Anda di halaman 1dari 53

TUGAS MATA KULIAH

UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI


(Perizinan dan Standar Yanfar)
DOSEN : Fauzi Kasim Drs. M.Kes.Apt

Disusun Oleh :

Nurdianti 19344151 (Kelas E)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
1. Membuka dan membaca ketentuan UU 36/2009 Tentang Kesehatan Terkait Praktik Kefarmasian/Pelayanan Kefarmasian, buat
rangkuman.
Jawab:

KETENTUAN :
 UU no.23 th 1992 di cabut.
 Peraturan pelaksanaan UU 23 th 1992 masih berlaku jika tak Bertentangan.
Kesehatan adalah Investasi
Azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan,
penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan nondiskriminasi dan norma-norma agama.
Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.Pada
undang-undang ini menyebutkan pengertian dari :
 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
 Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan,
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
 Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
 Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
 Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
 Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
 Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
 Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
 Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
 Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode yang ditujukan untuk membantu
menegakkan diagnosa, pencegahan, dan penanganan permasalahan kesehatan manusia.
 Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,
dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

Pelayanan Kesehatan
 Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
 Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.
 Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian
penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
 Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
 Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
 Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan

Hak dan Kewajiban


Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
Juga memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri
dan bertanggungjawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan dan mendapatkan lingkungan
yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Juga berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.
Tanggungjawab Pemerintah
Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masayarakat. Juga sumber daya di bidang
kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Bertanggungjawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial
nasional bagi upaya kesehatan perseorangan.
Larangan Menolak Pasien
Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.fasilitas pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan
tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
Fasilitas pelayanan kesedilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta. Ketentuan perizinan
fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam
keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka.
Obat
Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan kesehatan, terutama obat
esensial. Dalam menjamin ketersediaan obat dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan
khusus untuk pengadaan dan pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan masyarakat akan perbekalan kesehatan
terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa obat esensial dan alat kesehatan dasar tertentu
dilaksanakan dengan memperhatikan kemanfaatan, harga dan gaktor yang berkaitan dengan pemerataan
Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara esensial harus tersedia bagi kepentingan
masyarakat. Daftar dan jenis tersebut ditinjau dan disempurnakan paling lama setiap dua tahun sesuai dengan
perkembangan kebutuhan dan teknologi.
Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam daftar obat esensial nasional harus dijamin
ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah.
Keahlian Dan Kewenangan Tenaga Farmasi Terkait Sediaan Farmasi Dan Alkes
Pasal 98
1. Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau.
2. Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan,
mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
3. Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi
dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah

Ketentuan Narkotika Terkait Praktik Kefarmasisan


Pasal 102
1. Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan
berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan.
2. Ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 103
1. Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan, dan menggunakan narkotika dan
psikotropika wajib memenuhi standar dan/atau persyaratan tertentu.
2. Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran, serta penggunaan narkotika dan psikotropika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pelayanan Kesehatan Tradisional


Pelayanan kesehatan tradisional meliputi kesehatan tradisional yang menggunakan ketrampilan dan yang
menggunakan ramuan. Pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional harus mendapat izin dari lembaga kesehatan
yang berwenang. Pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanan kesehatan tradisional dengan didasarkan pada
keamanan, kepentingan, dan perlindungan masyarakat..
Praktik kefarmasian terkait pengedaran sediaan farmasi dan alkes
Pasal 106
1. Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar.
2. Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan
objektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan.
3. Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi
persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan, dapat disita dan dimusnahkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 108
1. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Yang dimaksud dengan “tenaga kesehatan” dalam ketentuan ini adalah tenaga kefarmasian sesuai dengan
keahlian dan kewenangannya. Dalam hal tidak ada tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat
melakukan praktik kefarmasian secara terbatas, misalnya antara lain dokter dan/atau dokter gigi, bidan,
dan perawat, yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pidana
Ayat (2) Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan,
dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah).
Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
 Membuka dan membaca ketentuan PP 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Terkait Pelayanan Kefarmasian, buat rangkuman.

Jawab: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 51 tahun 2009 Tentang Kefarmasian

Pasal 1

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi / Asisten Apoteker.

Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.

Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang
telah diregistrasi.

Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek atau
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Surat Izin Kerja (SIK) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian pada fasilitas produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran

Pasal 4

Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk :

a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai degan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
PerPUUan, dan
c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga Kefarmasian
BAB II

Pasal 5

Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi :

1. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi.


2. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi.
3. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi.
4. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.
BAB III

Pasal 33

(1) Tenaga Kefarmasian terdiri atas:


a. Apoteker
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
(2) Tenaga Teknis kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan
Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker
Pasal 39

(1) Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi.
(2) Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukan bagi :
a. Apoteker berupa STRA dan
b. Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK.
Pasal 40

(1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan :


a. Memiliki ijazah Apoteker;
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi
c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik; dan
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
(2) STRA dikeluarkan oleh Menteri.
Pasal 41

STRA berlaku selama 5 (lima tahun) dan dapat diperpanajng untuk jangka waktu 5 tahun apabila memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
ayat (1).

Pasal 42

(1) Apoteker lulusan luar negeri yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian di Indonesia harus memiliki STRA setelah melakukan adaptasi
pendidikan.
(2) STRA sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dapat berupa :
a. STRA sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 40 ayat (1); atau
b. STRA khusus

Pasal 44

STRA khusus sebagaimana dimaksudkan pada pasal 42 ayat (2) huruf b dapat diberikan kepada apoteker warga negara asing lulusan luar negeri dengan syarat
:

1. Atas permohonan dari instansi pemerintah atau swasta;


2. Mendapat persetujuan Menteri; dan
3. Pekerjaan Kefarmasian dilakukan kurang dari 1 (satu) tahun.
Pasal 49

STRA, STRA Khusus dan STRTTK tidak berlaku karena :

a. Habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang oleh yang bersangkutan


atau tidak memenuhi persyaratan untuk diperpanjang;

b. Dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;


c. Permohonan yang bersangkutan;
d. Yang bersangkutan meninggal dunia; atau
e. Dicabut oleh Menteri atau pejabat kesehatan yang berwenang
Pasal 47

(1) Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memenuhi persyaratan :
a. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA di tempat Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja; dan
d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian.
(2) STRTTK dikeluarkan oleh Menteri.
(3) Menteri dapat mendelegasikan pemberian STRTTK kepada pejabat kesehatan yang berwenang pada pemerintah daerah provinsi.
Pasal 48

STRTTK berlaku selama 5 (lima tahun) dan dapat diperpanajng untuk jangka waktu 5 tahun apabila memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
47ayat (1).

