek : pengelolaan obat/BMHP dan farmasi klinik. Buat
ringkasan dalam matriks dibawah ini :
Melaporkan ke Pusat
Monitoring Efek Samping Obat
Nasional
PMK Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
Subaspek Tujuan Kegiatan Hasil
Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Perencanaan Tujuan dari perencanaan, yaitu : Menseleksi sediaan farmasi dan Untuk pemenuhan kebutuhan
Perkiraan jenis dan jumlah BMHP dengan mempertimbangkan puskesmas
sediaan farmasi dan BMHP yang pola penyakit, pola konsumsi
mendekati kebutuhan sediaan farmasi periode sebelumnya,
Meningkatkan penggunaan obat data mutasi sediaan farmasi, dan
secara rasional rencana pengembangan untuk
Meningkatkan efisiensi menentukan jenis dan jumlah
penggunaan obat sediaan farmasi
Permintaan Tujuan permintaan sediaan farmasi Permintaan sediaan farmasi, alat Untuk pemenuhan kebutuhan
dan BMHP adalah memenuhi kesehatan, dan BMHP kepada Dinas puskesmas
kebutuhan sediaan farmasi dan Kesehatan Kabupaten/Kota
BMHP di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat
Penerimaan Tujuannya adalah agar sediaan Penerimaan, penyimpanan, Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
farmasi yang diterima sesuai dengan pemindahan, pemeliharaan, BMHP yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan penggunaan obat dan BMHP beserta kebutuhan berdasarkan permintaan
yang diajukan oleh puskesmas, dan kelengkapan catatan yang
memenuhi persyaratan keamanan, menyertainya
khasiat, dan mutu
Penyimpanan Tujuannya adalah agar mutu sediaan Pengaturan terhadap sediaan farmasi Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
farmasi yang tersedia di puskesmas yang diterima agar aman (tidak BMHP memiliki mutu yang tetap
dapat dipertahankan sesuai dengan hilang), terhindar dari kerusakan terjamin, sesuai dengan persyaratan
persyaratan yang ditetapkan fisik maupun kimia yang ditetapkan
Pendistribusian Tujuannya adalah untuk memenuhi Pemberian obat sesuai resep yang Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
kebutuhan sediaan farmasi sub unit diterima (floor stock) BMHP terdistribusi secara merata
pelayanan kesehatan yang ada di Pemberian obat per sekali minum dan teratur untuk memenuhi
wilayah kerja puskesmas dengan (dispensing dosis unit) atau kebutuhan sub unit/satelit farmasi
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang kombinasi puskesmas dan jaringannya
tepat Pendistribusian ke jaringan
puskesmas dilakukan dengan
cara penyerahan obat sesuai
dengan kebutuhan (floor stock)
Pemusnahan dan Penarikan Untuk pemusnahan dan penarikan Penarikan sediaan farmasi yang Dapat melindungi masyarakat dari
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan tidak memenuhi peredaran sediaan farmasi, alat
BMHP yang tidak dapat digunakan standar/ketentuan peraturan kesehatan, dan BMHP yang tidak
harus dilaksanakan dengan cara perundang-undangan dilakukan memenuhi persyaratan mutu
yang sesuai dengan ketentuan oleh pemilik izin edar
peraturan perundang-undangan yang berdasarkan perintah penarikan
berlaku oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM
Pemusnahan dilakukan untuk :
produk yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, kadaluarsa,
tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan, dan dicabut izin
edarnya
Pengendalian Tujuannya adalah agar tidak terjadi Pengendalian persediaan Tercapainya sasaran yang diinginkan
kelebihan dan kekosongan obat di Pengendalian penggunaan sesuai dengan strategi dan program
unit pelayanan kesehatan dasar Penanganan sediaan farmasi yang telah ditetapkan sehingga tidak
hilang, rusak, dan kadaluarsa terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar
Administrasi Tujuan pencatatan dan pelaporan Pencatatan dan pelaporan terhadap Kegiatan pencatatan dan pelaporan
yaitu : seluruh rangkaian kegiatan dalam yang dilakukan digunakan sebagai
Bukti bahwa pengelolaan pengelolaan sediaan farmasi dan sumber data dan bukti pengelolaan
sediaan farmasi dan BMHP telah BMHP sediaan farmasi dan BMHP pada
dilakukan puskesmas atau unit pelayanan
Sumber data untuk melakukan lainnya
pengaturan dan pengendalian
Sumber data untuk pembuatan
laporan
Pemantauan dan Evaluasi Mengendalikan dan menghindari Pemantauan dan evaluasi Kesalahan dalam pengelolaan
terjadinya kesalahan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan sediaan farmasi dan BMHP dapat
pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP dilakukan secara periodik dihindari sehingga dapat
BMHP sehingga dapat menjaga meningkatkan kualitas pelayanan
kualitas maupun pemerataan
pelayanan
Memperbaiki secara terus-
menerus pengelolaan sediaan
farmasi dan BMHP
Memberikan penilaian terhadap
capaian kinerja pengelolaan
Pelayanan Farmasi Klinis
Pengkajian dan Pelayanan Resep Tujuan : Kegiatan pengkajian resep dimulai Dapat melindungi pasien agar tidak
Pasien memperoleh obat sesuai dari persyaratan : terjadi kesalahan dalam pemberian
dengan kebutuhan Persyaratan administrasi : obat
klinis/pengobatan nama, umur, jenis kelamin dan
Pasien memahami tujuan berat badan pasien, nama dan
pengobatan dan mematuhi paraf dokter, tanggal resep, dll
intruksi pengobatan Persyaratan farmasetik : bentuk
dan kekuatan sediaan, dosis dan
jumlah obat, stabilitas dan
ketersediaan, dll
Persyaratan klinis : ketepatan
indikasi, dosis, dan waktu
penggunaan obat, duplikasi
pengobatan, kontraindikasi, dll
Pemantauan Terapi Obat (PTO) Tujuan : Kegiatan : Pasien mendapatkan terapi obat
Mendeteksi masalah yang terkait Memilih pasien yang memenuhi yang efektif, terjangkau dengan
dengan obat kriteria memaksimalkan efikasi dan
Membuat catatan awal meminimalkan efek samping
Memberikan rekomendasi
penyelesaian masalah yang Memperkenalkan diri pada
terkait dengan obat pasien
Memberikan penjelasan pada
pasien
Mengambil data yang dibutuhkan
Melakukan evaluasi
Memberikan rekomendasi
Evaluasi Penggunaan Obat Tujuan : Mengevaluasi penggunaan obat pada Obat yang digunakan pasien sesuai
Mendapatkan gambaran pola pasien indikasi, efektif, aman dan
penggunaan obat pada kasus terjangkau (rasional)
tertentu
Melakukan evaluasi secara
berkala untuk penggunaan obat
tertentu