Anda di halaman 1dari 8

1.

Sesar /Patahan/ Fault

Sesar atau patahan secara geologi adalah bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok
terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran tersebut dapat hanya beberapa millimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan
bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer. (Billing, 1959). Sesar dengan ukuran
besar terjadi akibat Gaya Tektonik yang ditimbulkan saat terjadinya pergerakan lempeng, seperti zona subduksi pada pertemuan dua
lempeng tektonik. Secara umum, sesar atau patahan dapat terbentuk akibat adanya gaya pada batuan (dapat berupa gaya yang
menekan, gaya yang menarik, maupun kombinasi keduanya) sehingga batuan tidak mampu lagi menahan Gaya tersebut. Daerah
dengan sesar yang masih aktif bergerak merupakan daerah yang rawan akan gempa bumi.

Sesar diklasifikasikan menjadi 2 jenis bila berdasarkan gerak relatif hanging wall terhadap footwall yaitu sesar naik, bila hanging wall
relatif naik dan sesar turun/normal, bila hanging wall relatif turun. Berdasarkan ada tidaknya gerak rotasi menjadi 2 jenis yaitu sesar
translasi, bila pada kedua blok tidak ada rotasi dan sesar rotasi, bila ada gerak rotasi blok satu terhadap blok lain. Sedangkan bila
berdasarkan rake net slip dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sesar geser mendatar ( strike slip fault ), bila rake 0°, arah gerakannya
sejajar dengan bidang sesar. Sesar turun (dip slip fault), bila rake 90°, arah gerakannya tegak lurus bidang sesar. Dan sesar diagonal
(oblique sesar): bila rake antara 0°-90°

Sebagai Negara yang terletak di antara lempeng tektonik, Indonesia memiliki banyak Sesar, baik yang aktif maupun yang tidak aktif.
Di Pulau Sumatera terdapat sesar besar yaitu Sesar Semangko. Sesar tersebut membentang dari ujung Utara Pulau Sumatera hingga
ujung Selatan Pulau Sumatera. Sesar Semangko merupakan sesar yang sangat berpengaruh di Pulau Sumatera. Banyak Sesar-Sesar
minor yang terbentuk akibat dari aktifitas Sesar Semangko. Pada Provinsi Lampung terdapat beberapa Sesar minor, salah satunya
yaitu Sesar Tarahan.

Kekar

Kekar adalah Struktur rekahan dalam blok batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran (hanya retak saja),
umumnya terisi oleh sedimen setelah beberapa lama terjadinya rekahan tersebut. Rekahan atau struktur kekar dapat terjadi pada
batuan beku dan batuan sedimen.

Pada batuan beku, kekar terjadi karena pembekuan magma dengan sangat cepat (secara mendadak). Pada batuan sedimen,
Kekar terjadi karena intrusi/ekstrusi dan pengaruh iklim/musim. Dalam batuan sedimen umunya kekar juga dapat terbentuk mulai
dari saat pengendapan atau segera terbentuk setelah pengendapannnya, dimana sedimen tersebut masih sedang mengeras.

Struktur kekar dapat berguna dalam memecahkan masalah sebagai berikut :


• Geologi Teknik

• Geologi Minyak,terutama dengan masalah cadangan dan produksi minyak

• Geologi Pertambangan,yaitu dalam hal sistem penambangan maupun pengarahan terhadap bentuk-bentuk mineralisasi.

Lipatan

Lipatan (fold) adalah suatu gelombang pada lapisan tanah yang terjadi karena adanya diatropisme. Proses diatropisme merupakan
suatu proses pembentukan pada lapisan bumi yang tidak dicampuri oleh aktivitas vulkanisme.

Terjadinya lipatan merupakan pengaruh dari beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut adalah adanya intrusi batuan beku, adanya
lengseran atau perubahan gaya berat serta tenaga endogen dan eksogen. Proses terjadinya lipatan diawali dari adanya tekanan atau
dorongan. Tekanan tersebut kemudian membentuk lapisan tanah yang tadinya datar menjadi melengkung atau bending.
Tenaga tektonik akan terus mendorong sehingga tanah yang telah melengkung berubah bentuk menjadi melipat atau blucking.
Lipatan yang terbentuk awalnya adalah lipatan tegak. Lipatan itu kemudian mendapat dorongan lagi sehingga menjadi lipatan
miring. Begitu seterusnya hingga membentuk lipatan rebah dan sesar sungkup. Jika tekanan atau dorongan sudah melebihi batas
kelenturan tanah, maka lipatan berubah menjadi patahan.