Pasal 52

(1) Setiap Tenaga Kefarmasian yg melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian
bekerja
(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. SIPA bagi Apoteker yg melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit
b. SIPA bagi Apoteker yg melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Apoteker pendamping
c. SIK bagi Apoteker yg melakukan Pekerjaan Kefarmasian di fasilitas kefarmasian diluar Apotek dan instalasi farmasi rumah sakit; atau
d. SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Kefarmasian
Pasal 53

(1) Surat izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat Pekerjaan
Kefarmasian dilakukan
Pasal 55

(1) Untuk mendapatkan surat izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Tenaga Kefarmasian harus memiliki :
a. STRA, STRA Khusus, atau STRTTK yang masih berlaku;
b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian atau fasilitas kefarmasian atau Fasilitas Kesehatan yang memiliki izin; dan
c. Rekomendasi dari Organisasi Profesi setempat.
2. Membuka dan membaca ketentuan PMK 9/2017 Tentang Apotik dan PMK 26/2018 Tentang Pelayanan OSS, buat rangkuman
persyaratan tiap tahap dan Tahapan Proses Perizinan Apotik

Jawab:

Peraturan Terkait Perizinan Apotek

Fasyanfar: Terkait dengan Perizinan Dirubah


Dengan Permenkes No 26 tahun 2018
1. Permenkes No 9 tahun
tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi
2017 tentang Apotek
Secara Elektronik Sektor Kesehatan

Sesuai amanat PP No 24 tahun 2018


tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik
RANGKUMAN PMK RI NO 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

1. PENGERTIAN APOTEK
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Pengaturan apotek bertujuan untuk:
a. meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;
b. memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian di Apotek;
c. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek
Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.Dalam hal
Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan.
2. Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
 Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.
 Bangunan
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. Bangunan Apotek harus bersifat
permanen, dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan
yang sejenis.
 Sarana, prasarana,peralatan
Sarana ruang yang berfungsi meliputi :
a. penerimaan Resep;
b. pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
c. penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. konseling;
e. penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
f. arsip
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a. instalasi air bersih;
b. instalasi listrik;
c. sistem tata udara;
d. sistem proteksi kebakaran.
Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian meliputi rak obat, alat peracikan,
bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan
lain sesuai dengan kebutuhan, formulir merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas
permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien. Sarana, prasarana, dan peralatan harus dalam keadaan
terpelihara dan berfungsi dengan baik.
 Ketenagaan
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
Syarat ketenaga kerjaan:
1. Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi.
2. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3. PERIZINAN APOTEK
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. (3) Izin berupa SIA. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh
SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 1.
Permohonan sebagaimana harus ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen administratif paling lama dalam waktu 6
(enam) hari kerja sejak menerima permohonan, paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa
harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan menggunakan Formulir 3.dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif meliputi:
a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan;
e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan
menggunakan Formulir 2. Tim harus melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:
 tenaga kefarmasian;
 tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan memenuhi
persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4. Dalam hal
hasil pemeriksaan dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan
paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan Formulir 5. Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi
persyaratan , pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat penundaan diterima, apabila pemohon
tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan dengan menggunakan
Formulir 6, apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka waktu , Apoteker pemohon dapat
menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA. Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA maka
penerbitannya bersama dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.
4. PERUBAHAN IZIN APOTEK
Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama
Apotek harus dilakukan perubahan izin. Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah
lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan perubahan izin kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, tidak perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa. Tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang
melakukan perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan Apoteker pemegang SIA mengikuti tatacara perizinan apotek.
5. PENYELENGGARAAN APOTEK
Apotek menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada ; a. Apotek lainnya, Puskesmas, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, dokter, bidan praktik mandiri, pasien; masyarakat.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan jumlah sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam hal:
 terjadi kelangkaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di fasilitas distribusi;
 terjadi kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di fasilitas pelayanan kesehatan.
Apotek hanya dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada:
 Apotek lainnya;
 Puskesmas;
 Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
 Instalasi Farmasi Klinik;
 dokter;
 bidan praktik mandiri;
 pasien; dan h. masyarakat.
Penyerahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan jumlah
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam hal:
a. terjadi kelangkaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di fasilitas distribusi;
b. terjadi kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di fasilitas pelayanan kesehatan.

6. PERSYARATAN APOTEK
Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas:
a. papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama Apotek, nomor SIA, dan alamat; harus dipasang di dinding
bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan, secara jelas dan mudah terbaca.
b. papan nama praktik Apoteker, yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik Apoteker
harus berbeda dengan jadwal praktik Apoteker yang bersangkutan di fasilitas kefarmasian lain.
Setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan,
etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan kepentingan pasien.
Apoteker wajib melayani Resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Dalam
hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien. Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di
Apotek atau pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam Resep, Apoteker dapat mengganti obat setelah berkonsultasi dengan
dokter penulis Resep untuk pemilihan obat lain. mengganti obat setelah berkonsultasi dengan dokter penulis Resep untuk pemilihan obat lain.
Apabila Apoteker menganggap penulisan Resep terdapat kekeliruan atau tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis
Resep, apabila tetap pada pendiriannya, maka Apoteker tetap memberikan pelayanan sesuai dengan Resep dengan memberikan catatan dalam
Resep bahwa dokter sesuai dengan pendiriannya.
Pasien berhak meminta salinan Resep, harus disahkan oleh Apoteker. Salinan Resep harus sesuai aslinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Resep bersifat rahasia. Resep harus disimpan di Apotek dengan baik paling singkat 5 (lima) tahun. Resep atau salinan
Resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis Resep, pasien yang bersangkutan atau yang merawat pasien, petugas kesehatan atau
petugas lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

RANGKUMAN PMK RI NO 26 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI


SECARA ELEKTRONIK SEKTOR KESEHATAN
Peraturan Pemerintah Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
• Integrasi perizinan berusaha
• Percepatan penerbitan izin
• Penyederhanaan Persyaratan
• Izin diberikan melalui Lembaga OSS
• Izin dapat lansung terbit, tetapi persyaratan perizinan menjadi komitmen yang harus dipenuhi
Perizinan dalam Permenkes No 26 Tahun 2018

Permenkes No 26 Tahun 2018 • Pasal 30 Persyaratan Perizinan


Tentang Perizinan Berusaha Apotek
Terintegrasi Secara Elektronik

Tahapan Perizinan Apotek

• Pengurusan Nomer Izin Berusaha


Termasuk terdaftar sebagai anggota Jaminan sosial kesehatan dan tenaga kerja serta penerbitan NPWP bagi yang belum memiliki NPWP
• Pengurusan Izin Usaha
Izin usaha lansung terbit, tetapi belum berlaku efektif
• Pemenuhan Komitmen
Izin usaha dinyatakan berlaku setelah komitmen dipenuhi
Pemenuhan Komitmen maksimal 6 bulan
Persyaratan (Komitmen) Perizinan Apotek
• Apotek diselenggarakan oleh Apoteker.
Jangka waktu pemenuhan komitmen maksimal 6 bulan
Persyaratan Keterangan
STRA Apoteker

Surat izin praktik apoteker Pengurusan Bersamaan dengan


Pengurusan Izin Apotek
denah bangunan

daftar sarana dan prasarana

berita acara pemeriksaan. Pemeriksaan dilaksanakan oleh


Pemerintah Kab/kota paling lambat 6
hari setelah pelaku usaha memenuhi
komitmen lain
Pelaksanaan Pemeriksaan Sarana

OSS
Notifikasi
Memenuhi
pemenuhan Max 3 hari
persyaratan
komitmen

Max 6 hari
setelah Pemeriksaan Berita acara Pemberitahuan Komitmen
komitmen lain sarana pemeriksaan Perbaikan perbaikan BAP dipenuhi
dipenuhi
Permasalahan terkait OSS
Pelaku usaha
Tidak memenuhi Penolakan
melengkapi
Melibatkan Dinas syarat
paling lambat 1
N
Kesehatan Kab/Kota Permasalahan PMK no 26 Tahun 2018 Keterangan bulan Usulan
o &
(Tenaga kefarmasian terkait OSS
Tenaga yang menangani Rumusan
sarana)
1. Jenis Izin Apotek PMK no 26 Tahun 2018    
(Izin      
Usaha/Operasional)
Pasal 86 Agar sesuai dengan ketentuan di Sudah berproses
PMK no 9 Tahun 2017 maka surat usulan
  diusulkan untuk merevisi PP no perubahan PP no 24
(1) Izin Usaha berlaku 24 Tahun 2018 dan PMK no 26
selama Pelaku Usaha Tahun 2018 terkait dengan jenis
menjalankan usaha izin apotek  izin operasional
dan/atau kegiatannya.
 
(2) Izin Komersial atau
Operasional berlaku
untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat
diperpanjang selama
memenuhi persyaratan

2 Pelaku Usaha  Interpretasi di Definisi


Apotek 1) Apotek lapangan:Pasal 30 PMK Surat Izin Apotek
diselenggaraka no 26 terkesan tidak yang selanjutnya
n oleh Pelaku mengakomodir pelaku disingkat SIA adalah
Usaha usaha berbentuk badan bukti tertulis sebagai
perseorangan. usaha (berbeda dengan izin operasional
  Pasal 3 PMK no 9) kepada apoteker
1) Pelaku Usaha untuk
 Konsep yang dibangun
perseorangan menyelenggarakan
oleh PMK no 9 adalah Apotek
sebagaimana Apoteker bertanggung  
dimaksud pada jawab penuh terhadap  
ayat (1) yaitu pekerjaan kefarmasian  
apoteker. sehingga izin diberikan  
  kepada Apoteker Pasal ...
1) Persyaratan  Jika pasal 30 diartikan  
untuk NIB diajukan apoteker, 1) Apotek dapat
memperoleh Izin maka secara hukum, didirikan oleh
Apotek apoteker berkewajiban Pelaku Usaha
sebagaimana memenuhi kewajiban perseorangan
dimaksud dalam pelaku usaha seperti : maupun non
Pasal 3 ayat (1) Pembayaran pajak perseorangan
huruf x terdiri Pemenuhan kewajiban 2) Izin Apotek
atas: pelaku usaha dalam hal diberikan kepada
a. STRA; ketenagakerjaan (upah, pajak Apoteker sebagai
b. surat izin praktik penghasilan karyawan) penanggung
apoteker;   jawab pekerjaan
c. denah bangunan; Saran: kefarmasian di
d. daftar sarana dan  Diperlukan uji publik Apotek
prasarana; dan terhadap PMK no 3) Persyaratan
e. berita acara untuk
26/2018
pemeriksaan. memperoleh Izin
 Apakah memungkinkan
jika NIB didaftarkan Apotek
oleh pelaku usaha sebagaimana
perseorangan ataupun dimaksud dalam
badan usaha, sementara Pasal 3 ayat (1)
izin operasional (untuk huruf x terdiri
pekerjaan kefarmasian) atas:
diberikan kepada a. STRA;
b. surat izin praktik
Apoteker
apoteker;
c. denah bangunan;
d. daftar sarana dan
prasarana; dan
e. berita acara
pemeriksaan.

3 Kesiapan Pemda Sosialisasi kepada


untuk Pemda bersama-sama
melaksanakan OSS dengan Lembaga OSS
 
Sebagian Pemda
belum terintegrasi
dengan OSS

4 Perizinan PSEF Mempercepat finalisasi


sudah diatur di draft PMK tentang
PMK no 26/2018 PSEF
sementara
Permenkes PSEF
belum terbit
3. Membuka dan membaca ketentuan PMK 72/2016, 73/2016 dan PMK 74/2016. Buat rangkuman dari aspek pertama isi standar dari
awal sampai bagian lampiran.

Jawab:

Aspek dan Sub Aspek PMK 72/2016 PMK 73/2016 PMK 74/2016
PER-UU-AN YANG DIPAKAI
Per-UU-an yang dipakai  UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang  UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang  UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Kesehatan Psikotropika Psikotropika
 UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang  UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang  UU Nomor 35 Tahun 2009
Rumah Sakit Narkotika Tentang Narkotika
 UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang  UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang  UU Nomor 36 Tahun 2009
Pemerintahan Daerah Kesehatan Tentang Kesehatan
 UU Nomor 36 Tahun 2014 Tentang  UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang  UU Nomor 23 Tahun 2014
Tenaga Kesehatan Pemerintah Daerah Tentang Pemerintah Daerah
 PP Nomor 72 Tahun 1998 Tentang  UU Nomor 36 Tahun 2014 Tentang  UU Nomor 36 Tahun 2014
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Tenaga Kesehatan Tentang Tenaga Kesehatan
Alat Kesehatan  PP Nomor 51 Tahun 2009 Tentang  PP Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
 PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Pekerjaan Kefarmasian
Pekerjaan Kefarmasian  PP Nomor 40 Tahun 2013 Tentang  PP Nomor 40 Tahun 2013 Tentang
 Keputusan Presiden Nomor 103 Pelaksanaan Undang-Undang Pelaksanaan Undang-Undang
Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Narkotika Narkotika
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja  Keputusan Presiden Nomor 103  Keputusan Presiden Nomor 103
Lembaga Pemerintah Non Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tahun 2001 Tentang Kedudukan,
Departemen Tugas, Fungsi, Kewenangan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
 PMK Nomor 64 Tahun 2015 Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Susunan Organisasi, dan Tata
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non Departemen Kerja Lembaga Non Departemen
Kementerian Kesehatan  PMK Nomor 64 Tahun 2015  PMK Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Tentang Pusat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Masyarakat
 PMK Nomor 64 Tahun 2015
Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan
Tujuan  Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
 Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
 Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety)
PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI (BMHP)
Pengelolaan Obat Dan  Merupakan suatu siklus kegiatan, Pengelolaan sediaan farmasi, alat  Pengelolaan sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai dimulai dari pemilihan, perencanaan kesehatan, dan BMHP dilakukan sesuai BMHP merupakan salah satu
(BMHP) kebutuhan, pengadaan, penerimaan, ketentuan peraturan perundang- kegiatan pelayanan kefarmasian,
penyimpanan, pendistribusian, undangan yang berlaku, meliputi : yang dimulai dari perencanaan,
pemusnahan dan penarikan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, permintaan, penerimaan,
pengendalian, dan administrasi yang penyimpanan, pemusnahan, penyimpanan, pendistribusian,
diperlukan bagi kegiatan pelayanan pengendalian, pencatatan dan pelaporan pengendalian, pencatatan, dan
kefarmasian pelaporan serta pemantauan dan
 Apoteker bertanggung jawab evaluasi
terhadap pengelolaan sediaan  Kepala ruang farmasi di puskesmas
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP mempunyai tugas dan tanggung
di rumah sakit, serta menjamin jawab untuk menjamin
seluruh rangkaian kegiatan dan terlaksananya pengelolaan sediaan
memastikan kualitas, manfaat, dan farmasi dan BMHP yang baik
keamanannya
PELAYANAN FARMASI KLINIS
FARMASI KLINIS Merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya
efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety), dan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(quality of life) terjamin
SUMBER DAYA KEFARMASIAN
Sumber Daya Manusia Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dalam melakukan pelayanan  Penyelengaraan pelayanan
(SDM) : kefarmasian apoteker harus memenuhi kefarmasian di puskesmas minimal
 Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri kriteria : harus dilaksanakan oleh 1 (satu)
dari : apoteker, tenaga teknis  Persyaratan administrasi orang tenaga apoteker sebagai
kefarmasian  Menggunakan atribut praktik antara penanggung jawab, yang dapat
 Untuk pekerjaan penunjang terdiri lain baju praktik, tanda pengenal dibantu oleh Tenaga Teknis
dari : operator komputer/teknisi yang  Wajib mengikuti pendidikan Kefarmasian sesuai kebutuhan
memahami kefarmasian, tenaga berkelanjutan dan mampu  Jumlah kebutuhan apoteker di
administrasi, pekarya/pembantu memberikan pelatihan yang puskesmas dihitung berdasarkan
pelaksana berkesinambungan rasio kunjungan pasien, baik rawat
 Apoteker harus mampu inap maupun rawat jalan serta
Persyaratan SDM : mengidentifikasi kebutuhan akan memperhatikan pengembangan
pengembangan diri, baik melalui puskesmas. Rasio untuk
 Pelayanan kefarmasian harus
pelatihan, seminar, workshop, menentukan jumlah apoteker di
dilakukan oleh apoteker dan tenaga
pendidikan berkelanjutan atau puskesmas bila memungkinkan
teknis kefarmasian. Tenaga teknis
mandiri diupayakan 1 (satu) apoteker untuk
kefarmasian yang melakukan
 Harus memahami dan melaksanakan 50 (lima puluh) pasien perhari
pelayanan kefarmasian harus di
bawah supervisi apoteker serta patuh terhadap peraturan
 Instalasi farmasi harus dikepalai oleh perundang-undangan, sumpah
seorang apoteker yang merupakan apoteker, standar profesi (standar
apoteker penanggung jawab seluruh pendidikan, standar pelayanan,
pelayanan kefarmasian di rumah standar kompetensi dan kode etik)
sakit. Kepala instalasi farmasi yang berlaku
diutamakan telah memiliki
Dalam melakukan pelayanan
pengalaman bekerja di instalasi
kefarmasian seorang apoteker harus
farmasi minimal 3 (tiga) tahun
menjalankan peran yaitu :
Beban Kerja dan Kebutuhan  Pemberi pelayanan
Beban Kerja :  Pengambil keputusan
Perlu memperhatikan faktor-faktor :  Komunikator
 Kapasitas tempat tidur dan bed  Pemimpin
occupancy rate (bor)  Pengelola
 Jumlah dan jenis kegiatan farmasi  Pembelajar seumur hidup
yang dilakukan  Peneliti
 Jumlah resep atau formulir
permintaan obat (floor stock) per hari
 Volume sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis
pakai