– Macam Lipatan

Berdasarkan posisi bidang sumbunya, lipatan dibagi menjadi 6 yaitu

Lipatan tegak (symmetric fold), posisi bidang sumbu lipatan ini tegak lurus terhadap bidang lipatan.

Lipatan miring(asymmetric fold), merupakan lipatan tegak yang mendapat tekanan terus- menerus sehingga bentuknya tidak lagi
tegak melainkan miring ke salah satu sisi. .

Lipatan menggantung, kelanjutan dari lipatan miring yang terus mendapat dorongan, lipatan ini mempunyai puncak yang
menggantung.

Lipatan isoklinal (Isoclinal fold) mempunyai bidang sumbu yang sejajar satu dengan yang lainnya. Lipatan ini disebabkan oleh adanya
dorongan yang terjadi secara berkelanjutan.

Lipatan rebah (overtuned fold), puncak lipatan rebah berbentuk landai seperti suatu benda yang merebah. Penyebabnya adalah
adanya dorongan secara melintang yang berasal dari satu arah saja.

Lipatan sesar sungkup (overthrust), merupakan kelanjutan dari lipatan rebah yang terus menerus mendapat tekanan. Jika lapisan
tanah yang mengalami lipatan sesar sungkup tidak cukup elastis, maka akan terjadi patahan.
Ketidakselarasan batuan dapat menunjukkan episode deformasi dari kerak, erosi dan variasi permukaan bumi. Fitur unconformity
berbentuk batuan berlapis karena itu biasa ditemukan pada batuan sedimen dan bisa juga ada di batuan vulkanik bertingkat. Baca
juga: Bentukkan hasil sedimentasi

Dalam proses pengendapan sedimen jika prosesnya sama dan tidak terganggu maka akan menghasilkan perlapisan yang teratur,
namun bila perlapisan tersebut berhenti maka akan ada perbedaan perlapisan yang jelas yang disebut ketidakselarasan geologi.
Sedimentasi yang hilang ini menandakan adanya perubahan fenomena/peristiwa di masa lampau yang tiba-tiba atau lama. Ada 4
jenis ketidakselarasan batuan yaitu Angular Unconformity, Disconformity, Non-conformity dan Paraconformity.

- batuan terangkar dan terdeformasi atau terangkat

- erosi menghilangkan lapisan yang terangkat

- subsidence terjadi, laut menutupi tanah dan sedimen baru terbentuk di atas lapisan sebelumnya.

Disconformity

Perlapisan ini juga terbentuk karena erosi diantara dua lapisan sedimen, namun lapisan paling bawah dari sedimen tidak miring
sebelum terjadi deposisi pada sedimen lapisan atas. Urutan terjadinya adalah sebagai berikut:
- subsidence dan sedimen mengalami deposisi

- terjadi uplift dan erosi

- subsidence baru dan deposisi terjadi

Karena perlapisan ini arahnya sejajar maka disconformity ini lebih sulit untuk dikenali dalam catatan sedimen. Geolog harus teliti
melihat batas kasar diantara dua lapisan tersebut.

Jenis Ketidakselarasan Batuan

Non-Conformity

Ketidaselarasan ini memisahkan batuan beku atau batuan metamorf dengan batuan sedimen. Jenis ini menunjukkan bahwa ada
erosi dalam jangka panjang sebelum pengendapan sedimen terjadi. Baca juga: Sesar Lembang Bandung yang berbahaya

Paraconformity

Pada perlapisan ini, batuan tua ter-erosi oleh batuan yang muda di bagian atasnya. Lapisan yang lebih tua seolah sejajar dengan
lapisan batuan yang lebih muda jadi sangat tipis sekali. Satu-satunya cara untuk mengenali waktu yang hilang adalah dengan
mencari fosil, penanggalan radiometrik dan analisa mineralogi. Baca juga: 4 masa pembabakan geologi bumi

Anda mungkin juga menyukai