Penghitungan Beban Kerja


 Penghitungan kebutuhan apoteker
pada rawat inap dibutuhkan tenaga
apoteker dengan rasio 1 apoteker
untuk 30 pasien
 Penghitungan kebutuhan apoteker
pada rawat jalan idealnya dibutuhkan
tenaga apoteker dengan rasio 1
apoteker untuk 50 pasien
 Diperlukan juga masing-masing 1
(satu) orang apoteker untuk kegiatan
pelayanan kefarmasian di ruang
tertentu, yaitu : Unit Gawat Darurat,
Intensive Care Unit (ICU)/Intensive
Cardiac Care Unit
(ICCU)/Neonatus Intensive Care
Unit (NICU)/Pediatric Intensive
Care Unit (PICU), Pelayanan
Informasi Obat
Sarana dan Peralatan Sarana  Ruang penerimaan resep  Ruang penerimaan resep
Pengembangan Staf dan Program  Ruang pelayanan resep dan  Ruang pelayanan resep dan
Pendidikan : peracikan peracikan
 Ruang kantor/administrasi (ruang  Ruang penyerahan obat  Ruang penyerahan obat
pimpinan, ruang staf, ruang  Ruang konseling  Ruang konseling
pertemuan, ruang kerja/administrasi  Ruang penyimpanan sediaan  Ruang penyimpanan obat dan
tata usaha farmasi, alat kesehatan, dan BMHP BMHP
 Ruang penyimpanan sediaan  Ruang arsip  Ruang arsip
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP :
harus disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan, serta harus
memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, sinar/cahaya,
kelembaban, ventilasi, pemisahan
untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas
 Ruang distribusi sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai : terdiri dari ruang
distribusi untuk pelayanan rawat
jalan dan rawat inap
 Ruang konsultasi/konseling obat
(dapat berada di instalasi farmasi
rawat jalan atau rawat inap)
 Ruang pelayanan informasi obat
 Ruang produksi, yang hasrus
diperhatikan : lokasi, konstruksi,
rancang bangun dan penataan
gedung di ruang produksi,
pembagian ruangan, daerah
pengolahan dan pengemasan
 Ruang aseptic dispensing, harus
memenuhi spesifikasi : lantai,
dinding, plafon, pintu, aliran udara,
tekanan udara, temperatur,
kelembaban
 Laboratorium farmasi
 Ruang produksi non steril
 Ruang penanganan sediaan sitostatik
 Ruang
pencampuran/pelarutan/pengemasan
sediaan yang tidak stabil
 Ruang penyimpanan nutrisi
parenteral

Fasilitas penunjang dalam kegiatan


pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri
dari :
 Ruang tunggu pasien
 Ruang penyimpanan dokumen/arsip
resep dan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP yang rusak
 Tempat penyimpanan obat di ruang
perawatan
 Fasilitas toilet

Peralatan

 Fasilitas peralatan harus memenuhi


syarat terutama untuk perlengkapan
peracikan dan penyiapan baik untuk
sediaan steril, non steril, maupun cair
untuk obat luar atau dalam
 Macam-macam peralatan : peralatan
kantor (mebeulair, komputer, alat
tulis kantor), peralatan sistem
komputerisasi (jaringan, perangkat
keras, perangkat lunak), peralatan
produksi, peralatan aseptic
dispensing (biological safety
cabinet, horizontal laminar air flow
cabinet, pass box), peralatan
penyimpanan

4. Dari PMK 72/2016, PMK 73/2016, PMK 74/2016, ambil dari dua aspek : pengelolaan obat/BMHP dan farmasi klinik. Buat
ringkasan dalam matriks dibawah ini :

PMK Nomor 72 Tahun 2016


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Subaspek Tujuan Kegiatan Hasil
Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Pemilihan Untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan  Formularium RS
alat kesehatan, dan BMHP sesuai dengan BMHP berdasarkan :  Dapat memenuhi kebutuhan sediaan
kebutuhan  Formularium dan standar farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi untuk pengobatan yang rasional
 Standar sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan BMHP yang telah ditetapkan
 Pola penyakit
 Efektifitas dan keamanan
 Pengobatan berbasis bukti
 Mutu
 Harga
 Ketersediaan di pasaran
Perencanaan Untuk menghindari kekosongan obat Menentukan jumlah dan periode pengadaan Menjamin terpenuhinya sediaan farmasi,
Kebutuhan dengan menggunakan metode yang dapat sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP alat kesehatan, dan BMHP berdasarkan
di pertanggungjawabkan dan dasar-dasar sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
perencanaan yang telah ditentukan antara waktu dan efisien
lain :
 Konsumsi
 Epidemiologi
 Kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi dan disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia
Pengadaan Untuk merealisasikan perencanaan  Pengadaan merupakan kegiatan yang Terjaminnya ketersediaan, jumlah, dan
kebutuhan berkesinambungan dimulai dari : pemilihan, waktu yang tepat dengan harga yang
penentuan jumlah yang dibutuhkan, terjangkau dan sesuai standar mutu
penyesuaian antara kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses, pengadaan,
pembayaran
 Pengadaan dapat dilakukan melalui :
pembelian, produksi sediaan farmasi,
sumbangan/dropping/hibah
Penerimaan Untuk menjamin kesesuaian jenis, Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, Semua dokumen terkait penerimaan
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu dan BHMP sesuai dengan pemesanan pada barang harus tersimpan dengan baik
penyerahan dan harga yang tertera dalam saat pengadaan
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima
Penyimpanan Untuk menjamin kualitas dan keamanan  Melakukan penyimpanan sebelum Terjaminnya kualitas dan keamanan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan dilakukan pendistribusian, sesuai dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP sesuai dengan persyaratan persyaratan stabilitas dan keamanan, BMHP
kefarmasian sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP
 Penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas
terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP.
Disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First
Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO)
disertai sistem informasi manajemen
Pendistribusian Untuk menyalurkan/menyerahkan sediaan  Sistem persediaan lengkap di ruangan Terjaminnya mutu, stabilitas, jenis,
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dari (floor stock) jumlah, dan ketepatan waktu
tempat penyimpanan sampai kepada unit  Sistem resep perorangan
pelayanan/pasien  Sistem unit dose
 Sistem kombinasi
Pemusnahan dan Untuk pemusnahan dan penarikan sediaan  Penarikan sediaan farmasi yang tidak Melindungi masyarakat dari peredaran
Penarikan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang memenuhi standar/ketentuan peraturan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
tidak dapat digunakan, dilaksanakan perundang-undangan dilakukan oleh BMHP yang tidak memenuhi
sesuai dengan ketentuan peraturan pemilik izin edar berdasarkan perintah persyaratan mutu
perundang-undangan yang berlaku penarikan oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala
BPOM
 Pemusnahan dilakukan untuk : produk
yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan, dan
dicabut izin edarnya
Pengendalian Tujuan pengendalian sediaan farmasi, alat  Melakukan evaluasi persediaan yang jarang Persediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP untuk : digunakan (slow moving) kesehatan, dan BMHP menjadi efektif
dan efisien atau tidak terjadi kelebihan
 Penggunaan obat sesuai dengan  Melakukan evaluasi persediaan yang tidak dan kekurangan/kekosongan, kerusakan,
formularium rumah sakit digunakan dalam waktu tiga bulan berturut- kadaluarsa, dan kehilangan serta
 Penggunaan obat sesuai dengan turut (death stock) pengembalian pesanan
diagnosis dan terapi  Stok opname yang dilakukan secara
periodik dan berkala
Administrasi Untuk memudahkan penelusuran kegiatan  Pencatatan dan pelaporan  Pencatatan dan pelaporan sebagai
yang sudah berlalu  Administrasi keuangan sumber data dan bukti pengelolaan
 Administrasi penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP pada rumah sakit
 Sumber data untuk pelaporan
pengaturan seluruh anggaran dan
biaya yang berkaitan dengan
pelayanan kefarmasian
 Penghapusan untuk sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan BMHP yang
tidak terpakai karena kadaluarsa,
rusak, dan mutu tidak memenuhi
standar
Pelayanan Farmasi Klinis
Pengkajian dan Untuk menganalisa adanya masalah Pengkajian resep dilakukan sesuai dengan : Melindungi pasien agar tidak terjadi
Pelayanan Resep terkait obat, bila ditemukan masalah  Persyaratan administrasi : nama, umur, kesalahan dalam pemberian obat
terkait obat harus dikonsultasikan kepada jenis kelamin, berat dan tinggi badan
dokter penulis resep pasien, nama, nomor SIP, alamat, dan paraf
dokter, dll
 Persyaratan farmasetik : nama obat, bentuk
dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah
obat, stabilitas, dll
 Persyaratan klinis : duplikasi pengobatan,
ketepatan indikasi, dosis, dan waktu
penggunaan obat, dll
Penelurusan Riwayat Untuk mendapatkan informasi mengenai Kegiatan : Meningkatnya kepatuhan terhadap
Penggunaan Obat seluruh obat/sediaan farmasi lain yang  Penelusuran riwayat penggunaan obat regimen penggunaan obat
pernah dan sedang digunakan kepada pasien/keluarganya
 Melakukan penilaian terhadap pengaturan
penggunaan obat pasien
Rekonsiliasi Obat  Memastikan informasi yang akurat  Pengumpulan data Mencegah terjadinya kesalahan obat
tentang obat yang digunakan pasien  Komparasi (medication error) seperti obat tidak
 Mengidentifikasi ketidaksesuaian  Melakukan konfirmasi kepada dokter jika diberikan, duplikasi, kesalahan dosis
akibat tidak terdokumentasinya menemukan ketidaksesuaian dokumentasi atau interaksi obat
instruksi dokter  Komunikasi
 Mengidentifikasi ketidaksesuaian
akibat tidak terbacanya instruksi
dokter
Pelayanan Informasi PIO bertujuan untuk : Kegiatan PIO, meliputi : Penyediaan dan pemberian informasi,
Obat (PIO)  Menyediakan informasi mengenai  Menjawab pertanyaan rekomendasi obat yang independen,
obat kepada pasien dan tenaga  Menerbitkan buletin, leaflet, poster, akurat, tidak bias, terkini dan
kesehatan di lingkungan rumah sakit newsletter komprehensif yang dilakukan oleh
dan pihak lain di luar rumah sakit  Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi apoteker kepada dokter, apoteker,
 Menyediakan informasi untuk dan Terapi sehubungan dengan penyusunan perawat, profesi kesehatan lainnya serta
membuat kebijakan yang berhubungan Formularium Rumah Sakit pasien dan pihak lain di luar rumah sakit
dengan obat/sediaan farmasi, alat  Bersama dengan Tim Penyuluhan
kesehatan, dan BMHP, terutama bagi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
Komite/Tim Farmasi dan Terapi melakukan kegiatan penyuluhan bagi
 Menunjang penggunaan obat yang pasien rawat jalan dan rawat inap
rasional  Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi
tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya
 Melakukan penelitian
Konseling  Meningkatkan hubungan kepercayaan Kegiatan dalam konseling obat meliputi : Hasil terapi menjadi lebih optimal,
antara apoteker dan pasien  Membuka komunikasi antara apoteker meminimalkan risiko reaksi obat yang
 Menunjukkan perhatian serta dengan pasien tidak dikehendaki (ROTD), dan
kepedulian terhadap pasien  Mengidentifikasi tingkat pemahaman meningkatkan cost-effectiveness yang
 Membantu pasien untuk mengatur dan pasien tentang penggunaan obat melalui pada akhirnya meningkatkan keamanan
terbiasa dengan obat Three Prime Questions penggunaan obat bagi pasien (patient
 Mengatur dan menyesuaikan  Menggali informasi lebih lanjut dengan safety)
penggunaan obat dengan penyakitnya memberi kesempatan kepada pasien untuk
 Meningkatkan kepatuhan pasien mengeksplorasi masalah penggunaan obat
dalam menjalani pengobatan  Memberikan penjelasan kepada pasien
 Mencegah atau meminimalkan untuk menyelesaikan masalah pengunaan
masalah terkait obat obat
 Meningkatkan kemampuan pasien  Melakukan verifikasi akhir dalam rangka
memecahkan masalahnya dalam hal mengecek pemahaman pasien
terapi  Dokumentasi
 Mengerti permasalahan dalam
pengambilan keputusan
 Membimbing dan mendidik pasien
dalam penggunaan obat sehingga
dapat mencapai tujuan pengobatan dan
meningkatkan mutu pengobatan
pasien
Visite Untuk mengamati kondisi klinis pasien  Kunjungan ke pasien rawat inap (visite Pasien mendapatkan terapi obat secara
secara langsung, dan mengkaji masalah mandiri atau visite bersama tim) rasional dan meningkatnya derajat
terkait obat, memantau terapi obat dan  Pelayanan kefarmasian di rumah (home kesehatan
reaksi obat yang tidak dikehendaki, pharmacy care)
meningkatkan terapi obat yang rasional,
dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien, serta profesional kesehatan
lainnya
Pemantauan Terapi Untuk meningkatkan efektivitas terapi dan Kegiatan dalam PTO meliputi : Pasien mendapatkan terapi obat yang
Obat (PTO) meminimalkan risiko Reaksi Obat yang  Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara aman, efektif, dan rasional
Tidak Dikehendaki (ROTD) pemberian obat, respons terapi, Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
 Pemberian rekomendasi penyelesaian
masalah terkait obat
 Pemantauan efektivitas dan efek samping
terapi obat
Monitoring Efek MESO bertujuan : Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO : Dapat meminimalkan reaksi obat yang
Samping Obat (MESO)  Menemukan Efek Samping Obat  Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat tidak dikehendaki pada saat pemberian
(ESO) sedini mungkin terutama yang yang tidak dikehendaki (ESO) terapi obat pada pasien
berat, tidak dikenal, frekuensinya  Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien
jarang yang mempunyai risiko tinggi mengalami
 Menentukan frekuensi dan insidensi ESO
ESO yang sudah dikenal dan yang  Mengevaluasi laporan ESO dengan
baru saja ditemukan algoritme Naranjo
 Mengenal semua faktor yang mungkin  Mendiskusikan dan mendokumentasikan
dapat menimbulkan/mempengaruhi ESO di Tim/Sub Komite/Tim Farmasi dan
angka kejadian dan hebatnya ESO Terapi
 Meminimalkan risiko kejadian reaksi  Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek
obat yang tidak dikehendaki Samping Obat Nasional
 Mencegah terulangnya kejadian reaksi
obat yang tidak dikehendaki
Evaluasi Penggunaan Tujuan EPO yaitu : Kegiatan praktek EPO : Program evaluasi penggunaan obat
Obat (EPO)  Mendapatkan gambaran keadaan saat  Mengevaluasi penggunaan obat secara dapat terstruktur dan berkesinambungan
ini atas pola penggunaan obat kualitatif secara kualitatif dan kuantitatif
 Membandingkan pola penggunaan  Mengevaluasi pengggunaan obat secara
obat pada periode waktu tertentu kuantitatif
 Memberikan masukan untuk
perbaikan penggunaan obat
 Menilai pengaruh intervensi atas pola
penggunaan obat
Dispensing Sediaan Tujuan dispensing sediaan steril : Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi :  Pasien mendapatkan terapi obat yang
Steril  Menjamin agar pasien menerima obat  Pencampuran obat suntik sterilitas dan stabilitas produknya
sesuai dengan dosis yang dibutuhkan  Penyiapan nutrisi parenteral terjamin
 Menjamin sterilitas dan stabilitas  Penanganan sediaan sitostatik  Dapat melindungi petugas dari
produk paparan zat berbahaya serta
 Melindungi petugas dari paparan zat menghindari terjadinya kesalahan
berbahaya pemberian obat
 Menghindari terjadinya kesalahan
pemberian obat
Pemantauan Kadar PKOD bertujuan : Kegiatan PKOD meliputi : Interpretasi hasil pemeriksaan kadar
Obat dalam Darah  Mengetahui kadar obat dalam darah  Melakukan penilaian kebutuhan pasien obat tertentu atas permintaan dari dokter
(PKOD)  Memberikan rekomendasi kepada yang membutuhkan Pemeriksaan Kadar yang merawat karena indeks terapi yang
dokter yang merawat Obat dalam Darah (PKOD) sempit atau atas usulan dari apoteker
 Mendiskusikan kepada dokter untuk kepada dokter
persetujuan melakukan Pemeriksaan Kadar
Obat dalam Darah (PKOD)
 Menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar
Obat dalam Darah (PKOD) dan
memberikan rekomendasi

PMK Nomor 73 Tahun 2016


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Subaspek Tujuan Kegiatan Hasil
Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Perencanaan Untuk menghindari kekosongan obat Menentukan jumlah dan periode Menjamin terpenuhinya sediaan
dengan menggunakan metode yang pengadaan sediaan farmasi, alat farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dapat di pertanggungjawabkan dan kesehatan, dan BMHP sesuai dengan berdasarkan kriteria tepat jenis, tepat
dasar-dasar perencanaan yang telah hasil kegiatan pemilihan jumlah, tepat waktu dan efisien
ditentukan antara lain :
 Pola penyakit
 Pola konsumsi
 Budaya dan kemampuan
masyarakat
Pengadaan Untuk merealisasikan perencanaan Pengadaan merupakan kegiatan yang Terjaminnya ketersediaan, jumlah,
kebutuhan berkesinambungan dimulai dari : dan waktu yang tepat dengan harga
pemilihan, penentuan jumlah yang yang terjangkau dan sesuai standar
dibutuhkan, penyesuaian antara mutu
kebutuhan dan dana, pemantauan
proses, pengadaan, pembayaran
Penerimaan Untuk menjamin kesesuaian jenis Penerimaan, penyimpanan, Sediaan farmasi yang diterima
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu pemindahan, pemeliharaan, sesuai dengan kebutuhan
penyerahan dan harga yang tertera penggunaan obat beserta berdasarkan permintaan
dalam surat pesanan dengan kondisi kelengkapan catatan yang
fisik yang diterima menyertainya
Penyimpanan Untuk menjamin kualitas dan  Sistem penyimpanan dilakukan Obat yang disimpan pada kondisi
keamanan sediaan farmasi sesuai dengan memperhatikan bentuk yang sesuai dapat terjamin
dengan persyaratan kefarmasian sediaan dan kelas terapi obat keamanan dan stabilitasnya
serta disusun secara alfabetis
 Pengeluaran obat memakai
sistem FEFO (First Expire First
Out) dan FIFO (First In First
Out)
Pemusnahan dan Penarikan Untuk pemusnahan dan penarikan  Pemusnahan obat kadaluarsa atau Melindungi masyarakat dari
sediaan farmasi yang tidak dapat rusak yang mengandung peredaran sediaan farmasi yang
digunakan, dilaksanakan sesuai narkotika dan psikotropika tidak memenuhi persyaratan mutu
dengan ketentuan peraturan dilakukan oleh apoteker dan
perundang-undangan yang berlaku disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
 Pemusnahan obat selain
narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh apoteker dan
tenaga kefarmasian lain
 Pemusnahan resep yang disimpan
melebihi jangka waktu 5 tahun
dilakukan oleh apoteker
disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di apotek
Pengendalian Untuk menghindari terjadinya  Melakukan evaluasi persediaan Persediaan sediaan farmasi menjadi
kelebihan, kekurangan, kekosongan, yang jarang digunakan (slow efektif dan efisien atau tidak terjadi
kerusakan, kadaluarsa, kehilangan moving) kelebihan dan
serta pengembalian pesanan  Melakukan evaluasi persediaan kekurangan/kekosongan, kerusakan,
yang tidak digunakan dalam kadaluarsa, dan kehilangan serta
waktu tiga bulan berturut-turut pengembalian pesanan
(death stock)
 Stock opname yang dilakukan
secara periodik dan berkala
Pencatatan dan Pelaporan Untuk memudahkan penelusuran Pencatatan dilakukan pada setiap Pencatatan dan pelaporan sebagai
kegiatan yang sudah berlalu proses pengelolaan sediaan farmasi, sumber data dan bukti pengelolaan
meliputi pengadaan (surat pesanan, sediaan farmasi di apotek
faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan
Pelayanan Farmasi Klinis
Pengkajian dan Pelayanan Resep Tujuan : Kegiatan pengkajian resep dimulai Melindungi pasien agar tidak terjadi
 Pasien memperoleh obat sesuai dari persyaratan : kesalahan dalam pemberian obat
dengan kebutuhan  Persyaratan administrasi :
klinis/pengobatan nama, umur, jenis kelamin dan
 Pasien memahami tujuan berat badan pasien, nama dan
pengobatan dan mematuhi paraf dokter, tanggal resep, dll
intruksi pengobatan  Persyaratan farmasetik : bentuk
dan kekuatan sediaan, dosis dan
jumlah obat, stabilitas dan
ketersediaan, dll
 Persyaratan klinis : ketepatan
indikasi, dosis, dan waktu
penggunaan obat, duplikasi
pengobatan, kontraindikasi, dll
Dispensing Tujuan dispensing : Kegiatan penyerahan (dispensing) Pasien mendapatkan terapi obat
 Menjamin agar pasien menerima merupakan kegiatan pelayanan yang yang sesuai (nama, dosis, kekuatan,
obat sesuai dengan dosis yang dimulai dari tahap aturan pakai, dll)
dibutuhkan menyiapkan/meracik obat,
 Menghindari terjadinya memberikan label/etiket,
kesalahan pemberian obat menyerahkan sediaan farmasi
dengan informasi yang memadai
disertai pendokumentasian
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Tujuan : Kegiatan Pelayanan Informasi Obat Apoteker memberikan informasi
 Menyediakan informasi di apotek meliputi : secara akurat, jelas dan terkini
mengenai obat pasien dan  Menjawab pertanyaan baik lisan kepada pasien dengan bahasa yang
masyarakat maupun tulisan mudah dipahami
 Menyediakan informasi untuk  Membuat dan menyebarkan
membuat kebijakan yang buletin/brosur/leaflet,
berhubungan dengan obat pemberdayaan masyarakat
 Menunjang penggunaan obat (penyuluhan)
yang rasional  Memberikan informasi dan
edukasi kepada pasien
 Memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik
profesi
 Melakukan penelitian
penggunaan obat
 Membuat atau menyampaikan
makalah dalam forum ilmiah
 Melakukan program jaminan
mutu
Konseling Untuk meningkatkan pengetahuan, Kegiatan : Hasil terapi menjadi lebih optimal,
pemahaman, kesadaran dan  Membuka komunikasi antara meminimalkan risiko reaksi obat
kepatuhan sehingga terjadi apoteker dengan pasien yang tidak dikehendaki (ROTD),
perubahan perilaku dalam  Memperagakan dan dan meningkatkan cost-effectiveness
penggunaan obat dan menyelesaikan menjelaskan mengenai cara yang pada akhirnya meningkatkan
masalah yang dihadapi pasien penggunaan obat keamanan penggunaan obat bagi
 Verifikasi akhir, yaitu pasien (patient safety)
mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Tujuan :  Penilaian/pencarian (assessment) Tercapai keberhasilan terapi obat
(home pharmacy care) 1. Memeriksa obat pasien masalah yang berhubungan
2. Memantau perkembangan klinis dengan pengobatan
pasien yang terkait dengan  Identifikasi kepatuhan pasien
penggunaan obat  Pendampingan pengelolaan obat
dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian obat
asma, penyimpanan insulin
 Konsultasi masalah obat atau
kesehatan secara umum
 Monitoring pelaksanaan,
efektifitas dan keamanan
penggunaan obat berdasarkan
catatan pengobatan pasien
 Dokumentasi pelaksanaan
Pelayanan Kefarmasian di rumah
Pemantauan Terapi Obat (PTO) Tujuan : Kegiatan : Pasien mendapatkan terapi obat
 Mendeteksi masalah yang terkait  Memilih pasien yang memenuhi yang efektif dan terjangkau dengan
dengan obat kriteria memaksimalkan efikasi dan
 Mengambil data yang dibutuhkan meminimalkan efek samping
 Memberikan rekomendasi
penyelesaian masalah yang yaitu riwayat pengobatan pasien
terkait dengan obat yang terdiri dari riwayat
penyakit, riwayat penggunaan
obat dan riwayat alergi, melalui
wawancara dengan pasien atau
keluarga pasien atau tenaga
kesehatan lain
 Melakukan identifikasi masalah
terkait obat
 Apoteker menentukan prioritas
masalah sesuai kondisi pasien
dan menentukan apakah masalah
tersebut sudah atau berpotensi
akan terjadi
 Memberikan rekomendasi atau
rencana tindak lanjut yang berisi
rencana pemantauan dengan
tujuan memastikan pencapaian
efek terapi dan meminimalkan
efek yang tidak dikehendaki
 Hasil identifikasi masalah terkait
obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh apoteker harus
dikomunikasikan dengan tenaga
kesehatan terkait untuk
mengoptimalkan tujuan terapi
 Melakukan dokumentasi
pelaksanaan pemantauan terapi
obat
Monitoring Efek Samping Obat Untuk pemantauan setiap respon Kegiatan : Dapat meminimalkan reaksi obat
(MESO) terhadap obat yang merugikan atau  Mengidentifikasi obat dan yang tidak dikehendaki pada saat
tidak diharapkan yang terjadi pada pasien yang mempunyai resiko pemberian terapi obat pada pasien
dosis normal yang digunakan pada tinggi mengalami efek samping
manusia untuk tujuan profilaksis, obat
diagnosis dan terapi atau  Mengisi formulir Monitoring
memodifikasi fungsi fisiologis Efek Samping Obat (MESO)

 Melaporkan ke Pusat
Monitoring Efek Samping Obat
Nasional
PMK Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
Subaspek Tujuan Kegiatan Hasil
Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Perencanaan Tujuan dari perencanaan, yaitu : Menseleksi sediaan farmasi dan Untuk pemenuhan kebutuhan
 Perkiraan jenis dan jumlah BMHP dengan mempertimbangkan puskesmas
sediaan farmasi dan BMHP yang pola penyakit, pola konsumsi
mendekati kebutuhan sediaan farmasi periode sebelumnya,
 Meningkatkan penggunaan obat data mutasi sediaan farmasi, dan
secara rasional rencana pengembangan untuk
 Meningkatkan efisiensi menentukan jenis dan jumlah
penggunaan obat sediaan farmasi
Permintaan Tujuan permintaan sediaan farmasi Permintaan sediaan farmasi, alat Untuk pemenuhan kebutuhan
dan BMHP adalah memenuhi kesehatan, dan BMHP kepada Dinas puskesmas
kebutuhan sediaan farmasi dan Kesehatan Kabupaten/Kota
BMHP di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat
Penerimaan Tujuannya adalah agar sediaan Penerimaan, penyimpanan, Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
farmasi yang diterima sesuai dengan pemindahan, pemeliharaan, BMHP yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan penggunaan obat dan BMHP beserta kebutuhan berdasarkan permintaan
yang diajukan oleh puskesmas, dan kelengkapan catatan yang
memenuhi persyaratan keamanan, menyertainya
khasiat, dan mutu
Penyimpanan Tujuannya adalah agar mutu sediaan Pengaturan terhadap sediaan farmasi Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
farmasi yang tersedia di puskesmas yang diterima agar aman (tidak BMHP memiliki mutu yang tetap
dapat dipertahankan sesuai dengan hilang), terhindar dari kerusakan terjamin, sesuai dengan persyaratan
persyaratan yang ditetapkan fisik maupun kimia yang ditetapkan
Pendistribusian Tujuannya adalah untuk memenuhi  Pemberian obat sesuai resep yang Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
kebutuhan sediaan farmasi sub unit diterima (floor stock) BMHP terdistribusi secara merata
pelayanan kesehatan yang ada di  Pemberian obat per sekali minum dan teratur untuk memenuhi
wilayah kerja puskesmas dengan (dispensing dosis unit) atau kebutuhan sub unit/satelit farmasi
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang kombinasi puskesmas dan jaringannya
tepat  Pendistribusian ke jaringan
puskesmas dilakukan dengan
cara penyerahan obat sesuai
dengan kebutuhan (floor stock)
Pemusnahan dan Penarikan Untuk pemusnahan dan penarikan  Penarikan sediaan farmasi yang Dapat melindungi masyarakat dari
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan tidak memenuhi peredaran sediaan farmasi, alat
BMHP yang tidak dapat digunakan standar/ketentuan peraturan kesehatan, dan BMHP yang tidak
harus dilaksanakan dengan cara perundang-undangan dilakukan memenuhi persyaratan mutu
yang sesuai dengan ketentuan oleh pemilik izin edar
peraturan perundang-undangan yang berdasarkan perintah penarikan
berlaku oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM
 Pemusnahan dilakukan untuk :
produk yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, kadaluarsa,
tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan, dan dicabut izin
edarnya
Pengendalian Tujuannya adalah agar tidak terjadi  Pengendalian persediaan Tercapainya sasaran yang diinginkan
kelebihan dan kekosongan obat di  Pengendalian penggunaan sesuai dengan strategi dan program
unit pelayanan kesehatan dasar  Penanganan sediaan farmasi yang telah ditetapkan sehingga tidak
hilang, rusak, dan kadaluarsa terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar
Administrasi Tujuan pencatatan dan pelaporan Pencatatan dan pelaporan terhadap Kegiatan pencatatan dan pelaporan
yaitu : seluruh rangkaian kegiatan dalam yang dilakukan digunakan sebagai
 Bukti bahwa pengelolaan pengelolaan sediaan farmasi dan sumber data dan bukti pengelolaan
sediaan farmasi dan BMHP telah BMHP sediaan farmasi dan BMHP pada
dilakukan puskesmas atau unit pelayanan
 Sumber data untuk melakukan lainnya
pengaturan dan pengendalian
 Sumber data untuk pembuatan
laporan
Pemantauan dan Evaluasi  Mengendalikan dan menghindari Pemantauan dan evaluasi Kesalahan dalam pengelolaan
terjadinya kesalahan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan sediaan farmasi dan BMHP dapat
pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP dilakukan secara periodik dihindari sehingga dapat
BMHP sehingga dapat menjaga meningkatkan kualitas pelayanan
kualitas maupun pemerataan
pelayanan
 Memperbaiki secara terus-
menerus pengelolaan sediaan
farmasi dan BMHP
 Memberikan penilaian terhadap
capaian kinerja pengelolaan
Pelayanan Farmasi Klinis
Pengkajian dan Pelayanan Resep Tujuan : Kegiatan pengkajian resep dimulai Dapat melindungi pasien agar tidak
 Pasien memperoleh obat sesuai dari persyaratan : terjadi kesalahan dalam pemberian
dengan kebutuhan  Persyaratan administrasi : obat
klinis/pengobatan nama, umur, jenis kelamin dan
 Pasien memahami tujuan berat badan pasien, nama dan
pengobatan dan mematuhi paraf dokter, tanggal resep, dll
intruksi pengobatan  Persyaratan farmasetik : bentuk
dan kekuatan sediaan, dosis dan
jumlah obat, stabilitas dan
ketersediaan, dll
 Persyaratan klinis : ketepatan
indikasi, dosis, dan waktu
penggunaan obat, duplikasi
pengobatan, kontraindikasi, dll

Kegiatan penyerahan (dispensing)


merupakan kegiatan pelayanan
yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik obat,
memberikan label/etiket,
menyerahkan sediaan farmasi
dengan informasi yang memadai
disertai pendokumentasian
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Tujuan : Kegiatan : Apoteker memberikan informasi
 Menyediakan informasi  Memberikan dan menyebarkan secara akurat, jelas dan terkini
mengenai obat kepada tenaga informasi kepada konsumen kepada dokter, apoteker, perawat,
kesehatan lain di lingkungan secara pro aktif dan pasif profesi kesehatan lainnya dan pasien
puskesmas, pasien dan  Menjawab pertanyaan dari pasien
masyarakat maupun tenaga kesehatan melalui
 Menyediakan informasi untuk telepon, surat, atau tatap muka
membuat kebijakan yang  Membuat buletin, leaflet, label
berhubungan dengan obat obat, poster, majalah dinding
(contoh : kebijakan permintaan  Melakukan kegiatan penyuluhan
obat oleh jaringan dengan bagi pasien rawat jalan dan rawat
mempertimbangkan stabilitas, inap, serta masyarakat
harus memiliki alat  Melakukan pendidikan dan/atau
penyimpanan yang memadai) pelatihan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga
 Menunjang penggunaan obat
kesehatan lainnya terkait dengan
yang rasional
obat dan BMHP
 Mengkoordinasikan penelitian
terkait obat dan kegiatan
pelayanan kefarmasian
Konseling Tujuan dilakukannya konseling Kegiatan : Hasil terapi menjadi lebih optimal,
adalah memberikan pemahaman  Membuka komunikasi antara meminimalkan risiko reaksi obat
yang benar mengenai obat kepada apoteker dengan pasien yang tidak dikehendaki (ROTD),
pasien/keluarga pasien antara lain :  Menanyakan hal-hal yang dan meningkatkan cost-effectiveness
tujuan pengobatan, jadwal menyangkut obat yang yang pada akhirnya meningkatkan
pengobatan, cara dan lama dikatakan oleh dokter kepada keamanan penggunaan obat bagi
penggunaan obat, efek samping, pasien dengan metode pasien (patient safety)
tanda-tanda toksisitas, cara pertanyaan terbuka (open-
penyimpanan dan penggunaan obat ended question)
 Memperagakan dan
menjelaskan mengenai cara
penggunaan obat
 Verifikasi akhir, yaitu
mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi
Ronde/Visite Pasien Tujuan :  Kegiatan yang dilakukan Tercapai keberhasilan terapi obat
3. Memeriksa obat pasien meliputi : persiapan,
4. Memberikan rekomendasi pelaksanaan, pembuatan
kepada dokter dalam pemilihan dokumentasi dan rekomendasi
obat dengan mempertimbangkan  Visite pasien, dibagi menjadi :
diagnosis dan kondisi klinis kegiatan visite mandiri,
pasien kegiatan visite bersama tim
5. Memantau perkembangan klinis  Pelayanan kefarmasian dirumah
pasien yang terkait dengan (home pharmacy care)
penggunaan obat
6. Berperan aktif dalam
pengambilan keputusan tim
profesi kesehatan dalam terapi
pasien
Monitoring Efek Samping Obat Tujuan : Kegiatan : Dapat meminimalkan reaksi obat
(MESO)  Menemukan efek samping obat  Menganalisis laporan efek yang tidak dikehendaki pada saat
sedini mungkin terutama yang samping obat pemberian terapi obat pada pasien
berat, tidak dikenal, dan  Mengidentifikasi obat dan
frekuensinya jarang
 Menentukan frekuensi dan pasien yang mempunyai resiko
insidensi efek samping obat tinggi mengalami efek samping
yang sudah sangat dikenal atau obat
yang baru saja ditemukan  Mengisi formulir Monitoring
Efek Samping Obat (MESO)
 Melaporkan ke Pusat
Monitoring Efek Samping Obat
Nasional

Pemantauan Terapi Obat (PTO) Tujuan : Kegiatan : Pasien mendapatkan terapi obat
 Mendeteksi masalah yang terkait  Memilih pasien yang memenuhi yang efektif, terjangkau dengan
dengan obat kriteria memaksimalkan efikasi dan
 Membuat catatan awal meminimalkan efek samping
 Memberikan rekomendasi
penyelesaian masalah yang  Memperkenalkan diri pada
terkait dengan obat pasien
 Memberikan penjelasan pada
pasien
 Mengambil data yang dibutuhkan
 Melakukan evaluasi
 Memberikan rekomendasi
Evaluasi Penggunaan Obat Tujuan : Mengevaluasi penggunaan obat pada Obat yang digunakan pasien sesuai
 Mendapatkan gambaran pola pasien indikasi, efektif, aman dan
penggunaan obat pada kasus terjangkau (rasional)
tertentu
 Melakukan evaluasi secara
berkala untuk penggunaan obat
tertentu

Anda mungkin juga menyukai